BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini begitu pesat. Dengan adanya
situasi perekonomian global, suatu perusahaan dapat melakukan kegiatan ekonomi tanpa batas negara. Kondisi ini akan menimbulkan persaingan yang ketat antar perusahaan. Persaingan bisnis di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yaitu dengan semakin bertambahnya jumlah perusahaan dari hari ke hari. Berbagai jenis perusahaan bermunculan seperti bidang jasa, manufaktur, maupun dagang yang saling bersaing untuk dapat bertahan dan menjadi yang terbaik. Hal ini mendorong masing-masing perusahaan untuk melakukan berbagai strategi supaya terhindar dari kebangkrutan, yaitu dengan berusaha meningkatkan keunggulan yang dimiliki perusahaan sebagai salah satu upaya dalam pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan. Perusahaan property dalam pertumbuhan industri di Indonesia memiliki daya tahan terhadap guncangan perekonomian, selain itu bisnis property mulai sering diminati bahkan menjadi tren dikalangan pebisnis di Indonesia dan menurut data yang dirilis oleh Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu dalam Putra (2014) , kondisi sektor property dan real estate yang menunjukkan kondisi terus membaik dan masih memberikan sinyal bahwa sektor ini berprospek positif melalui tren harga yang bergerak positif. Hal ini tidak terlepas dari peran manajer khususnya sektor property dan real estate yang memberikan sinyal positif kepada investor akan membaiknya kondisi sektor
1
2
ini. Berikut ini adalah tabel Data Pergerakan Indeks Harga Sektoral Berbagai Sektor di Bursa Efek Indonesia selama Tahun 2011-2014. Tabel 1.1 Data Pergerakan Indeks Harga Sektoral Berbagai Sektor di Bursa Efek Indonesia selama Tahun 2011-2014 IHS 2010
IHS 2011
Pertumb uhan
IHS 2012
Pertumb uhan
IHS 2013
Pertumb uhan
IHS 2014
Pertumb uhan
Rata-rata Pertumb uhan
Agriculture
2,284.319
2,146.036
-6,05%
2,062.937
-3,87%
2,139.960
3,73%
2,351.035
9,86%
0,92%
Mining
3,274.163
2,532.378
-22,66%
1,863.665
-26,41%
1,429.311
-23,31%
1,368.999
-4,22%
-19,15%
387.252
408.273
5,43%
526.551
28,97%
480.744
-8,70%
543.674
13,09%
9,70%
967.023
1,311.147
35,59%
1,336.524
1,94%
1,205.012
-9,84%
1,307.073
8,47%
9,04%
1,094.653
1,315.964
20,22%
1,565.878
18,99%
1,782.086
13,81%
2,177.919
22,21%
18,81%
203.097
229.254
12,88%
326.552
42,44%
336.997
3,20%
524.908
55,76%
28,57%
Infrastructure
819.209
699.446
-14,62%
907.524
29,75%
930.399
2,52%
1,160.284
24,71%
10,59%
Finance
466.669
491.776
5,38%
550.097
11,86%
540.334
-1,77%
731.640
35,41%
12,72%
Trade & Service
474.080
582.186
22,80%
740.949
27,27%
776.786
4,84%
878.634
13,11%
17,01%
Sektor
Basic Industry Miscellaneou s Industry Consumer Goods Property & Real Estate
Sumber :IDX, Maret 2016 diolah. Dapat dilihat dari tabel 1 bahwa perusahaan property dan real estate periode 2011-2014 menunjukkan rata-rata kenaikan persentase harga saham tertinggi dibanding sektor lain yaitu sebesar 28,57%. Tahun 2011 harga saham property sebesar Rp. 229.252 atau naik 12,88% jika dibandingkan tahun 2010 yang tercatat Rp. 203.097. Kemudian tahun 2012 mengalami kenaikan 42,44% dengan harga saham sebesar Rp. 326.552 yang diikuti dengan tahun 2013 harga saham meningkat 3,20% menjadi sebesar Rp. 336.997. Kenaikan cukup tinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 55,76% dengan harga saham Rp.524.908. Dari data tersebut menunjukkan bahwa sektor property dan real estate memiliki indeks harga yang terus meningkat setiap tahun dibandingkan dengan sektor lain. Sehingga kenaikan indeks harga tertinggi menunjukkan pertumbuhan nilai perusahaan paling tinggi.
3
Pekembangan sektor property merupakan salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi di property merupakan investasi yang menjanjikan di masa yang akan datang dan hampir menjadi pilihan yang aman bagi setiap investor (Wahyuni, 2013). Kondisi pulihnya sektor property dan real estate pada akhir tahun 2011 dianggap momentum yang tepat untuk diteliti berkaitan dengan kebijakan dividen yang secara teoritis dianggap mampu memberikan signal positif kepada investor bahwa manajer memiliki ekspektasi yang positif terhadap kondisi perusahaan di masa mendatang. Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Husnan, 2000) dalam (Melayuningtyas, 2015). Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan seberapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi investor. Agar tercapainya tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham perlu diambil berbagai keputusan keuangan (financial decision) yang relevan dan mempunyai pengaruh bagi peningkatan nilai perusahaan (Awat, 1999). Menurut Wibawa dan Wijaya (2010), berpendapat bahwa optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan. Manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
4
kebijakan dividen. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran kekayaan pemegang saham. Nilai perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dari perusahaan tersebut dimana faktor-faktor ini sering digunakan oleh calon investor dalam menilai kemampuan perusahaan dalam usahanya meningkatkan nilai perusahaan. Faktor-faktor tersebut diantaranya keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden. Masing-masing dari faktor tersebut memiliki keterkaitan terhadap nilai perusahaan (Abdillah, 2013). Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya, harga saham dipasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan (Hasnawati, 2005). Price Book Value (PBV)
merupakan rasio untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus tumbuh. PBV juga menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi rasio PBV dapat diartikan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Budi dan Rachmawati, 2014). Keputusan investasi sangat berperan dalam mencapai tujuan perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. Tujuan keputusan investasi adalah memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat resiko tertentu. Keuntungan yang tinggi disertai dengan resiko yang dapat dikelola,
5
diharapkan akan dapat menaikkan nilai perusahaan, yang berarti menaikkan kemakmuran pemegang saham. Dalam hubungannya dengan keputusan investasi, Myers (dalam Hasnawati, 2005) memperkenalkan Investment Opportunities Set (IOS) yang diartikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki dengan pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan net present value positif. IOS tidak dapat
diobservasi
secara
langsung,
sehingga
dalam
perhitungannya
menggunakan proksi. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah proksi IOS berbasis harga dengan menggunakan Total Asset Growth (TAG). Total Asset Growth merupakan perubahan dari total aset baik kenaikan maupun penurunan yang dihadapi perusahaan pada waktu tertentu. Pertumbuhan aset diukur sebagai persentase perubahan total aset pada tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Rasio Total Asset Growth merupakan rasio yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan posisinya dalam pertumbuhan ekonomi dan industri (Hestinoviana, 2013) dalam (Fitriana, 2012). Nilai TAG yang tinggi dapat mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kesempatan investasi yang relatif besar sehingga pasar berani memberi nilai pasar yang jauh lebih tinggi daripada nilai bukunya tetapi jika TAG rendah, maka pasar tidak berani memberi nilai yang terlalu tinggi sehingga market value (nilai pasar) menjadi rendah. Menurut Signalling Theory pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan mempengaruhi harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Wahyudi
6
dan Pawestri, 2006). Dari pendapat ini sejalan dengan Prasetyo (2011) dalam
Setiani (2013) menyatakan jika perusahaan mampu menciptakan keputusan investasi yang tepat maka aset perusahaan akan menghasilkan kinerja yang optimal sehingga memberikan sinyal positif bagi investor yang nantinya akan meningkatkan harga saham dan menaikkan nilai perusahaan. Selain itu, keputusan yang menyangkut investasi akan menentukan sumber dan bentuk dana untuk pembiayaannya. Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan alternatif sumber pendanaan yang dapat mengoptimalkan nilai perusahaan. Sumber pendanaan tersebut dapat berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan. Selain itu sumber pendanaan bisa berasal dari hutang atau modal sendiri. Keputusan pendanaan ini berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam mencari dana untuk membiayai
investasi
dan
menentukan komposisi
sumber pendanaan
(Hasnawati, 2005). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan dalam keputusan pendanaan, rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2001). Selain keputusan investasi dan pendanaan, keputusan pembagian dividen merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Dividen merupakan alasan bagi investor dalam menanamkan investasinya, dimana dividen merupakan pengembalian yang akan diterima atas investasinya dalam perusahaan. Para investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen, sedangkan perusahaan mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus
7
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang saham, sehingga kebijakan dividen penting untuk memenuhi harapan pemegang saham terhadap dividen dengan tidak menghambat pertumbuhan perusahaan disisi yang lainnya (Yunitasari, 2014). Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. DPR digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan kesejahteraan para pemegang saham karena DPR akan mempengaruhi harga saham perusahaan (Qodariyah, 2010). Berikut fenomena nilai perusahaan property dan real estate tahun 20112014 yang dipengaruhi oleh keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan dividen. Tabel 1.2 Rata-rata PBV, TAG, DER, dan DPR Perusahaan Property dan Real Estate di BEI Tahun 2011-2014 Tahun Rata-rata PBV TAG DER DPR
2011
2012
2013
2014
1,38 0,26 1,62 35,06
2,19 0,29 1,86 28,39
2,07 0,26 1,93 29,46
3,13 0,23 1,80 20,80
Sumber: IDX, Maret 2016 diolah Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun rata-rata Price Book Value (PBV) perusahaan property dan real estate berbeda-beda. Pada tahun 2012 PBV perusahaan property dan real estate mengalami kenaikan yaitu sebesar 58,70% kemudian di tahun 2013 PBV mengalami penurunan sebesar 5,48% dan ditahun 2013 PBV kembali mengalami kenaikan sebesar 51,21%. Fluktuasi nilai PBV perusahaan property dan real estate dari tahun ke
8
tahun terjadi karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi PBV diantaranya Total Asset Growth (TAG), Debt to Equity Ratio (DER) dan Dividend Payout Ratio (DPR). Dapat dilihat juga dari tabel 1.2 bahwa masing-masing variabel mengalami pergerakan jumlah rata-rata dari tahun ke tahun, dan terdapat penyimpangan dengan teori yang menunjukkan hubungan antara Total Asset Growth (TAG), Debt to Equity Ratio (DER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price to Book Value (PBV). Jika dilihat dari hubungan antara variabel TAG dengan variabel PBV, hubungan kedua variabel tersebut mengalami penyimpangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar persentase TAG maka semakin besar pula tingkat persentase PBV. Hubungan TAG dengan PBV pada tahun 2011 ke tahun 2012, TAG mengalami peningkatan diikuti persentase dengan PBV. Dan pada tahun 2012 ke tahun 2013 hubungan TAG dengan PBV kembali terbebas dari penyimpangan teori, PBV mengalami penurunan diikuti persentase TAG mengalami penurunan. Penyimpangan teori terbukti pada tahun 2013 ke tahun 2014 dimana terjadi kenaikan persentase PBV sedangkan persentasi TAG justru mengalami penurunan. Hubungan antara DER dengan PBV, kedua variabel tersebut menunjukkan telah terjadi penyimpangan. Indikasinya adalah, semakin tinggi jumlah DER, maka semakin tinggi persentase PBV. Penyimpangan tampak pada tahun 2012 ketahun 2013 ketika terjadi peningkatan pada jumlah DER, penurunan justru terjadi pada PBV. Penyimpangan kembali terjadi pada tahun 2013 ke tahun 2014 DER menurun dan persentase PBV meningkat.
9
Penyimpangan teori terjadi pada hubungan antara DPR dengan PBV dimana semakin tinggi nilai DPR maka semakin tinggi pula nilai PBV, penyimpangan terjadi pada tahun 2011 ke tahun 2012, ketika DPR menurun persentase PBV mengalami peningkatan. Kemudian pada tahun 2012 ketahun 2013 dan tahun 2013 ke tahun 2014 penyimpangan kembali terjadi ketika DPR meningkat, tahun yang sama jumlah PBV justru mengalami penurunan. Terjadinya penyimpangan hubungan antar variabel yang diperoleh melalui data statistik perusahaan property dan real estate yang diambil dari sumber IDX dengan teori yang ada menunjukkan adanya fenomena gap antara teori hubungan Total Asset Growth (TAG), Debt to Equity Ratio (DER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price to Book Value (PBV) pada perusahaan property dan real estate periode 2011-2014. Selain fenomena gap diatas, beberapa penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa ada kesenjangan antara penelitian satu dengan penelitian yang lainnya (research gap). Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan dan mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Dapat dilihat ringkasan research gap pada tabel dibawah ini: Tabel 1.3 Research Gap Penelitian Sebelumnya Pengaruh Terhadap Nilai Perusahaan Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan
Kebijakan Dividen
Positif Qodariyah (2013), Hasnawati (2005), Sari (2013), Kusumaningrum (2013), Kartikasari (2003) dan Abdillah (2013) Afzal dan Rohman (2012), Wijaya (2010), Triastri (2012), Fitriani (2014), dan Kartikasari (2013) Wahyuni, Ernawati, Murhadi (2013), Wijaya dan Wibawa (2010)
Sumber : Berbagai jurnal
Penelitian Sebelumnya Negatif Prihapsari (2015), Setiani (2013)
Tidak Berpengaruh dan
Wahyudi dan Pawestri (2006)
Septia (2015), Tri Wahyuni, dkk (2013), Eviana (2013) dan Rahayuningsih (2014) Abdillah (2013) dan Septia (2015)
Pratamawati (2015), Susilawati (2015), dan Rakhimsyah (2011) Lupitasari dan Wijayanto (2015), Khasanah (2012), dan Efni (2011)
10
Dari tabel 1.3 penelitian
yang dilakukan oleh Qodariyah (2013)
menyatakan bahwa keputusan investasi mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap nilai perusahaan dimana keputusan investasi yang tepat akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati (2005), Sari (2013), Kusumaningrum (2013), Kartikasari (2003) dan Abdillah (2013) yang juga menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian Prihapsari (2015) dan penelitian Setiani (2013) yang menyebutkan bahwa keputusan investasi dan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, sedangkan keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan terhadap perusahaan otomotif “. Hasil berbeda kembali ditunjukkan oleh penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) bahwa keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pengujian atas keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Afzal dan Rohman (2012) yang menyatakan hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal serupa juga ditunjukkan pada hasil penelitian Wijaya (2010), Triastri (2012), Fitriani (2014), dan Kartikasari (2013) yang menyebutkan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun dalam penelitian Septia (2015), Tri Wahyuni, dkk (2013), Eviana (2013) dan Rahayuningsih (2014) menyebutkan hasil yang berbeda bahwa keputusan pendanaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Pratamawati (2015),
11
Susilawati (2015), dan Rakhimsyah (2011) menyatakan tinggi rendahnya keputusan pendanaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Pengujian atas kebijakan dividen telah dilakukan oleh Wahyuni, Ernawati, Murhadi (2013) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang didukung penelitian Wijaya dan Wibawa (2010) memberikan konfirmasi empiris bahwa kebijakan dividen berpengaruhpositif terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tersebut adalah membagikan laba yang diperoleh perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Sedangkan Abdillah (2013) dan Septia (2015) memiliki hasil penelitian bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Lupitasari dan Wijayanto (2015), Khasanah (2012), dan Efni (2011) menunjukkan hasil bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.Dari hasil penelitan tersebut mengindikasikan adanya research gap dari pengaruh variabel keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan uraian latar belakang dan perbedaan hasil penelitian terdahulu maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitiandengan judul “PengaruhKeputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode 20112014).
12
1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yaitu adanya fenomena gap yang ditunjukkan pada tabel 1.2. Selain itu terdapat pula research gap tabel 1.3 pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Apakah keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?
2.
Apakah keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?
3.
Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?
4.
Apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap nilai perushaan pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
13
1.
Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
2.
Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
3.
Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
4.
Untuk menganalisis dan membuktikan secara simultan pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perushaan pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik,
diantaranya: 1. Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana tentang pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Serta diharap mampu menjadi acuan referensi mengenai materi
yang
berhubungan
dengan
penelitian
ini
guna
kesempurnaan skripsi oleh peneliti lain di masa yang akan datang.
mendukung
14
2. Kontribusi Praktis Diharapkan penelitian ini memberikan informasi bagi manajemen perusahaan dan digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemajuan perusahaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Selain itu dapat memberikan informasi kepada para pemegang saham mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 1.5
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini berisi penjelasan tentang isi yang terkandung
dari masing-masing bab secara singkat dari keseluruhan usulan penelitian ini. Usulan penelitian ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut : BAB I Pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka. Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka, hasil penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan pengembangan hipotesis. Tinjauan pustaka meliputi teori signal, nilai perusahaan, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen. BAB III Metode Penelitian. Bab ini menguraikan tentang variabel penelItian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.
15
BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab empat berisi hasil dan pembahasan yang menjelaskan deskripsi objek penelitian, analisis data dan interpretasi hasil. BAB V Penutup Bab lima berisi penutup yang menjelaskan kesimpulan dari hasil analisis keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan property dan real estate yang terdaftar du Bursa Efek indonesia periode 2011-2014, keterbatasan penelitian, dan saran yang berupa tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan.