BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan kota pendidikan mempunyai banyak alternatif pariwisata yang dapat dijual mulai dari wisata budaya, wisata sejarah dan purbakala, wisata adat dan kesenian, wisata alam, wisata agroindustri, wisata olah raga maupun wisata konvensi. Berbagai sarana rekreasi, pendukung pariwisata, dan transportasi memudahkan wisatawan untuk datang berkunjung dan memilih produk-produk wisata yang berkualitas. Setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, yang datang ke Yogyakarta terus meningkat. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan wisatawan terhadap situasi dan kondisi Yogyakarta. Potensi daya tarik wisata (DTW) yang ada di DIY tersebar di berbagai wilayah yaitu 24 DTW di Kota Yogyakarta, 63 DTW di Kabupaten Sleman, 8 DTW di Kabupaten Bantul, 17 DTW di Kabupaten Kulon Progo dan 17 DTW di Kabupaten Gunung Kidul (Dinas Pariwisata DIY, 2013). Saat ini juga muncul tren baru dalam pariwisata seperti wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) dan wisata gabungan perdagangan, pariwisata dan investasi (Trade, Tourism, Investment) yang akan terus berkembang terutama di kota-kota besar di
1
Indonesia, termasuk Yogyakarta. Berikut adalah data kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara di DIY selama tahun 2007-2012: Tabel 1.1. Data Kunjungan Wisatawan di DIY Tahun 2007-2012 Jumlah Wisatawan
Wisatawan
Wisatawan
Mancanegara
Nusantara
2007
103.224
1.146.197
1.249.421
2008
128.660
1.156.097
1.248.757
2009
139.492
1.286.565
1.426.057
2010
152.843
1.304.137
1.456.980
2011
169.565
1.438.129
1.607.694
2012
197.751
2.162.422
2.360.173
Tahun
Mancanegara dan Nusantara
Sumber: Dinas Pariwisata DIY (2013)
Pemerintah DIY sebagai pengelola pembangunan daerah, mempunyai pertimbangan kuat untuk menempatkan pariwisata sebagai sektor utama pembangunan daerah. Secara historis, DIY yang semula merupakan daerah pertanian, dalam perkembangannya mengalami perubahan menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel, dan restoran yang menjadi sarana pendukung pariwisata. Hal ini terjadi karena banyaknya wisatawan dari luar daerah yang merupakan pasar potensial bagi kegiatan perdagangan di DIY. Pertumbuhan sektor pariwisata di DIY juga menyebabkan munculnya berbagai penyedia jasa yang berkaitan dengan aktivitas wisata seperti biro perjalanan wisata yang melayani jasa penjualan tiket, paket wisata, transportasi, dan reservasi hotel. Jumlah sarana pendukung pariwisata di DIY dapat dilihat pada tabel berikut ini:
2
Tabel 1.2. Jumlah Sarana Pendukung Pariwisata DIY Tahun 2012 Jenis Usaha
Kab. Sleman
Kab. Bantul
Kab. Gunung Kidul
183
8
6
4
226
427
277
26
78
18
291
690
-
-
-
-
20
20
Biro Perjalanan Wisata*) (BPW) Rumah Makan / Restauran **) Cafe
Kab. Kulon Kota Progo Yogyakarta
Total
*)
termasuk Biro Perjalanan Wisata, Cabang Biro Perjalanan Wisata, dan Agen Perjalanan Wisata **) Usaha makanan dan minuman yang telah dibina oleh Dinas Pariwisata DIY Sumber: Dinas Pariwisata DIY (2013)
Jumlah aktivitas perjalanan yang dilakukan melalui jalur darat dan udara terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang melakukan perjalanan jumlahnya makin banyak sehingga permintaan pembelian tiket akan terus meningkat dan prospek pertumbuhan bisnis biro perjalanan juga makin berkembang. Penumpang pesawat terbang bisa menjadi calon konsumen potensial bagi biro perjalanan wisata. Konsumen akan memilih menggunakan jasa biro perjalanan karena menawarkan harga yang kompetitif dan pelayanan yang praktis. Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa jumlah kedatangan dan keberangkatan penumpang pesawat terbang di Bandara Adisucipto jumlahnya terus meningkat dari tahun 2007 hingga 2011, baik untuk penerbangan nasional maupun internasional.
3
Tabel 1.3. Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang Pesawat di Bandara Adisucipto Tahun 2008-2011 Penerbangan Nasional Kedatangan Keberangkatan Internasional Kedatangan Keberangkatan
2008
2009
2010
2011
1.594.729 1.542.211
-
1.723.905 1.709.705
2.032.976 2.000.733
49.187 40.086
105.919 88.567
107.304 99.106
108.917 100.273
Sumber: Dinas Pariwisata DIY (2012)
Sedangkan pengguna jasa transportasi kereta api juga makin meningkat. Banyak penumpang memilih menggunakan jasa kereta api karena harganya yang relatif lebih terjangkau dan aksesnya yang mudah. Menurut Tabel 1.4, jumlah penumpang kereta api di Pulau Jawa dan Sumatera cenderung stabil dan mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini juga dipengaruhi oleh pelayanan PT Kereta Api Indonesia yang makin baik. Pada tahun 2011, jumlah penumpang kereta api sempat mengalami penurunan. Namun pada tahun 2012 jumlah penumpang kembali meningkat. Tabel 1.4. Jumlah Penumpang Kereta Api, 2007-2012 (Ribu Orang) Tahun
Pulau Jawa
Pulau Sumatera
Total
2007
171.921
3.415
175.336
2008
190.138
3.939
194.076
2009
199.422
4.119
203.070
2010
198.028
5.241
203.270
2011
194.041
5.296
199.337
2012
197.795
4.384
202.179
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
4
Yogyakarta adalah kota wisata yang memiliki berbagai obyek wisata, dan sering diliput oleh berbagai media cetak dan televisi nasional maupun internasional sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung makin meningkat setiap tahunnya. Banyaknya wisatawan yang berkunjung menyebabkan kinerja pariwisata di DIY meningkat dari tahun ke tahun seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.5. Tabel 1.5. Kinerja Pariwisata DIY 2010-2012 Indikator
2010
2011
2012
Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan
1,78
1,82
2,6
1.304.137
1.437.629
1.692.642
152.843
160.565
188.369
4.509
8.963
5.990
42
54
49
50,93 %
45,33 %
70%
Jumlah Wisatawan Nusantara Jumlah Wisatawan Mancanegara Jumlah MICE Jumlah Desa Wisata Tingkat Hunian Hotel Sumber: Dinas Pariwisata DIY (2013)
Seiring dengan perkembangan teknologi, internet juga menjadi salah satu media yang digunakan dalam bisnis pariwisata. Transaksi melalui internet dapat memudahkan konsumen karena lebih praktis dan cepat. Dengan memiliki website maka perusahaan juga dapat memperkenalkan produknya kepada banyak orang dari seluruh dunia. Persaingan bisnis biro perjalanan dan penjualan tiket di DIY menjadi sangat ketat, terutama dengan banyaknya kompetitor. Dengan total jumlah biro
5
perjalanan wisata di DIY sebanyak 427 buah, maka persaingan antar perusahaan menjadi sangat kompetitif. PT Allofindo Rakan Wisata harus menyusun strategi yang tepat agar dapat bersaing dan bertahan di industri pariwisata. Strategi adalah sebuah konsep yang terintegrasi tentang bagaimana sebuah perusahaan dapat mencapai tujuannya dan merupakan elemen penting yang harus dijadikan sebagai prioritas. Strategi yang komprehensif dapat membantu perusahaan untuk mencapai
tujuannya
dengan
baik.
Namun
pengertian
strategi
kadang
disalahartikan sehingga terjadi kesalahan dalam penyusunan strategi. Hal ini bisa menimbulkan kesulitan bagi perusahaan dalam menyusun dan mengeksekusi strategi. Untuk dapat menyusun strategi yang baik dan mempertahankan posisinya di dunia bisnis maka perusahaan harus melakukan analisa strategi. 1.2. Rumusan Masalah Jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY terus meningkat dan potensi wisata yang luas dapat mendukung perkembangan pariwisata DIY. Biro perjalanan wisata sebagai salah satu pelaku usaha yang bergerak di industri pariwisata memiliki peluang untuk berkembang dan berperan aktif dalam mendukung pariwisata DIY. Jumlah kompetitor dan potensi pasar yang tinggi menjadikan lingkungan bisnis biro perjalanan wisata sangat dinamis. Oleh karena itu perlu dilakukan formulasi strategi bisnis biro perjalanan wisata yang sesuai dengan kondisi lingkungan di industri pariwisata saat ini.
6
1.3. Pertanyaan Penelitian Apa formulasi strategi bisnis PT Allofindo Rakan Wisata untuk dapat menghasilkan strategi yang tepat dalam menghadapi perkembangan di lingkungan bisnisnya? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan strategi bisnis PT Allofindo Rakan Wisata dengan analisis yang komprehensif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerangka strategy diamond dari Hambrick dan Fredrickson (2005). 1.5. Manfaat Penelitian Formulasi strategi bisnis ini akan memberi manfaat bagi perusahaan yaitu pengetahuan tentang lingkungan bisnis yang meliputi visi, misi, analisa lingkungan, dan strategi bisnis. Strategi yang telah diformulasikan diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi manajemen PT Allofindo Rakan Wisata dalam menentukan berbagai program kerja dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. 1.6. Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang, kondisi lingkungan eksternal dan internal yang menjadi faktor penunjang dalam rumusan masalah, tujuan studi dan manfaat dari dilakukannya formulasi strategi bisnis.
7
BAB II: Landasan Teori Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan landasan teori yang dapat menjadi acuan dasar dalam proses formulasi strategi antara lain strategi perusahaan, visi, misi, tujuan, analisa strategis, dan strategy diamond. BAB III: Metode Penelitian Bab ini berisi metode riset yang digunakan, jenis data yang dibutuhkan, cara memperoleh data yang dibutuhkan, serta teknik yang akan digunakan untuk analisis data. BAB IV: Pembahasan Bab ini akan mencoba untuk menerangkan dan menganalisa faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan sebagai masukan untuk formulasi elemen-elemen strategi PT Allofindo Rakan Wisata. BAB V: Simpulan dan Saran Bab ini menjelaskan simpulan akhir yang diambil dari penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Penulis juga akan memberikan saran bagi perusahaan.
8