perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi di masa sekarang bukan lagi menjadi barang mewah bagi masyarakat. Kemajuan teknologi yang begitu pesat turut memberi pengaruh besar bagi perkembangan dunia pertelevisian. Sejak tahun 1939 televisi mulai bisa dinikmati publik Amerika Serikat, dan semakin merebak setelah tahun 1946. Pada masa itu, televisi bahkan telah menjadi kebutuhan sehari-hari dan merupakan kekuatan yang luar biasa dalam komunikasi massa1. Dunia pertelevisian masa sekarang telah berkembang dengan sangat pesat baik dari sisi kualitas fisik maupun konten yang disajikan oleh televisi. Di Indonesia, televisi telah menjamur dan menjadi media massa elektronik paling dekat dengan masyarakat2. Saat ini ada banyak sekali stasiun televisi bermunculan. Tak hanya stasiun televisi umum, televisi kabel juga sudah menjamur di kalangan masyarakat. Perkembangan ini menjadi bukti bahwa media ini begitu digandrungi oleh masyarakat. Kehadiran televisi sebagai suatu bentuk komunikasi massa memang benar-benar telah memberi suatu warna baru dalam masyarakat. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Tidak bisa dipungkiri, televisi merupakan media massa elektronik yang cukup
ampuh
dalam
menyampaikan
informasi
kepada
khalayak.
Jika
dibandingkan media cetak misalnya, surat kabar menyiarkan berita yang telah 1
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta, Rineka Cipta, commit to user 1996, hal. 3. 2 Nurudin, Televisi Agama Baru Masyarakat Modern, Malang, UMM Press, 1997, hal. 12.
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
lewat sedangkan televisi dapat menayangkan seketika itu juga. Sebagai media massa, televisi selalu dihadapkan pada khalayak luas yang mengandalkan „kotak ajaib‟ tersebut sebagai pusat informasi atas banyak peristiwa. Nurudin bahkan menyebut televisi sebagai „agama baru‟ masyarakat modern3. Masyarakat dalam bertingkah laku sehari-hari menjadi ketergantungan pada televisi sama seperti orang beragama bahkan mengalahkan agama. Pada akhirnya televisi tidak hanya menyebarkan informasi, memberikan pengawasan dan hiburan tetapi juga menjadi media pembentuk realitas khalayak. Televisi sebagai media komunikasi massa yang paling dekat dengan masyarakat pada dasarnya memiliki fungsi-fungsi yang bisa dijalankan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai media komunikasi, televisi terutama berfungsi sebagai media informasi dan hiburan. Menurut Mursito, ada empat fungsi yang dapat kita peroleh dengan adanya televisi, yakni fungsi informasi, pendidikan, kontrol sosial dan hiburan4. Menurut Skornis televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, bisa pula informatif, hiburan dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut 5. Keempat fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat berjalan secara ideal dan berimbang sesuai porsi masing-masing. Meski demikian, pada kenyataannya berjalanannya fungsi-fungsi tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pada perkembangannya, fungsi hiburan dari televisi justru lebih menonjol daripada fungsi lainnya. Fungsi informasi yang pada 3
Nurudin, Televisi Agama Baru Masyarakat Modern, Malang, UMM Press, 1997, hal. 12. Mursito BM, Memahami Institusi Media, Surakarta, Lindu Pustaka dan SPIKOM Surakarta, 2006, hal. 19. 5 commit to user Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta, Rineka Cipta, 1996, hal. 8. 4
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dasarnya diletakkan pada urutan pertama justru terkalahkan dengan fungsi hiburan yang sebenarnya menjadi prioritas terakhir. Meski beberapa stasiun televisi memilih untuk tetap mengedepankan fungsi informasi, tetapi stasiun televisi yang memilih menonjolkan fungsi hiburan justru lebih banyak. Akibatnya fungsi yang kurang penting dan tidak mendapat prioritas menjadi tampak menonjol. Hal ini terutama terjadi pada stasiun televisi yang memilih menonjolkan fungsi hiburan tersebut. Nurudin dalam bukunya Televisi Agama Baru Masyarakat Modern menyebutkan bahwa televisi swasta lebih dikembangkan sebagai what the people want dan bukan what the people need6. Realitas menunjukkan posisi hiburan merupakan bagian tak terpisahkan bagi masyarakat saat ini sebagai tuntutan zaman. Meskipun televisi tidak menaifkan dirinya sebagai media pendidikan dan juga informasi yang dapat terus berjalan, namun kenyataannya tetap menunjukkan bahwa posisi hiburan menduduki posisi depan dari televisi kita. Fungsi hiburan yang dijalankan televisi yakni dengan menyajikan program acara televisi yang dikemas sedemikian rupa sehingga bisa dinikmati oleh khalayak. Dengan segala bentuk program yang disajikan, tentu saja semua program dikemas dengan tujuan menghibur. Dari sekian banyak program acara hiburan yang ditayangkan oleh televisi salah satunya yang sering kita nikmati adalah sinetron. Sinetron adalah kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses
commit to user 6
Nurudin, Op.cit, hal. 89.
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
elektronik lalu ditayangkan melalui stasiun televisi7. Disebut sinema elektronik sebab sinetron adalah sebuah tayangan sinema (film) berseri yang ditonton melalui media elektronik (televisi). Sinetron adalah tayangan berseri yang dibuat sampai berpuluh-puluh episode. Sinetron menjadi primadona hiburan masyarakat sejak kondisi perfilman nasional mengalami keterpurukan pada dekade 1990-an. Seiring merebaknya industri pertelevisian dan menjamurnya era selebriti instan bentukan televisi, sinetron mulai merajai program layar kaca. Di Indonesia, istilah sinetron pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono, salah satu pendiri Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Istilah “sinetron” sendiri hanya dikenal khas istilah Indonesia. Di Amerika, penyebutan sinetron dikenal dengan istilah opera sabun (soap opera) sementara di Spanyol dikenal dengan istilah telenovela8. Awal kemunculan sinetron yakni dari siaran drama berseri di radio Amerika sekitar tahun 1930-an. Mayoritas pendengar radio waktu itu adalah ibuibu rumah tangga. Kesempatan ini dimanfaatkan perusahaan deterjen dan produk kebersihan untuk memasang iklan di sela-sela drama berseri tersebut. Oleh karena itu drama serial tersebut dikenal dengan istilah soap opera (opera sabun). Setelah kemunculan televisi sekitar tahun 1940-an, drama berseri radio mulai beralih ke televisi dengan istilah yang sama yakni opera sabun9. Ditelusuri dari sejarahnya, merebaknya sinetron di Indonesia dimulai tahun 90-an. Pada waktu itu televisi swasta mulai bermunculan di Indonesia. Pelopor sinetron pertama yang hadir di layar kaca adalah Losmen yang 7
http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-atau-pengertian-sinetron.html diakses 21 Januari 2016. 8 http://www.penayasin.com/2011/01/sejarah-sinetron-indonesia.html diakses 25 Agustus commit to user 2015. 9 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
ditayangkan oleh TVRI, satu-satunya stasiun televisi pada saat itu. Losmen bercerita tentang kehidupan sehari-hari keluarga Pak Broto yang mengelola penginapan (losmen). Drama ini dibintangi oleh aktor dan aktris senior seperti Dewi Yull, Mieke Wijaya dan Mathias Muchus. Meskipun demikian, istilah sinetron baru digunakan pada drama berseri Jendela Rumah Kita (1989)10. Sepanjang tahun 90-an, istilah sinetron mulai banyak digunakan. Sinetron pun mulai membanjiri saluran televisi swasta, diantaranya Lenong Rumpi, Si Cemplon, dan Si Doel Anak Sekolahan. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan adalah sinetron paling populer dan mendapat tempat di hati masyarakat, bahkan penayangannya dibuat hingga beberapa sekuel. Memasuki tahun 1995-1998, para sutradara membuat sinetron yang diadaptasi dari film layar lebar tahun 80-an, misalnya Lupus, Olga dan Catatan Si Boy. Tahun 1998, Multivision Plus sebagai salah satu Production House di Indonesia, memproduksi sinetron Tersanjung. Pergantian tahun dari 1999 ke 2000 menjadi puncak bagi dunia sinetron Indonesia. Hingga kini terdapat beberapa pembagian jenis sinetron misalnya: sinetron religi (agama), sinetron komedi, sinetron horor, sinetron dewasa, sinetron remaja dan sinetron anak. Pada masa ini, tema sinetron kembali berubah. Kebanyakan sinetron yang diproduksi merupakan adaptasi dari novel- novel terkenal. Sinetron yang kita kenal bisa dibedakan ke dalam empat jenis11. Pertama, Sinetron Seri, yaitu sinetron yang memiliki banyak episode tetapi masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat. Kedua, Sinetron Serial, kebalikan 10
Ibid. diakses 21 Januari 2015. commit to user http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2201146/pengertiandan-jenis-sinetron/ diakses 25 Agustus 2015. 11
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
dengan sinetron seri sinetron serial memiliki sebab akibat dalam setiap episodenya. Ketiga, Sinetron Mini Seri, yaitu sinetron yang memiliki durasi lebih pendek dan langsung selesai. Keempat, Sinetron Lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. Sinetron ditentukan oleh rating. Rating bisa dikatakan sebagai rata-rata pemirsa pada suatu program tertentu yang dinyatakan sebagai persentase dari kelompok sampel atau potensi total12. Pengertian yang lebih mudah, rating adalah jumlah orang yang menonton suatu program televisi terhadap populasi televisi yang dipersentasekan. Berdasar definisi tersebut, jelas bahwa keberadaan sebuah sinetron akan selalu megikuti selera penonton atau mengikuti ‟pasar‟. Ketika sebuah sinetron memiliki rating tinggi, maka sinetron tersebut bisa bertahan. Akibatnya, sinetron dengan rating tinggi akan ditambah jam tayangnya atau diperpanjang ceritanya dengan menambah episode, menambah konflik dalam cerita, hingga mengganti atau menambah tokoh cerita. Selain itu, rating sebuah sinetron pada stasiun televisi akan mempengaruhi stasiun televisi lain untuk membuat sinetron serupa dengan tema yang sama, akibatnya televisi akan dipenuhi sinetron-sinetron dengan tema yang sama. Tema yang muncul akan menjadi booming dan memunculkan sikap ”ikut-ikutan” dari pembuat sinetron demi meraih rating. Satu tema muncul dan disukai penonton, maka semua akan mengikuti. Selama penonton belum bosan maka tren tersebut akan terus berjalan dan merebak ke semua sinetron.
commit to user http://restyjf.blog.ugm.ac.id/2009/03/18/mengenal-lebih-jauh-rating-televisi/ September 2015. 12
diakses
2
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada akhirnya, sinetron tayang sering tidak mengedepankan kualitas asalkan digemari penonton. Televisi tidak menyuguhkan tayangan sinetron yang sarat makna tetapi hanya hiburan semata tanpa makna. DR Eduard Depari, Komite Seleksi Festival Sinetron Indonesia menyatakan bahwa banyak sinetron yang ditayangkan di televisi terlihat asal jadi, baik dari segi isi pesan maupun teknik penggarapannya13. Hal ini dikatakan Eduard disebabkan oleh unsur kepentingan iklan yang masuk, yang menjadi sumber pembiayaan pembuatan sinetron tersebut. Arswendo Atmowiloto membenarkan kenyataan tersebut bahwa produksi sinetron kita saat ini hanya diciptakan semata-mata untuk kepentingan bisnis14. Meski demikian, seiring dengan berkembangnya sinetron dan semakin cerdas serta bijaknya penonton, para pembuat sinetron berusaha menyuguhkan sinetron yang memiliki kualitas sehingga tidak hanya menjadi hiburan semata tetapi juga memiliki pesan dan juga makna. Kualitas yang coba dipertahankan yakni melalui skenario yang berkualitas pula. Koalisi dengan novel bisa menjadi titik awal sinetron agar setidaknya bisa dikatakan memiliki kualitas dan bukan hanya menampilkan cerita yang dibuat-buat dengan alur dipanjang-panjangkan karena tuntutan pasar. Koalisi novel dengan sinetron bisa menjadi salah satu faktor larisnya sebuah sinetron lantaran skenarionya yang berbobot. Zara Zettira ZR, adalah salah satu penulis novel dan skenario yang sukses dan konsisten
13 14
Wawan Kuswandi, Op.cit., hal.134.commit to Nurudin, Op.cit., hal.105.
user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan alur dan ide cerita yang bagus. Zara berhasil membawa koalisi yang sukses, misalnya Catatan si Boy, Janjiku, dan Lupus15. Nurudin menyatakan bahwa koalisi sinetron dengan novel menjadi setengah jaminan kualitas sinetron16. Novel yang bagus tentu telah memiliki kualitas bahkan sebelum diangkat ke layar televisi, atau paling tidak penulisnya memiliki kredibilitas tinggi sehingga novelnya pun berkualitas. Lebih lanjut Nurudin mengungkapkan dampak positif yang ditimbulkan dari koalisi sinetron dan novel17. Pertama, bisa dijadikan sarana untuk membendung semakin gencarnya perkembangan sinetron yang „kurang mendidik‟. Sinetron televisi kerap kali berbau „hantu maniak‟ atau cerita-cerita fiksi yang tidak masuk akal. Kepopuleran memang didapat, tetapi esensi sosialisasi nilai dan pendidikan di masyarakat kurang. Kedua, sinetron hasil koalisi bisa dijadikan sarana untuk membendung semakin berjangkitnya adegan-adegan „seks‟. Meski sinetron dikatakan memiliki „kodrat menghibur‟ (istilah William Stevenson) tetapi kualitas tetap harus dijunjung tinggi. Terlepas
dari
perkara
pasar,
hadirnya
sinetron
juga
seringkali
menyesuaikan momentum. Tema sinetron akan merebak sesuai momentum pada masa tersebut. Kita ambil contoh momentum besar yang sangat mempengaruhi bahkan seluruh tayangan televisi bukan hanya sinetron yakni Ramadhan. Di Bulan Ramadhan, setiap acara yang ditampilkan di televisi merubah temanya menjadi lebih agamis. Tanpa terkecuali, setiap tayangan ditampilkan lekat dengan nuansa Islam. Tidak pandang bulu bentuk acaranya, semua bisa dikemas dengan 15
http://www.penayasin.com/2011/01/sejarah-sinetron-indonesia.html diakses 21 Januari 2016. commit to user Ibid., hal. 94. 17 Ibid., hal.95-96. 16
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
memasukkan unsur ritual di dalamnya, media elektronik ini ikut andil dalam meramaikan kedatangan Ramadhan18. Fenomena menarik yang hanya ditemui di Bulan Ramadhan, tidak pada hari-hari biasa, seperti berikut ini19: Pertama, perubahan konfigurasi acara. Ada acara-acara baru yang muncul, ada acara-acara lain yang digeser, dan ada acara-acara yang dihaluskan atau diubah jam tayangnya. Kedua, perubahan jenis produk yang diiklankan. Produkproduk yang berkaitan dengan nuansa lebaran dan puasa lebih banyak diiklankan daripada produk-produk sehari-hari. Ketiga, perubahan performance. Artis-artis yang semula berbusana tanpa memperhitungkan faktor aurat, lantas beramairamai mengenakan busana bernuansa muslim ketika membawakan acara-acara bertema Ramadhan. Keempat, sekaligus yang paling menonjol adalah perubahan konfigurasi jam tayang berikut konsekuensi value-nya. Jam-jam yang semula „tidur‟ (umumnya dini hari) yang tidak terhitung sebagai jam sibuk untuk penayangan acara, kini justru menjadi prime time. Momentum Bulan Ramadhan tersebut menjadi ajang televisi untuk menyajikan program acara bertema religius bagi pemirsanya. Tak ketinggalan, sinetron sebagai program hiburan juga mengangkat tema religi pada momentum tersebut. Sinetron religi merupakan sinetron yang menyisipkan pesan keagamaan di dalam alur ceritanya. Sinetron bernafaskan Islam pertama kali muncul di televisi swasta berawal dari beberapa sinetron religi karya Deddy Mizwar tahun 18
Suciati dalam Fajar Junaedi,dkk, Acara Ramadhan di TV: Sebuah Fenomena Komodifikasi Agama dalam Komodifikasi Budaya Dalam Media Massa, Surakarta, Sebelas Maret University Press, 2005, hal.105. 19 commit to user Komunikasi Contoh-Contoh Penelitian Solatun dan Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2007, hal.337-338.
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1992, diantaranya Abu Nawas, Hikayat Pengembara dan Mat Angin. Hingga saat ini, sinetron religi Islam marak ditayangkan, terutama ketika Ramadhan tiba. Ada beberapa sinetron yang hadir khusus di setiap Bulan Ramadhan, namun ada juga sinetron Ramadhan yang terus berlanjut di luar Ramadhan karena tetap digemari pemirsanya. Terkait sinetron religi, Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis dalam artikelnya Soft Power or Illusion of Hegemony: The Case of the Turkish Soap Opera
“Colonialism”
yang
dimuat
dalam
International
Journal
of
Communication 7 (2013), menuliskan bahwa kebanyakan tema yang diangkat adalah mengenai perbedaan tradisi antar generasi. Hal ini berkaitan dengan semakin berkembangnya zaman atau disebut „modernisasi‟ sehingga normanorma dan tradisi tertentu juga mengikuti perkembangan tersebut sehingga muncul perbedaan-perbedaan antar generasi20. Sementara Kumru Berfin Emre Cetin menemukan bahwa sinetron religi lebih mengedepankan konten dalam bentuk pelajaran moral yang ditampilkan dalam wujud „kealiman‟. “Rather than specific programs devoted to religious topics, piety has recently been incorporated into the content of other programs and genres. Isik (2013) argues that parables told by characters in dramas such as Valley of the Wolves and Crazy Heart operate as rhetorical strategies for moralized teaching and a culture of piety.”21 (Dari program-program tertentu yang berkutat pada topik religi, „kealiman‟ telah digabungkan dalam konten/isi program dan genre lainnya. Isik (2013) mengemukakan bahwa perumpamaan yang diceritakan oleh karakter dalam drama (sinetron) seperti Valley of the Wolves and Crazy Heart menjalankan strategi retorik untuk pelajaran moral dan budaya „kealiman‟.) 20
Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis, Soft Power or Illusion of Hegemony: The Case of the Turkish Soap Opera “Colonialism”, International Journal of Communication 7, 2013, hal.2361-2385, http://ijoc.org diakses 12 Oktober 2015. 21 Kumru Berfin Emre Cetin, The “Politicization” of Turkish Television Dramas, International commit to user Journal of Communication 8, 2014, hal.2462-2483, http://ijoc.org diakses 12 Oktober 2015.
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Pada Bulan Ramadhan, stasiun televisi berlomba-lomba menyuguhkan program acara terbaiknya yang bertemakan religius. Langkah ini juga dilakukan oleh stasiun televisi swasta Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). RCTI yang dikenal sebagai stasiun televisi yang konsisten menghadirkan sinetron juga memanfaatkan Bulan Ramadhan untuk menyuguhkan sinetron religi. Sinetron khusus Ramadhan 2015 yang disiarkan oleh RCTI dibingkai dalam program Drama Ramadhan. Salah satu sinetron Ramadhan yang menjadi unggulan berjudul Sakinah Bersamamu. Sinetron ini dibintangi oleh pasangan suami istri Dude Harlino-Alyssa Soebandono juga Adi Nugroho-Donita, serta Giovanni Tobing dan Raya Kohandi. Sinetron ini merupakan adaptasi dari buku karya Asma Nadia yang berjudul sama yakni Sakinah Bersamamu. Mencoba mengulang kesuksesan sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang juga merupakan adaptasi buku Asma Nadia, sinetron Sakinah Bersamamu ditayangkan oleh RCTI. Diadaptasi dari buku Sakinah Bersamamu, cerita yang diangkat merupakan cerita kehidupan sehari-hari yang kerap terjadi. Segala pernak-pernik kehidupan disajikan dalam bingkai nilai-nilai Islam. Konflik yang dimunculkan berlatar kehidupan rumah tangga dan kehidupan sehari-hari. Hikmah-hikmah yang bisa diambil misalnya hubungan yang baik suami-istri, ibadah dan keyakinan, hubungan sesama manusia, hubungan orang tua dengan anak, serta sikap dan perilaku islami. Sinetron ini mengandung pesan moral dan ajaran agama yang lebih mengena dalam kehidupan sehari-hari. Sinetron ini menjadi lebih menarik karena commit to useristri dalam dunia nyata. Sehingga pemeran utamanya merupakan pasangan suami
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
tidak sekedar peran semata, melainkan juga mengangkat cerita sehari-hari yang terjadi dengan latar kehidupan rumah tangga. Konflik yang diangkat dalam sinetron ini berlatar konflik rumah tangga secara umum, tetapi konflik tersebut dilihat dari sisi pandang Islam yang kemudian dikemas dengan apik untuk disajikan kepada penonton tanpa terkesan menggurui. Penonton bisa melihat sinetron ini sebagai hiburan sekaligus dapat mengambil hikmah darinya. Munculnya sinetron Sakinah Bersamamu juga bisa menjadi salah satu solusi yang ditawarkan oleh sineas dalam memberikan edukasi mengenai kehidupan rumah tangga yang islami. Seperti yang kita ketahui bahwa angka perceraian di Indonesia tergolong tinggi. Fenomena perceraian sudah menjadi berita sehari-hari yang kita dengar baik di lingkungan sekitar ataupun di layar televisi. Di Indonesia jumlah perceraian mencapai 333.000 per tahun22. Data mengenai angka perceraian dari Kementerian Agama RI yang disampaikan oleh Kepala Subdit Kepenghuluan Anwar Saadi23 dalam beberapa tahun yaitu: tahun 2009 perceraian mencapai 216.286 kejadian; tahun 2010 ada 285.184 kejadian; tahun 2011 ada 258.119 kejadian; tahun 2012 ada 372.577 kejadian; dan tahun 2013 mencapai 324.527 kejadian. Angka tersebut, jika dihitung lebih jauh, misalnya dalam kurun dua tahun yakni 2012 dan 2013, berarti dalam satu hari rata-rata terjadi 959 kasus perceraian atau 40 perceraian tiap jam24. Perceraian di Indonesia terjadi hampir seribu kasus per hari. Bahkan di
22
http://m.liputan6.com/health/read/2028251/jumlah-perceraian-pasutri-di-indonesia-333-ribuper-tahun diakses 22 Januari 2016. 23 http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2015/12/22/354484/angka-perceraian-di-indonesiasangat-fantastis diakses 22 Januari 2016. 24 commit to user http://m.kompasiana.com/pakcah/di-indonesia-40-perceraian-setiapjam_54f357c07455137a2b6c7115 diakses 22 januari 2016.
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
tahun 2013 BKKBN menyatakan tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati urutan tertinggi se-Asia Pasifik dan meningkat di tahun-tahun berikutnya25. Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan perceraian di Indonesia sudah melewati angka 10% dari peristiwa pernikahan setiap tahun26. Selama kurun waktu lima tahun terakhir yakni dari 2010-2014 angka perceraian meningkat 52%27. Penyebab perceraian bisa beragam seperti adanya perselingkuhan, KDRT, konflik ekonomi, dan juga akibat pernikahan dini sehingga belum memiliki kesiapan yang matang dalam pernikahan. Penyebab perceraian tertinggi adalah faktor ekonomi dan penyebab tertinggi kedua adalah perselingkuhan28. Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin, dari banyaknya kasus perceraian, sebagian besar dimulai dari sang istri yang mengajukan gugatan, bukan pihak suami yang memberi talak29. Sebanyak 70% perceraian terjadi karena gugat cerai dari pihak istri, artinya 28 dari 40 perceraian setiap jamnya itu berupa gugat cerai dari istri30. Tingginya angka perceraian terjadi karena banyak faktor. Namun ternyata, media juga memiliki andil dalam mempengaruhi perilaku rumah tangga seseorang hingga berujung pada perceraian. Menurut Wakil Menteri Agama Nasarudin 25
Ibid. http://m.bisnis.com/kabar24/read/20140814/79/249947/data-perceraian-di-indonesia-sudahlewati-10 diakses 22 Januari 2016. 27 http://print.kompas.com/baca/2015/06/30/Kasus-Perceraian-Meningkat diakses 22 Januari 2016. 28 http://m.kompasiana.com/pakcah/di-indonesia-40-perceraian-setiapjam_54f357c07455137a2b6c7115 diakses 22 januari 2016. 29 http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/14/nf0ij7-tingkat-perceraian-indonesiacommit22toJanuari user 2016. meningkat-setiap-tahun-ini-datanya diakses 30 Op.cit. 26
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Umar, keluarga sakinah adalah sesuatu yang langka, tapi kalah oleh tayangan media tentang pasangan selebriti yang bermasalah, padahal dengan keberadaan keluarga sakinah membuktikan adanya figur teladan31. Nasarudin menilai keluarga sakinah sebagai keluarga yang secara konsisten mempertahankan nilainilai luhur perkawinan yang merupakan suatu kebanggaan, apalagi di tengah semakin meningkatnya angka perceraian32. Dari penuturan Nasarudin, ternyata tayangan tentang perceraian selebriti yang banyak muncul memberi dampak terhadap perceraian. Hal ini membuktikan bahwa tayangan televisi seharusnya mampu mengedukasi penonton dengan nilainilai yang baik. Karenanya, sinetron Sakinah Bersamamu adalah sebuah tontonan yang menjadi „oase‟ di tengah tingginya angka perceraian di masyarakat. Munculnya sinetron ini bisa menjadi alternatif solusi dalam mengurangi tayangan yang tidak mendidik dan memberikan pelajaran pesan nilai-nilai yang baik dalam rumah tangga, terutama nilai-nilai keislaman. Sakinah Bersamamu menjadi satusatunya sinetron yang diadaptasi dari novel berjudul sama, di mana cerita dan kualitasnya tentu lebih baik daripada sinetron kebanyakan. Sakinah Bersamamu menjadi tontonan yang mengedukasi dan memberi pesan yang memiliki hikmah yang bisa diambil penonton. Penonton mendapat hiburan sekaligus belajar. Sinetron ini menjadi „obat‟ dari maraknya tayangan perceraian di kalangan selebritis. Sinetron ini menampilkan budaya Islam khususnya mengenai nilai-nilai keislaman yang terdiri dari akidah, akhlak dan muamalah. Sakinah Bersamamu 31
Ibid. commit to user http://m.bisnis.com/kabar24/read/20140814/79/249947/data-perceraian-di-indonesia-sudahlewati-10 diakses 22 Januari 2016. 32
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
menjadi menarik untuk diteliti karena tidak hanya sekedar memberikan hiburan melainkan juga edukasi bagi khalayak di tengah maraknya tayangan yang tidak mendidik. Koalisinya dengan novel karya Asma Nadia menjadi gambaran isi cerita yang memiliki kualitas tertentu. Asma Nadia adalah penulis terkenal yang memiliki banyak karya, terkhusus karya islami sesuai dengan segmennya sebagai penulis islami. Buku-buku karyanya juga sudah kerap diangkat ke layar lebar dan layar televisi, antara lain Catatan Hati Seorang Istri, Assalamu‟alaikum Beijing, Surga Yang Tak Dirindukan, dan yang sedang digarap adalah Assalamu‟alaikum Beijing The Series. Asma Nadia kerap menyisipkan nilai-nilai islam dalam cerita yang diangkat, meski dengan cerita sederhana tetapi hikmah dari cerita bisa tersampaikan. Sinetron ini menjadi media bagi stasiun televisi untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada khalayak. Sinetron mampu mengemas suatu realitas sosial di masyarakat untuk kemudian diangkat dan direpresentasikan di layar televisi dalam bentuk audio visual. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengeksplorasi bentuk representasi nilai-nilai keislaman yang dibangun oleh program sinetron Sakinah Bersamamu yang ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI. Sinetron ini mulai tayang pada tanggal 15 Juni 2015 setiap hari mulai pukul 21.45 WIB. Penelitian ini dilaksanakan selama Bulan Ramadhan yakni periode 15 Juni-16 Juli 2015 dengan asumsi bahwa selama periode tersebut proses representasi nilai-nilai keislaman ditampilkan secara lebih mendalam. Aspek komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pesan. Pesan dalam studi komunikasi merupakan aspek yang penting mengingat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan. Tanpa adanya pesan tidak aka nada proses komunikasi. Seperti yang disampaikan Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu33. Dalam penelitian ini, pesan yang akan dilihat adalah nilai-nilai keislaman yang tampak dalam sinetron Sakinah Bersamamu periode Ramadhan. Pesan pada sinetron ini menjadi poin utama yang dibawa oleh sutradara untuk disampaikan kepada penonton. Sakinah Bersamamu dengan pesan nilainilai keislaman yang berlatar kehidupan rumah tangga menjadi salah satu tayangan yang mendidik dan memberi manfaat kepada penonton di tengah maraknya sinetron yang hanya menghibur tetapi tidak mendidik. Pesan dalam sinetron ini menjadi poin utama yang diusung oleh sutradara untuk memberikan tayangan yang bermutu. Oleh karena itu, pesan yang diusung tersebut yang menjadi objek utama penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif, di mana analisis ini meneliti pesan yang tampak atau tersurat dari sinetron tersebut.
B. Rumusan Masalah Seberapa besar sinetron Sakinah Bersamamu yang disiarkan stasiun RCTI periode 15 Juni-16 Juli 2015 merepresentasikan nilai-nilai keislaman kepada khalayak?
to user Onong Uchjana Effendy, Ilmucommit Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006, hal.14. 33
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui seberapa besar sinetron Sakinah Bersamamu yang disiarkan stasiun RCTI periode 15 Juni-16 Juli 2015 merepresentasikan nilainilai keislaman kepada khalayak. Hasil penelitian bisa menjadi rujukan bagi para pembuat sinetron untuk membuat sinetron yang lebih mengedukasi dan memberi manfaat kepada penonton sehingga bisa mengurangi banyaknya sinetron yang tidak berkualitas.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui seberapa besar representasi nilai-nilai keislaman yang ditunjukkan oleh sinetron Sakinah Bersamamu yang digambarkan melalui adegan yang muncul dalam sinetron tersebut. Dari penelitian ini diketahui persentase dari pesan nilainilai keislaman sehingga mampu melihat lebih jauh porsi penyampaian pesan nilai-nilai keislaman sinetron Sakinah Bersmamamu. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi para pembuat sinetron untuk lebih memahami bahwa sinetron dapat menjadi sarana efektif dalam penyampaian pesan kepada khalayak sehingga selanjutnya mendorong para pembuat sinetron untuk lebih menggambarkan sinetron sebagai media penyampaian pesan yang memiliki nilai-nilai bermanfaat bagi khalayak, khususnya nilai keislaman. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
E. Telaah Pustaka 1. Komunikasi sebagai Proses dan Pertukaran Makna Tidak ada yang menyangkal bahwa komunikasi menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia, baik manusia sebagai individu ataupun dalam kelompok. Dalam masyarakat, menjadi sangat penting seseorang menjalin komunikasi dengan orang lain. Bagaimana seseorang menyampaikan apa yang dipikirkan, apa yang akan dilakukan, semuanya disampaikan dengan komunikasi. Komunikasi melibatkan pemahaman tentang bagaimana orangorang bersikap dalam menciptakan, menukar, dan mengartikan pesan-pesan34. Kata „komunikasi‟ (dalam bahasa inggris communication) berasal dari kata Latin communis yang berarti „sama‟, communico, communication, communicare yang berarti „membuat sama‟ (to make common)35. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Dalam sebuah sistem yang besar, komunikasi sangat diperlukan. Sebuah elit memerlukan komunikasi (seperti apapun bentuknya) untuk berhubungan dengan khalayaknya. Jika dilihat berarti komunikasi dilakukan agar pesan dari pemilik pesan (komunikator) tersampaikan pada khalayak sasarannya (komunikan). Pada intinya, setiap orang berkomunikasi karena memiliki „pesan‟ yang akan disampaikan pada orang lain. Komunikasi juga dikatakan sebagai proses sosial yang mendasar karena setiap manusia baik
34 35
commit to user Jakarta, Salemba Humanika, 2012, hal. 13. S. W. Littlejohn & Karen A. Foss, Terj., Teori Komunikasi, Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Rosda, 2010, hal. 46.
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang primitif maupun yang modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi36. Wilbur Scramm menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan37. Komunikasi akan
berlangsung
apabila
ada
kesamaan
makna
atas
apa
yang
dikomunikasikan sehingga proses komunikasi bisa dikatakan berhasil. John Fiske membagi studi komunikasi menjadi dua mahzab utama yang dijadikan landasan berpikir dalam penelitian komunikasi, yaitu: a. Komunikasi sebagai transmisi pesan/mahzab proses Mahzab ini berbicara mengenai bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan bagaimana transmisi menggunakan saluran dan media komunikasi. Fiske melihat komunikasi sebagai suatu proses di mana seorang pribadi dapat mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Jika hasilnya tidak sesuai yang diharapkan maka dianggap terjadi kegagalan komunikasi. Hal tersebut dapat ditelaah dengan melihat tahap-tahap dalam proses tersebut untuk mengetahui di mana kegagalan terjadi. Mahzab ini disebut Fiske sebagai „Mahzab Proses‟38.
36
Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001, hal.1. 37 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010, hal.46. 38 John Fiske, Terj. Yosal Iriantara, commit Cultural to anduser Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Jogjakarta, Jalasutra, 2006, hal. 8.
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna Mahzab
kedua
ini
memandang
komunikasi
sebagai
kegiatan
menciptakan makna. Komunikasi dengan perspektif menciptakan makna (generating of meaning) bertujuan menghadirkan makna tertentu di benak khalayak. Komunikasi dipandang tidak sekadar mengirimkan pesan, tetapi yang lebih utama adalah hendak menanamkan makna tertentu di dalam benak penerima. Terdapat penggunaan istilah seperti penandaan atau signification, dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi. Hal itu bisa saja terjadi karena adanya perbedaan budaya antara pengirim dan penerima39. Karenanya pilihan tanda (sign) dalam komunikasi menjadi sangat mendasar agar makna yang kita kirimkan dapat dipahami oleh khalayak. Studi komunikasi dalam mahzab ini adalah teks dan kebudayaan40. Penekanan ada pada teks dan bagaimana teks „dibaca‟. Pembaca akan membawa aspek pengalaman budayanya untuk berhubungan dengan kode dan tanda yang menyusun sebuah teks. Perbedaan pengalaman pembaca akan menghasilkan pemaknaan teks yang berbeda pula. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pesan merupakan suatu elemen di dalam sebuah hubungan terstruktur beserta elemen-elemen lainnya termasuk realitas eksternal dan produser atau pembaca. Memproduksi dan membaca teks dilihat sebagai proses yang paralel, karena mereka menduduki tempat yang sama dalam hubungan yang terstruktur ini. Dalam mahzab ini 39 40
Ibid., hal. 9. Ibid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
penerima atau pembaca teks dipandang memainkan peran yang lebih aktif dibandingkan model mahzab komunikasi proses yang lebih menonjolkan pihak pengirim pesan teks41. Pembaca menciptakan makna teks dengan membawa pengalaman, sikap, dan emosinya terhadap teks tersebut. Dengan demikian, proses penemuan makna terjadi ketika pembaca berinteraksi dengan teks.
2. Pesan Verbal dan Non Verbal Dalam proses komunikasi, pesan menjadi inti yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan. Pesan merupakan peristiwa simbolis yang menyatakan suatu penafsiran tentang kejadian fisik42. Penafsiran dalam hal ini yakni stimuli dari pemberi pesan. stimuli harus ditafsirkan oleh penerima agar menjadi pesan, sebab stimuli yang tidak ditafsirkan bukan merupakan bagian pesan. Pesan komunikasi disampaikan melalui berbagai cara. Pesan itu sendiri biasanya dibedakan dalam dua macam yakni pesan verbal dan nonverbal. Menurut Pace dan Faules43, pesan tidak harus berupa kata-kata, namun bisa juga merupakan pertunjukan (display), termasuk pakaian, perhiasan, dan hiasan wajah (make up atau jenggot). Pesan verbal atau nonverbal akan berkaitan dengan komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
41
Ibid, hal.61. B. Aubrey Fisher, Terj. Soejono Trimo, Teori-Teori Komunikasi, Bandung, Remaja commit to user Rosdakarya, 1986, hal.370. 43 Deddy Mulyana, Op.cit., hal.65. 42
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Deddy Mulyana mendefinisikan simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih44. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal yang disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan kepada orang lain secara lisan. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas, dimana bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual45. Dalam komunikasi verbal, bahasa memiliki peranan yang sangat penting46. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata baik lisan maupun tulisan. Fungsi bahasa yang dikemukakan oleh Larry L. Barker47 ada tiga, pertama fungsi penamaan (naming atau labeling). Penamaan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya. Kedua, fungsi interaksi yang menekankan pada berbagi gagasan dan emosi yang mengundang simpati atau reaksi perasaan lainnya. Ketiga, fungsi transmisi informasi dimana informasi bisa disampaikan kepada orang lain melalui bahasa. Transmisi informasi melalui bahasa bisa menghubungkan manusia dari masa ke masa, atau bisa dikatakan fungsi ini menunjukkan bahwa informasi adalah lintas waktu yang menghubungkan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. 44
Ibid., hal.260. Ibid, hal.260-261. 46 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta, commit to user Kanisius, 2003, hal.22. 47 Deddy Mulyana, Op.cit., hal.266-267. 45
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Sementara Cassandra L. Book48, mengemukakan bahasa harus memenuhi tiga fungsi. Pertama, untuk mengenal dunia sekitar kita. Fungsi pertama menjadi jelas bahwa dengan bahasa kita mempelajari dan mengetahui lingkungan sekitar kita dalam segala aspek. Kedua, untuk berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk berbagai tujuan dan alasan. Fungsi ketiga untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Fungsi ketiga memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan dan tujuan kita. Meski bahasa menjadi hal penting dalam komunikasi, tetapi terkadang bahasa juga memiliki keterbatasan. Bahasa tertentu akan dipahami oleh komunitas tertentu dan belum tentu dipahami komunitas lain. Pemahaman yang berbeda bisa menimbulkan makna yang berbeda meskipun disampaikan dengan bahasa yang sama mengingat bahasa bersifat cair dan memiliki keterbatasan. Pesan nonverbal secara sederhana adalah semua isyarat yang bukan kata-kata49. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima50. Dari definisi tersebut, pesan nonverbal mencakup perilaku yang disengaja maupun tidak disengaja sebagai bagian komunikasi. Seringnya, tanpa kita sadari kita telah memberikan pesan nonverbal kepada
48
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009, hal.60-61. Ibid., hal 69. 50 to user Larry A. Samovar dan Richard E.commit Porter, Intercultural Communication: a Reader, Inggris, Thomson Wandsworth Publishing, 2000, hal.14. 49
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
orang lain meskipun itu tidak disengaja atau tidak dimaksudkan untuk memberikan pesan kepada orang lain. Hal menarik dari kode nonverbal, bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang adalah 7% berasal dari bahasa verbal; 38% dari vokal suara; dan 55% dari ekspresi muka. Studi ini dilakukan oleh Albert Mahrabian tahun 197151. Albert juga menemukan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, maka orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal. Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut52: 1. Perilaku nonverbal dapat mengulangi/repetisi perilaku verbal Misalnya ketika kita mengucapkan tidak, kemudian mengisyaratkannya kembali dengan anggukan kepala untuk mengulangi apa yang kita ucapkan secara verbal. 2. Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal Misalnya ketika kita melambaikan tangan seraya mengucapkan „selamat tinggal‟, atau ketika berpidato kita melakukan gerakan-gerakan tangan untuk menekankan kalimat atau menggunakan nada suara tinggi dan nada suara merendah. 3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan/substitusi perilaku verbal Misalnya ketika kita menggoyangkan tangan ke kanan dan ke kiri dengan telapak tangan mengahadap ke depan (sebagai pengganti kata 51 52
Riswandi, Op.cit., hal.70. Ibid., hal.70-71.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
„tidak‟) atau menunjuk dengan jari ke sebuah ruang untuk menjawab pertanyaan „dimana si A?‟. 4. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal Misalnya ketika mahasiswa saat sedang kuliah di kelas mulai membereskan buku-buku, atau melirik ke jam tangan ketika waktu kuliah sudah berakhir sehingga dosen segera menutup kuliah. 5. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan (kontradiksi) dengan perilaku verbal Misalnya ketika dosen melihat jam tangannya beberapa kali (sebagai tanda ia harus segera pergi) padahal ia mengatakan bahwa ia mempunyai waktu untuk berbicara dengan mahasiswanya. Fungsi tersebut juga memperlihatkan bahwa komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal tidak dapat dipisahkan dan saling menjalin ketika digunakan oleh seseorang. Mark L. Knapp menyatakan bahwa pada banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal, sehingga peristiwa dan perilaku nonverbal tersebut tidak sepenuhnya bersifat nonverbal53. Pesan nonverbal oleh Larry A. Samovar
dan Richard E. Porter
diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama, yaitu pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa; kedua yakni ruang, waktu
commit to user 53
Deddy Mulyana, Op.cit., hal 347.
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
dan diam54. Sementara John R. Wenburg dan William W. Wilmot mengemukakan klasifikasi lain dari pesan nonverbal, yaitu pertama, isyaratisyarat nonverbal perilaku (behavioral), dan kedua yaitu isyarat-isyarat nonverbal bersifat publik seperti ukuran ruangan dan faktor-faktor situasi lainnya55. Prof. Hafied Cangara mengelompokkan kode nonverbal sebagai berikut56: 1. Kinesics, ialah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan badan yakni: emblems (isyarat yang punya arti langsung pada simbol); illustrators (isyarat untuk menjelaskan sesuatu); affect displays (isyarat atas dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka); regulators (gerakan kepala); adaptor (gerakan tanda kejengkelan). 2. Gerakan mata, dikatakan sebagai cerminan hati seseorang. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh umpan balik dari lawan bicara, untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi, sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, dan sebagai pengganti jarak fisik. 3. Sentuhan (touching), ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan yang terbagi menjadi: kinesthetic (gandengan tangan), sosiofugal (jabat tangan atau merangkul), thermal (sentuhan badan yang terlalu emosional), paralanguange (isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara).
54
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, op.cit. hal.14-15. commit to user Riswandi, Op.cit., hal.71. 56 Ibid, hal.73-76. 55
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
4. Diam, merupakan kode nonverbal yang mempunyai arti. Meskipun diam bisa berarti banyak hal tergantung pada konteks komunikasi pada saat tersebut. Diam tidak melulu berarti negatif, bisa juga diam menjadi sesuatu yang berarti positif. Pesan nonverbal selalu disampaikan oleh setiap orang ketika berkomunikasi, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Pesan nonverbal tidak dapat dipisahkan dengan pesan verbal, dimana keduanya saling melengkapi baik itu saling mendukung atau justru saling bertentangan. Dalam penelitian ini, bentuk komunikasi yang digunakan adalah komunikasi verbal yang berupa dialog atau percakapan dan komunikasi nonverbal atau perilaku yang berupa tindakan dan bahasa tubuh.
3. Televisi sebagai Bentuk Komunikasi Massa Komunikasi massa secara singkat bisa diartikan sebagai upaya melakukan komunikasi ke khalayak luas. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni: Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)57. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media
commitBandung, to user PT Remaja Rosdakarya, 2013, hal.185Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, 186. 57
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
communication)58. Definisi lain diungkapkan oleh Gebner yaitu komunikasi massa merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri59. Dari beberapa definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan media massa dimana pesan-pesan dalam komunikasi massa disalurkan melalui media massa tersebut dan ditujukan kepada audiens yang luas. Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik, seperti yang diungkapkan Charles Wright sebagai berikut60: a. Komunikasi massa ditujukan kepada audiens yang relatif besar atau luas, bersifat heterogen dan anonim. Kegiatannya dilakukan secara cepat dalam waktu-waktu tertentu. b. Pesan-pesan disiarkan secara umum (publicity), dengan waktu tertentu untuk mencapai sebagian besar audiens secara simultan atau serempak. c. Komunikator dikerjakan oleh suatu bentuk organisasi yang menggunakan pembiayaan sangat besar atau banyak. Selain itu, komunikasi juga memiliki fungsi-fungsi seperti yang diungkapkan Harold D Laswell61 sebagai berikut: a. The surveillance of the environtment (Pengawasan Lingkungan)
58
Onong U. Effendy, Op.cit, hal.12. Jalaludin Rakhmat, Op.cit. 60 Riyono Pratikto, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Bandung, CV Remaja Rosda Karya, 1987, hal.74. 61 to user Darwanto, Televisi sebagai Mediacommit Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011, hal.3233. 59
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan atau pemberi informasi pada masyarakat luas. b. The correlation of parts of society in responding to the environtment (Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan) Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa-peristiwa. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial atau propaganda. Fungsi ini kaitannya dengan fungsi editorial, yakni pertama, memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya lebih efektif, bimbingan kepada masyarakat dalam menghadapi
persoalan-persoalan. Kedua, memberikan
penjelasan kepada pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga, mengajak pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu terlanjur menjadi pendapat utama (public opinion). c. The transmission of the social heritage from one generation to the next (Transmisi warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya) Transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi, pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau dari anggota satu kelompok pada pendatang baru. Secara singkat dimaksudkan untuk menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Media komunikasi pada zaman kemajuan teknologi saat ini tersedia dalam berbagai macam alat. Perangkat yang makin berkembang adalah perangkat audio visual. Perangkat audio visual adalah alat-alat yang audible dan visible. Audible artinya dapat didengar dan alat-alat yang visible artinya dapat dilihat. Perangkat audio visual meliputi gambar, foto, slide, model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi. Bentuk proses komunikasi massa yang paling canggih dibandingkan dengan bentuk dan jenis komunikasi lainnya yaitu siaran televisi. Perkembangan komunikasi massa media televisi cukup membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan sistem komunikasi massa, khususnya terhadap sistem komunikasi massa media cetak dan radio62. Ciri khas yang hanya dimiliki televisi yakni bahwa televisi bersifat immediate-audio-visual: dapat langsung dilihat dan didengar oleh khalayak63. Dengan adanya ciri khas tersebut, televisi telah mengambil alih „perhatian khalayak‟ sebagai media yang paling digemari dan disaksikan oleh hampir semua orang. Televisi menjadi media komunikasi massa yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak mengingat menjamurnya televisi di masyarakat. Memasukkan paradigma Lasswell yang diadaptasi Kuswandi64, bahwa dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi tentu mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam berbagai program siaran televisi, hal tersebut 62
Wawan Kuswandi, Op.cit., hal.17. Riyono Pratikto, Op.cit., hal 74. commit to 64 Wawan Kuswandi, Op.cit. 63
user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pasti akan terlihat. Tujuan khalayak dan umpan balik tersebut akan berkaitan dengan fungsi televisi baik sebagai media informasi, media pendidikan, kontrol sosial, atau bahkan sebagai hiburan semata. Pesan-pesan yang disampaikan televisi pada akhirnya bertujuan kepada empat fungsi televisi tersebut. Daya tarik media televisi sangat besar hingga mampu merubah pola kehidupan rutinitas manusia. Kuswandi (1996)65 menyebut televisi menjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Demikian halnya dibenarkan oleh Nurudin (1997) yang menyebut televisi sebagai „agama baru‟ masyarakat modern. Kuswandi lebih lanjut menyebutkan bahwa teknologi komunikasi massa media televisi sering dijuluki sebagai faktor penentu perubahan yang kehadirannya tidak bisa dibendung. Terlebih dengan merebaknya televisi di masyarakat, sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa menjadi semakin besar. Terlepas dari fungsi media massa televisi sebagai pemberi informasi, saat ini televisi justru lebih banyak menyajikan program acara hiburan bagi pemirsanya. Pada umumnya pemirsa televisi lebih tertarik menyaksikan televisi dari unsur hiburannya dibanding pemberitaan-pemberitaan analisis atau kritik sosial. Seperti diungkapkan Charles Wright66 yang menambahkan fungsi hiburan media massa. Maksudnya agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media televisi (overload). Fungsi hiburan juga sebagai sarana pelarian (escapisme) terhadap suatu 65 66
Ibid., hal.23. Ibid., hal.25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
masalah. McQuail menyebutkan bahwa media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan67. Sinetron menjadi pilihan program hiburan yang paling banyak ditayangkan oleh televisi, terlebih televisi swasta. Pada awal kemunculan sinetron di TVRI, stasiun televisi milik pemerintah dan satu-satunya pada masa tersebut, dalam sinetron terdapat isi pesan yang berhubungan dengan nilai dan tradisi luhur budaya nasional. Beberapa faktor yang membuat paket sinetron TVRI digemari yakni68: pertama, isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa; kedua, isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya masyarakat; ketiga, isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Sinetron pada hakikatnya merupakan bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah dan ditampilkan berdasarkan alur cerita yang mengangkat permasalahan hidup sehari-hari. Pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan masyarakat dalam realitas sosialnya69. Sinetron yang menggambarkan sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan akan bermanfaat bagi khalayak dalam menentukan sikap melalui pesan sinetron yang disajikan secara simbolis dalam alur ceritanya. Isi pesan tersebut seharusnya bisa
67
Denis McQuail, Terj.Agus Dharma, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Jakarta, Erlangga, 1996, hal.3. 68 commit to user Wawan Kuswandi, Op.cit., hal. 130. 69 Ibid., hal.131.
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi
kritik
sosial
dan
kontrol
sosial
terhadap
penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi di masyarakat. Meski demikian, masa-masa sekarang banyak muncul sinetron yang tidak mencerminkan hal-hal tersebut. Sinetron yang ditayangkan hanya menonjolkan
hiburan
semata
dan
tidak
memiliki
isi
pesan
yang
menggambarkan realitas sosial di masyarakat. Sinetron seperti ini tidak memberikan manfaat kepada pemirsanya dalam mengambil sikap sosial. Sinetron yang tidak mencerminkan realitas sosial objektif dalam kehidupan pemirsa, maka yang tampak dalam cerita sinetron tersebut hanya gambaran semu70. Sinetron semacam ini banyak muncul di televisi akibat orientasi bisnis yang lebih diutamakan. Para pembuat sinetron mengedepankan rating sinetron demi mendapatkan untung yang lebih banyak. Seringnya sinetron dengan „gambaran semu‟ ini memiliki daya tarik tersendiri yang membuat sinetron tersebut digemari sehingga menarik banyak perusahaan untuk mengiklankan produknya di sela jam tayang sinetron tersebut. Terlepas dari sinetron „semu‟, kini sinetron yang memunculkan realitas sosial masyarakat mulai dimunculkan kembali meskipun jumlahnya tergolong sedikit dibandingkan sinetron-sinetron „semu‟ tersebut. Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk membuat sinetron yakni 71: pertama, terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial masyarakat dan kedua, menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan responsif (ending cerita) 70 71
Ibid. Ibid., hal.132.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
4. Representasi Menurut David Croteau dan William Hoynes72, representasi merupakan hasil dari suatu proses penyeleksian yang menggarisbawahi hal-hal tertentu dan hal lain diabaikan. Marcel Danesi73 mendefinisikan representasi sebagai, proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik. Secara lebih tepat dapat didefinisikan sebagai penggunaan „tanda-tanda‟ (gambar, suara, dan sebagainya) untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik. Giles dan Middleton dalam buku Studying Culture: A Practical Introduction, mengungkapkan tiga definisi kata “represent”‟ yakni74: 1. To stand in for. Hal ini dapat dicontohkan dalam peristiwa bendera suatu negara, yang jika dikibarkan dalam suatu event olahraga, maka bendera tersebut menandakan keberadaan negara yang bersangkutan dalam event tersebut. 2. To speak or act on behalf of. Contohnya adalah pemimpin menjadi orang yang berbicara dan bertindak atas nama rakyatnya. 3. To re-present. Dalam arti ini, misalnya tulisan sejarah atau biografi yang dapat menghadirkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu. Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi75. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang „sesuatu‟ yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual), representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, „bahasa‟ yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Kedua komponen ini saling terhubung. Konsep dari sesuatu 72
David Croteau dan William Hoynes, Media/Society: Industries, Images, and Audiences, London, Pine Forge Press, 2000, hal.165. 73 Marcel Danesi, Terj. Evi Seyarini dan Lusi Lian Piantari, Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenal Semiotika dan Teori Komunikasi, Yogyakarta, Jalasutra, 2010, hal.24. 74 Judy Giles dan Tim Middleton, Studying Culture: A Practical Introduction, Oxford, Blackwell, 1999, hal.56-57.
commit to user Cultural Representation and Signifying Stuart Hall. “The Work of Representation”. Representation: Practices, London. Sage Publication, 2003. hal 17. 75
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hal yang ada dalam pikiran manusia membuat seseorang mengetahui makna dari hal tersebut, tetapi makna tidak dapat dikomunikasikan tanpa bahasa. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam „bahasa‟ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu. Stuart Hall menyatakan “things don‟t mean: we construct meaning, using representational system-concept and signs”76. Sesuatu hal pada dasarnya tidak memiliki makna tetapi kitalah yang memberi makna pada sesuatu hal tersebut, oleh karena itu konsep dalam pikiran dan tanda (bahasa) menjadi bagian penting dalam proses produksi makna. Representasi dapat disimpulkan sebagai proses produksi makna dari konsep yang ada di pikiran seseorang melalui bahasa. Dari konsep tersebut, terlihat bahwa dalam sistem representasi yang terpenting adalah kelompok yang saling bertukar makna memiliki latar belakang yang sama sehingga dapat menciptakan pemahaman yang sama. Kelompok dengan latar belakang berlainan tidak akan memiliki kesamaan makna akan suatu hal. Teori representasi Stuart Hall memperlihatkan suatu proses di mana arti (meaning)
diproduksi
dengan
menggunakan
bahasa
(language)
dan
dipertukarkan oleh antar anggota kelompok dalam sebuah kebudayaan (culture). Representasi menghubungkan antara konsep (concept) dalam benak kita dengan menggunakan bahasa
yang memungkinkan kita untuk
commit to user 76
Ibid. hal 25.
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengartikan benda, orang, kejadian yang nyata (real), dan dunia imajinasi dari objek, orang, benda, dan kejadian yang tidak nyata (fictional). Menurut Stuart Hall, ada tiga pendekatan representasi : 1. Pendekatan Reflektif, bahwa makna diproduksi oleh manusia melalui ide, media objek dan pengalaman-pengalaman di dalam masyarakat secara nyata. 2. Pendekatan Intensional, bahwa penutur bahasa baik lisan maupun tulisan yang memberikan makna unik pada setiap hasil karyanya. Bahasa adalah media yang digunakan oleh penutur dalam mengkomunikasikan makna dalam setiap hal-hal yang berlaku khusus yang disebut unik. 3. Pendekatan Konstruksionis, bahwa pembicara dan penulis, memilih dan menetapkan makna dalam pesan atau karya (benda-benda) yang dibuatnya. Tetapi, bukan dunia material (benda-benda) hasil karya seni dan sebagainya yang meninggalkan makna tetapi manusialah yang meletakkan makna.
Media
sebagai
suatu
teks
banyak
menebarkan
bentuk-bentuk
representasi pada isinya. Teks media dimaknai sebagai segala hal yang dikonstruksi untuk diekspresikan misalnya pada program televisi dan film. Penggambaran antara teks media dengan realitas sebenarnya sering menggunakan konsep representasi. Representasi dalam media menunjuk pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan. Dalam commit to user untuk melakukan representasi representasi media, tanda yang akan digunakan
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang sesuatu mengalami proses seleksi. Mana yang sesuai dengan kepentingan-kepentingan dan pencapaian tujuan komunikasi digunakan sementara tanda-tanda lain diabaikan. Representasi adalah sebuah istilah yang merujuk pada cara di mana seseorang atau sesuatu dilukiskan dalam media. Dengan tanda dan simbol yang telah banyak dikenal audiens, media merepresentasikan realita. Marsha Jones dan Emma Jones dalam bukunya Mass Media77 mengutip dari Branston dan Stafford mengemukakan beberapa aspek dalam proses representasi sebagai berikut: “This process of representation has several different aspects: 1. It is the way the media re-present events to us as if they are natural 2. It involves focusing on some groups rather than others 3. It is inevitably ideological. „the media give us images, ways of imagining particular groups experience the world, and how they get understood or even legislated for by others‟” Proses representasi memiliki beberapa aspek yang berbeda: 1. Ini adalah cara media menghadirkan acara senatural mungkin untuk kita 2. Ini lebih melibatkan dan fokus pada grup-grup tertentu daripada grup yang lainnya 3. Tentunya ini sebuah ideologi. Dimana „media memberi kita gambarangambaran untuk menggambarkan bagaimana cara kelompok-kelompok tertentu menjelajah dunia, dan bagaimana mereka bisa mengerti atau bahkan diakui oleh orang lain‟”.
John Fiske merumuskan tiga proses yang terjadi dalam representasi melalui tabel dibawah ini78:
PERTAMA
77
Tabel 1.1 Proses Representasi Menurut John Fiske REALITAS Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara, transkrip dan
Marsha Jones and Emma Jones. Mass Media. London. Macmillan Press Ltd. 1999. hal.104. commit to bagi userPenelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta. Wibowo. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Mitra Wacana Media. 2011. hal.123. 78
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagainya. Dalam televisi seperti perilaku, make up, pakaian, ucapan, gerak-gerik dan sebagainya. REPRESENTASI Elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan sebagainya. KEDUA
Dalam TV seperti kamera, musik, tata cahaya, dan lain-lain. Elemen-elemen tersebut di transmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan diantaranya bagaimana objek digambarkan (karakter, narasi setting, dialog, dan lain lain) IDEOLOGI
KETIGA
Semua elemen diorganisasikan dalam koheransi dan kode ideologi,
seperti
individualisme,
liberalisme,
sosialisme,
patriarki, ras, kelas, materialisme, dan sebagainya.
Pada proses realitas peristiwa dikonstruksi sebagai realitas oleh media dalam bentuk bahasa gambar, umumnya berhubungan degan aspek seperti pakaian, lingkungan, ucapan ekspresi, dan sebagainya. Proses representasi, realitas digambarkan dalam perangkat teknis seperti bahasa tulis, gambar, grafik, animasi, dan sebagainya. Proses ideologis, menghubungkan peristiwa dan mengorganisasi ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Nilai-Nilai Keislaman Nilai adalah “suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekolompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”79. Meskipun pada dasarnya nilai memiliki pengertian yang sangat luas, namun ada kesamaan persepsi. Nilai adalah sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya bahwa nilai adalah sesuatu yang baik80. Pengertian ini lebih kurang sama seperti yang dijelaskan Henry Hazlitt, sebagaimana yang dikutip oleh Amril M., bahwa nilai itu adalah sesuatu yang menarik, dicari, menyenangkan, diinginkan dan disukai dalam pengertian yang baik atau berkonotasi positif81. Lebih jelas lagi tentang hakikat nilai ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Muhmidayeli, bahwa nilai itu dapat bermakna benar dan salah, baik dan buruk, manfaat atau berguna, indah dan jelek, dan sebagainya 82. Mulyana mendefinisikan ”nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan”83. Pengertian ini tidak secara eksplisit menyebutkan ciriciri spesifik seperti
norma, keyakinan, cara, sifat dan ciri-ciri yang lain.
Namun definisi tersebut menawarkan pertimbangan nilai bagi yang akan
79
Zahruddin Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004, hal. 85. 80 K. Bertens, Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 139. 81 Amril M., Implementasi Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran dan Fungsionalisasi Etika Islam, Pekanbaru, PPs UIN Suska Press, volume 5 nomor 1, 2006, hal. 58. 82 Muhmidayeli, Teori-Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pekanbaru, PPs UIN commit to user Suska Riau, 2007, hal.89. 83 Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta, 2004, hal.11.
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
menganutnya. Seseorang dapat memilih suatu nilai sebagai dasar untuk berperilaku berdasarkan keyakinan yang ia miliki. Kaitannya dengan nilai-nilai keislaman, maka perlu diketahui makna dari „Islam‟ itu sendiri. Mohammad Daud Ali dalam bukunya Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia (2004), menjelaskan tentang Islam sebagai berikut: Perkataan Islam terdapat dalam Alquran, kata benda yang berasal dari kata kerja salima. Akarnya adalah sin lam mim:s-l-m. dari akar kata ini terbentuk kata-kata salm, silm, dan sebagainya. Arti yang dikandung perkataan Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri) dan kepatuhan. Dari kata salm tersebut, timbul ungkapan assalamu‟alaikum yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia. Artinya semoga Anda selamat, damai, sejahtera.84
Dalam bahasa latin agama diucapkan dengan kata Religio, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan kata Religie. Kata ini berasal dari ”re” dan ”eligare”, yang berarti memilih kembali85 yakni memilih kembali ke jalan Tuhan setelah sebelumnya berada pada jalan yang sesat. Mohammad Daud Ali menyebutkan bahwa istilah religion yang berakar dari bahasa Latin Religio, erat hubungannya dengan ajaran Nasrani yang menunjukkan ruang lingkup agama itu hanya mengatur hubungan tetap antara manusia dengan Tuhan saja sebagaimana diakui oleh sebagian besar orang Barat terutama penganut sekularisme86.
84
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal.21. 85 Abu Ahmadi dan Noor Salim, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Bumi commit to user Aksara, 2004, hal.13. 86 Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.31.
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
Dalam bahasa Arab kata dien digunakan untuk menyebutkan ”agama”. Dien mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan87. Hal ini memang sejalan dengan apa yang
terkandung dalam
agama mengenai syariat yang harus dipatuhi, keharusan tunduk terhadap Tuhan, dan juga adanya pahala, siksa, surga, dan neraka sebagai balasan. Menurut ajaran Islam, istilah din yang tercantum dalam Alquran (5:3) tidak hanya mengandung pengertian pengaturan hubungan manusia dengan Tuhan saja (bersifat vertikal) tetapi juga mengandung pengaturan hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan alam lingkungan hidupnya (bersifat horizontal)88. Kedua tata hubungan ini merupakan komponen yang berjalan dalam sistem ajaran Islam. Islam sebagai agama adalah risalah yang disampaikan oleh Allah kepada Rasul-Nya (Muhammad Saw) sebagai petunjuk bagi manusia guna menjadi hukum yang sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup serta mengatur hubungan dengan Tuhan (hablu minallah), sesama manusia (hablu minannas), dan alam sekitar89. Dari berbagai definisi dan penjelasan mengenai nilai dan Islam, dengan demikian nilai keislaman dapat didefinisikan sebagai konsep dan keyakinan yang dijunjung tinggi oleh manusia mengenai beberapa masalah pokok yang berhubungan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam bertingkah laku, baik nilai bersumber dari Allah maupun hasil interaksi manusia tanpa 87
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006, hal.28. 88 Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.32. 89 commit to user Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya, Jilid I, Jakarta, UI Press, 1979, hal.9.
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertentangan dengan syariat. Nilai-nilai Islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran yang berdasarkan pada AlQuran dan Al-Hadits, tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini, dimana satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan. Definisi lain nilai-nilai keislaman yakni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai-nilai Islam atau nilai keislaman adalah: Nilai-nilai keislaman merupakan bagian dari nilai material yang terwujud dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Nilai-nilai Islam merupakan tingkatan integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (insan kamil). Nilai-nilai Islam bersifat mutlak kebenarannya, universal dan suci. Kebenaran dan kebaikan agama mengatasi rasio, perasaan, keinginan, nafsu-nafsu manusiawi dan mampu melampaui subyektifitas golongan, ras, bangsa, dan stratifikasi sosial.
Nilai-nilai keislaman menjadi dasar ajaran agama Islam, dimana nilai tersebut menjadi hal pokok yang mendasari kaidah-kaidah turunannya. Agama Islam sebagai agama wahyu terakhir mengandung ajaran yang merupakan satu sistem, terdiri dari akidah (iman, keyakinan), syariah (hukum) dan akhlak (moral) yang mengatur segala tingkah laku manusia dalam berbagai hubungan, baik hubungan manusia dengan Tuhannya maupun hubungan manusia dengan dirinya sendiri, masyarakat, benda atau makhluk lainnya 90. Kerangka dasar dan ruang lingkup ajaran inilah yang membedakan secara mendasar agama Islam dengan agama lain. Professor Mohammad Daud Ali menyebutkan nilai-nilai tersebut sebagai kerangka dasar agama Islam atau ajaran Islam. Kerangka dasar agama 90
commit to user Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.31.
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Islam inilah yang kemudian diturunkan dalam penerapannya pada berbagai bidang dan menjadi dasar acuan dalam agama Islam. Dengan mengikuti sistematika Iman, Islam dan Ikhsan yang berasal dari hadis Nabi Muhammad, kerangka dasar agama Islam sebagaimana dijelaskan Profesor Mohammad Daud Ali yakni terdiri dari (1) akidah, (2) syariah dan (3) akhlak91. Pada komponen syariah dan akhlak ruang-lingkupnya jelas mengenai ibadah, muamalah dan sikap terhadap Khalik (Allah) serta makhluk. Pada komponen akidah, ruang lingkup itu dihubungkan dengan iman kepada Allah dan para Nabi serta Rasul-Nya. a. Nilai Akidah Akidah, secara etimologis adalah ikatan, sangkutan sementara dalam pengertian teknis, makna akidah adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama Islam dan selalu dikaitkan dengan rukun iman atau arkanul iman yang merupakan asas seluruh ajaran Islam92. Akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan. Dalam akidah Islam, keyakinan ini berkaitan dengan kedudukan Allah, dimana Allah memiliki sifat esa dan menjadi satu-satunya yang wajib disembah. Karakteristik akidah Islam bersifat murni, baik dalam isi maupun prosesnya, dimana hanyalah Allah yang wajib diyakini, diakui dan disembah. Akidah ini termanifestasi dalam kalimat thoyyibah (laa Ilaaha illallah) dimana 91 92
Ibid., hal.32. Ibid., hal.33.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara93. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya, sesuai dengan kenyataannya yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Akidah merupakan totalitas keyakinan seorang hamba terhadap wujud Tuhan dengan segala perangkat ajaran agama yang diturunkan-Nya94. Permasalahan aqidah berkaitan dengan amalan hati, ikatan yang kuat yang berada di hati seorang muslim. Akidah berkaitan dengan keimanan yang memiliki enam rukun, atau bisa dikatakan bahwa akidah dirumuskan dalam ajaran „enam rukun iman‟ atau Arkanul Iman95. Rukun Iman meliputi (1) iman kepada Allah, (2) iman kepada malaikat, (3) iman kepada kitab-kitab Allah, (4) iman kepada rasul, (5) iman kepada hari akhir dan (6) iman kepada qadha dan qadar. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 136 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kapada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." Pembahasan tentang akidah dilakukan dalam ilmu tersendiri yang disebut „ilmu kalam‟ (ajaran Islam) yakni ilmu yang membahas dan menjelaskan tentang kalam Ilahi (mengenai akidah), atau „ilmu tauhid‟ karena
93
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2003, hal.84. Abu Yasid, Nalar & Wahyu Interrelasi dalam Proses Pembentukan Syari‟at, Jakarta, Erlangga, 2007, hal.86. 95 to user Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid commit 3: Muamalah, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1993, hal. 1. 94
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
membahas tentang keesaan Allah (tauhid) atau „usluhuddin‟ karena membahas dan memperjelas asas agama Islam96. Perwujudan akidah yakni melalui ibadah. Jika aqidah berkaitan dengan keimanan dalam hati maka ibadah berkaitan dengan amalan anggota badan, sehingga ibadah ini akan nampak dalam tindakan nyata, bukan sekadar keyakinan. Dan ia telah terikat dengan aturan-aturan baku yang telah ditetapkan syariat Islam. Ibadah yang merupakan bagian dari Islam adalah berbagai bentuk amalan yang dilakukan oleh seorang hamba dalam rangka mencapai keridhaanNya, baik perkataan atau perbuatan yang baik. Dari berbagai penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa akidah adalah hal yang menyangkut keyakinan yang kuat dan melekat di dalam hati. Akidah Islam berarti keyakinan akan Allah swt., yang kemudian diikuti dengan mengikuti segala aturan-Nya dengan taat dan menjauhi larangan-Nya yang diwujudkan dalam ibadah. Akidah ini akan senantiasa tersermin dalam setiap tingkah laku manusia baik dalam perkataan ataupun perbuatan. Seseorang dengan akidah yang kuat maka akan tercermin kebaikan dari dirinya. Akidah yang kuat akan memunculkan „rasa takut‟ pada diri seseorang terhadap Tuhannya, dimana „rasa takut‟ tersebut dapat memunculkan kebaikan dari dalam dirinya sebagai wujud keyakinannya. Beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai perwujudan akidah antara lain97: pengabdian kepada Allah; percaya akan kekuasaan dan kebesaran Allah; tunduk di hadapan kemahakuasaan, lindungan, dan pertolongan Allah; 96
Mohammad Daud Ali, op.cit. to user Lihat Nasir Makarim Syirazi, commit Mendalami Dasar-Dasar Akidah Islam, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1997, hal.1-21. 97
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kecintaan kepada Allah; senantiasa berserah diri kepada Allah; selalu berpegang pada Allah; memiliki keteguhan hati karena Allah; takut kepada Allah; memohon pertolongan hanya kepada Allah; senantiasa mengingat Allah dalam kesulitan juga dalam kemudahan. b. Nilai Syariah (Syari’at) Makna etimologis syari‟at adalah tempat mengalirnya air, yakni sebuah metode atau jalan atas sesuatu98. Kata syariah menurut pengertian hukum Islam berarti hukum-hukum dan tata aturan yang disampaikan Allah swt., agar ditaati hamba-hamba-Nya. Syariah juga diartikan sebagai satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam lainnya.99 Kata syariat atau syariah tersebut digunakan untuk pengertian hukumhukum Allah yang diturunkan untuk manusia. Dalam arti teknis, syariah adalah seperangkat norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya100. Dalam hal ini Allah berfirman: “Untuk setiap umat di antara kamu (umat Nabi Muhammad dan umatumat sebelumnya) Kami jadikan peraturan (syari‟at) dan jalan yang terang.” [QS. Al-Maidah (5): 48] “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari‟at (peraturan) tentang urusan itu (agama), maka ikutilah syari‟at itu dan 98
Abu Yasid, op.cit., hal.86. Muhammad Alim, op.cit., hal.132.commit to 100 Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.34. 99
user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang yang tidak mengetahui.” [QS. AlMaidah (5): 18]. Syariat bisa dikatakan sebagai metode agama atau perangkat aturan agama yang digariskan oleh Allah swt untuk dilaksanakan oleh hamba dimana ini merupakan implementasi ajaran agama yang diyakini dalam wujud nyata pergumulan sosial sehari-hari101. Syariah berisi peraturan dan perundangundangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan manusia. Syariah atau norma Ilahi yang mengatur tata hubungan yang disebut di atas terbagi dalam dua bidang yakni berupa (1) kaidah ibadah dan (2) kaidah muamalah102. 1. Kaidah Ibadah Pembahasan mengenai kaidah ibadah berkisar sekitar bersuci (thaharah) dan rukun Islam atau arkanul islam yakni salat, zakat, saum (puasa) dan haji103. Kaidah ibadah mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah, seperti sholat, puasa, dan haji, juga zakat. Hubungan manusia dalam bentuk peribadatan biasa dengan Allah disebut ibadah mahdhah atau ibadah khusus, karena sifatnya yang khas dan tata caranya sudah ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Rasulullah. Kaidah ibadah yang merupakan norma yang mengatur tata cara manusia berhubungan langsung dengan Allah, tidak boleh ditambah101
Abu Yasid, op.cit., hal. 86-87. to Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.commit 34. 103 Ibid. 102
user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tambah atau dikurangi karena tata hubungan dengan Allah itu tetap tidak boleh diubah sebagaimana telah ditetapkan langsung oleh Allah dan dijelaskan secara rinci oleh Rasulullah. Karena sifatnya „tertutup‟, dalam bidang ibadah berlaku asas umum, yakni semua perbuatan ibadah dilarang dilakukan kecuali kalau perbuatan itu telah ada patokan yang ditetapkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasul-Nya104. 2. Kaidah Muamalah Muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya/alam semesta105. Syariat yang mengatur hubungan manusia secara horizontal, dengan sesama manusia dan makhluk lainnya disebut muamalah. Muamalah meliputi ketentuan atau peraturan segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan dengan alam sekitarnya. Secara sederhana muamalah bisa bermakna hubungan sosial antara sesama manusia. Dalam ruang lingkup Islam maka muamalah lebih terfokus kepada bagaimana etika, adab, akhlak dan sopan santun antara seorang muslim dengan muslim lainnya atau dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Muamalah memiliki ruang lingkup yang sangat luas, sebab dapat mengenai segala aspek kehidupan manusia misalnya bidang agama, politik, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial-budaya dan sebagainya. 104 105
Ibid., hal.35. Masjfuk Zuhdi, op.cit., hal.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Meski ruang lingkup muamalah sangat luas tetapi kaidah muamalah yang ditentukan dalam Alquran dan Sunnah hanya pokok-pokoknya saja. Perinciannya „terbuka‟ bagi akal manusia yang memenuhi syarat untuk mengaturnya lebih lanjut dan menentukan kaidahnya menurut ruang waktu106. Berbeda dengan kaidah ibadah yang bersifat tetap, muamalah yang berkaitan dengan hubungan sosial manusia, kaidahnya bisa berubah dan diadakan perumusan baru sesuai dengan masa dan tempat tertentu. Pembahasan pokok-pokok muamalah dalam Alquran dan Sunnah sebenarnya bisa menjadi kesempatan bagi umat Islam dalam melakukan kegiatan-kegiatan duniawi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat dengan syarat kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok dalam Alquran dan Sunnah107. Beberapa hal yang tergolong dalam penerapan kaidah muamalah antara lain: memuliakan tetangga, memuliakan tamu, adab perkawinan, adab perdagangan, menunaikan hak dan kewajiban terhadap orang lain, tidak merugikan orang lain, mengajak dan mengingatkan dalam kebaikan kepada orang lain (mengajak amar makruf nahi munkar), tolong menolong dalam kebaikan, tidak membeda-bedakan orang lain (mengangkat derajat manusia secara sama), dan mengucap salam kepada orang lain108.
106
Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.35. Lihat juga Abu Yasid, op.cit., hal 90-92. 108 Ibid., hal 2-12 (lihat juga Muhammad bin Ibrahim Al-Hiza‟, terj. Qosdi Ridhwanullah, 40 commit to user Pilihan Tentang Keutamaan Ibadah, Mizan Kebajikan Penjelasan RIngkas Hadits-Hadits Muamalah dan Akhlak, Solo, Pustaka Arafah, 2010, hal.69-73). 107
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Nilai Akhlaq Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap, perangai, tingkah-laku atau budi pekerti manusia terhadap Khalik (pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan)109. Pola bentuk definisi akhlaq tersebut muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara Khaliq dengan makhluk secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum minallah. Dari produk hablum minallah yang verbal, biasanya lahirlah pola hubungan antarsesama manusia yang disebut dengan hablum minannas110. Akhlak akan menggambarkan perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya. Adapun kebanyakan ulama mendefinisikannya sebagai sikap dan tingkah laku yang menyatu pada diri manusia dan membentuk kepribadiannya. Akhlak merupakan cerminan dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari. Ajaran akhlak dalam Islam meliputi sikap dan perbuatan manusia terhadap Khalik serta sikap dan perbuatan manusia terhadap sesama makhluk111. Akhlak terhadap sesama makhluk yakni kepada sesama manusia yaitu kepada diri sendiri, keluarga, tetangga dan masyarakat serta terhadap makhluk bukan manusia atau lingkungan sekitar. 109
Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.38. commit to Zahruddin Hasanuddin Sinaga, op.cit., hal.2. 111 Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.38. 110
user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Beberapa hal yang menjadi contoh akhlak (akhlak yang baik) yaitu: kemurahan hati, lemah lembut, sabar, teguh, jujur, berani, tegas, ramah, sabar, kasih sayang, dermawan, rendah hati, berbuat baik kepada orang tua dan keluarga, mampu mengendalikan diri, berusaha menegakkan kebenaran, menahan diri dari menyakiti, mencurahkan kebaikan, adil, menjaga kehormatan, tidak gegabah, memaafkan, berjiwa lapang, bekerja keras, mandiri dan tidak meminta-minta serta taat kepada suami112.
Penjelasan mengenai ketiga nilai atau kerangka dasar agama dan ajaran Islam tersebut, pada dasarnya uraian sistematiknya dapat diubah dengan susunan lain, yakni (1) akidah, (2) akhlak dan (3) syariah. Ketiga nilai tersebut mempunyai keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu „sistem‟ agama Islam. Sumbernya adalah tauhid yang menjadi inti akidah, dari akidah mengalir syariah dan akhlak Islami. Akidah, syariah dan akhlak laksana bejana yang berhubungan113. Akidah dan syariah tanpa akhlak yang luhur laksana pohon yang tidak memberi naungan dan tiada berbuah, tidak berguna, akhlak tanpa dilandasi dengan akidah dan syariah hanya akan memunculkan akhlak yang jelek114. Selanjutnya, dalam penelitian ini nilai-nilai keislaman yang diambil menjadi kategori nilai keislaman yakni (1) akidah, (2) akhlak, dan (3) muamalah. Kategori akidah sebagaimana penjelasan di atas yakni tentang keyakinan yang kuat terhadap Allah swt dengan segala konsekuensinya. 112
Ibid., hal 41 (lihat juga juga Muhammad bin Ibrahim Al-Hiza‟, op.cit., hal.74-134). commit to user Ibid., hal.42. 114 Masjfuk Zuhdi, op.cit., hal.2. 113
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kategori akhlak yang digunakan yakni akhlak terhadap sesama manusia yaitu diri sendiri, keluarga, tetangga, dan masyarakat sesuai dengan apa yang dijelaskan
sebelumnya.
Sementara
kategori
ketiga
yaitu
muamalah.
Sebagaimana dijelaskan bahwa syariah terdiri dari dua bagian yakni kaidah ibadah dan kaidah muamalah. Kemudian dalam penelitian ini kategori yang digunakan hanya kaidah muamalah saja yakni norma dan aturan mengenai kehidupan sosial manusia. Peneliti telah mengamati objek penelitian (Sinetron Sakinah Bersamamu) dimana di dalamnya hanya ditemukan nilai kaidah muamalah sehingga kaidah ibadah tidak digunakan sebagai kategori. Maka dari itu, kategori nilai keislaman yang digunakan adalah (1) akidah, (2) akhlak, dan (3) muamalah.
6. Analisis Isi Penggunaan teknik analisis isi dalam metode penelitian tidak setua umur penggunaan istilah tersebut. Tuanya umur penggunaan analisis isi dalam praktik kehidupan manusia terjadi karena sejak ada manusia di dunia, manusia saling menganalisis makna komunikasi yang dilakukan antara satu dengan lainnya115. Gagasan untuk menjadikan analisis isi sebagai teknik penelitian muncul dari Bernard Berelson. Lasswell menggunakan analisis isi untuk meneliti leaflet dan suratkabar yang digunakan kekuatan poros maupun sekutu untuk propaganda dalam era Perang Dunia I116.
115
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta, Kencana, 2010, hal.155. user Jurnal Komunikasi Profetik Volume 7 Pawito, Meneliti Ideologi Media:commit Catatan to Singkat, Nomor 1 April 2014, Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 116
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Ada beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi. Janis mengajukan klasifikasinya117 sebagai berikut: a. Analisis Isi Pragmatis Klasifikasi tanda menurut sebab akibat yang mungkin. Misalnya berapa kali suatu kata diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap terhadap produk tertentu. b. Analisis Isi Semantik Klasifikasi tanda menurut maknanya. Misalnya berapa kali Jerman dijadikan referensi, tidak masalah kata apa yang digunakan untuk menunjuk referensi tersebut. Ada tiga jenis dalam analisis ini: 1) Analisis pertunjukan (designation), menggambarkan seberapa sering (frekuensi) objek tertentu (orang, benda, kelompok atau konsep) dirujuk. 2) Analisis pensifatan (attributions), menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi tertentu dirujuk (misalnya referensi kepada ketidakjujuran). 3) Analisis pernyataan (assertions), menggambarkan frekuenai seberapa sering objek tertentu dikarakterisasikan secara khusus c. Analisis Sarana Tanda Klasifikasi isi menurut sifat psiko-fisik dari tanda (misalnya penghitungan berapa kali kata cantik muncul).
to user Isi Pengantar Teori dan Metodologi, Klaus Krippendorff, Terj.Farid commit Wajidi, Analisis Jakarta, Rajawali Pers, 1991, hal.35-37. 117
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
Secara umum ada dua bentuk aliran (paradigma) dalam studi isi, pertama aliran transmisi, kedua aliran produksi dan pertukaran makna118. Aliran transmisi melihat komunikasi sebagai bentuk pengiriman pesan dimana komunikasi itu sendiri dipandang sebagai proses yang statis. Asumsi aliran ini adalah adanya hubungan satu arah dari media kepada khalayak yakni secara linier dari pengirim ke penerima. Akibatnya akan terlihat peran aktif dari pengirim pesan dan peran pasif dari penerima pesan. Pesan (message) menjadi kata kunci dalam aliran transmisi dimana pesan merupakan isi yang statis. Aliran produksi dan pertukaran makna melihat komunikasi sebagai proses penyebaran (pengiriman dan penerimaan pesan), maka aliran ini melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna119. Dalam aliran ini, masing-masing pihak yang berkomunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Pesan bukanlah suatu yang statis tetapi dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima pesan. Kata kunci dari aliran ini adalah makna (meaning), dimana makna bukanlah isi yang statis. Perbedaan dari kedua aliran ini terletak pada definisi tentang pesan dan makna. Pesan pada aliran transmisi adalah apa yang pengirim sampaikan kepada khalayak (berita, kartun, pidato, iklan) yang merupakan isi yang statis dimana bentuknya seperti yang disampaikan oleh pengirim120. Dalam aliran ini penerima hanya menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim, sehingga penerima hanya bersifat pasif menerima pesan yang terlihat.
118
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan IlmuIlmu Sosial Lainnya, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2011, hal.2. 119 commit to user Ibid. 120 Ibid.
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara pada aliran produksi dan pertukaran makna, makna bukanlah isi yang statis121. Makna adalah apa yang dikonstruksi atau apa yang dibaca. Makna bukanlah sesuatu fisik dan statis tetapi merupakan produk konstruksi dan interaksi pengirim-penerima. Pesan adalah apa yang terlihat (dapat didengar, dirasakan, atau dibaca) sedangkan makna adalah apa yang tersirat, bersifat laten, tidak dapat dilihat atau didengar secara langsung122. Penelitian dari aliran transmisi pada dasarnya adalah menghitung dan mengukur123, sebab meneliti pesan yang merupakan sesuatu yang terlihat. Sementara aliran produksi dan pertukaran makna sifat penelitiannya adalah menafsirkan karena makna bukan sesuatu yang ada dalam teks, bukan sesuatu yang terlihat karenanya harus ditafsirkan124. Aliran transmisi melahirkan teknik analisis isi kuantitatif. Fokus peneliti pada analisis isi kuantitatif adalah menghitung dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi dari teks. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya125. Berelson mengatakan bahwa analisis isi merupakan: “a research technique for the objective, systematic, and quantitative description of the manifest content of communication”126 (suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi
121
Ibid. Ibid., hal.3. 123 Ibid. 124 Ibid. 125 Burhan Bungin, Op.cit., hal.155. 126 Pawito, Op.cit. 122
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kuantitatif
dari
isi
komunikasi
yang
tampak).
Sedangkan
Holsti
mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan127. Analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi128. Sistematis maksudnya semua tahapan dan proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan sistematis. Objektif adalah
ketika
penelitian
menghilangkan
bias,
keberpihakan,
atau
kecenderungan tertentu dari peneliti sehingga didapatkan gambaran apa adanya dari suatu isi. Objektif terdiri dari dari dua aspek yakni validitas dan reliabilitas. Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang yang berbeda dan waktu yang berbeda. Replikabel maksudnya penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula. Holsti memandang tiga tujuan pokok dalam analisis isi129 (lihat juga Eriyanto, 2011, hal. 32-45): a. Mendeskripsikan
karakteristik-karakteristik
(menggambarkan karakteristik pesan) 127
Eriyanto, Op.cit., hal.15. commit to Ibid. 129 Klaus Krippendorff, Op.cit., hal.37-38. 128
user
komunikasi
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Membuat
inferensi-inferensi
mengenai
anteseden-anteseden
komunikasi (membuat kesimpulan penyebab dari suatu pesan) c. Membuat inferensi-inferensi mengenai akibat-akibat komunikasi (menarik kesimpulan mengenai efek dari komunikasi) Analisis isi yang bertujuan menggambarkan karakteristik pesan digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana, kepada siapa sesuatu dikatakan. Pertanyaan kenapa sesuatu dikatakan dijawab dalam tujuan analisis isi untuk membuat kesimpulan penyebab suatu pesan. Sementara tujuan analisis isi untuk menarik kesimpulan mengenai efek komunikasi untuk menjawab pertanyaan akibat apa yang terjadi jika sesuatu dikatakan. Eriyanto mengadaptasi pendekatan analisis isi yang dikemukakan oleh Riffe, Lacy, dan Fico dan Neuendorf, dan membaginya dalam tiga bagian besar yakni analisis isi deskriptif, eksplanatif, dan prediktif. Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu130. Analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan di antara variabel, melainkan hanya untuk deskripsi dan menggambarkan aspek dan karakteristik pesan. Pendekatan analisis isi eksplanatif adalah analisis isi yang di dalamnya terdapat pengujian hipotesis tertentu131. Analisis isi eksplanatif tidak hanya menggambarkan isi suatu pesan tetapi juga mencari hubungan antara isi pesan ini dan variabel lain. Pendekatan ketiga, analisis isi prediktif yakni berusaha 130 131
Eriyanto, op.cit.,hal.47. Ibid., hal.49.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memprediksi hasil seperti tertangkap dalam analisis isi dengan variabel lain132. Dalam analisis isi prediktif, peneliti bukan hanya menggunakan variabel lain di luar analisis isi, tetapi juga harus menggunakan hasil penelitian dari metode lain. Data dari dua hasil penelitian (analisis isi dan metode lain) dihubungkan, dan dicari keterkaitannya. Langkah awal yang penting dalam analisis isi adalah menentukan unit analisis. Unit adalah fungsi dari fakta empiris, tujuan penelitian, dan tuntutan yang dibuat oleh berbagai teknik yang ada133. Unit analisis secara sederhana dapat digambarkan sebagai bagian apa dari isi yang kita teliti dan kita pakai untuk menyimpulkan isi dari suatu teks134. Unit analisis nantinya akan menentukan aspek apa dari teks yang dilihat hingga didapat kesimpulan atau temuan dari teks tersebut. Penentuan unit analisis yang tepat dapat menghasilkan data yang valid dan menjawab tujuan penelitian. Krippendorff mengemukakan tiga jenis unit dalam analisis isi, yakni unit sampling, unit pencatatan, dan unit konteks. Unit sampling atau unit sampel adalah bagian dari objek yang dipilih oleh peneliti untuk didalami yang ditentukan oleh topik dan tujuan penelitian135. Unit sampel menentukan mana isi yang akan diteliti dan mana yang tidak diteliti yang ditentukan oleh topik dan tujuan penelitian. Unit pencatatan berkaitan dengan bagian apa dari isi yang akan dicatat, dihitung dan dianalisis. Sementara unit konteks adalah konteks apa yang diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi arti
132
Ibid,. hal.53. Klaus Krippendorff, op.cit., hal.75. 134 commit to Eriyanto, op.cit., hal.59. 135 Ibid., hal.61. 133
user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada hasil pencatatan. Unit konteks dapat dipakai tetapi dapat juga tidak dipakai oleh peneliti. Unit ini tidak perlu dipakai apabila unit pencatatan yang digunakan telah dapat menjawab penelitian, atau unit ini harus dipakai jika data yang diperoleh dari hasil unit pencatatan perlu diberikan konteks agar data mempunyai arti136. Unit pencatatan adalah unit yang paling penting dalam analisis isi. Eriyanto menyebutkan lima jenis unit pencatatan sebagai berikut137: a. Unit Fisik Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik tergantung pada teks yang di teliti. Untuk televisi, ukuran fisik ini misalnya berupa waktu (durasi). b. Unit Sintaksis Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan bagian bahasa dari suatu isi. Untuk bahasa tertulis berupa kata, kalimat, atau anak kalimat sementara untuk bahasa gambar dapat berupa potongan adegan. Dalam unit sintaksis peneliti menghitung frekuensi dari unit bahasa yang ada dalam teks. c. Unit Referensial Unit referensial lebih luas daripada unit sintaksis. Jika pada unit sintaksis peneliti tinggal menghitung frekuensi dari unit bahasa maka pada unit referensial frekuensi dihitung dalam kategori-kategori kata yang sepadan. Kata-kata yang mirip, sepadan atau punya arti dan 136 137
Ibid., hal.102. Ibid., hal.64-89.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maksud yang sama akan dicatat sebagai satu kesatuan dalam satu kategori. Weber menyebutnya sebagai word sense yakni kata yang berbeda tetapi memiliki maksud dan merujuk pada sesuatu yang sama. d. Unit Proposisional Unit proposisional adalah unit analisis yang menggunakan pernyataan (proposisi). Peneliti menghubungkan dan mempertautkan satu kalimat dan kalimat lain dan menyimpulkan pernyataan (proposisi) yang terbentuk dari rangkaian antarkalimat tersebut. e. Unit Tematik Unit tematik adalah unit analisis yang lebih melihat tema (topik) pembicaraan dari suatu teks. Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “teks berbicara tentang apa atau mengenai apa”.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Kerangka Pemikiran
Realitas media massa: Penayangan sinetron religius di Bulan Ramadhan
Sinetron Sakinah Bersamamu (RCTI)
Adegan dan monolog/dialog pemain sinetron
Analisis Isi
Potongan Adegan yang Merepresentasikan Nilai-Nilai Keislaman dalam Sinetron Sakinah Bersamamu
Nilai-Nilai Keislaman: 1. Akidah 2. Akhlak 3. Muamalah
Pemeran Nilai-Nilai Keislaman: 1. Utama 2. Pendukung 3. Utama dan Pendukung 4. Utama dan Figuran 5. Pendukung dan Figuran
Representasi Nilai-Nilai Keislaman dalam Sinetron Sakinah Bersamamu
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
G. Definisi Konseptual 1. Nilai-Nilai Nilai adalah “suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”138. Nilai adalah sesuatu yang menarik, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya bahwa nilai adalah sesuatu yang baik139. Nilai merupakan hal yang penting dan perlu ada dalam kehidupan sebagai acuan atau pedoman bertindak. Nilai adalah prinsip yang menjadi acuan dalam bertingkah laku atau bahkan berpikir. 2. Nilai-Nilai Keislaman Nilai keislaman didefinisikan sebagai konsep dan keyakinan yang dijunjung tinggi oleh manusia mengenai beberapa masalah pokok yang berhubungan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam bertingkah laku, baik nilai bersumber dari Allah maupun hasil interaksi manusia tanpa bertentangan dengan syariat. Nilai-nilai Islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran yang berdasarkan pada AlQuran dan Al-Hadits tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini, dimana satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan.
138 139
commit Zahruddin Hasanuddin Sinaga, op.cit., hal.to 85.user K. Bertens, op.cit., hal. 139.
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Agama Islam sebagai agama wahyu terakhir mengandung ajaran yang merupakan satu sistem, terdiri dari akidah (iman, keyakinan), syariah (hukum) dan akhlak (moral) yang mengatur segala tingkah laku manusia dalam berbagai hubungan, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya, masyarakat, benda atau makhluk lain140. Nilai-nilai keislaman adalah sebagai berikut141: 1. Akidah Akidah adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama Islam dan selalu dikaitkan dengan rukun iman atau arkanul iman, asas seluruh ajaran Islam. Akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur keraguan. 2. Akhlak Akhlak berarti perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap, perangai, tingkahlaku atau budi pekerti manusia terhadap Khalik (pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan). Akhlak adalah sikap dan tingkah laku yang menyatu pada diri manusia dan membentuk kepribadiannya. 3. Muamalah Muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, antara 140 141
commit to Mohammad Daud Ali, op.cit.,hal.31. Ibid. hal. 31-42.
user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
manusia dengan kehidupannya. Secara sederhana muamalah bisa bermakna hubungan sosial antara sesama manusia. Muamalah lebih terfokus kepada bagaimana etika, adab, akhlak dan sopan santun antara seorang muslim dengan muslim lainnya atau dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. 3. Pemeran Nilai-Nilai Keislaman Pemeran nilai keislaman adalah tokoh dalam cerita yang menampilkan nilai-nilai keislaman melalui perilaku dan monolog/dialognya. Penokohan ini dibagi menjadi tiga yaitu: a. Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak mengambil perhatian pemirsa. b. Tokoh Pendukung Tokoh pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Terkadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama. c. Tokoh Figuran Tokoh figuran adalah tokoh yang mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif. Tokoh figuran ini biasanya hanya tampil di beberapa adegan saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
H. Kategorisasi Eriyanto menyebut kategorisasi sebagai proses penjabaran konsep dalam ukuran-ukuran tertentu beserta indikator-indikatornya di mana kategorisasi atau menyusun kategori menjadi tahapan penting pengukuran dalam analisis isi yang berhubungan dengan bagaimana isi (content) dikategorikan142. Kategorisasi menjadi hal terpenting dalam sebuah analisis isi seperti disebutkan Wimmer dan Dominick: “At the heart of any content analysis is the category system used to classify media content. The precise makeup of this system, of course, varies with the topic under study. As Berelson pointed out, „particural studies have been productive to the extent that the categories were clearly formulated and well-adapted to the problem and the content‟.”143
Dalam penyusunan kategori, setidaknya ada tiga prinsip penting yang diperhatikan yaitu144: 1. Terpisah Satu Sama Lain (Mutually Exclusive) Kategori yang dibuat haruslah bersifat mutually exclusive yakni dapat dibedakan secara jelas antarsatu kategori dengan kategori lain. Masingmasing kategori berdiri sendiri dan berbeda dengan kategori lain. Jika peneliti bingung membedakan antara satu kategori dan kategori lain, ini merupakan tanda bahwa kategori tidak terpisah (mutually exclusive). 2. Lengkap (Exhaustive) Kategori yang dipakai juga harus lengkap (exhaustive) artinya dapat menampung semua kemungkinan yang muncul. Peneliti harus menyertakan 142
Eriyanto, op.cit., hal.201-203. Roger D. Wimmer dan Joseph R. Dominick, Mass Media Research: an Introduction, commit1997, to user California, Wadsworth Publishing Company, hal.165. 144 op.cit., hal.202-208. 143
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semua kategori yang ada, sehingga semua kemungkinan tersedia dan semua hasil yang didapat bisa „tertampung‟ dalam kategori yang tersedia. 3. Reliabel Kategori yang dibuat juga harus reliabel, dipahami secara sama oleh semua orang. Ketika membaca lembar coding tidak ada beda penafsiran antara satu orang dengan orang lain. Jika dua syarat sebelumnya terpenuhi, maka syarat ketiga yakni reliabel pasti terpenuhi. Salah satu cara agar lembar coding reliabel adalah dengan menyertakan petunjuk pengisian. Berdasarkan tiga prinsip kategorisasi tersebut, maka kategori dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut: 1. Dimensi Nilai-Nilai Keislaman Unit analisis yang digunakan dalam dimensi nilai-nilai keislaman adalah unit tematik dan unit fisik. Dalam unit tematik, yang dilihat adalah frekuensi kemunculan nilai yang dikoding dalam beberapa kategori. Dalam penelitian ini, nilai-nilai keislaman dikoding berdasarkan tiga kategori nilainilai keislaman yaitu akidah, akhlak dan muamalah yang diukur melalui perilaku dan dialog/monolog dalam sinetron. a. Akidah Indikator akidah yaitu perilaku atau dialog yang menunjukkan keyakinan iman terhadap Allah swt, keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama Islam, keyakinan yang tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya145.
145
commit to user Mohammad Daud Ali, op.cit.,hal.33.
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indikator akidah yaitu146:
Adegan dalam sinetron yang menunjukkan hubungan manusia dengan Allah secara langsung
Adegan dalam sinetron yang menunjukkan ibadah, misalnya sholat, berdoa
Adegan dalam sinetron yang menunjukkan kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, ditandai dengan dialog/monolog yang terdapat kata „aku percaya Allah akan..‟, „Allah pasti akan…‟, „
Adegan yang menunjukkan tunduk dan patuh di hadapan kemahakuasaan, lindungan, pertolongan Allah, ditandai dengan adanya kata „aku memohon pada Allah..‟, „Ya Allah tolong…‟,‟Ya Allah lindungi..‟,‟Allah Maha Besar..‟,‟Allah yang memiliki kuasa..‟
Adegan yang menunjukkan kecintaan kepada Allah, ditandai dengan adanya kata „Aku mencintai Allah…‟,‟Allah adalah satu-satunya…‟
Adegan yang menunjukkan berserah diri dan berpegang kepada Allah,
ditandai
dengan
padaMu..‟,‟kupasrahkan
adanya
semua
kata
pada
„aku
berserah
Allah..‟,‟Allah
diri
harapan
terakhirku..‟,‟hanya Allah yang menjadi pedoman..‟,‟Allah satusatunya pegangan..‟.
Adegan yang menunjukkan takut kepada Allah ditandai dengan kata „aku takut kepada Allah..‟,‟Allah mengawasiku..‟,‟Allah melihat semua kejadian..‟,‟Allah Maha Tahu..‟.
146
commit to user Lihat Nasir Makarim Syirazi, op.cit.,hal.1-21.
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adegan yang menunjukkan senantiasa mengingat Allah dalam kesulitan
atau
kemudahan
ditandai
„Alhamdulillah..‟,‟Astaghfirullah..‟,‟Aku
dengan
bersyukur
kata kepada
Allah..‟,‟Allah pasti memberi kebaikan…‟,‟ada hikmah dibalik kejadian..‟,‟semua terjadi karena Allah..‟,‟semua adalah kehendak Allah..‟ b. Akhlak Akhlak akan menggambarkan perilaku seseorang sebagai sikap dan tingkah laku yang menyatu pada diri manusia dan membentuk kepribadiannya. Akhlak yang dimaksud adalah akhlak terhadap sesama manusia dalam kehidupan sosial, yaitu kepada diri sendiri, keluarga, tetangga dan masyarakat. Indikator akhlak adalah147:
Adegan dalam sinetron yang menunjukkan perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti seseorang.
Adegan yang menunjukkan sikap dan sifat seseorang ditandai dengan adanya perilaku yang baik dari tokohnya misalnya murah hati, lemah lembut, sabar, teguh, jujur, berani, tegas, ramah, kasih sayang, dermawan.
Adegan yang dalam dialognya lebih menunjukkan sifat baik seseorang, ditandai dengan munculnya kata-kata sifat dari seseorang
commit to juga userjuga Muhammad bin Ibrahim Al-Hiza‟, Mohammad Daud Ali, Op.cit., hal 41 (lihat op.cit., hal.74-134). 147
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
misalnya
„kamu
sangat
baik..‟,‟dia
orang
yang
sangat
bersabar..‟,‟sifatnya sungguh mulia..‟,‟kamu istri soleha..‟.
Adegan yang menunjukkan perilaku reaksi dari tokoh atas tokoh lainnya misalnya perilaku istri diam saat dimarahi suami, reaksi diam dan sabar saat diperlakukan buruk oleh orang lain.
Adegan
yang menunjukkan monolog seorang tokoh dalam
mengambil sikap atas sebuah peristiwa misalnya monolog tokoh „aku harus bersabar..‟, monolog tokoh „aku tidak boleh gegabah mengambil
keputusan..‟,
monolog
tokoh
„aku
tidak
boleh
menyerah..‟, monolog tokoh „aku telah memaafkan dia..‟, „aku tidak boleh suudzon..‟ Beberapa contoh adegan akhlak yaitu: mampu mengendalikan diri, berusaha
menegakkan
kebenaran,
menahan
diri
dari
menyakiti,
mencurahkan kebaikan, adil, menjaga kehormatan, berjiwa lapang, bekerja keras, mandiri dan tidak meminta-minta serta taat kepada suami. c. Muamalah Muamalah meliputi ketentuan atau peraturan segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya atau yang menunjukkan hubungan sosial antara sesama manusia. Indikator muamalah yaitu148:
Adegan yang menunjukkan aturan agama tentang hubungan antara sesama manusia
to user Majfuk Zuhdi, op.cit., hal 2-12commit (lihat juga Muhammad bin Ibrahim Al-Hiza‟, op.cit., hal.69-73.). 148
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
Adegan yang melibatkan dua tokoh atau lebih
Adegan yang menunjukkan adanya interaksi saling menguntungkan yang muncul dari kedua tokoh.
Adegan yang membutuhkan tokoh lain untuk melakukannya, misalnya mengucapkan salam kepada orang lain, mengucapkan terima kasih kepada orang lain, meminta maaf kepada orang lain.
Adegan yang menunjukkan perilaku menasehati orang lain, ditandai dengan kata „kamu sebaiknya..‟, „seharusnya kita bisa..‟, „lakukan saja yang kukatakan..‟, „kamu jangan…‟, „perbuatanmu itu salah..‟, „lebih baik hal ini..‟, „menurutku kamu bisa lakukan..‟.
Adegan yang menunjukkan tolong menolong dan membantu antara tokoh satu dan tokoh lain.
Adegan yang menunjukkan aturan kehidupan berbagai bidang kehidupan manusia bersumber dari ajaran agama Islam, misalnya penjelasan adab perkawinan, adab perdagangan atau jual beli.
Dalam penelitian ini, nilai-nilai keislaman yang ditampilkan oleh tokoh wujudnya berupa perilaku, dialog/monolog atau gabungan perilaku dan dialog/monolog. Perilaku yang dimaksudkan adalah tindakan dan atau bahasa tubuh para tokoh dalam sinetron yang menampilkan pesan nilai-nilai keislaman. Sedangkan dialog adalah percakapan dalam sinetron baik secara lisan maupun tulisan antara dua tokoh atau lebih yang menampilkan nilainilai keislaman. Monolog sama dengan dialog hanya jumlah tokoh pelaku commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hanya satu orang. Nilai keislaman yang ditampilkan bisa berwujud perilaku saja,
dialog/monolog
saja,
atau
gabungan
antara
perilaku
dan
dialog/monolog. Unit analisis dalam dimensi nilai-nilai keislaman yang kedua adalah unit fisik. Poin yang diteliti dalam unit fisik yaitu durasi kemunculan nilai. Peneliti akan menghitung jumlah durasi (dalam satuan detik) yang menampilkan nilai-nilai keislaman secara keseluruhan yang sebelumnya telah dikoding dari setiap episode sinetron. Dengan menghitung durasi, peneliti bisa mengetahui seberapa besar persentase nilai-nilai keislaman yang direpresentasikan dalam sinetron Sakinah Bersamamu periode Ramadhan. Jika persentase kemunculan nilai-nilai keislaman lebih dari 50% maka bisa dikatakan bahwa sinetron tersebut sarat dengan nilai-nilai keislaman. Namun sebaliknya, jika kemunculan nilai-nilai keislaman kurang dari 50% berarti sinetron tersebut minim akan nilai-nilai keislaman. 2. Dimensi Pemeran Nilai-Nilai Keislaman Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa pemeran menampilkan nilainilai keislaman tidak sendirian melainkan bersama-sama dengan beberapa tokoh lain. Untuk itu kategori yang digunakan yaitu tokoh „utama‟, tokoh „pendukung‟, tokoh „utama & pendukung‟, tokoh „utama & figuran‟, dan tokoh „pendukung & figuran‟. Pengkodingan dimensi pemeran nilai-nilai keislaman menggunakan unit analisis referensial, tiap tokoh dikelompokkan sesuai dengan kelompok penokohannya masing-masing. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa. Tokoh utama dalam Sinetron Sakinah Bersamamu adalah Zaqi, Riri, Dinda, Amar, Ratasya dan Jamal. b. Tokoh Pendukung Tokoh pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan memancing konflik untuk karakter utama. Karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama. Tokoh pendukung dalam Sinetron Sakinah Bersamamu adalah: -
Dika
- Ce Aini
-
Pak Said (Papa Riri)
- Pak Nazar/Abi
-
Mama Riri
- Umi (Ibu Dika)
-
Silvi
- Khoidir
-
Mutia
- Reihan
-
Tia
- Pak Zaman
-
Selia
- Bu Anis
-
Ibu Maesaroh
- Gita
-
Atwa
- Surti
-
Parmin
- Dokter Lena
c. Tokoh Utama & Pendukung Dalam
kelompok
ini,
tokoh
utama
dan
tokoh
pendukung
menampilkan nilai-nilai keislaman bersama-sama dalam satu waktu. d. Tokoh Utama & Figuran Tokoh figuran diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah to user cerita. Tokoh figurancommit seringkali tampil tanpa dialog, kalaupun ada
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dialog maka dialognya bersifat informatif. Figuran biasanya tampil di beberapa adegan saja. Tokoh figuran dalam Sinetron Sakinah Bersamamu adalah: -
Dokter pemeriksa Amar
- Sopir Dinda
-
Suster rumah sakit
- Teman sekolah Dika
-
Orang sakit
- Guru sekolah Dika
-
Pengunjung mall
- OB kantor
-
Penjual bunga
- Tukang ojek
-
Dokter pemeriksa Riri
- Jamaah masjid
-
Sales mall
- Orang di taman
-
Polisi
- Penghulu
-
Tukang martabak
- Ibu penelpon Pak Nazar
-
Apoteker
- Kawan-kawan Tia
-
Manajer mall
- Pengantin di studio foto
-
Ustad
- Teman arisan Mama Riri
-
Anak kecil di mall
- Ibu-ibu di mall
-
Pak Aldo MLM
- Sekretaris MLM
-
Tetangga Dika
- Model fashion show
-
Tamu online shop Riri
- Petugas dealer
-
Asep pegawai
- Warga kampong
-
Preman
- Satpam rumah sakit
-
Rio (teman Jamal)
- Asisten Dinda
Dalam kelompok ini,
tokoh
utama dan
tokoh
figuran
menampilkan nilai-nilai keislaman bersama-sama dalam satu waktu. e. Tokoh Pendukung & Figuran Dalam
kelompok
ini,
tokoh
pendukung
dan
tokoh
figuran
menampilkan nilai-nilai keislaman bersama-sama dalam satu waktu. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif dengan pendekatan deskriptif atau lebih sering disebut analisis isi deskriptif. Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu 149. Analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan di antara variabel, melainkan hanya untuk deskripsi dan menggambarkan aspek dan karakteristik pesan. Penyajian dan analisis dalam penelitian ini yakni deskripsi dengan prosentase di mana hasil koding penelitian adalah prosentase. Prosentase yang didapatkan lalu dimaknai dan dideskripsikan untuk menjelaskan representasi nilai-nilai keislaman dalam sinetron Sakinah Bersamamu. Penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji hipotesis namun untuk menggambarkan nilai-nilai keislaman yang ditampilkan dalam sinetron Sakinah Bersamamu. Dalam penelitian ini akan diketahui seberapa besar nilainilai keislaman direpresentasikan dalam sinetron Sakinah Bersamamu. 2. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah sinetron Sakinah Bersamamu yang ditayangkan RCTI pada periode Ramadhan yakni periode 15 Juni 2015-16 Juli 2015. Selama periode tersebut terdapat 32 episode yang ditayangkan sebanyak 29 kali. commit to user 149
Eriyanto, op.cit.,hal.47.
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Teknik Pengumpulan Data150 a. Dokumentasi untuk pencarian data primer. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan merekam seluruh episode sinetron Sakinah Bersamamu edisi Ramadhan selama periode 15 Juni – 16 Juli 2015. b. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan terhadap data primer yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Observasi dilakukan dengan melihat seluruh episode sinetron yang dikaji dan diteliti. Kemudian melakukan pengkodingan dengan memilih adegan mana dalam sinetron yang mengandung nilai-nilai keislaman. c. Studi kepustakaan yaitu penggalian teori untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan nilai-nilai keislaman. Dalam penelitian ini peneliti mengambil data dari buku, jurnal, dan internet. 4. Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti meneliti isi dari semua anggota populasi (sampel) atau biasa disebut dengan sensus151. Populasi dari penelitian ini adalah 32 episode sinetron Sakinah Bersamamu yang ditayangkan selama periode 15 Juni-16 Juli 2015. Total durasi dari seluruh episode tersebut adalah 95635 detik dengan rata-rata durasi tiap episode 2989 detik. Sensus dalam penelitian ini adalah semua potongan adegan dalam 32 episode sinetron tersebut.
150 151
commit Freed N Kerlinger, op.cit., hal 155-157 Eriyanto, op.cit., hal. 105.
to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Unit Analisis a. Unit Sampel Unit sampel adalah objek yang dipilih peneliti untuk didalami152. Unit sampel dalam penelitian ini adalah semua potongan adegan dalam sinetron Sakinah Bersamamu periode 15 Juni-16 Juli 2015 yang berjumlah 32 episode dengan total durasi 95635 detik dengan rata-rata durasi tiap episode adalah 2989 detik. Dalam penelitian ini, total keseluruhan durasi sinetron yang dihitung adalah mulai berjalannya cerita sampai akhir cerita sinetron atau dari adegan pertama sampai adegan terakhir. Durasi credit title serta iklan tidak dihitung dalam penelitian ini. b. Unit Pencatatan 1) Unit Tematik Unit tematik lebih melihat tema pembicaraan dari suatu teks153. Dalam penelitian ini, unit tematik digunakan untuk menghitung frekuensi kemunculan nilai-nilai keislaman dalam sinetron. Nilainilai keislaman yang muncul dihitung dan dikategorikan dalam tiga kategori
yakni
akidah,
akhlak,
dan
muamalah.
Dengan
menggunakan unit tematik ini, dapat diketahui porsi munculnya masing-masing kategori nilai-nilai keislaman. Nilai-nilai keislaman yang ditampilkan berupa perilaku (pesan nonverbal) atau
152 153
Ibid., hal.61. Ibid., hal.84.
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dialog/monolog (pesan verbal) atau gabungan perilaku dan dialog/monolog (pesan verbal diiringi pesan nonverbal). 2) Unit Fisik Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik ini tergantung dari jenis teks. Untuk televisi, ukuran fisik misalnya berupa waktu (durasi)154. Dalam penelitian ini unit fisik digunakan untuk menghitung durasi tayangan munculnya nilai-nilai keislaman dalam sinetron berupa perilaku dan dialog/monolog secara keseluruhan. Satuan yang digunakan dalam menghitung durasi adalah detik. 3) Unit Referensial Weber menyebut unit referensial sebagai word sense yakni kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud dan merujuk pada sesuatu yang sama155. Kata-kata yang mirip, sepadan atau punya arti dan maksud yang sama dicatat sebagai satu kesatuan. Unit referensial digunakan untuk menganalisis dimensi pemeran nilai-nilai keislaman dalam sinetron. Pemeran nilai-nilai keislaman dikategorikan dalam 5 kategori yaitu tokoh utama, tokoh pendukung, tokoh utama dan pendukung, tokoh utama dan figuran serta tokoh pendukung dan figuran.
154 155
Ibid. hal.64. Ibid. hal.75.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Pengkodingan Dalam melakukan pengkodingan, para coder terlebih dahulu menonton keseluruhan sinetron yang diteliti yakni sebanyak 32 episode. Sebelum melakukan pengkodingan, peneliti telah menonton sinetron secara keseluruhan sehingga bisa menentukan kajian penelitian untuk kemudian
menentukan
unit
analisis
dan
menyusun
petunjuk
pengkodingan. Selanjutnya peneliti membuat petunjuk pengkodingan atau protokoler pengkodingan yang jelas dan detail berdasarkan variabel penelitian. Kemudian barulah dilakukan proses pengkodingan. Dalam penelitian ini, pengkodingan dilakukan dengan menggunakan tiga jenis unit analisis yaitu unit tematik, unit fisik dan unit referensial. Ketiga unit tersebut digunakan untuk mengkoding dua dimensi penelitian yaitu dimensi nilai-nilai keislaman dan dimensi pemeran nilai-nilai keislaman. Dimensi nilai-nilai keislaman dikoding menggunakan unit tematik dan unit fisik, sementara dimensi pemeran nilai-nilai keislaman dikoding menggunakan unit referensial. Proses coding dimensi nilai-nilai keislaman menggunakan unit tematik dan unit fisik. Unit fisik digunakan untuk mengoding durasi nilai. Proses coding fisik yakni menghitung durasi nilai terbilang sederhana. Coder hanya tinggal menghitung lama durasi (dalam satuan detik) dari potongan adegan dalam sinetron yang merepresentasikan nilai-nilai keislaman.
Setelahnya,
durasi
dari
tiap
potongan
adegan
yang
menampilkan nilai-nilai keislaman dijumlahkan untuk mengetahui durasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
keseluruhan yang merepresentasikan nilai-nilai keislaman. Dalam hal ini, dibutuhkan kesabaran dan ketelitian coder dalam menghitung durasi dari setiap episode mengingat banyaknya jumlah episode yang harus dihitung sehingga membutuhkan waktu yang lama. Unit tematik digunakan untuk mengkoding dimensi nilai-nilai keislaman yakni untuk menghitung frekuensi kemunculan nilai. Proses coding ini terbilang lebih rumit karena coder tidak bisa langsung menghitung atau mengukur. Coder perlu melihat secara keseluruhan, mengamati baru kemudian dapat mengkodingnya ke dalam kategori yang sesuai. Coder tidak hanya menghitung saja tetapi juga memberikan penilaian dan kemudian mengkategorikan ke dalam kategori yang sesuai dalam penelitian berdasarkan protokol coding. Setelah itu barulah coder dapat menghitung frekuensi kemunculan nilai sesuai kategori yang ada sehingga bisa diketahui porsi kemunculan dari masing-masing kategori. Nilai-nilai keislaman yang diamati ditampilkan dalam wujud perilaku (nonverbal) atau dialog/monolog (verbal) atau gabungan perilaku dan dialog/monolog. Dimensi pemeran nilai-nilai keislaman dikoding menggunakan unit referensial. Proses coding ini dimulai dengan mengelompokkan tokoh dalam sinetron berdasarkan kategori pemeran nilai-nilai keislaman. Selanjutnya saat proses coding, muncul nama-nama tokoh dalam adegan yang merepresentasikan nilai-nilai keislaman yang kemudian dikoding dengan melihat daftar (list) kategori tokoh dalam protokol koding. Coder commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemudian mengkode ke dalam 5 kategori tokoh pelaku nilai-nilai keislaman yang dipakai dalam penelitian. 7. Validitas Validitas digunakan untuk mengukur apakah alat yang dipakai sudah benar dan tepat untuk meneliti masalah yang akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan coding sheet atau lembar koding sebagai alat ukur. Validitas yang peneliti gunakan adalah dengan cara mengajukannya dengan ahli analisis isi156. Ahli yang peneliti maksud adalah dosen ilmu komunikasi sebagai pembimbing peneliti. 8. Reliabilitas Reliabilitas berkaitan dengan sejauh mana alat ukur yang dipakai akan menghasilkan temuan yang sama, berapa kali pun dipakai157. Analisis isi harus dilakukan secara objektif, ini berarti tidak boleh ada beda penafsiran antara satu orang coder dan coder yang lain. Karenanya, alat ukur yang digunakan selain harus valid juga harus mempunyai reliabilitas (keandalan) yang tinggi. Alat ukur dalam analisis isi adalah lembar coding (coding sheet). Lembar coding harus dipastikan menjadi alat ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas berbeda dengan validitas. Reliabilitas melihat pada apakah alat ukur dapat dipercaya menghasilkan temuan yang sama, ketika dilakukan oleh orang yang berbeda. Sementara validitas berbicara mengenai apakah alat ukur benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. 156 157
Ibid.hal.263. Ibid.hal.281.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meski demikian, reliabilitas mempunyai keterkaitan dengan validitas. Suatu alat ukur dapat valid (mengukur dengan tepat apa yang ingin diukur) tetapi bisa jadi tidak reliabel. Reliabilitas tidak menjamin validitas suatu alat ukur tetapi reliabilitas merupakan syarat kondisi yang diperlukan (necessary condition) bagi validitas. Reliabilitas merupakan batas-batas validitas dari suatu alat ukur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik intercoder reliability. Reliabilitas anatar-coder membutuhkan dua atau lebih orang coder. Masing-masing coder akan diberikan alat ukur (lembar coding) dan diminta untuk menilai sesuai dengan petunjuk dalam lembar coding tersebut. Hasil dari pengisian coder itulah yang diperbandingkan, dilihat berapa persamaan dan berapa pula perbedaannya. Untuk mengukur reliabilitas antar-coder ada beberapa rumus yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan formula Holsti dan formula Scott (Scott Pi). Menurut formula Holsti, rumus untuk menghitung reliabilitas antar-coder adalah sebagai berikut: Reliabilitas antar-coder Dimana: M = jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder) N1 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 1 N2 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 2 Selain formula Holsti, peneliti juga menggunakan formula Scott commit to uji userreliabilitas. Dibandingkan formula (Scott Pi) untuk memperkuat hasil
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Holsti, formula Scott ini lebih valid dalam mengukur angka reliabilitas karena faktor peluang terjadinya persamaan antar coder diperhitungkan. Rumus formula Scott adalah sebagai berikut:
Dimana: % persetujuan yang diamati = persentase persetujuan % persetujuan yang diharapkan = kuadrat dari dari masing-masing proporsi kategori
Angka reliabilitas bergerak dari angka 0 hingga 1, dimana angka 0 menunjukkan reliabilitas yang rendah dan 1 menunjukkan reliabilitas yang tinggi. Makin tinggi angka makin tinggi pula angka reliabilitas. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70 %. Artinya, kalau hasil perhitungan menunjukkan angka reliabilitas di atas 0,7 berarti alat ukur tersebut benar-benar reliabel. Tetapi jika di bawah angka 0,7 berarti alat ukur yang digunakan bukan alat yang reliabel. Dalam formula Scott Pi angka reliabilitas juga bergerak dari angka 0 hingga 1. 9. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dari hasil koding yang didapatkan oleh para coder di-input ke dalam tabel secara keseluruhan agar mudah dibaca. Data yang didapatkan yakni frekuensi, durasi, dan pemeran nilai-nilai commit to user keislaman. Setelah data terkumpul kemudian diuji keabsahannya melalui
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan terhadap hasil koding coder 1 dan coder 2. Data yang sudah dinyatakan reliabel setelah melewati uji reliabilitas, lalu disajikan ke dalam tabel frekuensi yang menyajikan masing-masing dimensi (frekuensi, durasi, dan pemeran nilai keislaman). Tahap selanjutnya adalah menganalisis data hasil pengkodingan yang telah disajikan dan mendeskripsikannya. Analisis yang pertama yaitu melihat perbandingan hasil tiga aspek dari masing-masing episode serta hasil dari keseluruhan sinetron yang disajikan melalui deskripsi dengan prosentase. Analisis yang kedua yakni memaknai hasil prosentase yang didapat dari analisis yang pertama yaitu representasi nilai-nilai keislaman dalam sinetron Sakinah Bersamamu. Hal tersebut berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan aspek dan karakteristik pesan158. Dalam penelitian ini hasil koding disajikan dan dideskripsikan dalam bentuk prosentase. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu pendekatan deskripsi dengan prosentase.
commit to user 158
Ibid., hal.47.