BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Kedatangan orang Arab di Jakarta pada awalnya disebutkan oleh Jean Gelman Taylor pada pertengahan abad ke-15. Ia menyatakan bahwa pada tahun
1648, pedagang Arab bersama dengan pedagang
Persia berperan sebagai penjual kuda untuk kebutuhan para pejabat VOC di Jakarta.
1
Pada abad ke-18, kedatangan orang Arab di Jakarta
didominasi oleh komunitas Hadrami
2
yang tinggal di berbagai daerah
di Jakarta. Mereka adalah para pedagang dan penyiar agama Islam yang menetap di Jakarta, diantaranya seperti Sayid Alwi dan Sayid Husain bin Abu Bakar Alaydrus Luar Batang sebagai orang Hadrami
Jean Gelman Taylor, Kehidupan Sosial di Batavia, (Jakarta: Masup , 2009), hlm. 66. 1
Kaum Hadrami adalah bangsa Arab yang tinggal di Hadramaut, Yaman Selatan khususnya daerah seluruh pantai Arab Selatan mulai ‘Aden hingga Tanjung Raas Al-Hadd. Menurut Azyumardi Azra yang mengutip pendapat Mobini-Kesheh, istilah kata “ Hadrami ” muncul dari kalimat “ Nahnu Hadramiyyun ‘ala Kulli Al-Syai’ ” (kami adalah orang-orang Hadrami di atas lain-lainya) yang ada dalam Majalah Al Basyir tanggal 15 April 1915. Lihat Umar Ibrahim, Thariqah ‘Alawiyyah: Napak Tilas dan Studi Kritis atas Sosok dan Pemikiran Allamah Sayyid ‘Abdullah Al-Haddad Tokoh Sufi Abad ke-17, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 28 ; LWC. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, (Jakarta: INIS, 1989), hlm. 1. 2
yang pernah tinggal di Jakarta.
3
Seiring dengan perkembangan usaha pelayaran di Asia Tenggara yang semakin meningkat pada abad ke-18, para imigran Hadrami secara berkelompok mulai datang di Jakarta dan kota lainnya seperti Palembang dan Pontianak. Mereka membangun usaha jasa pelayaran sehingga kemudian berhasil mendominasi jumlah kapal dan rute pelayaran pada periode tahun 1774 sampai dengan 1777.
4
Oleh
karena kemajuan dalam usaha pelayaran di atas, maka imigrasi orangorang Hadrami semakin meningkat jumlahnya di Nusantara. hal
Musa Kazhim, “Sekapur Sirih Sejarah ‘Alawiyin dan Perannya dalam Dakwah Damai di Nusantara: sebuah Kompilasi Bahan” dalam karya Marzuki Alie, et al. Peran Dakwah Damai Habaib/Alawiyin di Nusantara, (Yogyakarta: Rausyan Fikr, 2013), hlm. 17 ; Berg, op. cit., hlm. 105 ; Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Jakarta: Kencana/Premada Media, 2004), hlm. 318. 3
Para pengusaha pelayaran Hadrami memiliki 2 % dari jumlah kapal di pelabuhan Jawa yang mengoperasikan kapal besar dengan jangkauan terluas. Oleh karenanya pelayaran yang dikelola oleh pengusaha Hadrami menduduki peringkat kedua setelah armada pelayaran yang dimiliki oleh VOC di Nusantara. Pada pertengahan tahun 1750-an, para pengusaha pelayaran Hadrami mulai membuka jalur rute Jawa-Palembang–Malaka dengan kapal yang khusus dengan bobot 50 ton. Lihat Ismail Fajrie Alatas, “Menjadi Arab : Komunitas Hadrami, Ilmu Pengetahuan, Kolonial & Etnisitas ” dalam pengantar buku LWC. Van den Berg, Orang Arab di Nusantra (terj.), (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), hlm. xxxiv. 4
2
tersebut juga terjadi di Jakarta karena posisinya sebagai kota pusat perdagangan VOC pada abad ke-18.
5
Pada tahun 1820 para imigran Hadrami di Jakarta mulai tinggal di pemukiman orang Moor di Pekojan
6
dan secara perlahan menggeser
jumlah orang Moor dari kampung ini karena jumlah imigran Hadrami yang terus bertambah.
7
Peningkatan jumlah imigran Hadrami di
Jakarta membuat pemerintah kolonial Hindia Belanda menempatkan kepala dan wakil koloni Arab pada tahun 1844 di Jakarta. Pemerintah memberikan gelar kapten (kapitein der Arabieren) kepada kepala koloni Arab dan pangkat letnan (luitenant de Arabieren) untuk wakil kepala R. Moh Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, (Yogyakarta: LKIS, 2005), hlm.170. 5
Menurut David B. Abernethy, kaum Moor adalah para pelaut dan pedagang muslim yang menguasai perdagangan di pantai Afrika Utara tepatnya di semenanjung Saint Vincent, Gilbraltar dan kota Ceuta pada tahun 1415 serta pernah berkonflik dengan armada Portugis di Malaka pada tahun 1557. Pendapat Abdul Aziz yang mengutip pendapat S.C Misra menyatakan bahwa kaum Moor disebut juga sebagai kaum Khojah atau Bohra yang yang berasal dari pantai Koromandel dan Malabar dan tinggal di Jakarta sejak awal abad ke-17. Lihat David B. Abernethy, The Dynamic of Global Dominance: European Overseas Empires 1415-1980, (New Haven and London, Yale University Press, 2000), hlm. 3, 247; Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi , (Jakarta: PT Wacana Logos Wacana Ilmu, 2002), hlm.13 ; Wawancara dengan Abdurahman bin Absad Baidhowi (58 tahun) pada tanggal 13 April 2014. 6
7
Berg, op.cit., hlm. 72 ; Ismail Fajrie Alatas, op.cit., hlm. xxxvi.
3
koloni Arab.
8
Kapten dan letnan Arab tersebut bertugas menjalankan
kebijakan pemerintah yang terkait dengan masyarakat Arab di Jakarta sesuai peraturan yang memasukkan masyarakat Arab dalam golongan bangsa timur asing (vreemde oosterlingen).
9
Selama abad ke-19, imigran Arab yang datang di Jakarta semakin meningkat jumlahnya, hal itu terjadi karena beberapa hal diantaranya adalah pertama, dorongan perubahan perekonomian karena keadaan kehidupan orang Hadrami yang tidak menetap (nomad) khususnya orang-orang dari suku Badui.
10
Alasan kedua adalah jatuhnya
Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie, tahun 1899 , II, hlm. 157 ; Berg (1989), op. cit., hlm. 72, 75-76. 8
Golongan bangsa timur asing atau vreemde oosterlingen sesuai peraturan pemerintah tahun 1818 dalam Indische Staatsregeling, adalah terdiri dari Cina, Arab, Armenia, India, Persia dan lainnya. Dengan pengaturan golongan itu maka mereka wajib mengikuti kebijakan kampung etnis (wijkenstelsel) bagi orang Arab yang telah diatur sejak abad ke-18, sedangkan kebijakan pas jalan (passen stelsel) berlaku antara tahun 1863 sampai tahun 1866. Lihat Mona Lohanda, The Kapitan Cina of Batavia 1837-1942, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1994), hlm. 2 ; Ismail Fajrie Alatas, op.cit., hlm. xl, l; Susan Blackburn, Jakarta : Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup Jakarta, 2011), hlm. 8 ; H. Hussein Badjerei, Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, (Jakarta: Penerbit Presto Prima Utama, 1996), hlm. 13. 9
Peter G Riddel, “ Arab Migrants and Islamizatin in The Malay World during The Colonial Period ”, Indonesian and The Malay World, vol . 29, No. 84, (2001), hlm. 114. 10
4
Singapura dalam kekuasaan Inggris yang mengakibatkan kota tersebut menjadin kota perdagangan yang maju. Oleh karena itu, maka Singapura menjadi kota transit pertama kali bagi imigran Arab sebelum mereka memasuki Jakarta dan kota lainnya di Nusantara.
11
Alasan
yang ketiga adalah dibukanya terusan Suez pada tahun 1879 yang mengakibatkan kemudahan transportasi laut dari pantai Arab ke Singapura dan kemudian masuk ke Jakarta.
12
Dari ketiga alasan tersebut di atas, maka masyarakat Arab di Jakarta pada abad ke-19 terbentuk dari dari dua komunitas yaitu komunitas Hadrami yang terdiri dari kelompok Alawiyin dan nonAlawiyin. Komunitas selanjutnya adalah non-Hadrami yang terdiri dari kelompok Islam dan non-Islam. Dari empat kelompok tersebut,
11
Berg, op. cit., hlm. 72.
Tentang migrasi orang Arab pada tahun 1870, Jacobsen menyebutnya dengan istilah “ ledakan nyata ” ke daerah Nusantara yang berhasil merubah arah tujuan migrasi kaum Hadrami sebelumnya menuju ke Swahili (Afrika Timur), India dan negara-negara disekitar Laut Merah menjadi ke kawasan Nusantara. Lihat Frode F. Jacobsen, “Arab Hadramaut di Indonesia Masa Kini: Sebuah Kelompok Berorientasi Indonesia Dengan Ciri-Ciri Arab”, dalam karya Marzuki Alie, et al. Peran Dakwah Damai Habaib/ Alawiyin di Nusantara, (Yogyakarta: Rausyan Fikr, 2013), hlm. 119; Berg, op. cit., 72. 12
5
kelompok
Alawiyin
13
telah
mendominasi
keagamaan di Jakarta sejak awal abad ke-18. abad
ke-19,
akibat
jumlah
imigrasi
peran 14
ekonomi
dan
Pada pertengahan
komunitas
Hadrami
yang
meningkat, maka kelompok non-Alawiyin menjadi jumlah mayoritas dalam masyarakat Arab di Jakarta.
15
Kelompok Alawiyin adalah bagian dari komunitas Hadrami yang sering disebut sebagai sadah ba‘alawi (para sayid Alawiyin ) atau bani Alawi (keluarga Ba’ Alawi) yang merupakan keturunan Sayid Alawi bin Ubaidilah bin Ahmad bin ‘Isa Al-Muhajir yang tersambung silsilahnya dengan Husein binti Fatimah putri Nabi. Gelar “ sayid ” diartikan oleh Zainal Abdidin Assegaf sebagai orang yang mulia, sedangkan Berg menyebutkan bahwa gelar sayid di Melayu dibahasakan dengan “ tunkoe besar atau tuwanku ”, sedang gelar “ habib ” adalah panggilan dekat atau keakraban kepada para sayid. Dalam tulisan Berg juga disampaikan bahwa gelar sayid sangat spesial di Jawa sehingga diadopsi dalam gelar para raja Islam di Jawa. Lihat Drs. Zainal Abidin bin Seggaf Aseggaf, Silsilah Keturunan Sayidina Hasan dan Sayidina Husein : Cucu Nabi Muhammad SAW, (Bekasi: Penerbit Yasrim, 2007), hlm. 4, 64, 123 ; Mr. LWC. van den Berg, De Moehammedaansche Vorsten in Nederlandsch-Indie, (t.k.: t.p., t.t.), hlm. 19, 23-24, 27 ; Abdul Aziz, op. cit., hlm. 39 ; KH. Abdullah bin Nuh, Fadhail Ahlul Bait Rasulullah SAW, (Semarang : CV. Toha Putra, 1986), hlm. 2 ; Ali bin Ahmad Assegaf, Wasoya: Al-Ithrah An-Nabawiyyah, (Jakarta : M.B. Offset, 1982), hlm. 32-33. 13
Berg (1989) menyatakan bahwa kelompok Alawiyin atau para sayid Alawi merupakan perwakilan agama dan hukum yang sangat dominator, mereka dihormati tanpa batasan (reserve) serta dengan sendirinya mendapat tempat yang terhormat dimanapun ia berada. Lihat Berg, op. cit., hlm. 33-34, 61-62. 14
15
Ibid. hlm. 73.
6
Walaupun masyarakat Arab terbentuk dari berbagai komunitas yang memegang tradisi primordialis yang kuat, melakukan
sosialisasi
dan
interaksinya
secara
mereka mulai
16
terbuka
seiring
peningkatan jumlah dan kemajuan perekonomian di Jakarta pada paruh kedua abad ke-19. Akibat dari proses itu, maka timbulah berbagai dinamika pada masyarakat Arab di Jakarta seperti kerjasama perdagangan, kedekatan emosional keagamaan, pendidikan, solidaritas serta pergerakan sosial dan politik. Dinamika sosial yang terjadi di atas sangat terlihat pada komunitas Hadrami di Jakarta.
17
Dinamika yang
terjadi tersebut berpengaruh kuat secara sosial keagamaan, politik dan ekonomi bagi masyarakat Arab di Jakarta.
18
Hal tersebut terlihat
Siti Hidayati Amal, “ Menelusuri Jejak Kehidupan Keturunan Arab - Jawa di Luar Tembok Keraton Yogyakarta ”, Antropologi Indonesia, vol. 29. No. 2, (2005), hlm. 160. 16
Dinamika masyarakat Arab yang terjadi seiring mobilitas sosial dari Pekojan yang tumbuh di pinggiran kota Jakarta atau di tanah partikelir. Lihat LWC. Van den Berg, Het Indlansche Gemeentewezen op Java en Madoera (S’Gravenhage :Martinus Nijhof, 1901), hlm. 16. 17
Diantara penyebab dinamika yang terjadi pada masyarakat Arab di Jakarta adalah pembentukan jalinan kultur hibrida yang dibangun oleh kaum Arab Hadrami yang tidak berdasarkan etnisitasnya sebagai Arab namun lebih sebagai hibriditas baru yaitu menjadi pribumi (Melayu, Bugis dan Minangkabau) dengan cara mengadopsi bahasa, gaya hidup dan tata cara pribumi dalam proses asimilasi yang cepat. Jalinan kultur hibrida ini sejak tahun 1835 18
7
dalam dominasi peran sosial keagamaan, ekonomi dan politik yang dimilikil oleh komunitas Hadrami, khususnya pada kelompok Alawiyin. di Jakarta. Oleh karenanya kelompok Alawiyin dalam dinamikanya berhasil mempengaruhi bentuk tradisi, agama, bahasa dan istiadat masyarakat Jakarta sejak abad ke-18. 19 Pada masa pertengahan abad ke-19 sampai dengan awal abad ke20, muncul berbagai pandangan sosial keagamaan dari Sayid Usman bin Yahya Al-‘Alawi (1822-1914). Ia merupakan seorang Arab dari kelompok Alawiyin yang menjadi ulama, mufti dan penasihat bangsa Arab pemerintah kolonial Hindia Belanda (adviseur voor Arabische zaken) di Jakarta.
20
Pandangan Sayid Usman yang menyoroti
menjadi fokus perhatian pemerintah kolonial karena menantang delienasi ras dan kultur yang mudah dipahami serta dianggap sebagai tendesi campur baur (laten amalgameren) antara bangsa Timur Jauh dan penduduk pribumi. Lihat LWC. Van den Berg, De Afwijkingen van het Mohammadansche Familie–en Erfrecht op Java en Madoera, (t.k. : t.p., t.t.), hlm. 462 ; Ismail Fajri Alatas, op. cit., hlm. xxxiii, xl ; LWC. van den Berg, De Atjehers, (t.k : t.p., t.t.). hlm. 197 ; Nikolaos van Damn, “ Arabic Loanswords in Indonesia Revisited ”, Bijdragen tot de Taal-, Land-, en Volkenkunde, vol. 166, no. 2/3, (2010), hlm. 221. Dr. G.F. Pijper, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, (Jakarta: UI Press, 1984), hlm. 91; Berg (1989), op. cit. hlm. 72. 19
Sebenarnya pemerintah kolonial Hindia Belanda mulai mengawasi perkembangan dinamika sosial yang terjadi pada 20
8
kehidupan masyarakat Arab pada pertengahan abad ke-19 menjadi bagian penting dalam sejarah kehidupan masyarakat Arab di Jakarta pada masa tersebut. Pandangan-pandangan
Sayid
Usman
terhadap
kehidupan
masyarakat Arab di Jakarta dituangkan dalam berbagai karya ilmiah keagamaannya selama kurun waktu tahun 1877 sampai dengan tahun 1914. Atas berbagai pandangan yang diberikan oleh Sayid Usman terhadap masyarakat Arab pada kurun waktu di atas, maka ia dikatakan sebagai seseorang yang berdiri pada dua kepentingan yaitu pemerintah dan bangsa Arab.
21
Oleh karenanya banyak yang menyebut
Sayid Usman dengan berbagai istilah seperti diantaranya sebagai “ masyarakat Arab sudah dimulai sejak keterlibatan Sayid Abdurahman Az-Zahir yang berkonspirasi dengan Turki Usmani dalam perang Aceh pada tahun 1870. Lihat A.H. Swaving, Mr. L.W.C. van den Berg’s De Toekomst van Atjeh (Batavia : H.M. Van Dorp & Co, 1890), hlm. 2 ; Mr. Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab: Dalam Pemberontakan Melawan Belanda, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 113, 118. Mr. Hamid Algari, C. Snouck Hurgronje : Politik Belanda terhadap Islam dan Keturunan Arab, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1984), hlm. 119; Nico J. G. Kaptein, Islam, Colonialism and the Modern Age in the Netherlands East Indies : A Biography of Sayyid ‘Uthman (1882-1914), (Leiden: Brill, 2014), hlm. 140-144 ; Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda het Kantoor voor Inlandsche Zaken, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 118, 160 ; P.S.J. van Koningsveld, Snouck Hurgronje dan Islam, (Jakarta: Girimukti Pasaka, 1989) , hlm. 159. 21
9
sahabat pemerintah Hindia Belanda ”,
22
“ seorang pengabdi
pemerintah kolonial Belanda yang amat setia ” dan “ seorang Arab yang berserikat
dengan
pemerintah
Hindia
Belanda
”.
Akibat
23
pandangannya kepada masyarakat Arab di atas , Sayid Usman juga dikatakan sebagai
“ seorang pembuat khotbah penjilat ”
mengelabuhi mata orang-orang Eropa ”.
24
dan “
25
Berbagai istilah yang ditujukan kepada Sayid Usman di atas merupakan respons beragam dari masyarakat Arab di Jakarta atas pandangan-pandangan yang ia berikan. Respons tersebut muncul karena pandangan Sayid Usman dianggap sebagai kritikan atas sikap dan perilaku mereka yang mulai menyimpang dari tradisi dan keagamaan masyarakat Arab. Usman
juga
pemerintah
digunakan terkait
Selain hal tersebut, pandangan Sayid
menjadi
masyarakat
dasar Arab
di
pembentukan Jakarta.
pandangan-pandangan di atas, maka Sayid Usman 22
kebijakan
Oleh
karena
terlibat dalam “
Ibid., hlm. 179.
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP2ES, 1980), hlm. 29. 23
24
Badjerei , op. cit., hlm. 21.
25
Deliar Noer, op. cit., hlm. 29.
10
pusaran plemik dan permasalahan internal pada masyarakat Arab pada tahun-tahun terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Jakarta. Pada masa abad ke-21 khususnya pada tahun 2014, nama Sayid Usman mulai disebut-sebut lagi oleh sebagian kelompok masyarakat Arab . khususnya oleh organisasi Arrabithah Alawiyah yang menganggap Sayid Usman sebagai pendiri pendidikan agama Islam yang petama di Jakarta. Oleh karena alasan-alasan di atas, maka pandangan Sayid Usman terhadap dinamika masyarakat Arab yang terjadi di Jakarta menjadi sangat penting untuk diteliti lebih mendalam. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Dari latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah pandangan Sayid Usman bin Yahya terhadap dinamika sosial kehidupan masyarakat Arab di Jakarta pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pandangan Sayid Usman menjadi sebuah topik yang menarik dalam penelitian ini dikarenakan kapabilitas yang dimilikinya dalam memahami realitas sosial keagamaan pada masyarakat Arab. Kapabilitas itu terbangun dari berbagai
kedudukan
yang
dimiliki
oleh
Sayid
Usman
seperti
diantaranya bahwa ia seorang sayid Alawiyin, ulama ahli hukum Islam dalam madzab Syafi’i,
seorang yang mengerti tradisi Arab dan
11
keagamaan masyarakat Arab karena lahir dari keluarga Arab dan lama tinggal di Mekah dan Hadramaut, anggota dewan kota Jakarta, mufti dan penasihat kehormatan untuk bangsa Arab. Dari kedudukanya tersebut
maka
Sayid
Usman
mempunyai
wewenang
dalam
“memandang” masyarakat Arab dengan segala dinamika sosial yang terjadi.
26
Selain itu, pandangan Sayid Usman berangkat dari
pengamatan (observasi) yang empiris dimana ia benar-benar hidup menjadi bagian dari dinamika masyarakat Arab yang terjadi di Jakarta pada masa hidupnya. Pandangan terhadap dinamika masyarakat Arab tersebut oleh Sayid Usman kemudian direkam dalam karya tulis ilmiah keagamaan yang ia terbitkan dalam bentuk nasihat dan fatwa. 27
Sayid Usman mempunyai berbagai kedudukan penting di dalam masyarakat Arab diantaranya perwakilan bangsa Arab yang duduk dalam anggota dewan kota Batavia, ulama, mufti dan penasihat kehormatan untuk bangsa Arab di kantor inlandsche zaken sejak tanggal 3 Mei 1891. Lihat Dr. Karel A Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad ke-19, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm.135; Het Niews van den Dag, 27 Maret 1905; Regereringsalmanak voor Nederlandsch-Indie, tahun 1899, II. hal. 458. 26
Fatwa adalah nasihat keagamaan yang dikeluarkan oleh seorang mufti atau ahli hukum Islam atas permintaan, dengan bentuk nasihat lisan maupun tertulis. Lihat Amiq, “ Two Fatwa on Jihad Against the Dutch Colonization in Indonesia: A Prosopographical Approach to the Study of Fatwa ”, Studia Islamika, vol. 5 no. 3, (1998), hlm. 86; Kaptein (2014), op. cit., hlm. 211. 27
12
Dengan pertimbangan dan berbagai alasan yang mendukung dalam pemilihan permasalahan penelitian seperti yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini diantaranya adalah Pertama, bagaimanakah pandangan Sayid Usman bin Yahya terhadap realitas sosial masyarakat Arab yang terjadi di Jakarta ? Kedua, bagaimana cara pandang Sayid Usman bin Yahya terhadap realitas sosial masyarakat Arab di Jakarta ? Ketiga, seperti apakah tipe ideal masyarakat Arab di Jakarta menurut pandangan Sayid Usman bin Yahya?
Keempat,
sejauh
manakah
pandangan
Sayid
Usman
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Arab di Jakarta ? Ruang lingkup penelitian secara umum dimulai sejak kepulangan Sayid Usman bin Yahya dari Timur Tengah ke Jakarta pada tahun 1862, namun secara khusus difokuskan mulai tahun 1877 dimana ia mulai
menulis
berbagai
pandangannya
tentang
realitas
sosial
keagamaan yang terjadi pada masyarakat Arab sampai wafatnya pada tahun 1914. Walaupun secara umum dan khusus difokuskan pada masa tersebut di atas, namun kurun waktu dari awal kelahiran Sayid Usman pada
awal abad ke-19 sampai tahun 1930-an akan menjadi
spasial yang dikaji untuk memperkuat analisis pandangan Sayid
13
Usman bin Yahya terhadap dinamika kehidupan masyarakat Arab di Jakarta. Penelitian ini difokuskan di wilayah Jakarta sebagai letak domisili Sayid Usman bin Yahya dan daerah koloni Arab terbesar di pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang pada saat itu bernama Batavia. Walaupun begitu, kota-kota koloni Arab lainnya di Jawa dan berbagai daerah di Indonesia seperti Surabaya, Palembang dan Pontianak serta daerah lainnya yang ada kaitanya dengan kehidupan masyarakat Arab di Jakarta juga akan menjadi objek penelitian dengan pertimbangan pentingnya posisi Jakarta sebagai pusat perekonomian dan pergerakan sosial-politik pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
masyarakat Arab
28
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulisan tentang pandangan individu tokoh sejarah menurut Kuntowijoyo bertujuan untuk melihat gagasan-gagasan besar yang berpengaruh dalam kejadian sejarah dimana tokoh sejarah tersebut muncul, tumbuh dan berkembang. Dengan dasar tersebut maka penelitian ini bertujan untuk mendeskripsikan pandangan atas realitas sosial dan pandangan ideal dari Sayid Usman tentang kehidupan
28
R. Moh Ali, op. cit., hlm.170.
14
masyarakat Arab di Jakarta pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke20.
29
Tujuan lain yang dapat terbentuk dalam penulisan tesis ini adalah penjelasan tentang pengaruh pandangan Sayid Usman terhadap kehidupan masyarakat Arab di Jakarta pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Selain pengaruh pandangan Sayid Usman, tujuan lain dari penelitian ini juga untuk melihat implementasi, diseminasi dan sosialisasi pandangan Sayid Usman pada masa tersebut. Sehingga dengan berbagai tujuan penelitian di atas, maka berbagai realitas sosial keagamaan yang terjadi pada masyarakat Arab di Jakarta dapat diketahui tidak hanya dari pandangan yang bersifat sosial politik saja, namun juga dari pandangan yang bersifat sosial keagamaan dari seorang penasihat bangsa Arab pada masanya. Penelitian
ini
juga
berusaha
30
membuktikan
bahwa
dengan
pandangan Sayid Usman telah terjadi banyak peristiwa sejarah yang penting pada kehidupan sosial keagamaan sehari-hari masyarakat Arab di Jakarta. Sehingga dengan penelitian ini, maka dapat menambah
29 Kuntowijoyo,
2003), hlm. 203, 206. 30
Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana,
Ibid, hlm. 197-199.
15
penulisan
sejarah
yang
baru
khususnya
tentang
kajian-kajian
penulisan sejarah yang berhubungan dengan pandangan tokoh Arab di Indonesia pada abad ke-19 dan awal abad- 20. Dengan tujuan yang telah disebutkan di atas, maka manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah historiografi tentang pemikiran tokoh sejarah atas realitas sosial keagamaan dan pandangan ideal pada sebuah masyarakat. Manfaat lainnya dari penelitian
ini
adalah
memberikan
keragaman
dalam
metodologi
penulisan sejarah khususnya penulisan sejarah sosial dengan konteks pandangan seorang tokoh sejarah yang dapat menghasilkan penulisan sejarah
sosial
yang
baru.
Pengertian
tersebut
didasari
bahwa
pandangan pelaku sejarah selalu terkait dengan zaman dimasa kehidupannya,
masyarakat
dan
lingkungan
sosial-politik
yang
melingkari kehidupannya. D. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka pada penulisan ini digunakan beberapa karya pustaka yang berhubungan dengan Sayid Usman dan kehidupan masyarakat
Arab
di
Jakarta,
khususnya
yang
memperlihatkan
pandangan atas realitas sosial dan pandangan idealnya.
Berbagai
pandangan tersebut oleh Sayid Usman dituangkan dalam tulisan karya
16
ilmiah keagamaan pada kitab maupun selebaran yang diterbitkan melalui percetakan miliknya di Petamburan antara tahun 1877 sampai dengan tahun 1913.
31
Tulisan pertama kali yang mengisahkan
Karya Sayid Usman yang menyoroti secara khusus tentang kehidupan sosial keagamaan masyarakat Arab diantaranya adalah : Simth As-Shudhur wa Al-Jawahir fii Al-Hall Takhsis Al-Nudhur lil AsySyadah Ath-Thahir (1294/1877), Al-Nasiha Al-Mardiyyah (ini sebuah Nasihat yang Tersuka) fii Ar-Radd ‘ala Al-Wasiyyah Al-Mannamiyyah (1309/ 1891), Hadzihi-al ‘As-ilah Warodah ‘Al Saayyid ‘Uthman bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya wa Tuliba minhu Al-Jawaab ‘Alaiha fa Jaawab ‘Ala kulli Su’alin minha ‘ala Hasabima Sathara Tahta (1892), ‘Aqd Al-Juman fi Adab At-Tilawah Al-Qur’an (t.t.), Tuhfaha Al-Wardiya min Riyadi As-Syariath Al-Muhamadiya fi An-Nasiha Al-Mardiya (1297/1880), Aslakh Al-Halal bi-at-Tholab Al-Halal (1298/1880), I’anat Al-Mustarshidin ‘Ala Fahm Ad-Diin (1305/1888), Nasiha Al-Syafiq li-Kulli Akhwa-Ar-Rafiq (1311/1894), Taftih Al-Muqlatain wat-Tabyin AlMafsadatayn Al-Mukhabba’atayn bi-Sulh Al-Jama’atayn, (1313/1895), Miftakh As-Sa’adah (1315/1897, Al-Fawaid Al-Jami’ah wa Al-Matalib AlNafi’ah (1317/1899), Sadd Al-Bab ‘an Zann Al-Su’Wa Al-Ightirab (1317/1900 ), Misbahud Ad-Dholam (1903), Sawn Al-Diin An-Nazaghat Al-Mudhilin (1321/1903), Ini Buku Kecil buat Menyatakan Pertegasan Hukum Adat Negeri yang Bersamaan pada Pertengahan Hukum Agama Islam atas Orang dengan Memakai Pakaian Lain Bangsanya Adanya ( 1904), Husu Al-Ma’mul bi Al-‘Amal bi An-Nasiha Ar-Rosul (1323/1905), Kelakuan Terpuji bagi Guru Ngaji (1324/1906), An-Nubdzat Al-Lathifah fii Al-Nasiha Al-Munifa (1324/1907), Ta-Biyin Al-Haq min ad-Dholal wa Tanzihuh min Su’il Fa’al (1325/1907), Hadiyyat Ar-Rafiq bi Wasilat AtTawfiq (1324/1907), Jam’un Nafa’is Litahsin Al-Madaris (1327/1909) , Nasehat Yang Bermula (1329/1911), Thoriqoh As-Salamah minal Khusron wa An-Nadhamah (1329/1911, Jam’al fii Aqsam Al-Khawariqi Al-Adah (1329/1911), I’lan Al-Ikhwan bi-Wujub Al-Tabligh wa Al-Tadhkir bi Al-Ikhsan (1331/1913), Qoul Al-Haqq bi Al-Bashiro fi Anna Al-Mujtari’ Khabith Asy-Syariro (1331/1913), Mir’ah Al-Haqq wa Al-Insaf fii Huquq As-Sadah Al-Asraf, (1331/1913), Sinar Istirlam (1913), Maslah AlAkhyaar fii Ad-Diyah wa Al-Adzkar (t.t.), Hadis Keluarga (t.t.), Tasriij Al31
17
kehidupan Sayid Usman dengan masyarakat Arab adalah artikel karya Snouck
Hurgronje
yang
Nederlandsch-Indische Rotterdamsche Courant
berjudul
Regeering
Een
yang
Arabisch diterbitkan
Bondgenoot dalam
der
Nieuw
pada tanggal 14 dan 16 Oktober 1886 dan
kemudian diterbitkan ulang dalam buku yang berjudul Verspreide Geschriften van Snouck Hurgronje yang diterbitkan pada tahun 1924. Artikel lainnya tentang Sayid Usman adalah karya Snouck Hurgronje yang berjudul Sajjid Oethman Gids voor de Priesterraden dimuat dalam Het Recht in Nederlandsch-Indie, LXIII yang diterbitkan di Jakarta pada 1894 halaman 722-744 yang menyampaikan penggunaan karya Sayid Usman bin Yahya untuk pedoman teknis dalam lembaga peradilan agama di daerah kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada abad ke 19 bagi masyarakat Arab dan pribumi.
32
Karya lainnya yang digunakan juga meliputi biografi Sayid Usman bin Yahya dan berbagai peristiwa yang terjadi pada masyarakat Arab yang didapatkan dari kitab Suluh Zaman karya Sayid Abdulah bin Qandiil li Bayani Hukmi At-Taqbiil (1330/1912) dan Perkara Luar Batang (t.t). Snouck Hurgronje, Verspreide Geschriften van Snouck Hurgronje IV (S’Gravenhage: Kurt Schroeder/Bonn Und Leipzig, 1924), hlm. 7285, 286-303. 32
18
Usman bin Yahya. Kitab biografi lainnya yang digunakan adalah kitab Qamaruzaman karya Sayid Syech bin Alwi bin Usman bin Yahya yang diterbitkan pada tahun 1925. Selain karya berbentuk kitab, karya selebaran biografi yang berjudul Sirah dan Tarikh Sayid Usman bin Yahya karya Sayid Ali Alaydrus yang diterbitkan pada tahun 1934 juga digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini.
33
Untuk menambah
referensi dalam penelitian ini juga digunakan koleksi surat pribadi Sayid Usman, terutama surat yang ia kirimkan kepada Snouck Hurgronje
dan
pejabat
kolonial
bangsa
Eropa
yang
telah
diinventarisasikan oleh perpustakaan Universitas Leiden. Dalam suratsurat
pribadinya
ditemukan
pandangan-pandangannya
terhadap
realitas sosial yang terjadi dan pandangan ideal tentang kehidupan masyarakat Arab di Jakarta .
34
Karya pustaka tentang penelitian masyarakat Arab khususnya Abdulah bin Usman bin Yahya, Suluh Zaman, (Batavia: Percetakan Sayid Usman, t.t.); Syekh bin Alwi bin Usman bin Yahya, Qamarruzaman, (Weltevreden: Percetakan Sayid Usman, 1925 ); Sayid Ali Alaydrus, Sirah dan Tarikh Sayid Usman bin Yahya, (Batavia Centrum: t.p., 1934). 33
Surat Sayid Usman kepada Snouck Hurgronje dalam koleksi perpustakaan Universitas Leiden menggunakan kode Or. 8952 A 1023 dan 1024, sedangkan surat keluarga khususnya yang ditulis oleh anakanaknya kepada Snouck yang dikoleksi perpustakaan Leiden menggunakan kode koleksi Or. 8952 A 416 dan A 920. 34
19
komunitas Hadrami di Jakarta pada tahun 1866 oleh LWC. Van den Berg yang berjudul Le Hadhramout Et. Les Colonies Arabes yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara yang diterbitkan oleh Indonesian-Netherlands Coorperation in Islamic Studies (INIS) pada tahun 1989 juga digunakan sebagai sumber pendukung utama dalam penulisan ini. Penelitian ini juga menggunakan sumber dari surat nasihat Snouck Hurgronje kepada pemerintah yang berhubungan dengan masyarakat Arab pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang dihimpun oleh karya E. Gobee dan C. Andrianse dengan judul Ambtelijke Adviezen van C. Snouck Hurgronje 1889-1936 yang juga telah diterjemahkan dan diterbitkan oleh INIS pada tahun 1994 dengan judul Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936 seri IX.
35
Selain karya pustaka di atas, juga
digunakan buku dan jurnal yang menerangkan secara khusus tentang Sayid Usman bin Yahya dan masyarakat Arab diantaranya seperti karya Hamid Al-Gadri, Edrus Alwi Al-Mashoer, Hussein Badjerei, Azyumardi
E. Gobee dan C. Andrianse, Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936, IX , X (Jakarta: INIS, 1994). 35
20
Azra, Nico Kaptein, Mohammad Noupal, Karel Steenbrink, Aqib Suminto, Michael Laffan, Natalie Mobini-Kesheh dan Henri Chambert Loir serta Huub De Jonge dan karya-karya penunjang lainnya dalam penulisan ini.
36
Selain karya kitab dan selebaran tentang biografi Sayid Usman yang ditulis oleh keluarganya serta karya pustaka yang membahas 36 Azyumardi
Azra, “ Hadrami Scholars in the Malay-Indonesia Diaspora: a Preliminary Study of Sayyid Uthman ”, Studia Islamika, no. 2 tahun II, (1995), hlm. 1-33; N.J.G. Kaptein, “ Sayid ‘Uthman on the Legal Validity of Documentary evidence ”, BKI 153, (1), 1997, hlm. 85102; N.J.G. Kaptein (ed.), The Muhimmat Al-Nafa’is: A Bilingual Meccan Fatwa Collextion for Indonesian Muslim from the End of the Nine teenth Century, (Jakarta: INIS, 1997); N.J.G. Kaptein, The Sayyid and The Quen, Journal of Islamic Studies, 9 : 2, 1998, hlm. 158 -177; N.J.G. Kaptein, Kekacauan dan Kerusuhan: Tiga Tulisan tentang Pan-Islamisme di Hindia Belanda Timur pada Akhir Abad Kesembilan Belas dan Awal Abad Kedua Puluh, (Jakarta: INIS, 2003) ; N.J.G. Kaptein, “ Some Early Contributions to Arabic-Malay Lexicography : Sayyid Uthman of Batavia (1822-1913) as a : Lexicographer ” (ed.), Asmah Haji Omar, Malay Images, (Tanjung Malim: UPSI, 2005), hlm. 120-142 ; N.J.G. Kaptein, Islam, Colonialism and the Modern Age in the Netherlands East Indies: A Biography of Sayyid Uthman (1822-1914) of Batavia, (Leiden: Brill, 2014 ); Aqib Suminto op. cit., hlm.159-161; Michael Laffan, The Making of Indonesian Islam : Orientalism and The Narration of a Sufi Past, ( Princeton : Princenton University Press, 2011), hlm. 139-142; Henri Chambert-Loir, Naik Haji di Masa Silam, Tahun 1482-1890, Jilid I, ( Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2013), hlm. 436-438 ; Natalie Mobini-Kesheh, The Hadrami Awakening: Community an Indentities in the Netherlands Indies, 1900-1942, (New York : SEAP, 2002), hlm. 22 ; Huub de Jonge and Nico Kaptein, Transcending Borders: Arabs, Politics, Trade and Islam in Southeast Asia, (Leiden : KITLV Press, 2002), hlm. 143-144.
21
tentang hal tersebut, penelitian ini juga menggunakan data-data dari manuskrip berbahasa Arab dan Melayu. Manuskrip yang digunakan diantaranya adalah seperti karya Sayid Abu Bakar bin Ali bin Abu Bakar Shihabudin yang berjudul Rihlatur Asfar yang menyajikan kisahkisah penting tentang komunitas Hadrami di Jakarta pada abad ke-19 dan abad ke-20. Sebuah karya manuskrip karya Sayid Umar bin Yahya dari Indramayu yang berjudul Al-Mamlak yang menerangkan tradisi intelektual keagamaan para sayid atau keluarga Arab keturunan Alawi (Alawiyyin) juga digunakan untuk melihat tradisi dan keagamaan komunitas Hadrami di Jawa pada paruh kedua abad ke-19. Untuk sumber pendukung dalam penulisan ini juga digunakan beberapa surat kabar dan majalah yang tercetak dengan bahasa Melayu, Belanda dan Arab yang terbit antara tahun 1877 sampai dengan tahun 1930 yang melaporkan peristiwa-peristiwa penting maupun opini publik seputar pandangan Sayid Usman bin Yahya terhadap realitas sosial dan pandangan ideal pada kehidupan masyarakat Arab pada zaman tersebut.
37
Surat kabar dan majalah yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah Al-Hamra, Algemeen Handelsblad, Bataviaasch Nieuwsblad, Bintang Timor, De Locomotief, Het Niews van den Dag, Nieuwe Tilburgsche Courant, De Tijd, Pemberita Betawi, Sinar Betawi 37
22
Sumber-sumber arsip dan dokumen pemerintah juga digunakan untuk melihat berbagai hal diantaranya seperti keputusan dan kebijakan pemerintah kolonial yang berhubungan dengan jabatan Sayid Usman
bin
Yahya,
daftar
orang
Arab
yang
tergabung
dalam
perkumpulan sosial, izin perkumpulan sosial dan laporan kegiatan perkumpulan sosial masyarakat Arab pada paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Jakarta. Sumber pemerintah kolonial yang dimaksud antara lain dalam diantaranya seperti Algemeen Rijksarchief (ARA),
Besluit Gouverneur
Generaal
(BT),
Missive
Gouvernements
Secretaris (MGS), Rapport Departement van Justitie, Surat Direktur Onderwijs Nijverheid (Pendidikan Agama dan Kerajinan), Surat menteri koloni (ministerie van kolonien), arsip koleksi
KITLV, arsip koleksi
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia no. kode. 471* dan arsip koleksi Perpustakaan Universitas Leiden seperti bundel koleksi 8198 A2 dan Plano 53 F1. E. Kerangka Konseptual Tema utama penulisan sejarah dalam penelitian ini adalah pandangan seseorang tokoh Arab terhadap realitas sosial keagamaan Soerabaiasch-Handelsblad , Kaoem Moeda, Oetoesan Melajoe, Sinar Hindia dan lain-lainnya
23
dan pandangan ideal pada masyarakat Arab di Jakarta pada paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kerangka konseptual yang digunakan untuk menganalisis tiga hal penting diantaranya adalah pertama yaitu untuk pendekatan cara melihat dan objek pandang Sayid Usman,
kedua adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat
masyarakat Arab di Jakarta pada masa tersebut serta yang ketiga adalah pendekatan pandangan tipe ideal Sayid Usman pada masyarakat Arab di Jakarta. Kata “ pandangan ” dalam pendekatan ini didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan atau pendapat tentang sesuatu yang dilihat oleh seorang.
38
Seseorang yang dimaksud di atas tentu adalah Sayid
Usman sebagai pelaku sejarah. Dengan konteks di atas maka metodologi penulisan sejarah tentang pandangan dimasukkan dalam kategori bahwa sebuah pengetahuan atau pendapat hanya mungkin dilakukan oleh individu tunggal yang dalam hal ini adalah Sayid Usman.
39
Sehingga metodologi penulisan sejarah tentang pandangan
Sayid Usman kepada masyarakat Arab di Jakarta dilakukan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia : Pusat Bahasa , Edisi Keempat, op.cit,, hlm. 1011. 38
39
Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 190.
24
pertama, kajian teks dari kitab dan selebaran karya Sayid Usman dan yang kedua adalah kajian konteks sejarah pada masa jabatan Sayid Usman
terbentuk serta yang ketiga adalah kajian hubungan antara
teks karya Sayid Usman dengan masyarakat Arab. Dengan metodologi di atas, maka pendekatan yang dipakai dalam penulisan sejarah pada penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti pemikiran-pemikiran besar yang terangkum dalam pendapat dan pengetahuan Sayid Usman tentang masyarakat Arab.
40
Dari pengertian pandangan di atas, maka pendekatan yang pertama adalah pandangan Sayid Usman dalam melihat realitas sosial yang terjadi pada masyarakat Arab di Jakarta. Pada penelitian ini realitas sosial keagamaan masyarakat Arab diartikan sebagai “ segala sesuatu yang dianggap ada dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat Arab ” yang lebih mudah difahami ketika menjadi sebuah pernyataan tentang realita itu sendiri yang disebut sebagai fakta. 41
Tentang pendapat dan pengetahuan hanya mungkin dilakukan oleh individu tunggal didapatkan dari pernyataan Kuntowijoyo yang mengutip gagasan dari R.G. Collingwood dalam The Idea of History. Lihat ibid., hlm. 190-191. 40
41 Kata
“ dianggap ” mencerminkan relativitas karena ada bagi seseorang belum tentu ada bagi yang lain, karena masing-masing memiliki pandangan yang berbeda tentang suatu hal, sehingga “ada”
25
Implikasi dari definisi realitas sosial di atas jika dihubungkan dengan pandangan Sayid Usman adalah bahwa ia merupakan seseorang yang menceritakan suatu kejadian. Dengan kalimat lain dapat dinyatakan bahwa
Sayid
Usman
sedang
mengemukakan
fakta-fakta
sosial
keagamaan atau mengemukakan pernyataan-pernyataan tentang suatu kenyataan yang terjadi pada masyarakat Arab di Jakarta. Fakta yang dilihat dan diungkapkan oleh Sayid Usman dapat bersifat subyektif ketika dihasilkan hanya melalui sudut pandang pribadinya saja, namun fakta tersebut dapat dikatakan bersifat obyektif ketika fakta tersebut didasari pada suatu kenyataan tertentu.
42
Dari pengertian di atas, maka realitas sosial keagamaan yang dinyatakan oleh Sayid Usman bin Yahya dalam pandangannya adalah sebagai fakta sosial yang
merupakan pengalaman dari realitas
eksternal yang telah ditentukan sebelumnya oleh pendahulunya. Hal itu belum tentu harus bersifat empiris karena “ ada ” yang dianggap “ ada ” belum tentu diketahui oleh panca indera , namun dapat pula “ ada ” diartikan “ berarti yang ada di dunia ” baik secara empiris maupun dalam pikiran kita. Lihat Heddy Shri Ahimsha-Putra, Paradigma Ilmu Sosial-Budaya : Sebuah Pandangan, Makalah disampaikan pada Kuliah Umum “ Paradigma Penelitian Ilmu-Ilmu Humaniora ” diselenggarakan oleh Program Studi Linguistik, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, di Bandung 7 Desember 2009, hlm. 15-16. 42
Ibid. hlm. 16.
26
kemudian
diteruskan
menjadi
titik
pijak
direpresentasikan dalam mental mereka.
43
individu
Arab
yang
Sehingga dari asumsi
tersebut, fakta sosial yang dipandang oleh Sayid Usman adalah kehidupan sosial keagamaan masyarakat Arab yang dalam realitasnya terbentuk dan terbangun dari harapan-harapan kehidupan sehari-hari masyarakatnya sebagai realitas yang tertinggi. Schutz menyatakan bahwa realitas tertinggi diantaranya meliputi interaksi dan aktivitas sosial keagamaan lainya.
cara peribadatan,
44
Dengan keterangan di atas, maka dapat diketahui bahwa Realitas kehidupan menurut Alfred Schutz adalah sebuah realitas atau tradisi kebudayaan yang bersifat kolektif dan intersubjektif, tersusun dari beragam keyakinan agama dan pengetahuan teknis, ide-ide sastra dan seni, khayalan dan impian. Lihat John Scott, Teori Sosial: Masalah-Masalah Pokok Dalam Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 181. 43
Alfred Schutz menyatakan bahwa dunia kehidupan sehari-hari merupakan realitas tertinggi atau fondasi dari seluruh kehidupan sosial dan menyediakan kerangka “ familier ” dari pengetahuan yang membangun harapan-harapan kehidupan sehari-hari. Dari sisi historiografi, menurut Bambang Purwanto bahwa penulisan sejarah kehidupan sehari-hari berusaha mengalihkan fokus persoalan penulisan sejarah dari kekuasaan politik kolonial menuju pada kenyataan-kenyataan sosial dari masa lalu masyarakat. Lihat Bambang Purwanto, “ Menulis Kehidupan Sehari-hari Jakarta: Memikirkan kembali Sejarah Sosial Indonesia ”, (ed.) Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto dan Ratna Saptari, Perspektif Penulisan Sejarah Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013), hlm. 272; Scott, op. cit,. hlm.182. 44
27
sosialisasi dan interaksi dalam masyarakat Arab telah menjadi objek penting dalam pandangan Sayid Usman. Sosialisasi pada penelitian ini diartikan
sebagai
proses
dinamis
yang
terjadi
dalam
individu
masyarakat Arab dalam mengembangkan kemampuan berfikirnya. Tentang interaksi pada penulisan ini diartikan sebagai pengekspresian kemampuan berfikir oleh individu maupun kolektif di dalam internal masyarakat Arab maupun eksternal masyarakat Arab dengan pribumi, etnis asing dan pemerintah.
45
Pendekatan kedua adalah cara pandang Sayid Usman dalam melihat realitas kehidupan sosial masyarakat Arab pada paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20. Untuk melihat bagaimana Sayid Usman
“
memandang
menyebutkan
bahwa
”
masyarakat cara
seorang
Arab,
maka
dalam
Kuntowijoyo menggunakan
pengetahuannya untuk berpendapat tidak lepas dari dimana Sayid George Herbert Mead mengatakan dengan dalih pragmatism bahwa tindakan dan interaksi manusia bukan proses mental yang terisolasi. Mead lebih mengartikan bahwa sosialisasi pada individu pada umumnya dan interaksi individu pada khususnya dalam masyarakat adalah proses mereka dalam mempelajari makna dan simbol bukan dalam artian menciptakan makna dan simbol karena kebanyakan individu merespons simbol melalui proses berfikir. Lihat George Ritzer dan Douglas J Goodman, Teori Sosiologi : Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern, (terj.), ( Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2013), hlm. 376, 393, 394. 45
28
Usman muncul, tumbuh dan berkembang. pembentukan
kepribadian
Sayid
46
Usman
Oleh karena itu, maka sesuai
kemunculan,
pertumbuhan dan perkembangannya menjadi hal yang penting untuk dilihat. Untuk melihatnya, maka digunakan pendekatan determinan sosial-budaya
47
sehingga berbagai hal penting seperti latar belakang
keluarga, pendidikan dan pengalaman dalam realisasi diri Sayid Usman dapat diketahui.
48
Pendekatan lainnya yang digunakan untuk melihat cara pandang Sayid Usman adalah melihat status dan peran Sayid Usman sebagai individu Arab yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Arab 46
Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 191.
Menurut Olson dan Hergenhahn yang disebut determinan pengaruh sosial-budaya pada kepribadian seseorang adalah seperti tingkatan sosial-ekonomi keluarga, tingkatan pendidikan pengasuh yang intelektual, besar kecilnya jumlah anggota keluarganya, urutan kelahiran, identitas etnis , agama yang kuat dan wilayah tempat yang sehat untuk pertumbuhan. Lihat Matthew H. Olson dan B.R, Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian, Edisi Delapan (terj.) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 7. 47
Realisasi diri adalah proses ketika Individuasi berekspresi didalam konteks hidupnya sehingga menuju akhir dari pemekaran jiwa . Pendapat ini dicetuskan oleh seorang ahli psiko analitik kelahiran Swiss yang bernama Carl Gustav (C.G) Jung (1875-1961). Lihat Yustinus Semiun, OFM, Teori-Teori Kepribadian :Psikoanalitik Kontemporer, Jilid I, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2013), hlm. 132,135. ; Olson dan Hergenhahn, op. cit., hlm. 163. 48
29
di Jakarta. Dalam pengertiannya, status merupakan kumpulan hak dan kewajiban
yang
membentuk
identitas
merupakan aspek dinamis dari status.
49
sosial,
sedangkan
peran
Sehingga dari implikasi yang
didapat adalah bahwa status Sayid Usman sebagai seorang ulama, mufti dan penasihat kehormatan bangsa Arab memiliki hak dan kewajiban dalam “ memandang ” masyarakat Arab. tersebut
maka
kehidupan
terlihat
masyarakat
peran Arab
Sayid pada
Dari statusnya
Usman
dalam
memandang
masanya
untuk
menunjukan
identitas sosialnya. Sebagai seorang individu Arab dari kelompok Alawiyin, status dan peran Sayid Usman juga dilihat dari “ kebangsaannya ”, dimana pendekatan ashabiyah dapat merepresentatifkan seorang Sayid Usman sebagai seorang “ bangsa ” Arab. Secara umum pendekatan ashabiyah diartikan sebagai “ berkat hubungan darah ”,
50
fanatism,
51
dan
Ward H. Goodenough, “Rethinking ‘Status and Role’ : Toward a General Model of The Cultural Organization of Socail Relationships (ed.), Michael Banton, The Relevance of Models for Social Anthropology, (London : Tavistock Publications , 1965), hlm. 2. 49
Ibn-Khaldun, Discours Sur L’Historie Universelle (Al-Muqaddima ), (Beyrouth: Commision Libanaise Pour La Traduction des ChefD’Ceuvre, 1968), hlm. 549. 50
30
solidaritas sosial.
52
Dengan pendekatan ashabiyah, maka diketahui
bahwa pandangan Sayid Usman adalah pandangan yang didasari tradisi Hadrami yang konservatif dengan akar primordialisme yang kuat sesuai dengan konsep ashabiyah. Sebagai implikasi selanjutnya dari pendekatan ashabiyah tersebut dapat diketahui juga bahwa Sayid Usman adalah seorang Arab Alawiyin yang
memiliki kekuasaan dan
kehormatan dalam memandang “ bangsanya ” sendiri yaitu bangsa Arab.
53
Sehingga pandangan Sayid Usman selalu mengarah pada
Ibnu Khaldun, Mukaddimah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013), hlm. 201. 51
Ali Abdul Wahid Wafi, Ibnu Khaldun : Riwayat dan Karyanya, (Jakarta : Graffiti Press, 1985), hlm. 67. Pendapat Syed Farid Alatas mengatakan bahwa masyarakat Arab khususnya komunitas Hadrami pada periode kolonial bukan berdiri dari kebangsaannya (nationalism), bahasa dan etnisitas, namun mereka berdiri berdasarkan sistem kekeluargaan (kinsip) dan genealogi keturunan (nasab) yang dibangun dari dasar utama yaitu ashabiyah. Lihat Ahmed Ibrahim Abu Shouk and Hassan Ahmed Ibrahim, The Hadrami Diaspora in Southeast Asia: Identty Maintenance or Assimillation ?, (Leiden : Brill, 2009), hlm. 2, 3. 52
Pengertian ashabiyah menurut Khaldun muncul dalam aplikasi yang berbeda dimana pada kalangan Arab Badui ashabiyah hanya berfungsi sebatas pada persahabatan dan persekutuan, sedangkan pada golongan non-Badui dipakai secara mutlak untuk pencapaian kekuasaan dan kehormatan. Khaldun menambahkan pada golongan non-Badui, genealogi keturunan (rumah nasab) dan kehormatan pada hakikatnya digunakan oleh orang-orang yang menggunakan ashabiyah yang dimaknai sebagai fanatism. Ashabiyah atau fanatism merupakan modal untuk melindungi, mempertahankan 53
31
kekuatan
dan
larangan
yang
timbul
akibat
eratnya
hubungan
kekerabatan antara individu-individu suatu keluarga atau kabilah dalam komunitas Hadrami pada khususnya maupun masyarakat Arab pada umumnya.
54
Pada bagian ketiga dalam kerangka konseptual ini adalah pendekatan
pandangan
ideal
Sayid
Usman
untuk
kehidupan
masyarakat Arab di Jakarta. Pandangan tipe ideal (ideal type) adalah sebuah model yang dicetuskan oleh Webber untuk memandang secara objektif sesuai fakta-fakta sosial yang terjadi pada masyarakat Arab pada waktu itu. Menurut Max Webber, pandangan tipe ideal adalah pandangan yang menguraikan dan menjelaskan realitas sosial secara eksplisit berdasarkan fakta dengan menekankan sisi pandang sebatas tertentu yang menggambarkan dunia sesuai kenyataannya. Dengan kata lain bahwa pandangan ideal adalah model untuk mengkontruksi tipe ideal dari sebuah realitas dengan cara mereduksinya ke dalam sesuatu yang esensial. Tujuannya adalah agar orang lain yang
diri, mengajukan tuntutan kepada lawan dan segala yang diperlukan yang semuanya itu bertujuan untuk sebuah kekuasaan. Lihat Ibnu Khaldun, Mukaddimah, op. cit., hlm. 203-205, 218. 54
Ali Abdul Wahid Wafi, op. cit., hlm. 156.
32
memandang tahu persis posisi sudut pandang yang mengkonstruksikan tipe ideal tersebut. Sehingga pandangan tipe ideal
bukan sebuah
konteks penilaian subjektif namun lebih dalam ruang lingkup yang lebih luas.
55
Dengan pendekatan tipe ideal Webber, maka dapat diketahui bentuk dan isi tipe idealnya pandangan Sayid Usman bin Yahya terhadap masyarakat Arab di Jakarta pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20. Untuk melihat pandangan Sayid Usman menjadi sebuah pandangan tipe ideal, maka gejala yang dilihatnya sama dengan konsistensi logis yang sesuai dengan faktanya dan mengkontruksikan keseluruhan gejala tersebut secara terpadu. Sebagai pandangan tipe ideal, Sayid Usman mungkin saja mengabaikan aspek-aspek tertentu yang terdapat dalam gejala yang empirik yang tidak dapat dihindari karena kompleksitas kenyataan sosial keagamaan masyarakat Arab. Hal tersebut terlihat ketika Sayid Usman harus tetap mengkritisi kelompoknya sendiri demi terciptanya generalisasi dalam pandangan idealnya untuk masyarakat Arab secara umum. Akhirnya kontruksiTentang tipe ideal (ideal type) seperti yang digagas oleh Max Webber dapat dilihat pada karya Pip Jones, Pengantar teori-Teori Sosial : Dari Teori Fungsionalisme hingga Post-Modernisme, (terj.) (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), hlm. 118. 55
33
kontruksi pandangan Sayid Usman pada tingkatan yang berbeda berdasarkan
tingkat
generalitas
yang
berbeda
seperti
pola-pola
personalitas, hubungan sosial, kelompok atau kolektivitas yang lebih besar terjadi didalam masyarakat Arab dapat diketahui.
56
F. Metode dan Sumber Dalam metode penelitian sejarah, Kuntowijoyo membagi lima tahapan penting yang harus dilalui oleh seorang sejarawan diantaranya adalah (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi berupa kritik sejarah dan keabsahan sumber, (4) intepretasi, analisis dan sintesis, dan (5) penulisan.
57
Pemilihan topik pandangan realitas
Tipe ideal adalah suatu cara (metode) yang menekankan fungsi analisa daripada evaluasi untuk digunakan pada studi komparatif dan generalisasi empirik dalam melihat fenomena atau gejala sosial. Tipe ideal menurut Paul Johnson merupakan cara untuk pengimbangan terhadap tekanan pandangan subjektivitas seperti yang dilakukan oleh kaum positivis yang tidak dapat berhubungan dengan arti subyektif dan kaum historisi yang selalu menggunakan etos subyektif dalam mengungkapkan sesuatu peristiwa yang unik. Tipe ideal dibuat untuk terciptanya sebuah generalisasi ke satuan-satuan sosial yang lebih besar di belakang tingkat individu. Lihat Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 218. 56
Ahimsa-Putera dalam pengertiannya mengartikan metode penelitian ilmiah sebagai cara-cara dalam mengumpulkan data-data pada sebuah penelitian yang dalam hal ini adalah berupa data kualitatif seperti dengan metode kajian pustaka dan metode wawancara. Kesemua data kualitatif tersebut berisi nilai, pandangan hidup, norma, 57
34
sosial
dan
pandangan
ideal
Sayid
Usman
terhadap
kehidupan
masyarakat Arab di Jakarta dalam penelitian ini berawal dari seleksi berbagai
karya
dengan
topik
Sayid
Usman
yang
telah
ditulis
sebelumnya. Dari pemilihan topik tersebut muncul topik yang dipilih dan sepengetahuan penulis belum pernah ditulis oleh siapapun secara khusus dan mendalam. Selain itu alasan yang mendasari dari pemilihan topik ini adalah ketertarikan penulis terhadap ketokohan Sayid Usman yang “ fenomenal ” pada masanya. Alasan lainnya adalah adanya kedekatan emosional dan intelektual dengan penulis, karena penelitian dengan topik Sayid Usman pernah dilakukan sebelumnya oleh penulis khususnya pada tema peran pendidikan Sayid Usman di Jakarta dan kritik ideologi jihad oleh Sayid Usman. Sehingga penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian
sebelumnya
yang pernah dilakukan oleh penulis. Berdasarkan pertimbangan seleksi topik dalam penelitian ini, maka pandangan Sayid Usman atas realitas sosial dan pandangan ideal terhadap kehidupan masyarakat Arab di Jakarta menjadi topik utama aturan, kategori sosial budaya dan keagamaan, cerita, percakapan, pola perilaku dan interaksi sosial, organisasi sosial dan lingkungan fisik sebuah masyarakat Arab di Jakarta. Lihat Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005), hlm. 90; Ahimsha-Putra, Paradigma Ilmu Sosial-Budaya: Sebuah Pandangan, op. cit., hlm. 18.
35
dalam penelitian ini. Pengumpulan data kualitatif yang berkaitan dengan fakta-fakta sejarah kehidupan Sayid Usman dan masyarakat Arab
didapatkan melalui
pendekatan
dan
pengamatan
langsung
terhadap keluarga dan kerabat Sayid Usman bin Yahya di Jakarta. Pendekatan dan pengamatan langsung dilakukan dengan menggunakan metode wawancara di berbagai daerah di kawasan Jakarta seperti di daerah Pekojan, Petamburan dan Jatinegara terutama pada keluarga keturunan Sayid Usman. Data yang diperoleh dari wawancara tersebut meliputi
informasi diantaranya seperti lokasi rumah, percetakan dan
toko Sayid Usman di Petamburan, wasiat lisan Sayid Usman untuk keluarga, contoh material alat percetakan dan kisah pengelolaan percetakan sepeninggal Sayid Usman wafat oleh keluarga serta jaringan intelektual keagamaan yang dibentuk oleh Sayid Usman. Selain data wawancara yang didapatkan, penulis juga mendapat data non-lisan dari koleksi pribadi alm. Muhamad Alaydrus di Jatinegara antara lain seperti kumpulan salinan kitab karya Sayid Usman yang asli maupun yang sudah diterbitkan ulang pada abad ke20 dan abad ke-21, salinan surat kematian Sayid Usman dan katalog buku lengkap dengan harga penjualannya dan kitab biografi (manaqib) Sayid Usman yang ditulis oleh anak dan cucu-cucunya. Penelitian yang
36
dilakukan pada keluarga Sayid Usman dan para muridnya di Jakarta dilakukan oleh penulis dengan cara mengunjungi rumah para informan maupun mengikuti acara kekeluargaan seperti pernikahan, pengajian rutin keluarga Sayid Usman di Jatinegara dan Petamburan. Alasannya adalah ketika para keluarga Sayid Usman berkumpul maka dapat dipastikan semua keluarga dari diberbagai tempat di Jakarta maupun daerah lainnya dapat ditemui. Setelah kenal lebih dekat dengan mereka, maka penulis dapat berkorespondensi melalui media telepon, media sosial maupun hubungan komunikasi internet khususnya melalui email. Pengumpulan data tidak berhenti sampai di lingkungan keluarga, dan kerabat serta penerusnya saja, namun juga diteruskan pada beberapa masyarakat Arab di Jakarta baik khususnya keluarga keturunan pendiri dan pengurus Jamiat Kheir seperti diantaranya Ali Sahab dan Ali Yahya. Dari mereka didapatkan data seperti manuskrip, kumpulan buku-buku, majalah
tentang organisasi Arrabithah Al-
Alawiyah dan Darul Aitam. Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan cara mengunjungi rumah para informan, bertemu disuatu tempat yang telah dijanjikan ataupun mengunjungi kegiatan seminar di Arrabithah Al-Alawiyah maupun acara-acara penting masyarakat Arab di Jakarta.
37
Pencarian data-data penting lainnya sebagai sumber pendukung penulisan seperti manuskrip, surat kabar, majalah, buku dan jurnal serta karya tulis penting tentang Sayid Usman dan masyarakat Arab lainnya didapatkan di berbagai tempat. Data-data tersebut berada di perpustakaan pribadi maupun perpustakaan resmi milik instansi pemerintah dan lembaga penelitian di beberapa kota diantaranya seperti di Yogyakarta, Wonosobo, Pekalongan, Surabaya dan Jakarta. Perpustakaan pribadi yang menyimpan data-data yang dimaksud antara lain seperti di perpustakaan keluarga alm. Ahmad Adaby Darban di Yogyakarta, alm. Hasyim As’ari di Wonosobo, Habib Luthfy bin Ali bin Yahya di Pekalongan dan Sayid Syafiq bin Muhammad Alaydrus serta Anas Urbaningrum di Jakarta. Sedangkan perpustakaan resmi milik instansi pemerintah dan lembaga penelitian diantaranya seperti di Perpustakaan Fakultas Ilmu dan Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Perpustakaan IRCS Dan CRCS Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta,
Perpustakaan
Karta
Pustaka
Yogyakarta,
Perpustakaan Mahad Aly Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta,
Perpustakaan
Rabithah
Alawiyah
Pekalongan,
38
Perpustakaan
Universitas
Islam
Negeri
Sunan
Ampel
Surabaya,
Perpustakaan
Universitas Indonesia Jakarta, Perpustakaan Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Rabithah Alawiyah Jakarta. Khusus surat kabar dan majalah pada abad ke-19 yang mengisahkan tentang fakta-fakta sosial masyarakat Arab dan kitab serta selebaran karya Sayid Usman didapatkan
secara
khusus
di
Perpustakaan
Nasional
Republik
Indonesia. Sedangkan data-data berupa surat keputusan pemerintah yang berhubungan dengan Sayid Usman dan masyarakat Arab secara khusus didapatkan di kantor Arsip Nasional Republik Indonesia. Pencarian data-data penting lainnya juga dilakukan di Belanda khususnya koleksi milik Snouck Hurgronje yang terkait dengan berbagai kitab dan surat milik Sayid Usman yang diantaranya didapatkan seperti dari Perpustakaan Universitas Leiden (Unit Bibliothek Universiteid Leiden) dan perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV) di Leiden. Selain itu ada beberapa data penting khususnya koran dan arsip tentang pergerakan masyarakat Arab di awal abad ke-20 yang didapatkan di Nationaal Archief (NA) , Den Haag dan koleksi yang tersimpan di International Instituut voor Social Geshciedenis (ISHG) di Amsterdam.
39
G. Sistematika Penulisan Agar penelitian dapat tersusun dengan baik dan memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka penulisan tesis ini akan dibagi atas tujuh bab. Pada bab pertama tesis ini berisikan tentang pengantar yang tersusun atas latar belakang masalah, lingkup penelitian dan permasalahan, kerangka konseptual dan pendekatan, tinjauan pustaka, metode dan sumber penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan. Pada bab kedua, disampaikan tentang realitas dan kehidupan masyarakat Arab sampai abad ke-19 yang meliputi asal-usul imigran Arab di Jakarta, pembentukan identitas sosial, identitas dan interaksi sosial keagamaan dan lingkungan ekologis dan mobilitas sosial. Pada bab ketiga,
digambarkan bahwa Sayid Usman adalah
bagian dari masyarakat Arab di Jakarta sampai abad ke-19. Dimana lingkungan keluarga, sosial-budaya dan keagamaan serta perubahan dan permasalahan sosial kegamaan merupakan bagian dari mobilitas sosial masyarakat Arab pada awal abad ke-19. Juga diterangkan tentang pendidikan keagamaan di Timur Tengah dan jalinan keluarga Sayid Usman yang mendukungnya sebagai pembentukan dirinya sebagai orang “ Arab ”. Kemudian juga disampaikan tentang peran
40
dirinya dalam pengajaran di masjid, penulisan karya ilmiah keagamaan dan percetakan yang dimilikinya. Yang terakhir di bab ini adalah deskripsi tentang peran Sayid Usman sesuai statusnya menjadi mufti, dan penasihat kehormatan bangsa Arab serta masa akhir hayatnya. Bab keempat dalam tesis ini menjelaskan tentang perubahan sosial keagamaan masyarakat Arab sampai akhir abad ke-19 yang telah diseutkan pada bab ketiga. Perubahan sosial tersebut terlihat karena mobilitas sosial yang dilakukan oleh masyarakat Arab pada awal abad ke-19. Perubahan tersebut dilihat dari pandangan Sayid Usman tentang hubungan individu dan sosial yang terjadi dalam masyarakat Arab serta hubungan individu masyarakat Arab dengan pihak lain seperti : pribumi, etnis asing, pemerintah. Selanjutnya adalah Pandangan Sayid Usman tentang perubahan tradisi dan keagamaan masyarakat Arab sampai akhir abad ke -19. Yang terakhir adalah peran Sayid Usman di tengah perubahan sosial masyarakat Arab itu sendiri sampai pada abad ke-19. Pada
bab
kelima
akan
diperlihatkan
tentang
modernitas
kehidupan masyarakat Arab pada abad ke-20 berdasar apa yang dilihat oleh Sayid Usman. Modernitas diawali oleh seperti gerakan panIslamisme, gerakan pembaharuan keagamaan, perkumpulan sosial,
41
sekolah Arab, media cetak dan polemik sosial yang terjadi akibat modernitas kehidupan masyarakat Arab pada abad ke-20. Dalam akhir bab juga disampaikan tentang posisi Sayid Usman dalam pusaran modernitas masyarakat Arab.
Pada bab keenam, disampaikan tentang
pandangan ideal Sayid Usman terhadap kehidupan masyarakat Arab khususnya seperti tentang kehormatan dan identitas sosial komunitas Hadrami, sosialisasi dan interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat Arab. Kemudian dalam bab ini juga disampaikan tentang pandangan ideal Sayid Usman khususnya tentang tradisi, keagamaan dan perilaku sosial serta modernitas dan permasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat Arab pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20. Bab ketujuh adalah kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian tesis yang telah dirumuskan dari permasalahan
penelitian.
Kesimpulan
utama
pada
penelitian
ini
meliputi pandangan Sayid Usman terhadap realitas sosial keagamaan seperti perubahan sosial keagamaan yang terjadi sampai akhir abad ke19 dan modernitas kehidupan sosial masyarakat Arab pada abad ke-20. Kesimpulan selanjutnya adalah cara pandang dan pandangan tipe ideal Sayid Usman serta pengaruhnya pada masyarakat Arab di Jakarta.
42