BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menghadapi era globalisasi di mana tidak ada batas antar negara yang satu dengan negara yang lainnya diperlukan kesiapan dari semua sektor. Untuk terus hidup di era globalisasi ini, masalah sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian yang khusus karena merupakan aset yang berharga bagi sebuah organisasi yang menentukan maju dan mundurnya organisasi tersebut. Demikian pula bagi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan, sehingga pengembangan rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. Saling keterkaitan ini terlihat jelas dalam visi pembangunan kesehatan yakni Indonesia Sehat 2010 yang terwujud dalam undang-undang bidang kesehatan no 23/1992. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI.No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik serta memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau untuk masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, rumah sakit merupakan organisasi multiprofesi. Menurut Yanuar Hamid (2001) Rumah Sakit mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Diberikan selama 24 jam terus menerus selama 365 hari dalam setahun.
xvi
2. Pelayanan bersifat individual. 3. Setiap saat bisa terjadi kedaruratan medik. 4. Setiap saat bisa menghadapi kejadian luar biasa. 5. Padat teknologi, modal dan tenaga. Keberadaan perawat tidak dapat dikesampingkan dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, di mana 60% dari tenaga kesehatan merupakan perawat. Profesi perawat di rumah sakit didominasi oleh perawat wanita. Banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah tidak mempengaruhi pola tradisional tentang wanita di masyarakat. Keadaan ini menempatkan domain keluarga menjadi domain utama dengan domain pekerjaan menjadi domain yang tidak kalah pentingnya. Keadaan ini pula mengharuskan mereka untuk menjalankan dua peran sekaligus yaitu peran tradisi dan peran transisi. Peran tradisi yang dimaksud disini adalah peran mereka sebagai seorang istri dan ibu. Sedangkan yang dimaksud dengan peran transisi adalah peran mereka sebagai tenaga kerja. Tidaklah mudah untuk menjalani dua peran sekaligus yaitu sebagai pekerja dan sebagai ibu rumah tangga. Perawat, sebagaimana halnya pekerja wanita lainnya yang sudah menikah dihadapkan pada tuntutan tugas pekerjaan dan tanggung jawab yang lebih besar dalam rumah tangga sebagai tugas utama mereka sehari-hari. Perawat di rumah sakit dihadapkan pada keadaan pasien kritis, diharuskan untuk memiliki keterampilan yang bagus, dituntun memiliki fisik yang kuat untuk mendorong brangkar pasien, mengangkat pasien dan memandikan pasien. Selain itu perawat wanita di rumah sakit juga dihadapkan
xvii
pada pekerjaan yang menuntut ketepatan waktu karena berhubungan dengan keselamatan pasien, bekerja berasarkan shift kerja dan rasa tanggung jawab akan keselamatan dan kesehatan pasien. Begitu juga saat perawat berada dalam lingkungan rumah tangganya dituntun optimal dalam mengurus suami dan anak, memenuhi dan menyiapkan kebutuhan suami dan anak, meluangkan waktu
bermain
dengan
anak,
mendampingi
anak
dalam
proses
pertumbuhannya serta tampil memikat bagi suaminya. Beban kerja yang dihadapi oleh perawat akan bertambah besar bila mereka mempunyai anak yang balita dimana mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang ekstra dari ibunya. Menurut Manuaba (2001) tugas perawat meliputi mendorong, mengangkat, mengangkut dan tindakan yang berhubugan dengan keterampilan dan keahlian. Kelelahan akibat pekerjaan dapat berimbas ke keluarga berupa terbengkalainya kebutuhan suami dan anak, pekerjaan rumah menumpuk, emosi di tempat kerja dapat berlanjut saat mereka berada di rumah, waktu untuk berinteraksi dengan keluarga berkurang karena perawat berusaha untuk memulihkan tenaganya. Bila perawat tersebut tidak dapat menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan pekerjaan maka akan menimbulkan konflik pekerjaan-keluarga. Konflik pekerjaan-keluarga timbul bila adanya tekanan secara bersamaan antara peran pekerjaan dan peran keluarga yang bertentangan satu sama lain sebagaimana diungkapkan oleh Greenhaus dan Beutell dalam Lathifah (2008).
xviii
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Biernat dan Wortman (dalam Cahyaningdyah, 2009), bagi wanita profesional yang mempunyai status karier yang relatif sama dengan suaminya. Namun pola tradisional yang menganggap wanita bertanggung jawab lebih besar dalam mengurus keluarga dan pengasuhan anak daripada suami. Keadaan seperti ini membuat perawat memposisikan keluarga menjadi domain utama, namun pekerjaan menjadi domain yang tidak kalah pentingnya. Posisi seperti ini dapat mengganggu kegiatan dan konsentrasi di dalam pekerjaannya. Sebagai contohnya rumah sakit akan susah menugaskan mereka untuk mengikuti pelatihan di luar kota wanita yang sudah menikah dan memiliki anak. Selain berdampak pada keberlangsungan organisasi berupa terhambatnya pencapaian tujuan yang sudah ditargetkan, konflik pekerjaan keluarga juga berdampak pada diri perawat itu berupa rasa bersalah karena sering meninggalkan keluarga atau waktu bersama keluarga berkurang karena disibukkan oleh pekerjaan bisa menimbulkan stres bagi wanita tersebut (Anoraga, 1992). Stres adalah suatu respon adaptif, melalui karakteristik individu dan atau proses psikologis yang secara langsung terhadap tindakan, situasi dan kejadian eksternal yang menimbulkan tuntutan khusus baik fisik maupun psikologis individu yang bersangkutan (Nasution, 2000). Tugas perawat yang harus kontak lebih lama dengan pasien dibandingkan tenaga kesehatan lainnya dan tanggung jawab perawat atas keselamatan dan kesembuhan dari pasien bukan hal yang ringan untuk dipikul oleh seorang perawat wanita. Hal inilah yang dapat menimbulkan stres kerja pada perawat. Stres yang dihadapi
xix
perawat dalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien sehingga akan berpengaruh pada kualitas pelayanan yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja menurut Hurrel (dalam Munandar, 2001) adalah faktor kebisingan, kerja malam, beban kerja konflik peran, ketidakjelasan peran, ketidakpastian pekerjaan, ketegangan psikologis dan penurunan kondisi kesehatan. Stres kerja sebenarnya merupakan hal yang wajar dalam dunia kerja karena merupakan respon seseorang terhadap apa yang menjadi kegiatan mereka. Penyelesaian tugas-tugas yang dalam pekerjaannya tidak luput dari gangguan atau masalah-masalah yang berhubungan dengan pribadi perawat tersebut, sebagai contoh wanita merasa bersalah karena sering meninggalkan keluarga, tertekan karena beban kerja dan waktu sedikit dalam menyelesaikan pekerjaan, serta berada pada kondisi yang tidak menyenangkan di lingkungan kerja. Hal tersebut dapat menyebabkan pikiran karyawan terganggu ketika bekerja. Bila stres kerja terlalu rendah maka cendrung akan membuat pekerja lesu, malas, dan merasa cepat bosan. Bila stres berlebih maka akan mengakibatkan kehilangan efisiensi, kecelakaan kerja, kesehatan fisik menurun, mudah lelah dan masalah psikologis serta penurunan kinerja karyawan. (Beerh dalam Prihartini, 2007). Sehingga tidak jarang kita di rumah sakit masih menjumpai dan perawat yang kurang ramah, menjelaskan seadanya keadaan pasien, menemui perawat yang memasang muka masam, atau terkadang perawat terkesan cuek dengan keadaan pasien. Tidak sedikit
xx
juga perawat di rumah sakit terkesan cuek bila ada keluarga pasien yang menanyakan keadaan keluarganya atau tidak bersegera bila infus pasien habis. Bahkan saat menghadapi pasien yang sakaratul mautpun perawat tidak lekas bersegera untuk menuntun pasien agar meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Hal ini dapat disebabkan oleh stres kerja yang tinggi yang dirasakan oleh perawat. Sesuai dengan yang diungkapkan Robbins (1998) bahwa stres kerja dapat berpengaruh pada kondisi fisik, psikologis dan sikap perawat. Selain adanya dampak stres kerja kepada sikap perawat, stres kerja juga dapat berdampak pada kesehatan pekerja, baik fisik maupun emosional sehingga dapat menurunkan produktivitasnya. Hal ini dapat terjadi karena perawat menghabiskan sebagaian waktunya di tempat kerja dengan tugas berat yang diembannya. Sehingga tidak jarak perawat di rumah sakit mengeluh nyeri pinggang, kaki pegel dan mudah lelah akibat tugasnya mendorong, mengangkat, dan mengangkut pasien, emosi tidak stabil karena bekerjaan yang dikerjakan tidak kunjung selesai, mudah terserang penyakit seperti flu dan batuk. Hal ini didukung oleh Sullivan dan Bhagat (1992) dalam studi mereka mengenai hubungan antara stres kerja (yang diukur dengan role ambiguity, role conflict, dan role overload) dan kinerja dimana ditemukan stres kerja berhubungan secara negatif dengan kinerja. Studi ini juga di dukung oleh survei di Prancis juga menyebutkan presentase kejadian stres sekitar 74% dialami oleh perawat, mereka mengeluh dan kesal terhadap lingkungan yang mennuntut kekuatan fisik dan keterampilan yang akhirnya dapat menimbulkan stres pada perawat. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
xxi
juga meneliti tentang tingkat stres perawat dengan presentasi 50,9% mengalami stres kerja pada tahun 2006. Stres kerja mempunyai dampak positif atau negatif. Dampak positif stres kerja pada tingkat rendah sampai pada tingkat moderat bersifat fungsional dalam arti berperan sebagai motivasi bagi perawat untuk memupuk rasa semangat dalam menjalankan setiap pekerjaan untuk mendorong peningkatan kinerja perawat. Adapun dampak negatif stres pada tingkat yang tinggi seperti yang diungkapkan diatas adalah penurunan pada kinerja perawat secara drastis. (Gitosudarmo dan Suditta, 2000). Karyawan yang mengalami stres akan susah untuk fokus dalam menjalankan pekerjaannya dan sering melakukan kesalahan karena banyaknya hal yang dipikirkan oleh perawat tersebut. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan perawat ini merupakan salah satu bentuk dari turunnya kinerja perawat. Kesalahan yang terjadi dapat merugikan organisasi tempat mereka bekerja
dan membahayakan pasien sehingga dapat menghambat dalam
pencapaian tujuan awal. Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2009) menyatakan bahwa stres kerja secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja perawat wanita di rumah sakit. Hal senada juga diungkapkan oleh Selviana (2009) dalam Jimad (2010) yang menyatakan bahwa streskerja yang terdiri dari stres kerja fisik, stres kerja emosional, stres kerja intelektual dan streskerja interpersonal berpengaruh terhadap kinerja perawat di rumah sakit. Pernyataan di atas didukung juga dengan penelitian yang dilakukan Mirzatriana (2008) dalam Jimad (2010) menyatakan bahwa stres kerja
xxii
berpengaruh terhadap kinerja karyawan bidang keuangan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat. Mengambil lokasi di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta karena selain merupakan rumah sakit tipe B yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan merupakan rumah sakit rujukan bagi puskesmas-puskesmas dan rumah sakit lainnya di daerah Yogyakarta. Rumah sakit PKU Muhammadiya Yogyakarta I memiliki bangsal rawat inap kelas 2 dan kelas 3 yang hampir kesemua bangsalnya selalu penuh dengan pasien yang datang mencari pelayanan kesehatan tentunya dengan berbagai macam jenis penyakit dan karakteristik penyakit yang berbeda-beda. Banyaknya pasien di ruang rawat inap kelas 2 dan 3 tidak berjalan lurus dengan jumlah pasien yang ada di ruang tersebut sehingga sering di temukan banyaknnya keluahan pasien. Hasil survei yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta I tidak sedikit perawat yang bekerja di bangsal rawat inap datang ke tempat kerja tidak tepat waktu karena harus mengantarkan anak sekolah, bertukar shift dengan teman sejawat karena anak sakit, tidak dapat fokus dengan pekerjaan bila anak sakit, dan meninggalkan tempat kerja karena harus menjemput anak sekolah. Perawat juga mengeluh sering mengalami nyeri otot, mudah merasa lelah, mudah tersulut emosi, mengeluh nyeri pinggang dan tidak dapat fokus dengan pekerjaannya. Selain itu, banyaknya keluhan yang diutarakan oleh pasein, rendahnya waktu tanggap perawat terhadap keluahan pasien. Hal-hal di atas yang tentunya akan berpengaruh pada kinerja dan produktivitas dari rumah sakit tersebut.
xxiii
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN VARIABEL STRES SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA I.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menarik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap kinerja perawat wanita di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta I ? 2. Bagaimana pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja perawat wanita di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta I? 3. Bagaimana pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat wanita di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta I ? 4. Apakah stres kerja mampu memediasi pengaruh antara konflik pekerjaan keluarga dengan kinerja perawat wanita di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta I ?
C. Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
xxiv
1. Menganalisis pengaruh konflik-pekerjaan keluarga terhadap kinerja perawat wanita di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta I. 2. Untuk menganalisis pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja perawat wanita di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta I. 3. Untuk menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat wanita di ruang rawat inap RSU PKU Muhamadiyah Yogyakarta I. 4. Untuk menganalisi ada tidaknya pengaruh variabel stres kerja dalam menjelaskan kemampuan stres pengaruh konflik pekerjaan-keluarga dengan kinerja perawat wanita di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta I.
D. Manfaat pemelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan untuk memperluas wawasan dan menambah pengtahuan dalam bidang sumber daya manusia khususnya tentang pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja setra dampaknya terhadap kinerja perawat. 2. Bagi Rumah Sakit Memberi masukan bagi rumah sakit yang berupa informasi-informasi tentang upaya yang tepat dalam mengurangi tingkat konflik pekerjaan-
xxv
keluarga dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sehingga dapat ditangani dengan baik. 3. Bagi Perawat Memberikan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja perawat terutama yang berkaitan dengan penanggulangan konflik pekerjaan-keluarga sehingga dapat meningkatkan kinerja di masa yang akan datang. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Memberikan
tambahan
referensi,
wawasan
dan
data
untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya terutama berhubungan dengan konflik pekerjaan-keluarga yang belum banyak diteliti. 5. Bagi Pihak Lain Penlitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan yang berkaintan dengan pengaruh konflik pekerjaan-keluarga dan beban kerja terhadap kinerja perawat dan sebagai bahan referensi dalam bidang manajemen sumber daya manusia khususnya bagi peneliti selanjutnya.
xxvi
E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang “Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Kinerja Perawat Wanita dengan Variabel Stres sebagai Variabel Moderasi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta I” belum pernah dilakukan. Ada beberapa penelitian yang memiliki variabel yang sama sebagai berikut : Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. 1.
2.
Nama dan Judul Penelitian Lilis Dian Prihartini (2007). Analisa hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di tiap ruang rawat inap RSUD Sidikalang.
Afina Murtiningrum (2005). Analisa pengaruh konflik pekerjaan-Keluarga terhadap Stres Kerja dengan dukungan sosial sebagai variabel moderasi (studi kasus pada guru kelas 3 SMP negeri di Kabupaten Kendal)
Hasil Penelitian Adanya hubungan signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat.
Konflik pekerjaankeluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja. Sedangkan dukungan sosial terbukti memoderasi hubungan variabel konflik
27
Persamaan Penelitian Metode penelitian dengan menggunakan rancangan cross sectional, memiliki variabel penelitian yang sama yaitu stres kerja
Tidak dijelaskan metode penelitian yang digunakan. Uji validitas menggunakan product moment dan terdapat variabel yang sama yaitu variabel konflik pekerjaankeluarga dan stres kerja.
Perbedaan Penelitian Analisa data yang digunakan dalam penelitian dengan one way anova sedangkan peneliti penggunakan analisa data SEM pendekatan PLS, variabel lainnya yaitu variabel konflik pekerjaankeluarga dan variabel kinerja Analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah analisa regresi moderating sedangkan peneliti menggunakan teknik SEM, variabel lainnya juga berbeda
No. 3.
5.
pekerjaankeluarga terhadap variabel stres. Dukungan sosial tertinggi adalah dukungan yang bersumber dari pasangan hidup dan keluarga Nama dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Penelitian Penelitian variabel hubungan Meneliti Diah Pitaloka, et al Ada kerja di (2010). Pengaruh yang signifikan stres kondisi bangsal rawat inap. kondisi kerja dan antara dengan beban kerja terdahap kerja kerja stres kerja pada beban perawat di ruang perawat di ruang rawat inap RSUD rawat inap di Kaban Kaban Jahe Kab. RSUD Jahe. Karo
Ifah Latifah (2008). Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Turnover Intention dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel intervening (studi empiris pada auditor kantor akuntan
Menghasilkan kesimpulan bahwa konstruk kepuasan kerja (Job Satisfaction) memediasi hubungan antara Konflik PekerjaanKeluarga terhadap
28
Memiliki variabel independen yang sama yaitu konflik pekerjaan-keluarga. Menggunakan metode analisa data SEM dengan pendekatan PLS.
yaitu variabel beban kerja dan kinerja perawat.
Perbedaan Penelitian Teknik pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan total sampling tecnique sedangkan peneliti menggunakan teknik purposive random sampling, analisa data yang digunakan menggunakan linear regresion test sedangkan peneliti menggunakan SEM, serta variabel lainnya yaitu variabel konflik pekerjaankeluarga dan kinerja perawat. Menggunakan teknik pengambilan sampel conviciency sampling, variabel dependen yang berbeda,
publik di Indonesia)
No. 6.
Keinginan Berpindah (Turnover Intentions). Nama dan Judul Hasil Penelitian Penelitian Azazah Indriyani Menghasilkan (2009). Pengaruh kesimpulan : konflik pekerjaan- a. Konflik peran ganda yang keluarga dan stres dialami kerja terhadap perawat akan kinerja perawat menyebabkan wanita Rumah Sakit. timbulnya (Studi pada Rumah stres kerja. Sakit Roemani b. Stres kerja Muhammadiyah berpengatuh Semarang) positif dengan kinerja perawat wanita di rumah sakit.
29
Persamaan Penelitian Memiliki variabel yang sama dengan penelitian ini.
Perbedaan Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik total samping untuk menentukan jumlah responden dan menggunakan analisa data SEM dengan pendekatan AMOS.