BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya ada tiga proses dalam manajemen pengetahuan yaitu perolehan/akuisisi pengetahuan
pengetahuan,
sebagaimana
berbagi
dijelaskan
pengetahuan,
dalam
Peraturan
dan
pemanfaatan
Menteri
Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 14 tahun 2011. Proses berbagi dapat terbentuk melalui proses sosial pada kultur organisasi yang menghargai aktivitas berbagi pengetahuan. Proses dapat berlangsung secara tradisional melalui diskusi dan kolokium, maupun melalui medium modern berbasiskan teknologi. Menurut Dalkir (2005), manajemen pengetahuan dalam suatu organisasi terintegrasi dalam suatu siklus dengan tiga tahap utama, yaitu penangkapan dan atau penciptaan pengetahuan, berbagi dan diseminasi pengetahuan, serta akuisisi dan aplikasi pengetahuan. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi dan bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Robbins, 1994). Organisasi tidak dapat menciptakan pengetahuan tanpa inisiatif dari individu-individu dalam organisasi dan interaksi antar individu dalam kelompok (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Menurut Huysman dan deWit (2002) dalam Dalkir (2005:118), dikatakan bahwa suatu penerimaan kolektif dari pengetahuan bersama merupakan metode kunci untuk menghasilkan
nilai bagi organisasi. Dalam proses penerimaan ini terjadi karena adanya transfer atau penularan pengetahuan dari tacit ke explicit dinamakan eksternalisasi atau explicit ke tacit yang disebut internalisasi (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Menurut Nonaka dan Toyama (2003), pengetahuan diciptakan melalui interaksi tersebut antara manusia dan struktur sosial. Tindakan kita dan interaksi dengan lingkungan membuat dan memperbesar pengetahuan melalui proses konversi pengetahuan tacit dan eksplisit (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Hal serupa juga dinyatakan oleh Hildreth dan Kimble (2002) dalam Yusup (2012) yang mengatakan bahwa pengetahuan bisa diperoleh melalui hasil interaksi antar orang, seperti forum diskusi kalangan top management, mahasiswa, kelompok diskusi ilmiah terbatas, FGD (Focus Group Discussion), dan kelompok diskusi pada penimatan bidang tertentu. Yusup (2012:398) menyatakan bahwa dalam praktik berbagi pengetahuan, pengetahuan bisa tercipta secara terprogram lewat interaksi antar orang baik langsung maupun tidak langsung, baik menggunakan media tradisional maupun media global atau teknologi informasi (TI). Orang bisa mendapatkan pengetahuan baru lewat media elektronik seperti membuka jaringan Internet, menggunakan chatting, menggunakan facebook, twitter, e-mail, e-book, dan lain-lain. Media elektronik sebagai media baru seperti yang dijelaskan Yusup (2012:411) lebih mempresentasikan komunikasi yang dinamis dan interaktif berbasis elektronik dengan memanfaatkan TI, yang meliputi: website, streaming audio dan video, chat rooms, e-mail, online communities, web advertising,virtual reality environment, integrasi data digital dengan telepon seperti telepon Internet,
2
kamera digital, video digital dan mobile computing. Menurut Kamus Encarta (2009) bahwa media baru diartikan sebagai “online computer and multimedia” yakni sistem perpaduan antara komputer, jaringan komputer dan multimedia secara terintegrasi. Jaringan menurut Chapman (2003:42) adalah hubungan yang menegaskan gagasan dari komunitas yang memiliki unsur dan prinsip hubungan antar lembaga yang secara sengaja terhubung dalam suatu web dengan pengikut-pengikut yang mempunyai tanggungjawab dan kontribusi untuk kelanjutan kepentingan bersama. Menurut Sliwka (2003:52) jaringan dapat menjadi dasar untuk melayani praktisi pendidikan pada perubahan waktu dari otonomi dan akuntabilitas sekolah yang lebih besar. Komponen perilaku berbagi pengetahuan dari Chen et al. (2009) dalam Yusup (2012) menggambarkan bentuk perilaku berbagi pengetahuan yang dipengaruhi oleh: norma subyek (subjective norm), sikap (attitude), pengendalian perilaku yang dirasakan (perceived behavior control), dan jaringan sosial (social network ties). Melihat kebutuhan dalam pemanfaatan TI, dalam perkembangannya pemerintah mencoba melakukan inovasi dengan penerapan e-goverment untuk memberikan kemudahaan akses kepentingan organisasi pemerintah. Dalam dunia pendidikan dibentuklah komunitas resmi jejaring pendidikan nasional yang disingkat jardiknas (jardiknas.kemendiknas.go.id), dengan tujuan sebagai pusat layanan sumber belajar, seperti yang dijelaskan dalam buku Panduan yang disusun oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Depdiknas (2011). Peran Jardiknas diharapkan sebagai super highway bagi e-Learning dan e-
3
Administration Pendidikan Nasional. Namun karena alasan biaya Jasa Sewa Bandwidth
berakhir
Desember
2011
sesuai
isi
Surat
Kapustekkom
No.3265/P1.4/TP/2011 tanggal 28 Desember 2011, maka Jardiknas dihentikan sampai menunggu persetujuan dari DPR. Mengadopsi berbagai kebijakan jejaring sosial untuk kepentingan pendidikan kemudian muncul jejaring sosial dan edukasi yang dikelola secara mandiri (swasta) secara gratis. Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, sering kali sistem yang sudah dikembangkan kurang dimanfaatkan, sehingga manfaat yang dihasilkan tidak bisa optimal. Menurut Dooley and Purchase (2006) dalam Wahid (2010) menyatakan bahwa dua faktor yang mempengaruhi perdagangan elektronik (eprocurement) adalah persepsi dan niat pengguna. Menurut Hartono (2008) bahwa niat atau intensi (intention) adalah keinginan untuk melakukan perilaku. Perilaku adalah tindakan atau kenyataan nyata yang dilakukan. Sedangkan persepsi merupakan penafsiran unik terhadap situasi dan bukan pencarian yang benar terhadap situasi. Proses persepsi meliputi interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan, dan penafsiran yang semuanya sangat tergantung pada penginderaan data. Persepsi melibatkan proses kognitif yang kompleks, maka melaluinya dapat dihasilkan gambaran unik tentang kenyataan yang kemungkinan berbeda dari kenyataan (Thoha, 2000). Oleh karena itu proses adopsi penggunaan TI ini termasuk sebagai niat dan persepsi dalam karakteristik inovasi. Adopsi dan penggunaan TI di tingkat organisasi dan individu telah menerima perhatian besar dalam literatur sistem informasi terakhir (Wahid, 2010). Teori difusi inovasi salah satunya diperkenalkan oleh Moore dan Benbasat (1991)
4
dengan model Perceived Characteristics of Innovating (PCI). Model PCI dikembangkan oleh Moore dan Benbasat (1991) terdiri dari delapan konstruk yang dikembangkan untuk memprediksi niat adopsi TI. Berdasarkan model Rogers (2003) tentang difusi inovasi. Model PCI memasukkan lima karakteristik inovasi dari model Rogers untuk setiap keputusan adopsi seperti sebelumnya. Kedelapan komponen karakteristik dalam model PCI adalah: keuntungan relatif (relative advantage),
kompatibilitas
(compatibility),
dapat
diujicoba
(trialability),
kemudahan penggunaan (ease of use), visibilitas (visibility), keteramatan hasil (result demontrability), tampilan (image), dan kesukarelaan (voluntariness). Pendapat Moore dan Benbasat (1991) dipakai untuk memperbaiki kompleksitas model Rogers yang digunakan untuk membangun kemudahan menurut Plouffe et al. (2001). Kedelapan karakteristik dalam model PCI menurut Schwarz dan Schwarz (2007) didefinisikan sebagai berikut: 1) Keuntungan relatif (relative advantage) adalah tingkat penggunaan inovasi yang dirasakan lebih baik dari sebelum inovasi; 2) Kompatibilitas (compatibility) adalah tingkat penggunaan inovasi ketika sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan budaya yang ada, pengalaman-pengalaman masa lalu dan saat ini, dan kebutuhan pengadopsi yang potensial; 3) Dapat diujicoba (trialability) adalah tingkat penggunaan inovasi dimana sebuah inovasi dapat diujicobakan; 4) Kemudahan penggunaan (ease of use) adalah tingkat penggunaan inovasi ketika inovasi dirasakan sebagai sesuatu yang mudah digunakan; 5) Visibilitas (visibility) adalah tingkat penggunaan inovasi dimana inovasi bisa terlihat dengan panca indra; 6) Keteramatan hasil (result demontrability) adalah
5
tingkat penggunaan inovasi ketika hasil dari inovasi tersebut bisa diamati dan bisa dikomunikasikan kepada orang lain; 7) Citra (image) adalah tingkat penggunaan inovasi dimana dirasakan mampu meningkat citra atau status seseorang dalam sistem sosial; 8) Kesukarelaan (voluntariness) adalah tingkat penggunaan inovasi dimana pengguna inovasi dilihat sebagai kesukarelaan. Penelitian meta analisis yang dilakukan Tornatzky dan Klein (1982) dalam Hartono (2008) menemukan bahwa kompatibilitas, keuntungan relatif, dan kompleksitas merupakan variabel-variabel konsisten signifikan yang berhubungan dengan tipe-tipe inovasi. Lebih lanjut menurut Compeau et al. (2004) PCI mempengaruhi intensitas penggunaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keuntungan relatif memainkan peran mediasi yang kuat dalam pengaruh dimensi lainnya pada intensitas penggunaan, seperti halnya kemudahan penggunaan. Compeau et al. mengusulkan tiga kategori tindakan yaitu penularan (communicability), pengukuran (measurability), dan peggunaan lainnya. Penularan [berbagi pengetahuan] mencerminkan kemudahan untuk dijelaskan kepada orang lain. Moore dan Benbasat
(1991)
menambahkan
faktor kesukarelaan
(voluntariness)
yang
mencerminkan aspek penting dari pengaruh sosial. Menurut Klein dan Sorra (1996) dalam Compeau et al. (2004) bahwa pengaruh tersebut dapat berkerja secara langsung melalui mekanisme tindakan sesuai atau secara tidak langsung melalui proses
internalisasi.
Ketika
pengaruh
tersebut
diinternalisasi,
kita
akan
mengharapkan kesukarelaan untuk mempengaruhi keuntungan relatif secara langsung. Hal ini mirip dengan efek yang diajukan oleh Venkatesh dan Davis
6
(2000) bahwa norma subyektif ditemukan untuk mempengaruhi persepsi kegunaan dalam adopsi Teknologi Informasi. Thong (1999) dalam Rahab (2008) menyatakan bahwa karakteristik TI yang ikut berperan dalam menentukan keputusan mengadopsi TI adalah persepsi berkaitan dengan manfaat relatif dari TI, tingkat kesesuaian TI, dan tingkat kerumitan TI. Hasil temuannya mengindikasikan bahwa ketiga faktor tersebut berpengaruh positif terhadap kemungkinan adopsi sistem informasi (SI). Prekumar dan Robert (1999) dalam Rahab (2008) menambahkan faktor biaya persepsian sebagai variabel yang digunakan untuk investasi TI yang mempengaruhi keputusan pengadopsian TI. Sedangkan menurut Sa’ud (2008) bahwa elemen waktu penting dalam proses difusi teknologi, karena waktu merupakan aspek yang utama dalam proses komunikasi. Waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan, termasuk dalam kegiatan mengadopsi teknologi. Sehingga waktu dan biaya menjadi faktor yang diabaikan dalam peneltian ini. Situs www.geschool.net, GCM ednovation school, adalah website jejaring sosial yang berbasis edukasi sebagai implementasi adopsi TI dalam inovasi pendidikan.
Geschool
menyediakan
berbagai
fitur
pertemanan
sekaligus
pembelajaran untuk siswa, guru, orang tua dan alumni serta membangun komunitas sekolah yang terintegrasi secara komprehensif seolah membawa interaksi sosial dan pendidikan dunia nyata pelajar, guru, orang tua, dan alumni tersebut ke dunia maya. Situs www.geschool.net lahir dari keinginan oleh seorang alumni Jurusan Teknik Nuklir UGM yang bernama Bapak Rio Winanda Tanjung, S.T.. Geschool
7
dioperasikan sejak Januari 2011 lalu dan sudah menjaring angggota (member) sebanyak 150 ribu lebih. Keberadaan Geschool dimaksudkan sebagai hasil karya sumbangsih anak bangsa Indonesia terhadap pendidikan di Indonesia untuk turut serta dalam memajukan pendidikan Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan TI yang begitu pesat. Berawal dari sebuah lembaga bimbingan belajar di Kota Yogjakarta dan sekitarnya, kemudian berkembang menjadi sebuah bimbingan belajar online. Mengadopsi jejaring sosial seperti facebook, twitter dan lainnya, Geschool merupakan sebuah evolusi belajar yang membawa paradigma baru dalam dunia pendidikan yang diharapkan memberi kemudahan pelajar, guru, orang tua dan sekolah dalam kegiatan pembelajaran, sebagai bagian dari proses pembelajaran dan segala aspek pendidikan lainnya secara online, menembus ruang dan waktu, juga bisa meningkatkan kuantitas serta kualitas dari pendidikan itu sendiri. Kebutuhan untuk kajian persepsi pengguna sehubungan dengan semakin bertambahnya member Geschool. Hal ini menjadi penting untuk diteliti karena belum ada kajian tentang karakteristik penggunaan media jejaring sosial dan edukasi Geschool terhadap pengguna Geschool yaitu guru dan siswa. Kajian tentang seberapa besar persepsi karakteristik berpengaruh terhadap adopsi TI dalam media jejaring sosial dan edukasi Geschool juga penting karena akan memberikan masukan yang bermanfaat bagi Bapak Rio selaku pengelola Geschool agar bisa lebih mengembangkannya sesuai dengan harapan para guru dan siswa dalam pemanfaatannya sebagai sarana berbagi pengetahuan.
8
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi dalam proses berbagi pengetahuan melalui interaksi jejaring sosial dan edukasi Geschool. Berbagai faktor persepsi karakteristik TI mempengaruhi keputusan terhadap adopsi TI, oleh karena itu perlu diadakan pengkajian karakteristik pemanfaatan jaringan Geschool dalam jaringan inovasi pendidikan. Kajian tentang persepsi kemudahan penggunaan dan manfaat penggunaan Geschool juga perlu diidentifikasi dalam implementasi kegiatan berbagi pengetahuan sebagai pembelajaran interaktif. Alasan lain penelitian ini dikarenakan belum ada kajian penelitian tentang penggunaan Geschool. Pendiri Geschool berharap bahwa keberadaan Geshool bisa diterima dalam jejaring pendidikan sehingga bermanfaat dalam upaya berbagi pengetahuan. Oleh sebab itu penting untuk dilakukan kajian tentang perpsepi yang mempengaruhi keputusan adopsi teknologi inovasi Geschool dalam penularan atau berbagi pengetahuan sehingga tercapai proses internalisasi dan eksternalisasi pengetahuan bagi guru dan siswa yang aktif menjadi geschooler, paling tidak telah menggunakan jejaring sosial dan edukasi geschool dalam jangka waktu minimal tiga bulan terakhir. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas dapat disusun beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
9
1. Bagaimana pola guru dan siswa Geschooler dalam mendapatkan informasi tentang geschool, waktu yang tepat, rata-rata waktu akses online, menu favorit dan perangkat untuk mengakses Geschool? 2. Seberapa besar persepsi karakteristik inovasi guru dan siswa dalam proses adopsi TI pada jejaring sosial edukasi Geschool? 3. Adakah perbedaan persepsi karakteristik inovasi antara guru dan siswa dalam adopsi TI pada jejaring sosial edukasi Geschool? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengidentifikasi pola guru dan siswa Geschooler dalam mendapatkan informasi tentang geschool, waktu yang tepat, rata-rata waktu akses online, menu favorit dan perangkat untuk mengakses Geschool.
2.
Untuk mengidentifikasi besaran persepsi karakteristik inovasi guru dan siswa dalam proses adopsi TI pada jejaring sosial edukasi Geschool.
3.
Untuk mengidentifikasi perbedaan persepsi karakteristik Inovasi antara guru dan siswa dalam adopsi TI pada jejaring sosial edukasi Geschool.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain: 1. Bagi pengelola geschool. Memberi masukan kepada pengelola Geschool agar pemanfatan jejaring sosial dan edukasi Geschool dalam mengadopsi inovasi lebih mempunyai persepsi yang positif sehingga pengelola dapat melayani Geschooler untuk mendapatkan keuntungan relatif, kemudahan, dapat
10
dirasakan manfaatnya sesuai dengan kebutuhan para pengguna dalam meningkatkan persepsi terhadap adopsi teknologi informasi. 2. Bagi peneliti. Penelitian ini akan menambah ilmu pengetahuan peneliti mengenai kebermakaan Geschool dalam persepsi karakteristik inovasi pengguna terhadap adopsi TI serta penciptaan dan transfer pengetahuan bagi organisasi sekolah. Penelitian ini juga dilakukan untuk memenuhi sebagian persyaratan kelulusan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister Manajemen konsentrasi kepengawasan pendidikan. 1.6 Ruang lingkup atau Batasan Penelitian Dalam kajian tentang perpsepi guru dan siswa yang mempengaruhi keputusan adopsi teknologi inovasi Geschool ini perlu diberikan asumsi-asumsi dasar dalam penyelesaian masalah agar tidak bias. Variabel-variabel yang akan dikaji dari beberapa karakteristik inovasi menurut Rogers (1983), Moore dan Benbasat (1991) yaitu keuntungan relatif (relative advantage), kompatibilitas (compatibility), dapat diujicoba (trialability), kemudahan penggunaan (ease of use), visibilitas (visibility), keteramatan hasil (result demontrability), tampilan (image), dan kesukarelaan (voluntariness) sebagai persepsi karakteristik inovasi guru dan siswa dikatakan sebagai variabel bebas, variabel terikatnya adalah adopsi TI pada jejaring sosial edukasi Geschool. 1.7 Sistematika Penulisan Penyusunan tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta simpulan dan
11
saran. Bab I membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan penelitian, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab II membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pengetahuan termasuk definisi dan tipe pengetahuan; perangkat manajemen pengetahuan, dan penciptaan pengetahuan. Kemudian membahas mengenai teori yang mendukung adopsi dan difusi inovasi teknologi, karakteristik teknologi, karakteristik lingkungan pendidikan, dan penelitian-penelitian yang terkait pengaruh karaktristik TI, peran jejaring sosial edukasi Geschool bagi anggota dan bagi organisasi sebagai jejaring sosial. Kemudian bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini berisi penjelasan mengenai desain penelitian, data dan metode pengumpulan data, sampel dan teknik pengambilan sampel, uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, teknis analisis data dan uji signifikansi dengan t-test. Dalam bab IV berisi informasi tentang hasil penelitian berupa proses pengumpulan
data,
deskripsi
karakteristik
responden,
pengujian
model
pengukuran validitas dan reliabilitas, analisi dan pembahasan meliputi pola guru dan siswa Geschooler dalam mendapatkan informasi tentang geschool, waktu yang tepat,
rata-rata waktu akses online, menu favorit dan perangkat untuk
mengakses Geschool, besaran persepsi karakteristik inovasi guru dan siswa dalam proses adopsi TI pada jejaring sosial edukasi Geschool dan hasil dan pembahasan
12
perbedaan persepsi karakteristik inovasi antara guru dan siswa dalam adopsi TI pada jejaring sosial edukasi Geschool. Terakhir, Bab V berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian serta keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan.
13