Bab I Pendahuluan
I.1
Latar Belakang
Dalam perkembangan perkotaan, fasilitas transit intermoda dan kawasan transit telah menjadi aspek yang tidak terlepaskan. Daerah di sekitar titik transit merupakan kawasan yang potensial bagi pengembangan. Hal ini terkait dengan kemudahan akses yang ditawarkan kawasan yang dekat dengan fasilitas transit dan aktiftas yang mungkin akan dibangkitkan oleh kegiatan transit di kawasan tersebut. Berbagai teori dan konsep mengenai hubungan antara kegiatan transit dan pengembangan pun menjadi sebuah diskursus yang menarik dalam keilmuan perencanaan dan perancangan kota. Termasuk di antaranya adalah
Transit
Oriented Development atau TOD yang telah banyak diwujudkan di berbagai kota di dunia. Namun kini, hubungan antara transit dan pengembangan pada kawasankawasan dengan slogan TOD tersebut kembali dipertanyakan. Saat Indonesia sedang mencoba mewujudkan kawasan transit intermoda di Dukuh Atas Jakarta, perencanaan dan perancangan kawasan dengan konsep TOD dapat menjadi sebuah ujian dalam meneliti dan mengaplikasikan bentuk hubungan spesifik antara transit dan pengembangan kawasan.
I.1.1
Rencana Pemerintah Pusat dan Pemprof DKI Jakarta terhadap
Dukuh Atas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menggagas suatu pola transportasi makro (lihat gambar I.1). Kebijakan ini melingkupi pengembangan sistem transportasi angkutan umum massal tahun 2007, 2010, dan 2020 yang melibatkan 5 moda transportasi yakni busway, light rail transit (LRT) atau monorail, heavy rail yakni jaringan kereta dan subway (MRT) jurusan Lebak Bukus-Dukuh Atas-Kota1, dan Waterways 2 . Untuk mengintegrasikannya Kawasan Dukuh Atas diproyeksikan
1
Sistem ini direncanakan akan berjalan dengan beroperasinya dua lingkar jalur monorail green line (segitiga emas jakarta) blue line (Kampung Melayu-Taman Anggrek) pada tahun 2007. Sedangkan MRT yang baru bisa terealisasi tahun 2010. 2 Waterways Transport akan memanfaatkan sungai-sungai yang sudah ada. Di Jakarta terdapat minimal 13 aliran air yang dapat dimanfaatkan menjadi waterways transport, sekaligus menjadi
1
menjadi simbol integrasi perlintasan lima moda tersebut, yakni moda kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir, Manggarai, Dukuh Atas, Tanah Abang dan Bandara Soekarno Hatta; subway dengan jalur Lebak Bulus-Kota; monorail jalur biru yang menghubungkan Kampung Melayu dan Taman Anggrek; waterway yang menghubungkan Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat; serta 3 koridor busway yakni Blok M-Kota, Manggarai-Kampung Rambutan dan Pulo Gadung-Dukuh Atas (lihat gambar I.2).
DUKUH ATAS
gambar I.1 Peta Kebijakan Pola Transportasi Makro DKI Jakarta sumber: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Dilatarbelakangi adanya kebijakan transportasi makro tersebut, pemerintah kotamadya Jakarta Pusat pun telah memproyeksikan kawasan ini menjadi kawasan unggulan berbasis ekonomi di wilayah Jakarta Pusat disamping kawasan Tanah Abang. Dengan demikian, perkembangan kawasan Dukuh Atas menjadi suatu
hal
yang
tidak
terelakkan.
Untuk
itu,
pemerintah
berencana
mengembangkan kawasan ini diarahkan untuk memiliki integrasi antara bagianangkutan wisata dan waterfront city diantaranya adalah Banjir Kanal Timur Cipinang-Laut sejauh 23,6 kilometer, dan Banjir Kanal Barat Petamburan-Kapuk Muara 9,2 kilometer.
2
bagian kawasan dengan sistem transit agar keseluruhan kawasan dapat berkembang dengan optimal sebagai sebagai kawasan unggulan berbasis ekonomi.
gambar I.2 Moda-moda transportasi di dukuh atas sumber: Produksi Pribadi, sumber informasi: Sodikin, Sub Bagian Prasarana dan Sarana Kota, DTK Provinsi DKI Jakarta
I.1.2
Kritik terhadap praktik TOD
TOD telah dikenal luas sebagai konsep yang menjawab kebutuhan area transit. Diantara manfaat dari TOD adalah penurunan penggunaan mobil dan pengeluaran keluarga untuk transportasi, peningkatan pejalan kaki dan pengguna transit, menghidupkan kembali kawasan pusat kota, peningkatan densitas dan intensitas, penghematan beban pengembangan untuk parkir, serta peningkatan nilai properti dan berbagai kegiatan di sekitar transit, hingga perbaikan kualitas lingkungan dan komunitas. Dalam skala regional, diharapkan konsep ini dapat menyelesaikan permasalahan pertumbuhan kota dengan pola sprawling dan kemacetan.
Meskipun demikian, berbagai praktik TOD menuai banyak kritik. Salah satunya adalah kurangnya kesadaran perencana TOD dalam meraih keluasan manfaat yang ditawarkan oleh TOD. Buah dari perencanaan tersebut adalah TOD semu 3
yang dikenal dengan nama Transit Related Development (TRD) atau Transit Adjacent Development (TAD). Meskipun berlokasi dekat dengan transit, TAD adalah penyakit kronis yang gagal menyediakan hubungan baik terhadap transit dengan land-use dan pola pengembangan yang tidak mendukung kegiatan transit (Dunphy, 2004). Pengembangan berklaster dekat dengan transit tidak akan bermanfaat jika pengembangan dan transit tidak berhubungan secara fungsional. Aksesibilitas transit harus menambah nilai bagi kawasan, dan pengembangan harus membangkitkan pergerakan transit. Pengembangan ini akan membebani komunitas dengan biaya pengembangan besar-besaran berdensitas tinggi tanpa menawarkan manfaat dari aspek transportasi. Hal ini dapat dilihat diantaranya dari tidak berkurangnya kebutuhan parkir, tidak meningkatnya densitas kawasan dan lebih sukarnya akses menuju titik transit bagi pengguna. Dengan demikian, perencanaan kawasan transit intermoda seperti pada kasus Dukuh Atas harus dapat mengantisipasi adanya kecenderungan terhadap TRD dan TAD dengan menrencanakan keseluruhan aspek TOD dengan benar.
I.2
Permasalahan Studi
Berdasarkan penjelasan latar belakang studi dan hasil observasi lapangan, terdapat beberapa permasalahan studi yang perlu dijawab melalui tesis ini yakni: (1) Tidak terintegrasinya bagian-bagian kawasan Dukuh Atas. Sebagai sebuah kawasan transit, Dukuh Atas belum dapat dikatakan ideal, karena titik-titik transit menyebar, dan sebagiannya berada diluar jangkauan 5 menit berjalan kaki (lihat gambar 1.2). Selain itu, adanya jalur kereta api, jalur arteri dan Kali Malang yang membelah titik-titik transit dan bagian-bagian kawasan menjadikannya area yang sulit ditembus dan diintegrasikan. (2) Diprediksi adanya konflik sirkulasi. Dengan berbagai fungsi dan fasilitas baik yang telah ada maupun yang akan dikembangkan, timbul kekhawatiran bahwa tumbuhnya kawasan dengan sangat cepat akan menimbulkan permasalahanpermasalahan seperti konflik sirkulasi. (3) Belum optimalnya fungsi kawasan sebagai daerah prioritas pengembangan. Sebagai sebuah kawasan pusat kota yang berada pada daerah segitiga emas Jakarta, selayaknya kawasan Dukuh Atas dapat turut bersinergi dengan
4
distrik-distrik di sekitarnya sebagai simpul ekonomi dan jasa. Namun pada kenyataannya, kawasan ini menjadi sebuah pulau berisi hunian dan hiburan yang terhimpit oleh distrik eksekutif tanpa adanya sinergi.
Dengan permasalahan yang muncul di kawasan Dukuh Atas diperlukan sebuah studi mengenai yang dapat menjawab berbagai permasalahan disintegrasi, konflik sirkulasi, dan pengembangan. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana rancang kota (urban design) dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Diharapkan studi ini menemukan bagaimana perancangan kawasan dapat mengintegrasikan titik transit yang tersebar menjadi sebuah kesatuan kawasan yang mendukung fungsi transit sekaligus dapat meningkatkan nilai kawasan.
1.3
Tujuan Studi
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijabarkan, studi ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat simulasi rancangan kawasan TOD Dukuh Atas yang menunjukkan adanya integrasi dan sinergisasi antara pengembangan dan transit. Simulasi rancangan ini dibuat berdasarkan hasil analisa terhadap komponen-komponen yang mempengaruhi sebuah integrasi dalam TOD yakni elemen-elemen sirkulasi.
1.4
Lingkup Tesis
Lingkup tesis ini mencakup lingkup studi dan lingkup kawasan. Lingkup studi membatasai pokok-pokok bahasan yang akan dielaborasi dalam tesis. Sedangkan lingkup kawasan akan membatasi area perancangan dan studi yang akan dilakukan dalam tesis ini.
1.4.1
Lingkup Studi
Cakupan yang akan dibahas dalam tesis ini antara lain meliputi studi optimalisasi sirkulasi dalam TOD berbasis kawasan transit intermoda dan perancangan model pengembangan kawasan TOD Dukuh Atas. Dengan demikian keluaran dari tesis ini adalah kriteria perancangan kawasan berdasarkan optimasi sirkulasi dan simulasi rancangan kawasan TOD Dukuh Atas.
5
1.4.2
Lingkup Kawasan
Kawasan yang menjadi lingkup studi berbatasan dengan 2 jalur air yakni Kali Malang yang menghubungkan Banjir Kanal Barat dan Timur serta Kali Krukut. Selain itu kawasan ini juga dilalui jalan arteri primer yakni Jalan MH. Thamrin dan jalan arteri sekunder yakni Jalan Galunggung dan Jalan Marghono Djojohadikoesoemo.
Kawasan studi mencakup area pengaruh dan area pengembangan yang keduanya berada pada Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng Jakarta Pusat. (lihat gambar I.3). Area pengaruh dengan luas kawasan 30,7 hektar adalah kawasan yang dilingkupi oleh akses-akses yang dibutuhkan baik terhadap fungsi transit maupun terhadap kawasan di sekitar Dukuh Atas. Area pengaruh akan mendapatkan masukan perancangan dari segi akses dan sirkulasi yang mengintegrasikannya dengan daerah pengembangan tanpa perlu dikaji hubungan persil disekitarnya terhadap kegiatan transit. Sedangkan Area pengembangan adalah area dengan keseluruhan luas 17 hektar dan luas persil pengembangan 8,7 hektar yang memiliki hubungan terhadap transit secara spesifik. Kawasan ini diproyeksikan untuk menjadi area transit dan pertumbuhan ekonomi baru.
Gambar I.3 Alternatif Batas Wilayah Perancangan. Kiri: Daerah Pengaruh, Kanan: Daerah Pengembangan.
6
I.5
Pendekatan Perancangan
Untuk mencapai rancangan kawasan Dukuh Atas yang menunjukkan adanya integrasi, kawasan ini dilihat sebagai sebuah entitas yang memiliki 2 fungsi utama yakni pusat pengembangan baru berbasis ekonomi dan fasilitas transit. Sehingga konsep TOD dapat menjadi sebuh opsi dalam mengintegrasikan kedua fungsi tersebut. Karena fungsi mixed use dan pedestrian adalah dasar dari konsep TOD, maka berhasil atau tidaknya penerapan konsep tersebut dilihat dari performansi perletakan mixed use dan elemen sirkulasi dalam memudahkan kegiatan transit dan meningkatkan volume pengembangan. Oleh karena itu, dalam tesis perancangan kawasan TOD ini akan digunakan pendekatan sirkulasi pejalan kaki dan transportasi dalam memudahkan kegiatan transit dan meningkatkan volume pengembangan kawasan mixed use.
Dalam pendekatan sirkulasi pejalan kaki, optimasi yang akan dicapai adalah nilai optimal bagi perletakan dan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki dalam meningkatkan keaktifan kawasan sekaligus memudahkan pengguna mencapai fungsi-fungsi transit pada waktu 5 menit. Dengan demikian elemen desain yang akan direkayasa adalah lebar efisien jalur pejalan kaki dan jenis elemen sirkulasi bagi variabel tetap level of service (LOS) jalur pejalan kaki pada LOS C dan waktu tempuh antar titik transit selama 5 menit. Variabel terukur yang akan menentukan nilai-nilai tersebut adalah volume pejalan kaki, jarak perjalanan dan kecepatan berjalan kaki.
Dengan pendekatan transportasi, optimasi yang akan dicapai adalah nilai optimal bagi tingkat pelayanan jalan dalam meningkatkan kualitas lingkungan jalan dan volume pengembangan yang diijinkan. Dengan demikian elemen desain yang akan direkayasa adalah intensitas kawasan (Koefisien Lantai Bangunan dan tinggi bangunan) yang tepat bagi variable tetap level of service (LOS) jalan pada LOS C. Variabel terukur yang akan menentukan nilai-nilai tersebu adalah kapasitas jalan, volume jalan, besar pengembangan, dan bangkitan pergerakan.
7
Dalam pendekatan ini, akan dibutuhkan 2 hal. Pertama adalah informasi berupa kondisi kawasan baik eksisting maupun prediksi pada saat kelima moda transportasi diaktifkan. Informasi ini akan memberi gambaran mengenai kondisi tapak, rencana pengembangan, pilihan moda, kenaikkan intensitas kawasan dan pergerakan yang diakibatkannya. Kedua adalah perangkat teori dan preseden yang dapat digunakan dalam mengolah informasi tersebut menjadi sebuah rancangan. Oleh karena itu digunakan teori mengenai TOD, elemen sirkulasi berupa pergerakan (movement) dan penghubung kota (urban linkage) serta studi kasus mengenai kawasan transit.
1.6
Metodologi Studi
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dilakukan beberapa tahapan dengan menggunakan beberapa metodologi seperti kajian literatur, studi kasus, wawancara, dan motode analisis. Tahapan dan metode yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel 1.7.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Metodologi studi No
Tahapan
1.
Pengerjaan Tesis Pengerjaan tahapan
Metode
Tujuan
Synoptic
Dapat memberikan tahap demi
Keterangan
tahap pada proses tesis secara terstruktur 2.
Pengumpulan data Data Primer : Bab 3 Data besar volume
Traffic
Memperoleh besar volume
Dilakukan di 6
lalu lintas
counting
yang akan dijadikan
titik pada jalan
perhitungan besar
yang melingkupi
pengembangan yang diijinkan
kawasan
Data Deskripsi
Survey
Memperoleh gambaran
Terhadap
Kawasan
Kawasan, dan
kawasan secara makro dan
pengelola
wawancara
mikro
St.Sudirman, DTK & Dishub DKI dan Dephub RI
Data Sekunder : Bab 3 Data lebar jalan
Survey DTK,
Memperoleh data awal
8
Dijadikan dasar
Dishub,
perhitungan kapasitas jalan
Dephub
perhitungan bangkitan pengembangan yang diijinkan. Jenis data: rencana & peta
Data Besar
Survey
Memperoleh prediksi besaran
Penggunaan hasil
Demand Angkutan
Dishub,
pengguna angkutan umum
studi kelayakan
umum di kawasan
Dephub
yang akan turun dan berangkat
sistem BRT di
dari kawasan untuk dijadikan
DKI Jakarta oleh
dasar penentuan lebar jalur
Dinas
pejalan kaki, dan taksonomi
Perhubungan.
linkage Data Titik Transit
Survey DTK,
Memperoleh jarak antar titik
dijadikan dasar
Dephub
transit
penentuan lebar, dan taksonomi linkage
Data Property
situs Bank
Memperoleh dasar pemilihan
Trends
Indonesia
jenis properti yang akan
Majalah
dikembangkan
Properti Indonesia 3.
Pendalaman teori : Bab 2 Teori TOD
Studi
Memperoleh prinsip-prinsip
Sumber: Lihat
Literatur:
TOD yang berkesuaian dengan
Daftar Pustaka
Content
kasus dan dapat
Analysis
dikembangkan menjadi kriteria perancangan
Teori Sirkulasi
Studi
Memperoleh prinsip-prinsip
Sumber: Lihat
Literatur:
Sirkulasi Transit Intermoda
Daftar Pustaka
Content
yang berkesuaian dengan
Analysis
kasus dan dapat dikembangkan menjadi kriteria perancangan
Studi Banding
Studi
Memperoleh prinsip-prinsip
Kasus :
Literatur:
TOD & Sirkulasi yang
-Mockingbird
Content
berkesuaian dengan kasus dan
Station
Analysis,
dapat dikembangkan menjadi
-Block 37 chicago
9
kriteria perancangan
-WanChai & Admiralty St. HK -Roppongi hills Tokyo - Kyoto Station
Penentuan Kriteria
Comperatif
Memperoleh kriteria utama,
akan digunakan
Perancangan
Analysis
dan kriteria komplementer
dalam penentuan
untuk perancangan
indikator
berdasarkan kriteria TOD,
perancangan
Transit Intermoda, dan Urban Desain yang baik 4.
Analisis Prarancangan : Bab 4 Kriteria Tapak
Analisis Tapak
Untuk memperoleh potensi dan batasan dalam perancangan tapak.
Kriteria Bangkitan
Analisis
Menemukan bangkitan
Bangkitan
pengembangan yang diijinkan
Pergerakan Kriteria Pergerakan
Analisis
Menemukan jalur tercepat,
Taksonomi
Menemukan lebar dan
Intermoda
taksonomi ideal dalam sirkulasi di Dukuh Atas
Kriteria
Analisis
Menemukan besar intensitas
Pengembangan
Intensitas
yang dapat ditambahkan pada kawasan
Analisis pasar
Menemukan jenis-jenis pengembangan potensial
5.
Konsep Perancangan : Bab 5 Visi Misi hingga
Brain
Menghasilkan simulasi
Konsep
Storming
rancangan kawasan yang
Perancangan
terintegrasi
Optimasi
Analisis
Perancangan
Kognisi
pengoptimalan sirkulasi
Analitical tools: Space syntax
pergerakan 6.
Simulasi Rancangan : Bab 6 Simulasi rancangan
Pembuatan
Memberi gambaran terhadap
Simulasi program
model 2d dan
hasil rancangan
Sketch Up
3d.
10
1.7
Kerangka Berpikir Permasalahan: Disintegrasi titik transit dan bagian kawasan Prediksi konflik sirkulasi Pengembangan belum optimal
Latar Belakang: Kebijakan Transportasi Makro: Transit Intermoda Dukuh Atas Rencana Bapeko Jakarta Pusat: Pusat Ekonomi Baru
Studi Literatur: Teori TOD Teori Pergerakan Teori Linkage Studi Banding
Tinjauan Kawasan Lingkaup Makro Lingkup Mikro Potensi dan Permasalahan Kawasan
Normatif: Kriteria TOD Kriteria Transit Intermoda Kriteria Urban Desain yang Baik Kriteria Optimasi Sirkulasi
Perancangan berdasarkan optimalisasi sirkulasi Visi Misi
Tujuan, Sasaran Prinsip
Analisis: - Analisis Tapak - Analisis Transportasi - Analisis Bangkitan Pergerakan - Analisis Taksonomi Intermoda - Analisis Kognisi Pergerakan
Konsep, kriteria, indikator,
Optimasi Sirkulasi
Simulasi Rancangan Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran
11
1.8
Struktur Pembahasan
Studi mengenai perancangan kawasan Transit Oriented Development dukuh atas berdasarkan optimaslisasi sirkulasi ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian. Bagianbagian berikutnya:
Bab II
Tinjauan Teori
Pada bab ini dibahas teori-teori yang dipergunakan dan dijadikan acuan serta studi banding kasus serupa. Teori-teori yang relevan dan studi kasus yang dipilih, dijadikan referensi dalam proses perancangan. Dari pembahasan tersebut dirumuskan kesimpulan perupa prinsip dan kriteria umum perancangan kawasan TOD berbasis transit intermoda
Bab III Tinjauan Karakteristik Kawasan Dukuh Atas Bab ini berisi gambaran umum kawasan dan data-data yang mendukung kawasan perancangan.
Bab IV Analisa Prarancangan Bab ini berisi proses analisa yang didasarkan pada referensi dan data-data yang telah diperoleh. Hasil analisa akan dijadikan pedoman dalam penyusunan strategi pengembangan dan konsep perancangan kawasan.
Bab V
Konsep Perancangan Kawasan TOD Dukuh Atas
Bab ini berisi rumusan visi dan misi pengembangan, strategi pengembangan dan konsep perancangan kawasan, yang menjadi dasar perancangan kawasan.
Bab VI Simulasi Rancangan Kawasan TOD Dukuh Atas Bab ini berisi hasil akhir yang berupa usulan desain perancangan kawasan TOD Dukuh Atas. Simulasi desain memperlihatkan rencana desain kawasan, perspektif kawasan, suasana pada beberapa lokasi di kawasan serta potongan-potongan pada kawasan.
12