BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia menempati urutan kedua negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, setelah Kanada. Wilayah laut dan pesisir adalah wilayah penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari empat belas juta penduduk atau sekitar 7,5 % dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan yang ada di kawasan ini. Sekitar 26% dari total Produk Domestik Bruto (Gross National Product/GDP) Indonesia disumbangkan dari kegiatan dan sumber daya laut dan pesisir (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Hal ini yang menjadikan alasan mengapa potensi kawasan pesisir di Indonesia harus dikembangkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya agar sumber daya alam yang ada bisa dimanfaatkan dengan tepat dan efisien untuk kesejahteraan masyarakat. Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah yang terletak di kawasan pesisir utara Pulau Jawa, secara morfologi bentang lahan Kota Semarang bisa diklasifikasikan menjadi duabagian yakni Semarang bagian selatan yang memiliki kondisi lahan perbukitan karena merupakan bagian kaki Gunung Ungaran, sedangkan Semarang bagian Utara memiliki kondisi lahan datar akibat dulunya merupakan suatu kawasan sedimentasi aluvial yang banyak ditemui rawa- rawa. Seiring perkembangan waktu daerah utara Kota Semarang berkembang lebih pesat dibandingkan daerah selatan, karenanya daerah selatan menjadi pusat kegiatan
pemerintahan,
CBD, rekreasi,
dan
industri.
Perkembangan Semarang bagian utara yang pesat juga didukung karena adanya fasilitas nasional
yang mendukung perkembangan Kota Semarang yaitu
Pelabuhan Tanjung Emas yang dibangun sejak tahun 1985.
1
Menurut A.S. Hornby (1987) Waterfront adalah daerah pertemuan antara darat dan sisi perairan, bagian dari kota yang berbatasan dengan laut, danau, sungai, dan sejenisnya. Sebagai suatu kota yang secara geografis berbatasan langsung dengan air (Laut Jawa) Kota Semarang bisa dikategorikan sebagai kawasan tepian air (waterfront), didukung dengan adanya Pelabuhan Tanjung Emas yang semakin memperkuat karakter/citra Waterfront City bagi Kota Semarang. Selain
karakteristik
Waterfront
yang
dimilikinya,
Kota
Semarang
merupakan salah satu pilot project dari program pemerintah pusat yaitu P2KH (Program Pengembangan Kota Hijau) bersama dengan sembilan kota lainnya. Adanya program ini mendukung pemerintah Kota Semarang untuk meningkatkan kuantitas RTH kota yang ada hingga mencapai 30% sesuai dengan standar undang-undang tata ruang. Berdasarkan data tahun 2010 jumlah lahan terbangun yang ada di Kota Semarang hingga saat ini mencapai 52% (BPS Kota Semarang), hal ini sangat menghawatirkan jika tidak segera dikendalikan akan banyak menimbulkan degradasi lingkungan dan memunculkan permasalahan baru berupa ancaman banjir karena minimnya lahan terbuka untuk resapan air. Kelurahan Tanjung Mas merupakan wilayah yang terletak di Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang sebagian wilayahnya merupakan kawasan Pelabuhan Tanjung Mas, adanya fasilitas ini menimbulkan pertumbuhan bagi kawasan di sekitar pelabuhan mulai dari kegiatan jasa, komersial, dan yang paling dominan adalah permukiman, karenanya Kelurahan Tanjung Mas memiliki jumlah penduduk paling banyak dibandingkan desa lainnya di Kecamatan Semarang Utara. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Tanjung Mas menggantungkan hidupnya dari laut, karenanya banyak terdapat permukiman nelayan yang berkembang di sana, karena kondisi perekonomian yang hanya paspasan kondisi lingkungan di kawasan permukiman nelayan di Kelurahan Tanjung Mas cenderung kumuh dan ditambah minimnya dukungan sarana dan prasarana dari pemerintah setempat memperburuk kondisi lingkungan permukiman nelayan yang ada di sana. Secara normatif belum ada regulasi tata ruang (RTBL) yang
2
mengatur kawasan KelurahanTanjung Mas padahal adanya fasilitas pelabuhan menjadikan kawasan ini pesat perkembangannya, sayangnya pertumbuhan yang cepat tidak dibarengi dengan tindakan perencanaan yang baik dan terarah sesuai dengan kondisi karakteristik dan potensi kawasan yang dimilikinya, efek dari hal ini menimbulkan fenomena urban sprawl di kawasan ini, seperti yang telah dijelaskan tadi lingkungan permukiman menjadi
kumuh
sehingga kondisi
lingkungan menjadi kurang sehat dan terus mengalami degradasi lingkungan akibat pembangunan yang tidak terkendali, hal ini juga didukung dengan minimnya ruang terbuka hijau (RTH) dan vegetasi di kawasan ini sehingga memperburuk kondisi udara lingkungan yang dekat dengan kawasan industri Terboyo dan fasilitas PLTGU Tambaklorok, fenomena lainnya yang mengancam masyarakat di Kelurahan Tanjung Mas yakni ancaman banjir rob yang diakibatkan
penurunan
muka
tanah
(land subsidence) tiap
tahunnya,
penurunan ini diakibatkan eksploitasi air tanah dalam yang berlebihan. Untuk itu dibutuhkan tindakan perencanaan yang hasilnya diharapkan bisa mengatasi permasalahan yang ada di Kelurahan Tanjung Mas dan bisa memunculkan potensi yang dimiliki wilayah tersebut serta bisa menjadi salah satu representasi citra Kota Semarang sebagai Waterfront City. Serta menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah, masyarakat, investor, dan pihak swasta yang berkepentingan di kawasan tersebut. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas bisa diambil suatu rumusan
masalah yaitu : 1. Kondisi permukiman yang padat sehingga menimbulkan kondisi lingkungan kumuh dan kurang sehat di Kelurahan Tanjung Mas. 2.
Belum adanya fasilitas mitigasi bencana untuk mengatasi dan menangani ancaman bencana banjir rob di Kelurahan Tanjung Mas.
3. Minimnya jumlah vegetasi dan ruang terbuka hijau sebagai resapan air dan sebagai ruang publik.
3
4. Belum adanya kawasan permukiman yang berkonsep Waterfront di Kelurahan Tanjung Mas untuk representasi Kota Semarang sebagai Kota Tepian Air (Waterfront City). 1.3
Maksud, Tujuan, Sasaran, dan Hasil Perencanaan
1.3.1 Maksud Maksud dari perencanaan permukiman di Kelurahan Tanjung Mas yaitu untuk mewujudkan kondisi lingkungan permukiman yang bebas kumuh, ramah lingkungan serta tangguh terhadap bencana sebagai wujud tindak lanjut dari program nasional Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) dan juga mewujudkan amanat undang-undang Penataan Ruang mengenai perwujudan RTH diwilayah perkotaan sebesar 30% serta mendukung program nasional Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). 1.3.2 Tujuan Tujuan dari perencanaan ini adalah terencananya permukiman di Kelurahan Tanjung Mas menggunakan konsep Green Waterfront, serta terbentuk lingkungan tempat tinggal yang memiliki ketangguhan terhadap bencana banjir rob. 1.3.3 Sasaran Sasaran dari tujuan perencanaan ini yaitu : 1. Berkurangnya masalah permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Mas. 2. Tersedianya rencana sistem mitigasi bencana banjir rob. 3.
Tersedianya ruang terbuka hijau yang bisa difungsikan sebagai resapan air, mitigasi bencana dan ruang terbuka publik.
4. Terciptanya citra kawasan permukiman tepian air (Waterfront) di Kelurahan Tanjung Mas untuk representasi Kota Semarang sebagai Kota Tepi Air (Waterfront City). 5. Tersedianya Rencana Induk (Master Plan) pengembangan dan penataan permukiman di Kelurahan Tanjung Mas menggunakan konsep Green Waterfront.
4
1.3.4 Hasil Perencanaan Secara umum hasil dari laporan perencanaan ini yaitu : 1. Rencana pola dan struktur ruang kawasan 2. Rencana infrastruktur kawasan 3. Rencana pengaturan massa bangunan, signage, dan Street Furniture 4. Rencana mitigasi bencana banjir rob 1.4
Ruang Lingkup Perencanaan
1.4.1 Lokasi Lokasi perencanaan secara administratif berada di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Jarak dari pusat Kota Semarang Sekitar 5 Km dengan luas wilayah ± 34,25 Ha. Berikut merupakan gambar delineasi lokasi perencanaan :
Gambar 1.1: Lokasi Perencanaan Sumber: Citra Satelit Google Earth Pro, 2016
1.4.2 Fokus Fokus dalam perencanaan ini adalah perencanaan permukiman di Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang sebagai langkah untuk mengatasi kondisi kumuh, ancaman bencana banjir rob, minimnya jumlah RTH, dan menciptakan citra waterfront city bagi Kota Semarang. Perancangan permukiman ini menggunakan
5
konsep Green Waterfront, yang berasal dari elaborasi konsep Kawasan Tepian Air (Waterfront) dan konsep Kota Hijau (Green City). 1.4.3 Waktu Estimasi pembuatan rencana sekitar 6 bulan, periode waktu implementasi perencanaan proyek dilakukan mulai awal tahun 2018 dengan asumsi proses persiapan, pembuatan Detail Engineering Design (DED), pembebasan lahan, dan pelelangan tender proyek selesai di akhir tahun 2017. 1.5
Perencanaan Terkait
1. Azmi, Nasril (2015) Rencana Kawasan Wisata di Pesisir Meuraxa Menggunakan Konsep Recreational Waterfront dengan fokus perencanaan kawasan wisata tepian air di pesisir Meuraxa, Kota Banda Aceh. Perencanaan ini menggunakan pendekatan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam membuat pertimbangan rencananya adapun output dari perencanaan ini berupa rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang, rencana sirkulasi dan aksesibilitas, dan rencana penataan elemen fisik kawasan. 2. Ragil Permadi, Satya (2015) Revitalisasi Waterfront Kawasan Wisata Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu dengan Pendekatan Urban Design, perencanaan ini berfokus membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada dengan tetap mempertahankan nilai historikal kawasan tersebut serta diarahkan kepada pembangunan fisik kawasan meliputi sarana dan prasarana, penulis tidak menyebutkan secara tersurat keluaran (output) dari perencanaan ini. 1.6
Sistematika Laporan
BAB I PENDAHULUAN berisikan latar belakang, permasalahan perencanaan, ruang lingkup, tujuan dan sasaran, dan sistematika penulisan. Secara umum bab ini menjelaskan tentang urgensi perencanaan kawasan permukiman di Kelurahan Tanjung Mas BAB II TINJAUAN PUSTAKA merupakan hasil tinjauan kepustakaan dan studi literatur. Bab ini fokus pada dasar teori tentang perencanaan kawasan pesisir, 6
konsep Kota Hijau (Green City) dan konsep Kawasan Tepian Air (Waterfront). Hasil tinjauan kepustakaan dan studi literatur ini menghasilkan konsep payung teori yang digunakan sebagai dasar dalam menganalisis serta konsep turunan yang merupakan bagian dari konsep payung teori yang dijadikan sebagai konsep perencanaan permukiman di Kelurahan Tanjung Mas. BAB III METODE PERENCANAAN merupakan pembahasan metode yang akan digunakan dalam proses perencanaan. Bab ini memaparkan tentang komponen rencana dan menjelaskan tentang cara mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara. Selain itu, bab ini juga menjelaskan tentang metode analisis apa yang digunakan dan tahapan-tahapan apa yang akan dilakukan dalam proses perencanaan ini serta tidak lupa disertakan proses perencanaan dari masi-masing komponen rencana. BAB IV GAMBARAN LOKASI PERENCANAAN merupakan deskripsi wilayah perencanaan, isinya menjelaskan gambaran umum Kota Semarang dan lebih spesifik tentang Kelurahan Tanjung Mas yang merupakan lokasi perencanaan. Tinjauan tersebut meliputi letak geografis, ekonomi, kependudukan, kondisi penggunaan lahan, ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH), dan gambaran Kota Semarang sebagai Kota Tepian Air (Waterfront City). BAB V ANALISIS PERENCANAAN merupakan bagian penjelasan mengenai detail proses analisis data-data yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat rencana ini, analisis yang dilakukan meliputi analisis kesesuaian lahan, daya dukung & daya tampung, analisis kebutuhan sarana prasarana, analisis kependudukan, dan analisis ekonomi. BAB VI KONSEP DAN RENCANA merupakan konsep peencanaan yang dijabarkan menjadi variabel-variabel konsep beserta indikator per variabel konsep yang berisikan rumusan rencana untuk menyelesaikan permasalahan dan mengembangkan potensi yang ada, selanjutnya pada bagian rencana merupakan penterjemahan konsep rencana yang digunakan menjadi arahan rencana penataan dan arahan desain.
7