BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar di dunia. WHO mencatat hingga tahun 2008 sebanyak 17,3 juta orang telah meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Sebanyak 80% dari angka kejadian terjadi di negara yang sedang berkembang dan diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai lebih dari 23,3 juta orang pada tahun 2030 (Laslett, et al., 2012). Kecenderungan masyarakat mengkonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, serta pola hidup tidak sehat merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan angka kejadian penyakit kardiovaskular. Salah satu manifestasi dari penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung koroner dengan aterosklerosis sebagai penyebab utama (Cahyono, 2008). Aterosklerosis merupakan suatu kondisi pengerasan dan penyempitan pembuluh darah arteri akibat penumpukan lemak dan terjadinya deposit kalsium sehingga menghambat aliran darah dan mengurangi suplai oksigen ke organ-organ tubuh dengan timbunan lemak yang mengeras di dinding arteri yang disebut plak (Mitchell et al., 2008). Plak yang menutupi saluran arteri dapat mengakibatkan kematian pada jaringan yang dilalui oleh arteri akibat terhambatnya suplai ke jaringan tersebut (George dan Johnson, 2010).
1
2
Pembentukan plak arteri pada proses aterosklerosis sangat dipengaruhi oleh tingginya kadar lemak darah salah satunya Low Density Lipoprotein (LDL). Tingginya kadar LDL di dalam darah diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial untuk terjadinya stress oksidatif yang memicu meningkatnya proses oksidasi lipid (Wadhwa, et al., 2010). Pada kondisi normal, terjadi keseimbangan antara LDL plasma dan konsentrasi LDL intraseluler dalam dinding arteri. Konsentrasi lemak plasma yang tinggi menyebabkan banyaknya LDL yang terperangkap pada intima karena meningkatnya proteoglikan ekstraseluler yang memiliki afinitas yang kuat dengan LDL. LDL yang terperangkap dalam intima dan mengalami proses oksidasi (LDL-oks) berperan pada proses aktivasi sel endotel yang ditandai dengan infiltrasi monosit yang berdifrensiasi menjadi makrofag ke dalam lapisan pembuluh darah membentuk sel busa (Kopaei, et al., 2014). Sel busa kemudian menjadi tumpukan lemak pada dinding pembuluh darah yang memicu makrofag merusak sel endotel sehingga terjadi peningkatan adhesivitas terhadap lipoprotein, leukosit, platelet dan kandungan kimia lain sehingga terbentuk lesi aterogenik (Ryu, 2000). Selain itu, tingginya kadar LDL memicu peningkatan peroksidasi lipid yang menghasilkan berbagai produk akhir yang bersifat radikal misalnya malondialdehid (MDA) dan dapat merusak makromolekul lain disekitarnya (Evans dan Cooke, 2006). Konsentrasi MDA dalam material biologi telah digunakan sebagai indikator kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh dan sebagai indikator keberadaan radikal bebas. MDA bersifat sitotoksik dan kemostatik di dalam tubuh (Rio, et al., 2005). MDA yang berinteraksi dengan DNA dan protein
3
berpotensi sebagai agen mutagenik dan aterogenik serta berkontribusi pada kekakuan jaringan arteri pada kasus penyakit jantung koroner (Duner, 2009). Mengingat bahaya yang ditimbulkan akibat aterosklerosis, maka dibutuhkan pengobatan lebih dini dan tepat disamping menerapkan terapi non farmakologis dengan perbaikan pola makan. Pengobatan dengan pemanfaatan bahan alam juga menjadi salah satu pilihan alternatif sebagai terapi aterosklerosis. Salah satu bahan alam yang memiliki potensi dalam terapi aterosklerosis adalah herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees). Salah satu komponen utama Herba sambiloto adalah andrografolid yang memiliki aktivitas farmakologis sebagai antioksidan dan berpotensi dalam menurunkan peroksidasi lipid serta meningkatkan enzim yang bekerja sebagai antioksidan pada hati (Chao dan Lin, 2010). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan pemberian ekstrak hidroalkohol yang mengandung komponen andrografolid, andrografsid dan neoandrografolid pada dosis 100 mg/kg berat badan selama tujuh hari secara signifikan dapat meningkatkan komponen antioksidan seluler seperti enzim katalase, glutation peroksidase dan glutation reduktase yang dapat menurunkan proses peroksidasi lipid di hati sebagai indikator aktivitas antioksidan secara in vivo (Singh, et al., 2001). Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Nugroho et al. (2012) secara in vivo menunjukkan bahwa ekstrak terpurifikasi sambiloto dan andrografolid dapat menurunkan kadar gula darah, trigliserida dan LDL yang dapat menjadi faktor resiko aterosklerosis. Selain itu, pada penelitian in vitro andrografolid dilaporkan dapat meningkatkan degradasi protein iNOS sehingga mencegah inflamasi dan
4
mencegah pembentukan aterosklerosis (Azlan et al., 2013). Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Gitarini (2014) menunjukkan bahwa pemberian isolat andrografolid dengan dosis 6 mg/kg BB dan 18 mg/kg BB selama 30 hari memiliki aktivitas dalam proses pengobatan (kuratif) aterosklerosis. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat mekanisme kerja dari andrografolid sebagai antiaterosklerosis. Berdasarkan informasi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian isolat andrografolid dalam mekanismenya menurunkan jumlah pembentukan sel busa pada proses terjadinya aterosklerosis dan melihat gambaran perubahan kadar malondialdehid berdasarkan aktivitasnya sebagai antioksidan. Pada penelitian kali ini, akan dilakukan pengujian secara in vivo efek isolat andrografolid herba sambiloto terhadap penurunan pembentukan sel busa pada proses terjadinya aterosklerosis dan perubahan kadar malondialdehid (MDA) pada tikus galur wistar yang diinduksi diet aterogenik.
1.2. Rumusan masalah 1.2.1. Apakah isolat andrografolid
dari A. paniculata (Burm. f.) Nees
mempunyai aktivitas dalam menurunkan jumlah sel busa pada tikus yang diinduksi diet aterogenik ? 1.2.2. Apakah isolat andrografolid dari A. paniculata (Burm. f.) Nees mempunyai aktivitas dalam perubahan kadar malondialdehid (MDA) pada serum tikus yang diinduksi diet aterogenik ?
5
1.3. Tujuan 1.3.1. Untuk mengetahui aktivitas isolat andrografolid dari A. paniculata (Burm. f.) Nees dalam penurunan jumlah sel busa pada tikus yang diinduksi diet aterogenik 1.3.2. Untuk mengetahui aktivitas isolat andrografolid dari A. paniculata (Burm. f.) Nees dalam perubahan kadar malondialdehid (MDA) pada serum tikus yang diinduksi diet aterogenik.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai pemanfaatan isolat andrografolid untuk menurunkan jumlah pembentukan sel busa dan perubahan kadar malondialdehid (MDA) dalam proses terjadinya aterosklerosis.