BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan perekonomian Indonesia walaupun kontribusi sangat sedikit tetapi sangat menentukan kesejahteran masyarakat sebagai bahan pangan bagi masyarakat. Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak yang menduduki posisi kelima di dunia yang berdampak pada tingginya kebutuhan pangan nasional. Walaupun sebagai negara agraris, namun Indonesia belum mampu untuk memenuhi
kebutuhan
pangan
dalam
negeri.
Ketidakmampuan
tersebut
mengharuskan Indonesia untuk melakukan perdagangan internasional yaitu impor barang dan jasa khususnya kebutuhan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (Pasaribu & Daulay, 2013). Sektor pertanian dibagi menjadi beberapa bidang-bidang pertanian, yaitu pertanian dalam arti luas dan arti sempit. Pertanian dalam arti sempit adalah bercocok tanam, jadi hanya kegiatan usaha tanaman. Dalam arti luas pertanian meliputi bercocok tanam, kehutanan, perikanan dan peternakan. Pertanian rakyat memproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacangkacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Dari bidang-bidang pertanian tersebut telah dihasilkan produkproduk pertanian yang sangat bermanfaat dan berguna serta tentunya sangat dibutuhkan oleh masyarakat (Mubyarto, 1995:7). Tanaman hortikultura, seperti tanaman buah-buahan, tanaman sayuran dan tanaman hias mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Selain itu
permintaan akan produk hortikultura semakin meningkat, hal ini disebabkan karena kebutuhan masyarakat terhadap tanaman hortikultura semakin meningkat (Alfianto, 2009). Salah satu tanaman hortikultura yang dibudidayakan oleh petani yaitu bawang merah. Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. (Rahayu dan Nur, 1996). Bawang merah merupakan suatu komoditi yang paling dicari oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk melengkapi pembuatan masakannya. Kebutuhan bawang merah sebagai bahan pangan dari tahun ke tahun
mengalami peningkatkan yang signifikan, peningkatan yang
singnifikan ini menjadikan bawang merah setiap tahunnnya sangat dicari oleh masyarakat. Namun disisi lain para petani masih belum siap akan melonjaknya dipermintaan akan bawang merah dipasaran (Stato, 2007). Bawang merah (Allium Ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani dan potensinya sebagai penghasil devisa negara (Riyanti, 2011). Menurut Rukmana (1994) menjelaskan bahwa bawang merah termasuk komoditas utama dalam prioritas pengembangan tanaman sayuran dataran rendah di Indonesia. Bawang merah digunakan sebagai bumbu dan rempah-rempah. Selain itu, bawang merah digunakan sebagai obat tradisional. Bawang merah merupakan sayuran unggulan nasional yang mempunyai peran cukup penting dan perlu dibudidayakan dengan intensif. Menurut Dirtkorat Jenderal Hortikultural (2012), konsumsi bawang merah penduduk Indonesia rata-rata mencapai 2,76 kg/kapita/tahun. Permintaan bawang
merah akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat
karena
adanya
pertambahan
jumlah
penduduk,
semakin
berkembangnya industri makanan jadi dan pengembangan pasar. Kebutuhan terhadap bawang merah yang semakin meningkat merupakan peluang pasar yang potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk meningkatkan produksi bawang merah. Pusat produksi bawang merah hampir tersebar di seluruh Indonesia, daerah penghasil bawang merah terbesar pada tahun 2011 adalah Maluku, Papua Barat, dan disusul oleh Jawa Tengah (Badan Pusat Statistik, 2011). Menurut Kemeterian Pertanian (2013) melaporkan produksi bawang merah pada tahun 2013 mencapai 1.010.773,00 ton dengan luas areal sebesar 98.937,00 ha. Menurut Kementrian Pertanian Indonesia (2013) pusat penghasil terbesar bawang merah terdapat di Kabupaten Brebes dan disusul oleh Kabupaten lainnya yang ada di Indonesia. Perkembangan produksi bawang merah di Indonesia terbilang fluktuatif hal ini dapat di lihat dari tahun 1990 sebesar 495.183 ton dan terjadi lonjakan produksi yang tajam pada tahun 2010 sebesar 1.048.934 ton. Adapun data mengenai produksi bawang merah di Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Tahun 19902013 Produksi Produksi Tahun Tahun (Ton) (Ton) 1990 495.183 2002 766.572 1991 509.013 2003 762.795 1992 528.311 2004 757.399 1993 561.267 2005 732.610 1994 636.864 2006 794.931 1995 592.548 2007 802.810
1996 768.567 2008 853.615 1997 605.736 2009 965.164 1998 599.304 2010 1.048.934 1999 938.293 2011 893.124 2000 772.818 2012 964.195 2001 861.150 2013 1.010.773 Sumber: www. pertanian.go.id, 2014 (data diolah) Menurut Badan Pusat Statistik (2011) permintaan bawang merah cenderung meningkat setiap saat, sementara produksi bawang merah bersifat musiman. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gejolak karena adanya senjang (gap) antara pasokan (suplai) dan permintaan sehinga dapat menyebabkan gejolak harga antar waktu. Permintaan bawang merah juga terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan konsumsi bawang merah oleh masyarakat. Menurut Racmat, dkk (2014) penyediaan bawang merah selama ini dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, namun karena adanya kesengjangan antara pasokan dan permintaan, menyebabkan Indonesia harus mengimpor
bawang
merah
guna
memenuhi
kebutuhan
masyarakatnya.
Pekembangan konsumsi baawang merah di Indonesia dapat di lihat pada tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Konsumsi Bawang Merah di Indonesia Tahun 1990-2013 Total Total Konsumsi Tahun Konsumsi Tahun Konsumsi (Kg/kapita) (ton) (ton) 1990 1,03 1.839.922,4 2002 2,2 4.730.842,3 1991 1,28 2.326.860,5 2003 2,22 4.842.832,7 1992 1,27 2.348.440,4 2004 2,19 4.846.334,2 1993 1,33 2.500.656,4 2005 2,36 5.297.749,3 1994 1,4 2.675.199,4 2006 2,08 4.736.364,3 1995 1,53 2.969.922,1 2007 3,01 6.952.281,5 1996 1,91 3.764.569,6 2008 2,74 6.418.271,6 1997 1,45 2.900.731,4 2009 2,52 5.984.669,7 1998 2,26 4.587.594,8 2010 2,53 6.089.115,1 1999 1,49 3.068.607,8 2011 2,36 5.753.718,7 2000 1,96 4.095.198,5 2012 2,76 6.813.451,7 2001 2,19 4.642.151,1 2013 2,07 5.172.218,6 Sumber: Neraca Bahan Makan, BPS, dan World bank 2014 (data diolah) Konsumsi (Kg/kapita)
Konsumsi per kapita per tahun bawang merah disajikan pada Tabel 1.2, yang menunjukkan peningkatan rata-rata konsumsi per kapita secara lambat yaitu 0,05 persen/tahun. Pada tahun 2008 rata-rata konsumsi per kapita bawang merah sebesar 2,74 Kg/kapita/tahun dengan total konsumsi sebesar 6.418.271,6 ton, meningkat menjadi 2,76 Kg/kapita/tahun dengan total konsumsi sebesar 6.813.451,7 ton pada tahun 2012, dan bahkan konsumsi bawang merah mengalami penurunan cukup besar pada tahun 2013 yaitu turun menjadi 2,07 Kg/kapita/tahun dengan total konsumsi sebesar 5.172.218,6 ton. Walaupun terjadi penurunan konsumsi tetapi disisi lain tingkat konsumsi yang tinggi tidak di iringi oleh tingkat produksi yang tinggi pula hal ini menjadikan negara Indonesia sebagai salah satu pengimpor bawang merah. Menurut Oulook Komoditi Bawang Merah (2012)
negara yang pengekspor
bawang merah ke Indonesia tertinggi pada tahun 2012 adalah Vietnam, Thailand, India, Filipina, dan Malaysia. Menurut Comtrade impor bawang merah baru
terjadi pada tahun 1990 sebesar 15.733,46 ton dengan nilai sebesar 5.321.240 US$ perkembangan impor bawang merah semakin meningkat, hingga tahun 1999 menurun menjadi 47.704,87 ton dan terus meningkat pada tahun 2011 menjadi 235.118,83 ton dengan nilai sebesar 109.507.970 US$. Adapun data mengenai impor bawang merah adalah sebagai berikut: Tabel 1.3 Perkembangan Impor Bawang Merah di Indonesia Tahun 1990 2013 Volume Nilai (000 Tahun Volume (Ton) US$) (Ton) 1990 15.733,46 5.321.240 2002 45.841,87 1991 17.951,19 6.728.796 2003 54.350,66 1992 21.449,94 8.515.649 2004 66.312,46 1993 27.790,90 11.162.582 2005 75.204,61 1994 21.553,37 8.535.982 2006 99.689,76 1995 40.236,56 15.167.858 2007 133.097,91 1996 52.482,06 19.228.784 2008 166.912,97 1997 51.425,51 16.970.764 2009 101.191,32 1998 53.409,75 14.350.087 2010 125.815,77 1999 47.704,87 11.977.111 2011 235.118,83 2000 70.068,71 16.351.632 2012 155.361,49 2001 60.910,06 15.982.831 2013 124.544,25 Sumber: www.un comtrade.un.org, 2014 (data diolah) Tahun
Nilai (000 US$) 12.754.315 16.065.312 19.297.980 22.162.921 37.467.936 53.401.542 69.069.574 41.768.439 56.337.194 109.507.970 67.232.449 67.953.555
Besar kecilnya volume impor dipengaruhi oleh tingkat harga konsumen. Dari tabel 1.4 menunjukan perkembangan tingkat harga di Indonesia. Peningkatan harga yang cukup tajam baik ditingkat konsumen terjadi tahun 1998 sebagai akibat adanya krisis moneter di Indonesia. Jika sementara harga bawang merah di tingkat konsumen sebelum krisis moneter 1997 sebesar Rp 950,-/kg, maka sejak terjadinya krisis moneter yakni tahun 1998 harga konsumen bawang merah naik menjadi Rp 3.730,-/kg dan sampai akhirnya harga bawang merah tahun 2011 meningkat menjadi Rp 25.928,-/kg dan turun pada tahun 2012 menjadi Rp. 21.949,-/kg tetapi kembli meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp. 35.795,-/kg.
Disisi lain, bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultural yang memiliki masalah yang cukup menarik, dimana dalam waktu singkat komoditas ini dapat mengalami gelogak harga yang tinggi, sementara senjang perbedaan harga antara harga di tingkat produsen dan konsumen dapat berbeda sangat besar. Tabel 1.4 Harga Bawang Merah di Indonesia Tahun 1990-2013 Harga Harga Tahun Konsumen Tahun Konsumen (Rp/kg) (Rp/kg) 1990 448 2002 8.966 1991 426 2003 7.005 1992 426 2004 6.635 1993 588 2005 8.124 1994 680 2006 9.667 1995 902 2007 9.470 1996 1.102 2008 14.668 1997 950 2009 14.050 1998 3.730 2010 18.893 1999 3.523 2011 25.928 2000 1.905 2012 21.949 2001 3.725 2013 35.795 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (data diolah) Sebagai tanaman yang berproduksi musiman, maka produksi bawang merah pada daerah tertentu terjadi pada bulan – bulan tertentu. Sementara itu konsumsi bawang hampir dibutuhkan setiap hari dan bahkan pada hari – hari besar keagaman permintaannya cenderung melonjak. Adanya ketidaksesuaian antara produksi dan permintaan menyebabkan gejolak harga berupa lonjakan kenaikan harga pada saat permintaan lebih tinggi dari pasokan atau merosot pada saat pasokan lebih tinggi dari pemintaan (Racmat, dkk, 2014). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Tingkat Produksi, Harga, dan Konsumsi Terhadap Impor Bawang Merah Di Indonesia”
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apakah tingkat produksi, harga, dan konsumsi berpengaruh secara silmutan terhadap impor bawang merah di Indonesia? 2) Bagaimana pengaruh tingkat produksi, harga, dan konsumsi berpengaruh secara parsial terhadap impor bawang merah di Indonesia? 3) Variabel manakah diantara tingkat produksi, harga, dan konsumsi yang berpengaruh dominan terhadap impor bawang merah di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu: 1) Untuk menganalisis dan mengkaji pengaruh tingkat produksi, harga, dan konsumsi secara silmutan terhadap impor bawang merah di Indonesia 2) Untuk menganalisis dan mengkaji pengaruh tingkat produksi, harga, dan konsumsi secara parsial terhadap impor bawang merah di Indonesia 3) Untuk menganalisis dan mengkaji variabel yang berpengaruh dominan terhadap impor bawang merah di Indonesia 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Bagi perkembangan ilmu sebagai sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah hasil penelitian mengenai perdagangan internasional tentang impor bawang merah di Indonesia.
2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan bagi perkembangan impor bawang merah di Indonesia baik untuk pemerintah maupun kalangan praktisi. 1.5 Sistematika penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) Bab yaitu : BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah dalam laporan ini. Dalam bab ini juga disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini diawali dengan menguraikan gambaran umum wilayah, potensi, dan
pergerakan impor komoditas bawang merah Indonesia, disertai
pembahasan hasil perhitungan statistik yang meliputi analisis regresi
linier berganda, uji asumsi klasik, uji F, uji t dan standardized coefficients beta. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Merupakan penutup yang terdiri atas keseimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang dipandang perlu berdasarkan atas kesimpulan yang dilakukan.