BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan membahas tentang latarbelakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan keaslian penelitian.
1.1.
Latar belakang Ruang publik merupakan sarana umum untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Ruang publik penting bagi kehidupan masyarakat karena ruang publik menfasilitasi interaksi antara anggota masyarakat. Ruang publik secara umum adalah suatu ruang yang dapat diakses penggunaannya oleh seluruh masyarakat. Pada dasarnya ruang publik merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun kelompok (Hakim, 1987). Ruang publik juga diartikan sebagai ruang yang mempunyai akses sepenuhnya terhadap semua kegiatan publik untuk seluruh masyarakat sebagai warga negara. Dalam ruang publik semua masyarakat berhak melakukan secara merdeka di dalam mengakses ruang publik termasuk termasuk mengembangkan wacana publik seperti menyampaikan pendapat secara lisan dan tertulis (Culla,1999). Kebebasan dalam ruang publik dimaknai sebagai bentuk hak yang dimiliki oleh setiap masyarakat untuk bebas menggunakannya, termasuk penggunaan ruang publik untuk kegiatan yang menunjang kebersamaan dalam membentuk ikatan komunitas, yang didukung oleh Carr (1992) menyatakan bahwa ruang publik adalah ruang atau lahan umum tempat masyarakat melakukan
1
kegiatan publik fungsional maupun kegiatan sampingan lainnya yang dapat mengikat suatu komunitas, baik kegiatan sehari-hari ataupun berkala, yang merupakan dari unsur pemukiman. Sarana unsur pemukiman
menurut bentuknya dibagi menjadi dua
kelompok yaitu: bentuk ruang atau bangunan (space) dan bentuk jaringan (network) yang satunya adalah jalan (Jayadinata, 1999). Bangunan dapat menjadi ruang publik tergantung kondisi dan situasi pada lingkungan yang terkait. Bangunan yang dapat menjadi ruang publik adalah bangunan yang digunakan untuk bersama atau dapat digunakan untuk umum yang dapat memunulkan rasa kebersamaan, seperti: gardu ronda, pos kamling, MCK umum. Jaringan termasuk salah satu jenis ruang publik yang berfungsi penghubung antar kegiatan. Bentuk jaringan salah satunya adalah ruang jalan yang digunakan oleh semua masyarakat. Menurut Spurrier dalam Bishop (1989), jalan tidak dapat dipertimbangkan hanya sebagai jalur kendaraan, tetapi secara keseluruhan menjadi bagian integral kehidupan
manusia. Jalan merupakan
kebutuhan primer bagi masyarakat di lingkungan permukiman yang dapat digunakan sebagai ruang publik bersama, termasuk untuk kegiatan sosial yang terjadi dalam masyarakat, di dukung oleh
Appleyard (1981)
yang
mengungkapkan bahwa jalan selain sebagai pusat sosial kota juga sebagai tempat masyarakat berkumpul, yang sekaligus merupakan saluran pencapaian dan sirkulasi seluruh aktivitas masyarakat. Sirkulasi dan aktivitas masyarakat mempunyai makna berkaitan dengan semua aktivitas penunjang kehidupan seharihari, yang memerlukan partisipasi seluruh anggota masyarakat.
2
Jacobs (1993), menyatakan bahwa jalan yang baik mendorong partisipasi untuk berhenti berbicara atau duduk dan melihat sebagai peserta pasif untuk menerima yang tersedia dan ditawarkan oleh jalan. Partisipasi pemanfaatan jalan dimaknai sebagai penghubung antar kegiatan yang berupa aktivitas sosial seperti berkumpul dan saling berinteraksi di ruang jalan, sehingga ruang jalan memungkinkan untuk digunakan secara bersama atau ruang yang
dapat
mempunyai fungsi kebersamaan yang memungkinkan munculnya toleransi dan gotong royong. Fungsi kebersamaan melalui bangunan dan pemanfatan jalan sebagai kesatuan ruang publik bersama di kota, merupakan arena ruang yang dipakai untuk bersama dalam beraktivitas masyarakat di sekitarnya. Pos kamling, MCK umum, jalan sebagai ruang publik dalam fungsinya sebagai area sosial dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul oleh berbagai macam golongan. Penggunaan ruang publik tidak ada berbatas pada penggunanya, baik itu ruang publik kota atau ruang publik di permukiman. Ruang publik juga terdapat dalam satu kesatuan permukiman. Berdasarkan pemikiran mengenai pemanfaatan ruang dan jalan sebagai ruang publik yang berada di dalam pemukiman masyarakat, ruang publik adalah bagian dari unsur pemukiman yang tidak dapat terpisahkan dari kondisi sosial budaya masyarakat. Sementara sosial budaya dibangun oleh etnis masyarakat yang hidup di dalamnya yang mempunyai karasteristik yang unik. Karakteristik sosial budaya di Kampung Balong dibangun dari etnis Jawa dan Tionghoa yang sudah berinteraksi dalam semua sisi kehidupan termasuk
3
dalam pemanfaatan ruang jalan dan bangunan. Keunikan karakteristik ruang publik terjadi karena interaksi sosial budaya yang berkaitan dengan sosial budaya masing-masing etnis pada masyarakat penghuninya. Keterbatasan ruang untuk fasilitas masyarakat yang menyebabkan ruang publik di kampung dipakai sebagai tempat bersama dan individu dengan perpaduan dua budaya yaitu Tionghoa dan Jawa. Ruang publik pada pemukiman di Kampung Balong yang terletak di pusat Kota Surakarta, mempunyai keunikan dalam hal sosial budaya yang masih menjaga kelestariannya untuk tiap etnis Jawa dan Tionghoa. Keunikan terindikasinya dari perpaduan budaya antara masing-masing etnis yang masih tetap dilestarikan secara bersama di Kampung Balong yang dapat ditelusuri melalui sejarah terciptanya komunitas masyarakat Kampung Balong. Sejarah Kampung Balong dimulai Tahun 1742, ketika orang Tionghoa memberontak dan melawan kekuasaan Pakubuwana II yang bertahta di Kartasura sehingga Keraton Kartasura hancur dan Pakubuwana II menyingkir ke Ponorogo Jawa Timur (Geger Pacinan), dengan bantuan VOC pemberontakan etnis Tionghoa berhasil ditumpas dan Kartasura berhasil direbut kembali. Ibukota kerajaan yang telah hancur sebagai gantinya didirikanlah Keraton baru di Surakarta yang berjarak 20 km ke arah Selatan Timur dari Kartasura pada tanggal 18 Februari 1745 (Willem dalam Eka, 2007). Pemindahan ibu kota kerajaan sebagai titik awal didirikannya Kraton Kasunanan Surakarta. Pada tahun yang sama masyarakat Tionghoa dijinkan bermukim di Kota Surakarta sebagai ibukota baru yang dipindahkan dari pusat pemerintahan lama Kartasura setelah
4
berakhirnya perang Geger Pechinan. Etnis Tionghoa oleh Susuhunan diberi tempat tinggal di sebelah utara sungai Pepe dekat dengan pasar Gedhe dan diijinkan untuk melakukan aktivitas sosial ekonominya (Willem dalam Eka, 2007). Perpaduan budaya antara Jawa dan Tionghoa merupakan keunikan pada wilayah Sudiroprajan. Keunikan itu ada karena perbedaan budaya antara budaya Jawa dan Tionghoa. Kampung Balong terbentuk dari dua jenis etnis masyarakat Jawa dan Tionghoa, tetapi di Kampung Balong tidak terjadi perbedaan diantara etnis, akulturasinya sudah kuat sehingga membuat masyarakat setara dan sederajat. Aktivitas sosial, budaya, ekonomi etnis Tionghoa berinteraksi dengan etnis sosial Jawa melahirkan keunikan pada bidang kehidupan termasuk dalam pemanfaatan ruang publik. Uniknya ruang publik terjadi karena proses interaksi dan akulturasi yang dipengaruhi oleh semua fasilitas dan pertambahan jumlah penduduk pada luas lahan yang terbatas, sehingga menyebabkan keterbatasan fasilitas yang tersedia. Kampung Balong memeliki kegiatan masyarakatnya yang berbeda pada permukiman lainnya,
di mana kegiatan masyarakat banyak
dilakukan di luar rumah dan tidak mengenal waktu baik itu pagi, siang dan sore. Fasilitas yang terbatas seperi ruang publik dan pekarangan rumah menyebabkan tempat berkumpul masyarakat di Kampung Balong menyesuaikan dengan kebutuhan yang terjadi, yang menyebabkan penggunaan ruang publik tidak sesuai dengan fungsi utama. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi penggunaan ruang publik khususnya pada ruang jalan, MCK umum, teras rumah
5
adalah keterbatasan ruang. Keterbatasan ruang menyebakan adanya perasaaan kebersamaan pada masyarakat. Fenomena keterbatasan ruang publik terlihat dari kegiatan aktivitas individu nampak sangat dominan dalam pemanfaatan ruang publik yang digunakan untuk berdagang, menyimpan aset, memasak dan mencuci. Dengan demikian berdasarkan fenomena kegunaan ruang publik sudah tidak sesuai dengan fungsinya sehingga perlu dirumuskan untuk memudahkan dalam mempelajari dan mengembangkannya.
1.2.
Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian
adalah: a. Bagaimanakah penggunaan ruang publik di Kampung Balong? b. Apakah nilai-nilai yang mendasari masyarakat menggunakan ruang publik di Kampung Balong?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah:
a. mengidentifikasi penggunaan ruang publik di Kampung Balong Kelurahan Sudiroprajan Surakarta. b. mengidentifikasi nilai-nilai yang mendasari masyarakat menggunakan ruang publik di Kampung Balong Kelurahan Sudiroprajan Surakarta.
6
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi:
a. Bidang keilmuan Manfaat penelitian di bidang keilmuan adalah menambah khasanah keilmuan serta masukan dalam penyempurnaan konsep/ teori tentang pengguaan ruang publik yang berbasis kebersamaan. b. Pemerintah Daerah Manfaat untuk pemerintah daerah adalah merupakan pertimbangan dan masukan untuk penataan wilayah perkotaan di Surakarta.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah wilayah seluruh Kampung Balong yang
berada pada RW VI yang memiliki 6 RT dan kawasan yang perbatasan dengan Kampung Balong di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Surakarta.
1.6.
Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penggunaan ruang publik berbasis kebersamaan di
pemukiman Kampung Balong Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Surakarta, belum pernah dilakukan di MPKD maupun di luar MPKD UGM. Penelitian pendukung mengenai ruang publik di Kampung Balong Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Surakarta terlihat pada Tabel 1.1.
7
Tabel I.1 Penelitian Tentang Ruang Publik dan Pemukiman Campuran di Kampung Balong Peneliti Joni Setiawan
Tahun 2011
Eka Deasy Widyaningsih
2007
Riyadi
2011
Prof. Dr Jamal Wiwoho S.H, M.Hum
2007
Asal MPKD UGM
Judul Pemanfatan Taman Kota Sebagai Ruang Publik di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat Skripsi Fakultas Masyarakat “Cina Balong” Sastra dan Seni Rupa Sudiroprajan UNS (Studi Interaksi Sosial Masyarakat Cina-Jawa di Surakarta pada Pertengahan-Akhir Abad xx) Tesis Program Sejarah Sosial Komunitas Cina Pascasarjana Fakultas di Kampung Balong Surakarta Ilmu Budaya Paruh Kedua Abad xx UGM Penelitian APID Jur. Studi Perekat Sosial Pada Etnik Hukum Keperdataan Berpotensi Konflik Sebagai Upaya FH UNS Menciptakan Keharmonisan Lingkungan Sosial - Budaya Melalui Pendekatan Social Capital di Kampung Balong, Kodya Surakarta
8