BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang cukup berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan sejak krisis ekonomi dan moneter melanda semua sektor usaha, justru minyak sawit menjadi produk yang sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan industrinya termasuk padat karya. Dari Crude Palm Oil (CPO) dapat dihasilkan Palm Olein dan Palm Stearin yang dapat menghasilkan produk-produk seperti minyak goreng, sabun, Mentega, dan lain-lain. Sedangkan minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil) dapat diolah menjadi produk-produk kosmetik. Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali.
1
Gambar 1.1. Produk olahan Kelapa Sawit AMPAS BASAH/ KERING
PULP SEMEN BOARD JOK MOBIL BUNGKIL
PAKAN ALKOHOL CUKA
INTI
BUAH
BIJI
MINYAK INTI (PKO)
TEMPURUNG
ARANG KARBON AKTIF FARMASI
OLEIN
MINYAK SAWIT
TANDAN BUAH SEGAR (TBS)
STEARIN
FATTY ACID MINYAK SAWIT (CPO)
LIMBAH CAIR
TANDAN KOSONG
MINYAK GORENG MARGARIN DETERJEN VITAMIN E OLEO CHEMICAL PRODUK FARMASI
MINYAK GORENG MARGARIN SABUN KOSMETIK VINASPATY SHORTENING DETERGENT PLASTIK MINYAK DIESEL PRO VITAMIN E MINYAK PELUMAS OLEO CHEMICAL
AIR IRIGASI GAS METHANA PUPUK PAKAN
ABU TANDAN PUPUK K2O DAN KCL
Sumber : Dari berbagai literatur, diolah penulis
Pertumbuhan permintaan CPO tidak hanya disebabkan dengan adanya pengembangan energi alternatif tersebut, tetapi juga disebabkan kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri hilirnya. Indonesia sebagai produsen utama bersama Malaysia dipastikan memperoleh keuntungan dari keadaan tersebut, dengan berkonsentrasi
membangun industri kelapa sawit
dan infrastruktur pendukungnya.
2
Gambar 1.2 Produksi dan konsumsi CPO Dunia (juta ton) 50
PRODUCTION
45
CONSUMPTION
40 35 30
25 20 15 10 5 0 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : USDA, diolah penulis
Dari
data
USDA
(United
States
Departement
of
Agricultured),
perkembangan produksi minyak sawit dunia dalam periode tahun 2005 – 2009 menunjukkan peningkatan, dengan angka pertumbuhan sebesar 5,9% setiap tahunnya. Pada tahun 2005 produksi minyak sawit dunia baru mencapai 35,83 juta ton dan pada tahun 2009 produksi minyak sawit dunia telah mencapai 45,00 juta ton. Meningkatnya produksi minyak sawit tersebut sebagai akibat meningkatnya luas area panen serta produktivitas perkebunan kelapa sawit yang berada di Indonesia dan Malaysia. Untuk konsumsi minyak sawit dunia pada tahun 2005 baru mencapai 34,97 juta ton dan di tahun 2009 telah mencapai 44,99 juta ton, dengan angka pertumbuhan sebesar 6,54% pertahun.
3
Kebutuhan di atas akan meningkat pula dengan ditemukannya produk derivatif dari minyak sawit yang selama ini dipasok oleh minyak kelapa. Kelapa sawit memiliki keunggulan sebagai penghasil minyak nabati dibanding tanaman lainnya karena lebih efisien dengan produktivitas per hektar paling tinggi. Perkembangan alternatif sumber energi sebagai biodiesel membuka peluang bagi pasar CPO. Tuntutan penggunaan energi terbarukan sangat mendesak karena sumber daya minyak bumi di dunia semakin menyusut. Kendati ada sumbersumber lain yang tersedia, seperti gas dan batubara, Indonesia harus menyiapkan alternative energi terbarukan. Biodiesel minyak sawit memiliki keunggulan komparatif, seperti kemampuan menekan tingkat polusi dan meningkatkan efisiensi mesin. Komposisi dalam menggantikan bahan bakar pada suatu mesin diesel dalam hal ini bahan bakar solar adalah 10:90 yang berarti 10% biodiesel dan 90% solar dengan demikian maka konsumsi solar dapat dihemat. Dari total produksi minyak sawit dunia di tahun 2009 sebesar 45,00 juta ton, Indonesia menempati urutan teratas dengan total produksi mencapai 21,00 juta ton, diikuti oleh Malaysia yang sebesar 18,00 juta ton. Untuk negara selanjutnya ditempati Thailand dengan produksi 1,35 juta ton, Nigeria dengan 850 ribu ton, dan Columbia 770 ribu ton, dan total negara lain mencapai 3,04 juta ton. Produksi minyak sawit Indonesia dan Malaysia menguasai sekitar 86,7% dari total produksi minyak sawit dunia. Negara produsen lainnya adalah Thailand, Nigeria, Columbia, dan lainnya yang menguasai sekitar 13,30% dari total produksi minyak sawit dunia di tahun 2009.
4
Gambar 1.3. Produsen Minyak Sawit Dunia 2009 (ribu ton) OTHER
COLUMBIA NIGERIA THAILAND
MALAYSIA INDONESIA -
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Sumber : USDA, diolah penulis Sedangkan untuk konsumen minyak sawit dunia dengan total konsumsi 44,99 juta ton, India berada di urutan teratas dengan total konsumsi 6,75 juta ton diikuti China dengan total konsumsi 6,32 juta ton, dan 27 negara Uni Eropa dengan total konsumsi 5,02 juta ton. Gambar 1.4. Konsumen Minyak Sawit Dunia 2009 (ribu ton) RUSIA IRAN COLOMBIA
UNITED STATES THAILAND MALAYSIA EU-27 INDIA -
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Sumber : USDA, diolah penulis
5
Harga CPO rata-rata tahunan mengalami harga terendah di tahun 2001, dengan nilai USD 283 per ton yang disebabkan dampak krisis moneter di tahun 1998, ditambah belum pulihnya keadaan ekonomiIndonesia saat itu. Namun sejak tahun 2001 hingga 2009, harga CPO rata-rata tahunan cenderung meningkat dengan pulihnya ekonomi dan dan juga banyaknya permintaan CPO di dunia. Kenaikan harga CPO disebabkan beberapa faktor yaitu yang pertama adalah adanya permintaan pangan dari negara-negara yang menggunakan minyak nabati di luar kelapa sawit, seperti India dan China. Faktor yang kedua adalah harga CPO paling murah dibanding minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai atau minyak rapeseed (canola oil). Dan Faktor yang ketiga adalah dengan adanya wacana renewable energy, muncul pandangan untuk mencampur minyak bumi dengan CPO, karena menghasilkan bahan bakar alternatif.
Gambar 1.5. Perkembangan Harga CPO rata-rata per tahun CIF Rotterdam (per ton) 1000
947
900 800
777
700
679
600 500 400 300
390 311
442
470
420
477
283
200 100 0 2000 2001
2002
2003
2004 2005
2006
2007
2008 2009
Sumber : USDA, diolah penulis
6
Lonjakan terbesar terbesar harga CPO rata-rata tahunan terjadi ditahun 2007 yang mencapai 62,80% karena banyaknya permintaan CPO dunia dan juga peralihan ke sumber energi alternatif, biofuel, dan biodiesel yang membutuhkan minyak sawit lebih banyak. Harga CPO rata-rata tahunan mengalami puncaknya di tahun 2008 yang mencapai USD 947 per ton, namun di akhir kwartal 20082008, krisis ekonomi global mulai mempengaruhi pergerakan harga CPO. Dampak krisis ini masih berlanjut di tahun 2009, sehingga harga CPO rata-rata tahunan jatuh menjadi USD 679. Sampai dengan bulan November tahun 2011 secara umum harga CPO mencapai USD 997. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO- crude palm oil) dan inti kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Industri minyak sawit mentah nasional nerupakan salah satu industri yang memberikan pendapatan devisa yang cukup besar bagi negara. Pada tahun 2009, devisa dari industri CPO diperkirakan mencapai USD 10 miliar. Selain itu, minyak sawit adalah satu-satunya komoditi non migas Indonesia yang menempati posisi strategis dalam percaturan minyak nabati dunia, mengingat Indonesia adalah penghasil terbesar komoditas ini. Hal ini dikarenakan sejak tahun 2005 minyak sawit telah menjadi minyak nabati dengan produksi terbesar menggeser minyak kedelai yang sebelumnya menjadi raja minyak nabati dunia. Berdasarkan data dari Oil World Annual 2009 – 2010, minyak sawit mengambil persentasi 27,7% dan minyak dan minyak kedelai 22,4% dari total 168,8 juta ton minyak nabati dunia.
7
Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan data Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, Areal kebun kelapa sawit hingga tahun 2009 diperkirakan mencapai 7,51 juta ha yang terdiri dari perkebunan swasta 3,89 juta ha, perkebunan rakyat 3,01 juta ha, dan perkebunan BUMN sebesar 0,61 juta ha. Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif. Terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR-Bun dan dalam perijinan pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. Melihat kondisi industri minyak kelapa sawit di dunia dan di Indonesia yang semakin dominan dan strategis dalam percaturan minyak nabati dunia, penulis tertarik untuk melakukan studi kelayakan investasi proyek perkebunan kelapa sawit dengan studi kasus pada PT Sepanjang Inti Surya Utama yang pada saat ini sedang mengembangkan pembangunan perkebunan kelapa sawit seluas 4.600 ha berlokasi di Desa Malenggang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten sanggau, Kalimantan Barat.
1.2 Rumusan Masalah Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis
8
yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing maupun skala perkebunan rakyat. Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang mendukung hal tersebut cukup, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif. Malaysia dan Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini, mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya. Bisnis komoditi kelapa sawit adalah bisnis jangka panjang dengan investasi besar. Bagi lembaga keuangan yang selama ini memberikan dana pinjaman untuk bisnis kelapa sawit memerlukan suatu .keamanan. modalnya, sehingga perlu diyakinkan bahwa uangnya akan kembali pada waktunya. Analisis akan sangat bergantung ketersediaan data yang cukup dan akurat. Data yang ada sering data yang dibuat berdasarkan asumsi teori yang kurang didasarkan pada kenyataan di lapangan sehingga dapat menimbulkan ketidakserasian antara modal dan kebutuhan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diangkat oleh penulis adalah mengenai kelayakan investasi untuk Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit di atas lahan 4.600 ha oleh PT Sepanjang Inti Surya Utama.
9
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kelayakan pembangunan dan pengembangan proyek perkebunan kelapa sawit dari aspek keuangan dengan metode Pay Back Period, Net Present Value , Internal Rate of Return, dan Analisa Sensitivitas sehingga dapat disimpulkan apakah proyek tersebut layak dilaksanakan atau tidak.
1.4 Manfaat Penelitian Tulisan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu pegangan yang dapat digunakan
oleh
pihak
investor maupun kreditur dalam melaksanakan
pertimbangan dan penilaian yang mendalam tentang berbagai hal sebagai dasar pengambilan keputusan tentang kelayakan investasi untuk pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit.
1.5 Batasan masalah Kelayakan investasi dapat ditinjau dari berbagai aspek baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Mengingat luasnya cakupan kualitatif maka penelitian ini mencoba memfokuskan kepada aspek kuantitatif khususnya aspek finansial. 1.6. Metodologi Penelitian Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah : a. Metode Pengumpulan Data
10
Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan data dan Informasi dari berbagai sumber, seperti : 1.
Data internal perusahaan
2.
Data eksternal (BPS, BI, Oilworld, Dinas Perkebunan Kalbar, Internet)
b. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan sebagai berikut : 1. Memproyeksikan cash flow proyek berdasarkan asumsi-asumsi yang dibuat. 2.
Menilai kelayakan proyek dengan metode Pay Back Period, Net Present Value , Internal Rate of Return, dan Analisa Sensitivitas dengan menggunakan komputer program spread sheet yaitu Excell for windows.
1.7. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam studi kelayakan ini meliputi : Bab I.
Pendahuluan. Pada Bab ini diuraikan latarbelakang, rumusan masalah, tujuan penelitian , manfaat penelitian, batasan masalah, metedologi penelitian, dan uraian tentang sistematika laporan.
Bab II.
Landasan Teori. Bab ini dipaparkan pengertian investasi dan studi kelayakan, hal-hal yang diperhatikan dalam investasi, metode penilaian investasi dan analisis sensitivitas.
Bab III.
Gambaran Umum Perusahaan. Pada Bab ini disajikan profil perusahaan dan rencana investasi.
Bab IV.
Metoda penelitian. Pada Bab ini dikemukakan pembahasan
11
mengenai cara dan tahapan penelitian Bab V.
Analisis Data. Pada Bab ini dikemukakan pembahasan dan analisis data berdasarkan teori yang telah dipaparkan.
Bab VI.
Kesimpulan dan Saran. Diuraikan kesimpulan tentang kelayakan investasi proyek pembangunan kebun kelapa sawit.
12