BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1.
LATAR BELAKANG Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) merupakan penyakit
akibat kerja yang paling sering terjadi pada pekerja di seluruh dunia (Piedrahita, 2006). Adanya WMSDs berdampak negatif baik bagi pekerja maupun bagi industri. WMSDs akan menurunkan tingkat kesehatan dan kualitas hidup pekerja serta merusak perekonomian mereka. Jika ditelaah lebih jauh, hal ini juga akan menimbulkan beban secara emosisonal, psikologis dan finansial bagi keluarga dari pekerja yang bersangkutan. Bagi industri sendiri, WMSDs secara tidak langsung akan menambah biaya akibat adanya penurunan kapasitas produksi, munculnya kerja lembur, penurunan produktivitas pekerja, meningkatnya produk yang tidak memenuhi standar (defect), perekrutan dan pelatihan pekerja baru serta modifikasi stasiun kerja untuk pekerja yang mengalami gejala WMSDs (Otto & Scholl, 2011; Amell & Kumar, 2001). Postur kerja yang buruk diketahui merupakan salah satu faktor risiko bagi timbulnya WMSDs (Pulat, 1992). Beberapa contoh postur kerja yang buruk yang sering dijumpai di antara lain yaitu adanya sudut fleksi atau ekstensi yang besar pada batang tubuh, leher, lengan atas, dan pergelangan tangan pekerja. Adanya fleksi pada batang tubuh diketahui dapat meningkatkan aktivitas otot pada bagian leher dan bahu, mengurangi oksigenasi pada otot-otot ekstensor pinggang, serta merusak struktur viskoelastis tulang belakang di daerah pinggang (Schuldt, Ekholm, Harms-Ringdahl, Nemeth, & Arborelius, 1986; McGill,
1
2
Hughson, & Parks, 2000; Solomonow, Baratta, Banks, Freudenberger, & Zhou, 2003). Sementara itu, adanya fleksi pada leher dan lengan atas diketahui dapat meningkatkan aktivitas otot pada bagian bahu. Adanya fleksi pada leher juga dapat meningkatkan otot pada bagian leher itu sendiri (McLean, 2005; Brookham, Wong, & Dickerson, 2010). Kemudian, fleksi/ekstensi yang terlalu jauh dari posisi netral pada pergelangan tangan diketahui dapat meningkatkan regangan, mengurangi lubrikasi, serta meningkatkan friksi pada tendon di sendi pergelangan tangan (Tanaka & McGlothlin, 1993; Goldstein, Armstrong, Chaffin, & Matthews, 1987). Friksi yang besar ini diduga dapat memicu degenerasi tendon dan jaringan sinovial pada sendi (Uchiyama, Itsubo, Nakamura, Kato, Yasutomi, & Momose, 2010). Selain itu, fleksi/ekstensi pada pergelangan tangan juga dapat meningkatkan tekanan pada saluran karpal yang bisa mengurangi aliran darah dan nutrien untuk saraf median di pergelangan tangan (Gelberman, Hergenroeder, Hargens, Lundborg, & Akeson, 1981; Lundborg, Gelberman, Minteer-Convery, Lee, & Hargens, 1982). Aktivitas otot yang tinggi dan berkurangnya aliran darah di sekitar otot diketahui dapat menyebabkan terjadinya kelelahan pada otot yang bersangkutan. Kelelahan otot ini beserta dengan kerusakan kecil yang terjadi pada struktur sistem muskuloskeletal selanjutnya dapat berkembang menjadi WMSDs jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama (Straker, 1999). Yungki Edutoys adalah sebuah industri penghasil mainan dari kayu dimana postur kerja yang buruk umum dijumpai. Proses produksi di sana banyak melibatkan aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang, monoton, atau dilakukan pada posisi tubuh yang kurang nyaman. Dari 17 stasiun kerja yang ada,
3
postur kerja yang relatif paling buruk dijumpai di stasiun kerja penggergajian puzzle. Hasil
penilaian postur kerja dengan metode Ovako Working Posture
Analysis System (OWAS) yang dilakukan pada saat penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa postur kerja di stasiun kerja penggergajian puzzle memiliki kategori aksi 2. Hal ini mengindikasikan bahwa postur kerja di stasiun kerja tersebut memiliki beberapa pengaruh yang berbahaya terhadap sistem muskuloskeletal sehingga tindakan koreksi perlu dilakukan. Postur kerja di stasiun kerja penggergajian puzzle dicirikan dengan adanya sudut fleksi atau ekstensi yang besar pada batang tubuh, leher, lengan atas, dan pergelangan tangan pekerja. Sutut fleksi pada batang tubuh, leher, dan lengan atas berturut-turut mencapai 30°, 29°, dan 48°. Sementara itu, sudut fleksi/ektensi pada pergelangan tangan mencapai 12°. Di samping postur kerja yang buruk, stasiun kerja penggergajian puzzle juga memiliki waktu kerja yang lama. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa waktu kerja di stasiun kerja penggergajian puzzle bisa mencakup 12,18% dari total waktu kerja 17 stasiun kerja yang ada setiap bulannya. Postur kerja yang buruk disertai dengan waktu kerja yang lama akan semakin meningkatkan peluang terjadinya WMSDs pada pekerja. Mengingat dampat negatif yang ditimbulkan, maka postur kerja yang buruk harus diperbaiki. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu melalui perancangan ergonomi dengan falsafah dasar untuk menciptakan stasiun kerja yang aman, nyaman, dan produktif.
4
1.2.
PERUMUSAN MASALAH Stasiun kerja penggergajian puzzle memiliki postur kerja yang buruk dengan
waktu kerja yang lama. Hal tersebut sangat berisiko menimbulkan kelelahan otot dan kerusakan pada sistem muskuloskeletal yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi WMSDs. Dampak negatif ini dapat menjadi semakin buruk mengingat pekerjaan di stasiun kerja penggergajian puzzle yang bersifat monoton dan sedenter, membutuhkan postur yang statis pada leher dan batang tubuh, membutuhkan gerakan repetitif pada tungkai atas kanan, serta terpapar dengan getaran dan kebisingan. Oleh karena itu, postur kerja di stasiun kerja penggergajian puzzle perlu untuk diperbaiki.
1.3.
BATASAN MASALAH Beberapa batasan pada penelitian ini yaitu:
1.
Pekerja yang diamati adalah pekerja yang sedang menggergaji puzzle pada saat penelitian dilakukan
2.
Pekerja yang diamati hanyalah pekerja yang melakukan pekerjaan menggergaji puzzle sejak awal hingga akhir waktu kerja
3.
Produk puzzle yang dihitung waktu siklus penggergajiannya adalah puzzle yang sedang digergaji pada saat penelitian dilakukan
1.4.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Memperbaiki postur kerja pada pekerja di stasiun kerja penggergajian puzzle yang dilihat dari penurunan level aksi RULA
5
2.
Mengurangi keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh pekerja di stasiun kerja penggergajian puzzle yang dilihat dari penurunan skor keluhan total
3.
1.5.
Mengurangi waktu siklus penggergajian puzzle
MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1.
Menunjukkan bahwa perbaikan postur kerja dapat dilakukan melalui perancangan ulang alat bantu kerja
2.
Menunjukkan bahwa postur kerja yang baik dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pada pekerja dan mengurangi waktu siklus suatu operasi
3.
Memahami pola timbulnya keluhan muskuloskeletal seiring dengan waktu kerja dan waktu istirahat