BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Pariwisata di dunia menjadi aspek penting bagi suatu Negara di dunia
internasional. Pariwisata di dunia juga dapat menjadi suatu komoditas yang dapat di jual sehingga dapat menghasilkan dan membawa kemajuan bagi suatu bangsa, bahkan dunia pariwisata dapat menjadi salah satu tolak ukur yang penting dalam menilai seberapa jauh perkembangan ataupun kemajuan suatu negara. Di samping itu, tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi ekonomi dalam negara tersebut, akan tetapi juga sedikit banyak akan berdampak pada terjalinnya pola hubungan antar bangsa yang berkesinambungan. Jurnal: Rusmansyah, 2006, Arahan Pengembangan kawasan kabupaten Bangka, semarang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang terus digalakkan oleh pemerintah Negara Indonesia. Hal ini disebabkan karena pariwisata mempunyai peran penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa Negara di samping sektor MiGas atau menjadi penyumbang terbesar dalam perdagangan internasional dari sektor jasa. Soekadijo (2000:3) Dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai alat politik oleh pemerintah untuk menciptakan suatu kerjasama dengan Negara lain, karena secara tidak langsung, pariwisata khususnya pariwisata internasional dapat menciptakan pola sistem simbiosis mutualisme antara satu Negara dengan Negara lain. Dengan adanya kerjasama dengan pemerintahan Indonesia dengan Negara lain dalam bidang pariwisata maka dapat
1
mengundang Negara lain untuk turut serta berpartisipasi menyaksikan secara langsung kondisi pariwisata Indonesia. Soekadijo (2000:3) Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki letak yang sangat strategis yaitu di antara dua benua dan dua samudra serta memiliki banyak potensi besar dalam sektor kepariwisataannya baik itu potensi alam, bahari, maupun wisatanya. Berdasarkan hal tersebut, Indonesia mampu menyerap wisatawan mancanegara untuk melakukan perjalanan dan kunjungan ke Indonesia sehingga menjadi salah satu alternatif untuk membantu dan meningkatkan perolehan atau pemasukan devisa Negara. Jadi sektor pariwisata diharapkan dapat memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja dan menunjang pendapatan daerah maupun nasional. Jurnal: Rusmansyah, 2006, Arahan Pengembangan kawasan kabupaten Bangka, Semarang. Indonesia terdiri dari 17.000 pulau dengan 33 provinsi yang tentunya memiliki beranekaragaman potensi wisata dengan keunikannya masing-masing. Potensi sumber daya wisata alam, budaya dan buatan yang dimiliki Indonesia merupakan suatu daya tarik yang mampu menarik wisatawan (wisatawan nusantara atau wisatawan mancanegara) ke beberapa tempat wisata. Salah satunya adalah Indonesia diakui kaya akan wisata bahari. Wisata Bahari dapat diartikan kunjungan wisata untuk menyaksikan keindahan lautan. Panjang garis pantai Indonesia sebesar 81 ribu kilometer sehingga pantai menyajikan pemandangan pasir putih yang masih asri dan ditambahkan dengan hamparan birunya laut dan juga eksotisnya pemandangan flora-fauna sekitarnya. Potensi wisata bahari Indonesia terdiri dari taman nasional laut, taman wisata laut, suaka margasatwa laut, dan situs tinggalan budaya bawah air yang tersebar di wilayah seluas 5,6juta hektar di seluruh dunia. Di Indonesia ada 59 lokasi yang sangat menawan karena keterbatasan infrastruktur. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata baru menawarkan 13 lokasi di antaranya : Nias, Mentawai, Ujung Kulon dan Anak Krakatau, Batam
2
Rempang dan Galang, Riau Kepulauan dan Kepulauan Seribu di DKI Jakarta. ( http://travel.kompas.com ) Pariwisata
Indonesia
mengalami
kenaikan
dengan
jumlah
wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia pada period januari-februari 2012 mencapai 3,6% dari 2.996 menjadi 3.104 orang. (sumber: BPS 2008suaramerdeka.com) Kabupaten Bangka menjadi pusat pariwisata bahari dengan fasilitas terlengkap di wilayah Sumatera bagian selatan. Potensi wisata Kabupaten Bangka terdiri dari wisata alam, budaya dan buatan. Kabupaten ini terkenal dengan pantainya yang indah, sehingga kebanyakan masyarakat Bangka menyebut “Bangka adalah Kota Seribu Pantai Provinsi”. Kabupaten Bangka merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan wisata nusantara di Provinsi Bangka Belitung. Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi baru di Indonesia yang sangat berperan dalam hal sistem perekonomian, politik, kebudayaan khususnya pariwisata di Indonesia terutama wisata bahari karena provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikelilingi oleh lautan sehingga wisata bahari merupakan wisata andalan di Bangka Belitung. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi tujuh wilayah yaitu Bangka Induk, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Pangkal Pinang, Belitung Barat dan Belitung Timur. (data: observasi penulis) Sedangkan potensi yang lainnya adalah Hutan Wisata Sungailiat, Air Panas Pamali dan kolam pemancingan. Disamping potensi wisata alam, Kabupaten Bangka juga memiliki seni budaya yang menarik untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata budaya. Diantaranya Desa Wisata Nelayan Kurau, Phak Kak Liang, Museum Timah, Makam Depati Bahrin, Rumah Soekarno, Kerajinan Timah, Akar Bahar, Tenun Renda, Kopiah Resam, Kayu Ibul, Bambu & Anyaman Pandan dan Rotan. Dan ada beberapa Hotel yang menonjol seperti Novilla Boutique Resort, Hotel Tanjung Pesona, Parai
3
Beach Resort & Spa, Hotel Golden Dragon, Hotel ST12 dan Hotel Jati Pesona. (data: observasi penulis) Begitu banyak pantai di kepulauan Bangka Belitung, Pantai Penyusuk yang menjadi wilayah penelitian penulis. Pantai Penyusuk terletak di Desa Bukit Ketok, Kecamatan Belinyu. Pantai ini berjarak 77 km dari Kota Sungailiat. Pantai Penyusuk terletak di Ujung utara pulau Bangka, tepatnya di semenanjung Penyusuk. Pantai Penyusuk ini memiliki pantai yang landai dan alami yang terkenal dengan kejernihan airnya dan terdapat banyak kumpulan batuan yang berwarna putih serta di kelilingi pulau-pulau eksotik. Pantai ini menghadap ke utara dan ke barat sehingga sangat cocok untuk menikmati pesona sunset. Selain itu, di seberang Pantai Penyusuk terdapat sebuah pulau yang dinamakan "Pulau Lampu". Pulau ini cukup menakjubkan pada malam hari karena terdapat mercusuar pemandu kapal yang berlayar dengan menerangi pulau tersebut dengan lampu yang terang. Pantai ini dihiasi dengan bebatuan alam yang besar dan kecil yang menjadikannya indah, ditambah lagi dengan air lautnya yang berwarna biru dan jernih. Diantara Pantai Penyusuk dan Pulau Lampu itu, seharusnya ada sebuah jembatan yang berfungsi sebagai penghubung jalan untuk penyeberangan. Akan tetapi di setiap proses pembangunannya selalu gagal dan tidak pernah terselesaikan dengan baik. Mungkin hal ini diakibatkan oleh kurang tanggapnya Pemerintah Daerah terhadap daerah ini. Pantai Penyusuk memiliki potensi alam yang tidak kalah menarik dengan Pantai lainnya, hanya saja sarana yang ada di Pantai Penyusuk kurang mampu melayani kebutuhan para wisatawan terutama pada saat-saat liburan atau hari-hari besar. Adapun Potensi alam yang terdapat di kawasan pantai penyusuk antara lain: 1. Potensi fisik Keadaan topografi, hidrologi kawasan Pantai Penyusuk dengan tipikal pantai cukup tenang, berpasir putih, formasi bebatuan besar di beberapa sudutnya, serta nuansa 4
gelombang yang cukup besar serta debur air laut jernih berkilau biru sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. 2. Potensi wisata Pantai yang landai ini sangat cocok untuk kegiatan wisata air, selain itu kawasan pantai yang luas potensial untuk di kembangkan sarana yang berbeda dengan Pantai yang ada di Kabupaten Bangka seperti playground, outbound training centre dengan permainan High Rope, Paintball, Jungle Trekking, dan motor cross, serta sarana pendukung lainnya seperti Villa, Restaurant, Bar and Lounge sambil menikmati indahnya pesona Sunset. Di balik keindahan yang di miliki kawasan Pantai Penyusuk, ternyata masih banyak terdapat permasalahan yaitu: 1.
Aspek pemanfaatan lahan Bangunan yang tidak terawat dan belum terpelihara dengan baik, serta lahan kosong yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan wisata seperti penyediaan sarana pendukung pariwisata yang bisa menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung ke Pantai Penyusuk
2. Aspek aksesibilitas Belum adanya akses angkutan umum menuju Pantai Penyusuk sehingga Pantai Penyusuk hanya dapat diakses dengan kendaraan pribadi. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis hendak melakukan penelitian yang lebih terarah dan spesifik terhadap faktor-faktor yang dapat dikembangkan dan yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah Sungailiat, Kabupaten Bangka, yang pada akhirnya dapat berguna untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung dan juga dapat berdampak kepada peningkatan taraf hidup masyarakat lokal Sungailiat. Maka dari itu, penulis memberi judul penelitian ini “Pengembangan Sarana Wisata Untuk Meningkatkan ketertarikan wisatawan di Pantai Penyusuk”. 5
I.2.
Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat dikemukakan sebuah rumusan permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Kondisi seperti apakah objek wisata dan kegiatan wisata yang ada di pantai penyusuk? 2. Potensi sarana serta pelayanan wisata apa saja yang dapat dikembangkan di kawasan Pantai Penyusuk Kabupaten Bangka?
I.3.
Teori dan Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian, penulis akan menggunakan beberapa teori dari
juga menggunakan beberapa jenis metode penelitian untuk mempermudah proses penulisan ini I.3.1. Teori Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah berikutnya dalam proses penelitian adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Teori yang dinyatakan oleh Neumen (2003:20), “Researchers use theory differently in various types of research but some type of theory is present in most social research”. Kerlinger (1978:18), mengemukakan bahwa theory is a set of interrelated construct, definitions and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables with purpose of explaining and predicting the phenomena.
6
Cooper and Schindler (2003:21), mengemukakan bahwa, A theory is a set of systematically interrelated concepts, definitions and proposition that are advanced to explain and predict phenomena. Selanjutnya Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Mark (1963:27) dalam Sitirahayu Haditono (1999), membedakan adanya tiga macan teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain: 1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data yang akan diterangkan. 2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positif ini dijumpai pada kaum behaviorist. 3. Teori yang fungsional: di sini kelihatan suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoristis, yaitu data memperngaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data. Berdasarkan hal tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori. I.3.2. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metodologi sangat berperan penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Dengan kata lain setiap penelitian harus mengggunakan metodologi sebagai tuntutan berfikir yang sistematis agar dapat mempertanggungjawabkan secara ilmiah. Surachman (2002:39) 7
1. Metode Pengumpulan Data a. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: •
Observasi, yaitu pengamatan secara visual untuk mengetahui secara rinci mengenai karakteristik fisik wilayah penelitian.
•
Wawancara terhadap lembaga yang mendukung penelitian ini.
b. Pengumpulan Data Sekunder Dilakukan melalui penelitian keperpustakan, seperti peraturan-peraturan, kebijakan pemerintah daerah, peta-peta yang berkaitan dengan objek penelitian, sumber data dari pemerintahan dan dari internet. 2.
Metode Analisis Penelitian yang dilakukan sifatnya deskriptif, yaitu bertujuan untuk menjelaskan kondisi aktual potensi daya tarik wisata yang ada secara kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikirian, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Nazir (2005:63)
I.4.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai penulis adalah merumuskan pengembangan sarana
wisata berdasarkan ketertarikan wisatawan tersebut di atas, maka ditentukan sasaran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kondisi objek wisata dan kegiatan wisata yang ada di Pantai Penyusuk. 8
2. Menyusun daftar pengembangan potensi sarana serta pelayanan wisata di kawasan Pantai Penyusuk berdasarkan Analisa Deskriptif.
Gambar I.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Potensi Kawasan Wsata Alam Pantai Penyusuk di Kecamatan Belinyu
Adanya Wisatawan
Data Primer 1. Survey Lokasi 2. Wawancara
Permasalahan 1.
Data Sekunder
Kondisi seperti apakah objek wisata dan kegiatan wisata yang
1. Library 2. Perda 3. Internet
ada di pantai penyusuk? 2.
Potensi sarana apa saja yang
dapat
dikembangkan
serta
pelayanan wisata di kawasan Pantai Penyusuk berdasarkan demand analysis?
Kondisi Objek Wisata dan Kegiatan Wisata
Pengembangan Sarana Wisata
Analisa Deskriptif
Pengembangan Sarana Wisata Untuk Meningkatkan ketertarikan Wisatawan di Pantai Penyusuk
9
I.5.
Sistematikan Penulisan Untuk memberikan gambaran keseluruhan tentang isi penelitian ini, maka pada
Sub Bab ini akan menjelaskan tentang sistematikan penulisan seperti pada uraian dibawah ini. Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang alasan Pemiilihan Judul, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Teori dan Metode Penelitian, Kerangka Pemikiran, Tujuan Penelitian, dan terakhir Sistematikan Penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi tentang teori-teori pariwisata yang bisa di jadikan sumber untuk menguatkan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan studi ini. Bab III Metodologi Penelitian Dalam metode penelitian ini, pengembangan potensi sarana wisata di kawasan wisata Pantai Penyusuk ini menggunakan analisa deskriptif dalam sistem kepariwisataan. Komponen produk wisata yang di analisa adalah komponen objek wisata dan sarana wisata, maka komponen tersebut akan dikaji dari sisi permintaan . Hasil analisis untuk menentukan kebutuhan terhadap sarana wisata berdasarkan ketertarikan wisatawan. Dan sebagai langkah akhir maka disusunlah suatu pengembangan sarana wisata berdasarkan kebutuhan dan ketersediannya. Bab IV Kajian Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum tentang kawasan wisata Pantai Penyusuk yang meliputi: kebijakan pariwisata Kabupaten Bangka, gambaran umum persediaan sarana wisata dan keadaan objek wisata serta kegiatan wisata di Pantai Penyusuk.
10
Bab V Analisa Bab ini menguraikan hasil penelitian dan akan dilakukan analisa permintaan terhadap produk wisata sehingga dari analisa ini dapat dilihat potensi sarana wisata untuk meningkatkan ketertarikan wisatawan di Pantai Penyusuk. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan dan menyampaikan saran yang bersifat membangun, dari penulis yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan sarana wisata di Pantai Penyusuk, Kecamatan Belinyu di Kabupaten Bangka.
11