1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan penting di Indonesia. Oleh karena itu sektor pariwisata mempunyai keunggulan dan potensi dalam menciptakan lapangan pekerjaan, memperluas kesempatan kerja, penghasil devisa, sebagai sektor yang mampu menjaga serta memelihara kelestarian
sosial
budaya
serta lingkungan
hidup
masyarakat.
Dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, pariwisata saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat modern. Aktivitas pariwisata terlaksana dan berkembang karena semakin meningkatnya permintaan, taraf hidup, dan kebutuhan tersier masyarakat. Agar permintaan masyarakat terpenuhi, maka yang harus dilakukan adalah bagaimana menciptakan suatu sarana dan prasarana pariwisata yang memadai dan mencukupi, seperti objek wisata dan tujuan wisata, jasa penunjang wisata, akomodasi yang memadai baik secara kualitas dan kuantitas. Agar kegiatan pariwisata berjalan dengan lancar harus melibatkan banyak manusia, baik melibatkan kalangan masyarakat, industri pariwisata maupun pemerintah, perusahaan swasta sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang potensial dibidangnya terutama dibidang makanan dan minuman. Oleh sebab itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas & kompetitif supaya dapat berperan aktif dalam menaikkan pamor khususnya dalam bidang makanan.
2
Usaha kecil di bidang makanan ringan merupakan salah satu cara upaya perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagai bentuk usaha yang paling banyak terdapat di semua di Indonesia, usaha tersebut memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional terutama dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, serta mewujudkan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Sektor usaha kecil telah mampu menunjukan kinerja yang relatif lebih tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kontribusi sektor ini pada perekonomian nasional pun cukup signifikan. Pada tahun 2006 tercatat jumlah usaha kecil 41,3 juta unit atau 99,99% dari keseluruhan unit usaha ekonomi yang ada, dengan tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 88,7% dari jumlah tenaga kerja yang ada, atau mencapai 68,28 juta orang. Dibanding dengan kondisi tahun 2006, jumlah tersebut meningkat sebesar 2,7% menjadi 42,4 juta unit usaha, dengan penyerapan tenaga kerja menjadi 79 juta tenaga kerja atau meningkat 15,7%. Jumlah usaha kecil juga terus berkembang pada tahun 2007 (biro pusat statistik), jumlah usaha kecil dapat dilihat pada tabel berikut:
3
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Pelaku Menurut Usaha Kecil Tahun 2007-2008 NO
SKALA USAHA
1
Usaha Kecil (UK)
2
Usaha Menengah
JUMLAH (unit)
PERTAMBAHAN
2007
JUMLAH
%
682.712
1,61
3.781
6,35
686.493
1,61
79
3,64
686.572
1,61
2008
42.475.756 43.158.468 59.580
63.361
(UM) Usaha Kecil
42.535.336 43.221.829
Menengah (UKM) 3
Usaha Besar (UB) JUMLAH
2.169
2.248
42.537.505 43.224.077
Sumber Biro Pusat Statistik
Jumlah usaha kecil terus bertambah karena usaha kecil dapat menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi nasional, walaupun rata-rata produktifitasnya masih cukup rendah. Sementara itu usaha kecil mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat digunakan sebagai akses untuk menampung bertambahnya jumlah tenaga kerja. Namun dibalik semua manfaat yang ada, usaha kecil menyimpan berbagai masalah yang harus segera diselesaikan apabila tidak maka akan menimbulkan kerugian bahkan dapat menyebabakan gulung tikarnya usaha kecil khususnya yang ada di daerah Kabupaten Ciamis.
4
Kabupaten Ciamis berada pada 108O20’ sampai dengan 108O40’ BT dan 7o40’20” sampai dengan 7o41’20” LS, luas keseluruhan Kabupaten Ciamis ini 244,479 Ha. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan di sebelah utara, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya di sebelah barat, Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, secara administrative terbagi menjadi 6 kecamatan dengan panjang mencapai 91 km. Keadaan alam Kabupaten Ciamis cukup potensial untuk berkembangnya kegiatan pertanian dan pariwisata. Khusus untuk pariwisata, Kabupaten Ciamis memiliki pantai Pagandaran yang sangat indah sehingga menjadi primadona wisatawan domestik dan mancanegara serta objek wisata lainnya. Berkaitan dengan ini industri kecil makanan ringan dijadikan sebagai oleh-oleh bagi pengunjung tempat wisata yang ada di Kabupaten Ciamis yang mencapai jumlah 1.743.660 wisatawan nusantara dan 9.180 wisatawan mancanegara pada tahun 2007, meningkat menjadi 1.880.784 wisatawan nusantara dan 13.492 wisatawan mancanegara pada tahun 2008. Seperti terlihat dalam tabel berikut ini : Tabel 1.2 Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata di Kabupaten Ciamis No Tahun
Wisnus
Pertumbuhan (%) Wisman Pertumbuhan (%)
1
2007
1.743.660
48,11
9.180
40,49
2
2008
1.880.784
51,89
13.492
59,51
Jumlah
3.624.444
22.672
Sumber : BPS (kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat)
5
Banyaknya pengunjung daerah wisata meningkatkan usaha kecil dibidang makanan sehingga banyak menyerap tenaga kerja dan juga membantu roda perekonomian warga kabupaten Ciamis, terlihat pada tabel di atas kenaikan wianus sebesar 3.78%, dan kenaikan wisman 19.02%. Namun dibalik semua keuntungan tersebut terdapat banyak masalah yang muncul yang menyebabkan menurunnya volume penjualan. Hal ini terlihat dari volume penjualan pengusaha makanan ringan pada saat pra survei yang dilakukan pada beberapa responden, yang dapat dilihat dari rata-rata penjualan selama 3 bulan terakhir pada tabel berikut : Tabel 1.3 Volume penjulan dalam ribuan rupiah yang diperoleh pelaku pengusaha makanan ringan sektor usaha kecil di Kabupaten Ciamis Keterangan
3 Bulan Terakhir Mei 09
Juni 09
Juli 09
Volume Penjualan
3.250
3.000
2.750
Biaya Oprasional
2.300
2.350
2.400
Laba Usaha
850
650
350
Sumber : wawancara beberapa responden Penurunan volume penjualan bulan mei-juni sebesar 7,69% sedangkan penurunan volume penjualan bulan juni-juli adalah 8,33% sehingga rata-rata penurunan volume penjualan pada usaha kecil makanan ringan sebesar 8,01%, dikarenakan banyaknya kendala-kendala yang dihadapi usaha kecil diantaranya akses permodalan, permasalahan manajemen, kepekaan terhadap perkembangan
6
teknologi, kemasan produk yang kurang menarik dan jaringan distribusi yang mengakibatkan usaha kecil lemah dalam posisi rebut tawar atau biasa disebut bargaining position di bidang produksi, pemasaran, maupun konsumen. Beberapa
faktor yang harus diperhitungkan oleh usaha kecil sebagai
produsen, menurut Harry (1968) adalah kelayakan penggunaan dana jenis barang yang akan dipasarkan, peluang pasar, pesaing, barang substitusi dan komplementer, selera konsumen atas barang tersebut, trend atau mode serta faktor-faktor eksternal lainnya termasuk pemasaran. Pemasaran yang terdiri dari empat unsur yaitu produk, harga, tempat atau lokasi, dan promosi. Keempat aspek ini saling berkaitan dalam meningkatkan fungsi pemasaran. Produk dalam hal ini meliputi produk beserta segala atributnya, atribut produk meliputi merk, jaminan(garansi), pelayanan dan sebagainya terutama kemasan produk, harga jual kepasaran, lokasi atau distribusi yang merupakan cakupan distribusi produk, serta saluran distribusinya yang terakhir. Dari keempat unsur tersebut promosi mempunyai peranan penting dalam menghubungkan atau memperkenalkan produk yang dihasilkan oleh usaha kecil kepada konsumen. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bayu Swastha (2003:349) promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran, sehingga usaha kecil dapat berkembang dan permintaan produknya meningkat. Dengan meningkatnya permintaan produk maka diharapkan usaha kecil dapat meningkatkan laba, meningkatnya laba
7
berdampak pada meningkatnya tabungan (saving) yang dapat mendukung upaya perluasan skala usaha. Atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang paling dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan, salah satu aspek yang sering diabaikan adalah kemasan produk. Faktor atribut produk terutama kemasan sangat penting hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Buchari Alma dalam Manajemen pemasaran dan pemasaran jasa (2007:159) yaitu:”Salah satu aspek yang banyak diabaikan dalam pembungkus adalah keindahan, padahal keindahan pembungkus besar pengaruhnya terhadap keberhasilan penjualan, meskipun faktor biaya harus pula diperhatikan”. Produk usaha kecil pada umumnya kurang memiliki kemasan yang menarik
padahal
keindahan
pembungkus
besar
pengaruhnya
terhadap
keberhasilan penjualan, hal yang sangat penting adalah bentuk dan pelaksanaan pembungkusan,
dengan
ketentuan
bahwa pembungkusan
tersebut
dapat
mendorong pihak pengecer untuk menyajikan yang terbaik pada etalase atau rak toko dan kemudian dapat memancing calon pembeli. Faktor penting selanjutnya adalah saluran pemasaran atau saluran distribusi. Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen (Fajar Laksana 2008: 123). Salah satu definisi saluran pemasaran dinyatakan oleh Kotler (2000:409) dalam Buchari Alma (2007:49) saluran pemasaran adalah lembaga yang saling berkait untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
8
Tanpa saluran distribusi yang efektif, maka sulit bagi masyarakat untuk memperoleh barang yang mereka konsumsi dan efeknya bagi perusahaan tidak sesuai dengan yang diharapkan dengan menurunnya volume penjualan. Saluran distribusi merupakan penyambung antara produsen dengan konsumen yang dapat diisi oleh perantara karena produsen tidak mungkin melaksanakan sendiri penyaluran hasil produknya, karena tidak efisien, modal investasi besar, pengawasan lebih sulit, membutuhkan banyak tenaga kerja penjual, dan sulit menjangkau daerah geografis yang begitu luas. Karena sangat pentingnya kemasan dan saluran distribusi untuk meningkatkan volume penjualan maka penulis memilih judul “Pengaruh Kemasan Produk dan Saluran Distribusi Terhadap Volume Penjualan (Survei terhadap Usaha Kecil Makanan Ringan Di Kabupaten Ciamis )”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh kemasan produk terhadap volume penjualan produk usaha kecil makanan ringan di Kabupaten Ciamis ? b. Bagaimana pengaruh saluran distribusi terhadap volume penjualan produk usaha kecil makanan ringan di Kabupaten Ciamis ? c. Bagaimana pengaruh kemasan produk dan saluran distribusi terhadap volume penjualan usaha kecil makanan ringan di Kabupaten Ciamis ?
9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil temuan mengenai: a. Untuk mengetahui pengaruh kemasan produk terhadap volume penjualan produk usaha kecil makanan ringan di Kabupaten ciamis. b. Untuk mengetahui pengaruh saluran distribusi produk terhadap volume penjualan produk usaha kecil makanan ringan di Kabupaten Ciamis c. Untuk mengetahui besar pengaruh kemasan dan saluran distribusi terhadap volume penjualan usaha kecil makanan ringan di Kabupaten Ciamis.
1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara akademis Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang terdapat pada para pengusaha usaha kecil makanan ringan di Kabupaten Ciamis khususnya pengaruh kemasan produk dan saluran distribusi terhadap volume penjualan serta dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu manajemen. b. Secara praktis Dapat memberikan masukan atau data tambahan bagi para pengusaha usaha kecil makanan ringan di Kabupaten Ciamis dan instansi terkait
10
dalam mengambil kebijakan untuk mengembangkan usaha kecil makanan ringan. c. Industri Katering Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas ilmu manajemen katering khususnya untuk meningkatkan ilmu pariwisata dan wawasan mengenai pemasaran dan peningkatan penjualan usaha makanan ringan.
1.4 Kerangka Pemikiran Penjualan produk merupakan sumber utama pendapatan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang optimal, apabila terjadi penurunan tingkat penjualan akan langsung berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan sehingga perlu mendapat perhatian dalam manajemen perusahaan. Yang dimaksud pendapatan disini adalah laba yang diperoleh pengusaha. Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh pengusaha yang berupa uang yang merupakan harga dari produk yang dihasilkan. Tujuan utama setiap perusahaan adalah mancari laba atau keuntungan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Paul A Samuelson dan William DN (1992:214) yang mengatakan bahwa pendapatan adalah total uang yang diterima atau terkumpul dalam satu periode. Menurut Abdullah N. S (1987:46) pengertian laba pengusaha adalah sebagai berikut: “pendapatan yang diterima oleh pemilik perusahaan. Pendapatan ini bukan sebagai akibat dari pembentukan harga diberbagai pasar. Pendapatan ini merupakan selisih antara hasil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya seperti upah buruh, bunga modal,
11
dan bahan-bahan yang dipakai ditambah dengan penghapusan alat-alat modal tetap”. Konsep penjualan menurut Kotler : “konsep penjualan berkeyakinan bahwa para konsumen dan perusahaan bisnis, jika dibiarkan tidak akan secara teratur membeli cukup banyak produk-produk yang ditawarkan oleh organisasi tertentu. Oleh karena itu organisasi tersebut harus melakukan usaha penjualan dan promosi agresif, sedangkan menurut Fajar Laksana (2008:5) mendefinisikan konsep penjualan yaitu “orientasi perusahaan yang menekankan kepada besarnya volume penjualan atau hasil penjualan. Dalam program pemasaran yang meliputi tindakan-tindakan pemasaran yang dapat mempengaruhi permintaan produk, mengubah harga, memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus, menentukan pilihan saluran distribusi. Dalam penerapannya kerap kali berbagai program pemasaran dipadukan atau dilaksanakan secara bersama-sama. Namun, kadangkala ada juga situasi dimana manajer pemasaran harus memilih program pemasaran yang terbaik dikarenakan keterbatasan anggaran. Dalam melakukan menentukan pilihan program pemasaran terbaik tersebut, manajer pemasaran harus terlebih dahulu menyusun dan mengomunikasikan strategi pemasaran yang jelas. Lesser Robert Bittel (dalam Fandy Tjiptono 2008) mendefinisikan: “Strategi ialah suatu rencana yang fundamental untuk mencapai tujuan perusahaan”. Pengertian yang lain tentang strategi Tull dan Kahle (dalam Fandy Tjiptono 2008) mendefinisikan: ”Strategi sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
12
program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar yang menjadi sasaran tersebut”. Maka dengan adanya persaingan membuat semua pelaku bisnis berusaha untuk menciptakan keunggulan kompetitif agar mampu memenangkan persaingan. Keunggulan bersaing dapat diciptakan perusahaan dengan melakukan kegiatan marketing mix sehingga dapat menghasilkan produk yang diinginkan oleh konsumen dan dapat meningkatkan volume penjualan perusahaan. Marketing mix merupakan inti dari pemsaran beberapa ahli pemasaran mengemukakan pengetian marketing mix sebagai berikut : Menurut Philip Kotler (2002:98) memberikan definisi marketing mix sebagai berikut : marketing mix adalah serangkaian alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam target pasar. Menurut Kotler (dalam Fajar Laksana 2008:17) “Marketing mix adalah alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran, yang meliputi item alat pemasaran yaitu produk, price, promotion, place. Sedangkan menurut Buchari Alma (2007:205) marketing mix adalah Strategi mencampur kegiatn-kegiatan marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling memuaskan. Ada empat komponen yang tercakup dalam kegiatan marketing mix ini yang terkenal dengan sebutan 4P, yaitu product, price, place, dan promotion. Jadi dapat disimpulkan bahwa marketing mix adalah strategi yang dijalankan oleh perushaaan dengan menggunakan seperangkat alat pemasaran yang menggambarkan seluruh faktor produksi dari perusahaan guna untuk mencapai tujuan perusahaan.
13
Perusahaan dapat mengendalikan setiap komponen marketing mix yang salah satunya adalah produk. Produk merupakan unsur pertama dan terpenting dalam bauran pemasaran. Strategi produk membutuhkan pengambilan keputusan yang terkoordinasi atas bauran produk, lini produk, merk, pengemasan, dan pelabelan. Yang dikatakan produk ialah seperangkat atribut baik yang berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. Menurut Buchari Alma (2007:140):“Apabila seseorang membutuhkan suatu produk, maka yang terbayang lebih dahulu ialah manfaat produk, setelah itu baru mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar manfaat. Faktor-faktor itulah yang membuat konsumen mengambil keputusan membeli atau tidak yang akhirnya akan berpengaruh terhadap volume penjualan. Penggunaan konsep pemasaran bagi sebuah perusahaan dapat menunjang tujuan
umum
perusahaan.
Tujuan
umum
perusahaan
menurut
(Bayu
Swastha:2008) ada tiga yaitu: 1.
Mencapai volume penjualan tertentu
2.
Mendapatkan laba tertentu
3.
Menunjang pertumbuhan perusahaan
Usaha untuk mencapai ketiga tujuan tersebut tidak dapat tercapai dengan mudah karena peningkatan daya saing usaha kecil belum memadai, permasalahan umum yang sering dihadapi di usaha kecil adalah tebatasnya akses permodalan,
14
permasalahan manajemen dan organisasi, kepekaan terhadap perkembangan teknologi, dan rendahnya akses usaha kecil terhadap pasar. Bauran pemasaran yang terdiri dari empat unsur pendukung yaitu produk, harga, tempat atau lokasi (distribusi), dan promosi produk. Keempat aspek ini sangat berhubungan dalam meningkatkan fungsi pemasaran. Kesulitan usaha kecil dalam membangun akses pasar lebih disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang belum dapat dieliminasi terutama yang berkaitan dengan kemasan dan saluran distribusi Konsumen selalu memiliki pertimbangan tertentu dalam membeli barang, dan daya tarik pertamanya terfokus pada bentuk, keindahan atau performance dari pembungkusnya atau kemasan. Kemasan merupakan hal pertama yang dihadapi pembeli menyangkut produk dan mampu mengubah pembeli dalam hal keputusan pembeliaanya, menurut Kotler:2008 kemasan memiliki beberapa tujuan yang terdapat dalam perspektif pelanggan perusahaan, pelanggan, pengemasan harus mencapai sejumlah tujuan: 1. Identifikasi merk 2. Menyampaikan informasi yang deskriptif dan persuasif 3. Permudah proteksi dan transportasi produk 4. Memudahkan penyimpanan produk di rumah 5. Memudahkan konsumsi produk Kemasan sangat penting, sebab ini merupakan perkenalan pertama bagi konsumennya oleh karena itu kemasan merupakan sarana terbaik untuk mendorong konsumen agar membeli produk sehingga perusahaan harus bisa
15
memberikan sesuatu yang berbeda kepada produknya agar produknya bisa diingat oleh konsumen. Kemasan produk dalam Kotler 2000:418 dalam Buchari Alma 2007:161 pada bagian kemasan terdapat beberapa ciri size, shape, material, color, graphies, brand name, dan labeling. Buchari Alma dalam manajemen pemasaran dan pemasaran jasa (2007:159), menyatakana bahwa betapa pentingnya kemasan atau pembungkus terhadap volume penjualan dengan pernyataannya yaitu : “Hal yang banyak diabaikan dalam pembungkus adalah keindahan, padahal keindahan pembungkus besar pengaruhnya terhadap keberhasilan serta volume penjualan, meskipun faktor biaya harus pula diperhatikan”. Kemasan yang baik dapat menciptakan keberhasilan bagi konsumen dan promosi bagi produsen yang akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan. Faktor selanjutnya saluran distribusi, tanpa saluran distribusi yang efektif sulit bagi konsumen untuk mendapatkan produk yang akan mereka konsumsi dan akibatnya bagi perusahaan volume penjualan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Kotler (2000:409) dalam Buchari Alma (2007:49): ”Dari adanya peningkatan volume usaha diharapkan usaha kecil dapat meningkatkan laba. Menurut Cummins (dalam Diki Ramatulah,2009:39) faktofaktor yang mempengaruhi volume penjualan yaitu: 1) Produk a. Kualitas Produk b. Desain Produk c. Merk
16
d. Kemasan Produk e. Siklus Hidup Produk 2) Harga a. Harga jual b. Potongan harga 3) Distribusi, yaitu saluran distribusi yang digunakan perusahaan 4) Promosi penjualan atas produk 5) Organisasi penjualan a. Jumlah tenaga wiraniaga atau salesman b. Adanya cabang-cabang atau anak perusahaan 6) Selera konsumen 7) Persaingan a. Pesaing baru b. Kegiatan promosi oleh perusahaan pesaing c. Banyaknya perusahaan sejenis 8) Perekonomian dan kebijakasanaan pemerintah a. Perubahan
ekonomi masyarakat telah membawa perubahan
pada konsumsi masyarakat yang mempengaruhi penjualan b. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi moneter dan perdagangan sangat berpengaruh terhadap volume penjualan
17
Meningkatnya laba akan berdampak pada meningkatnya tabungan (saving) yang dapat mundukung upaya perluasan skala usaha”. Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut
Kemasan Produk Volume Penjualan Saluran Distribusi Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
1.5 Hipotesis Hipotesis berasal dari dua kata; hypo dan thesis. Yaitu istilah hypo (hipo) berarti ‘kurang dari,’ dan thesis (tesa) yang berarti ‘pendapat’. Jadi hipotesis (hypothesis) adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara (Soeratno, 2002:22), dan arti sesungguhnya belum bernilai (mencapai) sebagai suatu tesis yang belum diuji kebenarannya. Menurut Sudjana (2002:219) “Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk mengetahui hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya”. Sedangkan menurut M Nazir (1999:182) “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris.
18
Berdasarkan paparan kerangka pemikiran dan permasalahan yang telah disebutkan maka hipotesisnya adalah: 1. Kemasan produk memiliki pengaruh positif terhadap volume penjualan usaha kecil makanan ringan 2. Saluran distribusi memiliki pengaruh positif terhadap volume penjualan usaha kecil makanan ringan 3. Kemasan produk dan saluran distribusi memiliki pengaruh positif terhadap volume penjualan usaha kecil makanan ringan