1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensipotensi itu tidak mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa semua individu tidak memahami potensi
yang
dimilikinya,
apalagi
pemahaman
tentang
cara
mengembangkannya di dalam perjalanan hidupnya, individu juga seringkali menemui berbagai macam masalah. Lepas dari persoalan yang satu muncul persoalan yang lain, demikianlah seterusnya silih berganti persoalan itu timbul, kelihatannya tidak semua individu mampu mengatasi persoalannya sendiri. Agar mereka dapat mengenali potensi-potensi yang dimiliki dan dapat mengembangkannya secara optimal, serta mampu menghadapi masalah yang dihadapi, maka diperlukan bantuan atau bimbingan dari orang lain sehingga mereka dapat berbuat dengan tepat sesuai dengan potensi atau keadaan yang ada pada dirinya. Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Oleh karena itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif. Ia juga harus dapat membantu murid dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya, sepanjang itu memungkinkan secara professional. Dalam
1
2
usaha membantu siswa itu, guru perlu mengetahui landasan, konsep, prosedur, dan praktek bimbingan.1 Sebagaimana diketahui sekolah sebagai lingkungan kedua sebagai tempat pembentukan anak didik memegang peranan penting dalam membina mental, agama pengetahuan dan keterampilan anak didik. Kesalahan dan kekurangan-kekurangan dalam tubuh sekolah sebagai tempat mendidik, bisa menyebabkan adanya peluang untuk timbulnya kenakalan remaja.2 Untuk itu sekolah juga harus menyediakan layanan profesional yang berupa layanan bimbingan dan konseling karena sekolah merupakan lingkungan yang terpenting sesudah keluarga. Layanan ini dalam batas tertentu dapat dilakukan guru, tetapi jika masalahnya berat, maka diperlukan petugas khusus yaitu seorang konselor untuk menanganinya.3 Sebuah lembaga pendidikan pasti tidak terlepas dari masalahmasalah, begitu juga yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar juga mengalami permasalahan tersebut dan salah satunya adalah masalah kenakalan siswa, yaitu melanggar kedisiplinan pondok, seperti keluar pondok tidak izin, tidak mengikuti kegiatan pondok4. Dan untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan adanya bimbingan dan konseling kepada siswa agar akhlak siswa dapat terbentuk dengan baik.5
1
Soectjipto dan Raflis Kasasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 60. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Golden Terayon, 1982), 105 3 Soectjipto dan Raflis Kasasi, Profesi Keguruan, 85-86. 4 Penjajagan awal pada tanggal 25 maret 2008 di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. 5 A. Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 15. 2
3
Kegiatan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dalam pelayanannya dilakukan selama 24 jam, dengan tujuan agar setiap permasalahan yang dialami santri dapat segera terselesaikan. Dalam melaksanakan kegiatan BK ini guru BK dibantu oleh OSWAS dan ustadzah pembimbing rayon, dengan demikian pengawasan dan pelaksanaan bimbingan lebih mudah dilakukan. Dengan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu mengkaji dan meneliti tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dengan judul “PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR.” B. Fokus Penelitian Berdasar latar belakang di atas,
peneliti menentukan fokus
penelitian pada sistem pelaksanaan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Putri yang akan membimbing dan mengarahkan siswa menjadi manusia yang berpengetahuan serta berakhlak mulia. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar? 2. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar?
4
3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar? D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk kegiatan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
pelaksanaan bimbingan dan
konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui dan menemukan nilainilai atau aktualisasi konsep bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa dalam proses pembentukan siswa berakhlak mulia.
5
b. Bagi lembaga Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang konsep bimbingan dan konseling yang tepat agar dapat membantu terlaksananya proses pembentukan siswa berakhlak mulia. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
jenis
penelitian
yang
menghasilkan
penemuan
melalui
pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep- konsep yang timbul dari data empiris. Dalam penelitian kualitatif, penelitian merasa “tidak tahu mengenal apa yang tidak diketahuinya”, sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya. Penelitian
kualitatif
adalah
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif memerlukan ketajaman analisis, objektivitas, sistematik dan sistemik sehingga diperoleh ketepatan dalam interprestasi, sebab hakikat dari
6
suatu fenomena atau gejala bagi penganut penelitian kualitatif adalah totalitas atau gestalt.6 Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu suatu diskripsi instensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti, individu, kelompok institusi atau masyarakat dalam studi kasus peneliti mencoba menemukan semua variabel penting yang melatar belakangi timbulnya variabel tersebut.7 Studi kasus dapat digunakan secara rinci satu setting, satu subjek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangat dipentingkan dan bertindak sebagai instrumen kunci pengumpul data, sedangkan instrumen lain hanya sebagai penunjang, ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.8
6
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 35-36. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), 314. 8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), 164. 7
7
Jadi penelitian berinteraksi sosial dengan seluruh staf Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar untuk mendapatkan data tentang keadaan Bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dengan pengamatan penuh sebagai peneliti. 3. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini adalah di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo, yang berada di Desa Ngabar Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo, kurang lebih 7 km arah selatan kota Ponorogo. 4. Sumber Data Sumber data adalah subjek dimana diperoleh.9 Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain.10 Dengan ini sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Adapun yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini adalah ketua Guru BK, ustadzah pembimbing rayon, OSWAS, dan santri. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik. Apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi 9
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), 114. 10 Moloeng, Metodologi Penelitian, 157.
8
pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subjek). a. Teknik Wawancara Wawancara adalah komunikasi 2 orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.11 Sedangkan dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah : wawancara “semi structured”. Dalam hal ini mula-mula interviwer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstuktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.12 Dalam penelitian ini orang-orang yang diwawancarai adalah : 1) Guru BK yaitu untuk memperoleh informasi tentang bagaimana bentuk-bentuk kegiatan BK di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. 2) Guru BK yaitu untuk memperoleh informasi tentang
faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan BK di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
11
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), 180. 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 202.
9
3) Ustadzah Pembimbing Rayon yaitu untuk memperoleh informasi tentang bentuk-bentuk kegiatan BK di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. 4) OSWAS yaitu untuk memperoleh informasi tentang proses pelaksanaan BK di Pondok Pesantren Wali Songo 5) Santri
yaitu
untuk
memperoleh
informasi tentang
proses
pelaksanaan BK di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. b. Observasi Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.13 Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi dimana pengamat bertindak sebagai partisipan. Peneliti mengamati bentukbentuk kegiatan guru BK, proses pelaksanaan dan factor pendukung dan penghambatnya. Kemudian hasil obsevasi dicatat dalam Catatan Lapangan (CL) yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan tentang kegiatan BK dan segala sesuatu yang dapat melengkapi fokus penelitian seperti keadaan fisik, dialog yang diungkapkan selama pengamatan berlangsung.
13
Nana Sudjana & Ibrahim, Penelitian & Penilaian Pendidikan (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2001), 109.
10
c. Teknik Dokumentsi Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak hal, dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Teknik
dokumentasi
digunakan
oleh
peneliti
untuk
mengumpulkan data dari non insani, sumber ini terdiri dari dokumen yang dikumpulkan peneliti sebagai data adalah dokumentasi tertulis yang disusun oleh lembaga yang digunakan untuk penelitian yaitu Pondok Pesantren Wali Songo, dokumen tersebut diambil dari profil Pondok Pesantren Wali Songo lalu hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkrip dokumentasi. d. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami temuannya, seperti diinformasikan pada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualiatatif dilakukan secara
11
interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data meliputi data reduction,14 data display15 dan conclusion,16 langkah-langkah analisis ditujukan pada gambar berikut:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data Kesimpulankesimpulan penarikan/ verivikasi Keterangan : a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada halhal yang penting, membuat kategori dengan demikian data yang direduksi
memberikan
gambaran
yang
lebih
jelas
dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. b. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, data chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama
14 Miles, Mattew & A. Michael Huberman, Analis Data Kualitatif, (Terj). Tjetjep Rohidi (Jakarta : U.I Press, 1922), 16. 15 Ibid., 17. 16 Ibid., 19.
12
penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi, proses pengambilan kesimpulan deduksi dan konduksi. e. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep keaslian (validitas) dan keandalan (reabilitas) derajat kepercayaan keabsahan data (kreadibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan ini dilaksanakan peneliti dengan cara : 1) Mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
berkesinambungan terhadap hal-hal yang berhubungan
secara dengan
pelaksanaan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo dengan kesesuaiannya dengan konsep bimbingan dan konseling. 2) Menelaah secara rinci pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh hal tentang keadaan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo sudah dipahami secara biasa.
13
Hal ini menggunakan teknik triangulasi dengan sumber hal ini dapat dicapai peneliti dengan jalan : 1) Membandingkan hasil pengamatan tentang keadaan bimbingan dan konseling dengan data hasil wawancara. 2) Membandingkan apa yang dikatakan guru dengan yang dikatakan siswa. 3) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo. G. Sistematika Pembahasan Pada skripsi ini dibagi menjadi 5 bab, dengan uraian sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan, yang berfungsi sebagai pola dasar pemikiran dari isi keseluruhan penelitian yang terdiri dari : Latar belakang masalah, Fokus penelitian, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat
penelitian,
Metode
penelitian
dan
Sistematika
pembahasan. Bab II : Konsep bimbingan dan konseling, bab ini sebagai landasan teoritis yang menjelaskan tentang konsep bimbingan dan konseling. Landasan bimbingan dan konseling, tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling, asas-asas bimbingan dan konseling, metode dan teknik bimbingan dan konseling. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam pendidikan meliputi : layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan, peranan bimbingan
14
konseling dalam pendidikan, bidang-bidang bimbingan dan konseling dalam pendidikan. Bab III : Implementasi bimbingan dan konseling di PPWS Ngabar. Bab ini sebagaimana penyajian data terkait dengan deskriptif singkat keadaan lokasi penelitian yang diperoleh dari data umum, meliputi : sejarah berdirinya, letak goegrafis, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, dan data khusus meliputi: data mengenai bentuk-bentuk kegiatan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren
Wali
Songo
Ngabar,
data
mengenai
proses
pelaksanaan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, data mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat kegiatan bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. Bab IV : Analisa tentang implementasi Bimbingan dan konseling. Bab ini sebagaimana analisis data bentuk-bentuk kegiatan bimbingan dan konseling, proses pelaksanaan bimbingan dan konseling, faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat
pelaksanaan
bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. Bab V : Penutup, Merupakan akhir dari penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang terkait dengan hasil penelitian.
15
16
BAB II KAJIAN TEORI MENGENAI BIMBINGAN DAN KONSELING A. Konsep Bimbingan Dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “ menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Definisi bimbingan sebagaimana yang dikemukakan dalam year’s book of education adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya
agar
memperoleh
kebahagiaan
pribadi
dan
kemanfaatan sosial. Menurut Athur J. Jones, yang dikutip oleh A. Hallen dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan konseling mengatakan bahwa bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. Rachman Natawidjaja yang dikutip oleh A. Hallen dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan konseling
menyatakan
bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu 15
17
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.17 Selanjutnya Bimo Walgito menyatakan bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. 18 Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan a) suatu proses yang berkesinambungan, b) suatu proses membantu individu, c) bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan atau potensinya, dan d) kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.19
17 18
1.
19
A. Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2002),2-5 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Yogyakarta: Andi Offest,1995), Soetjipto, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 62.
18
b. Pengertian Konseling Secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau memahami” sedangkan dalam bahasa anglo-saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.20 Sedangkan dalam bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologis “to give advice” yaitu memberi saran atau nasehat.21 Dan dalam
kamus besar bahasa
Indonesia, konseling yaitu pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya, Pengarahan, pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli, sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah.22 Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat.
Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling
karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan-kegiatan penyuluhan lain seperti penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan
dalam keluarga berencana, untuk
menekankan kekhususannya itulah maka dipakai istilah bimbingan dan konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, 20
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 99. 21 Hallen, Bimbingan dan Konseling, 9. 22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 588.
19
sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini.23 Banyak ahli yang memberikan makna tentang pengertian konseling, diantaranya: Menurut Jones yang telah dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar bimbingan dan konseling mengatakan konseling adalah kegiatan di mana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa yang difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan dimana ia memberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan
pada perkembangan yang progresif dari individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.24 Menurut Tolbert yang telah dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar bimbingan dan konseling mengatakan konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Menurut Blocher yang telah dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar bimbingan dan konseling mengatakan membantu individu agar dapat menyadari 23 24
Soetjipto, Profesi Keguruan, 63. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 100.
20
dirinya sendiri dan memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan
yang
diterimanya,
selanjutnya,
membantu
yang
bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku dimasa yang akan datang. Menurut Lewis yang telah dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar bimbingan dan konseling mengatakan proses mengenai seorang individu yang sedang mengalami masalah (klien), yang menyediakan informasi dan reaksireaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku yang memungkinkan berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan lingkunganya.25 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa kegiatan konseling itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pada umumnya dilakukan secara individual. 2) Pada umumnya dilakukan dalam suatu penjumpaan tatap muka. 3) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli. 4) Tujuan pembicaran dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien. 5) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuan sendiri.26
25 26
Ibid., 105-110 Soetjipto, Profesi Keguruan, 63.
21
Sejak tahun 1960-an istilah bimbingan dan penyuluhan seperti telah memasyarakat, khusus di kalangan persekolahan. Namun sejak awal 1970-an muncul pemakaian istilah penyuluhan yang sama sekali di luar pengertian konseling sebagaimana dimaksudkan semula. ”penyuluhan” dalam pengertiannya yang kemudian itu lebih mengarah pada usaha-usaha suatu badan, baik pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman, sikap dan keterampilan warga masyarakat berkenaan dengan hal tertentu misalnya: penyuluhan pertanian bermaksud meningkatkan kesadaran, pemahaman, sikap dan keterampilan warga masyarakat khususnya petani. Sejak tahun 1980-an, gerakan bimbingan mulai digalakkan dengan penggunaan istilah konseling. Para pemakai istilah ini sengaja memakainya untuk benar-benar menampilkan pelayanan yang sebenarnya dari usaha yang dimaksudkan itu lebih jauh, pemakaian istilah konseling juga dimaksudkan untuk menggantikan istilah penyuluhan yang ternyata sudah dipakai secara lebih meluas untuk pengertian yang lebih bersifat non konseling. 27 2. Landasan Bimbingan dan Konseling Setelah memahami pengertian bimbingan dan konseling dari penjelasan di atas selanjutnya akan diuraikan beberapa hal yang menjadi landasan pelayanan bimbingan dan konseling. Landasan tersebut meliputi landasan filosofis, religius, psikologis, sosial budaya dan pedagogis.
27
Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 106-108.
22
a. Landasan Filosofis Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa yunani: “philos” berarti cinta, dan “shopos” berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Dalam kamus Webster New Universal
memberikan pengertian bahwa filsafat merupakan ilmu
yang mempelajari kekuatan yang didasari proses berfikir dan bertingkah laku,
teori tentang prinsip- prinsip atau hukum-hukum
dasar yang mengatur alam semesta serta mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk ke dalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika dan lain-lain. Mengingat makna filosofis yang berarti cinta kebijaksanaan, maka sesuai dengan pelayanan bimbingan dan konseling yang dilandasi filosofis. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam membuat keputusan yang tepat. b. Landasan Religious Dalam landasan religius itu untuk layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan 3 hal pokok, yaitu: 1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan. 2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
23
3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu. c. Landasan Psikologis Psikologi mengkaji tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis
dalam
bimbingan
dan
konseling
berarti
memberikanpemahaman tentang tingkan laku individu. Yang menjadi sasaran layanan adalah (klien) sedang yang menjadi bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang ingin dikehendakinya.28 Tujuan yang dimaksud adalah dimana sebagai layanan yang membantu masalah yang dihadapi klien. Untuk lebih jelasnya tujuan ini dapat kita perjelas dengan 5 poin, yaitu sebagai berikut: 1) Memfasilitasi perubahan tingkah laku klien 2) Meningkatkan
kemampuan
klien
untuk
menciptakan
dan
memelihara hubungan 3) Mengembangkan
keefektifan
dan
kemampuan
klien
memecahkan masalah 4) Meningkatkan proses pembuatan keputusan
28
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 137-139
untuk
24
5) Memfasilitasi perkembangan potensi klien. 29 Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di bidang psikologi yang perlu dikuasai, yaitu: 1) Motif dan motifasi 2) Pembawaan dasar dan lingkungan 3) Perkembangan individu 4) Belajar, balikan dan penguatan 5) Kepribadian. d. Landasan Sosial Budaya. Layanan
bimbingan
dan
konseling
yang
hendak
dikembangkan adalah untuk seluruh rakyat Indonesia dengan kebinekaan budayanya. Oleh sebab itu layanan bimbingan dan konseling seyogyanya tidak disamaratakan untuk semua klien dari latar belakang sosial budaya yang berbeda. Bimbingan dan konseling antar budaya yang mempertimbangkan nilai-nilai dan aspek-aspek sosial budaya lainnya yang hidup dalam masyarakat bangsa Indonesia yang beaneka ragam perlu dikembangkan. Konselor yang diharapkan akan berhasil dalam menyelenggarakan konseling antar budaya adalah mereka yang telah mengembangkan tiga dimensi kemampuan yaitu dimensi keyakinan dan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan klien antar budaya yang akan dilayani. e. Landasan Ilmiah dan Teknologi 29
Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling (Jakarta: Studia Press, 2006), 12-13
25
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut
teori-teorinya,
pelaksanaan
kegiatannya,
maupun
pengembangan-pengembangan itu secara berkelanjutan, pelayanan bimbingan dan konseling ini menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan, dan pengolahan lingkungan secara ilmiah. Bimbingan dan konseling baik teori maupun praktek pelayananya bersifat dinamis dan berkembang, seiring perkembangan ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring pula dengan perkembangan budaya manusia pendukung pelayanan bimbingan dan konseling itu. f. Landasan paedagogis Landasan paedagogis dalam bimbingan dan konseling ditinjau dari 3 segi, diantaranya: pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan pelayanan pembimbingan dan konseling.30
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling a. Tujuan bimbingan dan konseling
30
Prayitno dan Erman amti, Dasar-dasar Bimbingan dan konseling, 139-180.
26
Tujuan bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu mengalami perubahan, para ahli berpendapat mengenai hal ini, diantaranya: 1) Menurut pendapat Hamirin
dan kliford yaitu untuk membantu
individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian, dan interprestasi-interprestasi
dalam
hubungannya
dengan
situasi
tertentu. 2) Menurut pendapat Bradshow yaitu untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan 3) Menurut pendapat Tiedeman yaitu untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja. 4) Menurut pendapat Colleman tujuan BK yaitu a) Memberikan
dukungan
kepada
klien
untuk
mengatasi
permasalahan yang dihadapi b) Memberikan wawasan, pandangan, keterampilan dan alternatif baru kepada klien. c) Mengatasi permasalahan yang dihadapi klien. 5) Menurut pendapat Thompson yaitu agar klien dapat mengikuti kemauan-kemauan konselor pada masalah pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi, penyembuhan dan penerimaan diri sendiri.
27
6) Menurut
pendapat
Myers
yaitu
membantu
individu
untuk
memperkembangkan dirinya, dalam arti mengadakan perubahanperubahan positif pada diri individu tersebut. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan
dan
konseling
memperkembangkan
diri
adalah
secara
untuk
optimal
membantu sesuai
individu
dengan
tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya dengan berbagai latar belakang yang ada (keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya untuk menjadi insan yang berguna kehidupannya
yang
memiliki
berbagai
wawasan,
pandangan,
interprestasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat sesuai dengan diri sendiri dan lingkunganya.31 b. Fungsi Bimbingan dan Konseling Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh Karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling, fungsi-fungsi tersebut antara lain:
31
Ibid., 112-114.
28
1) Fungsi Pemahaman Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihakpihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, yang meliputi: a) Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik sendiri. b) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik. c) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (informasi pendidikan, sosial budaya, jabatan dan lain-lain) 2) Fungsi Pencegahan Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan
yang
mungkin
timbul
yang
dapat
mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan, kerugiankerugian tertentu dalam proses perkembangannya. 3) Fungsi Pengentasan Fungsi pengentasan disebut juga fungsi kuratif atau fungsi terapeutik yaitu pengobatan atau penyembuhan, dalam hal ini pelayanan
bimbingan
dan
konseling
berusaha
membantu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta di
29
dibaik dalam sifatnya, jenisnya maupun bentuknya. dalam pemberian bantuan ini bersifat konseling perorangan ataupun kelompok.32 4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantab, dan berkelanjutan, dengan harapan agar peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal. 5) Fungsi Advokasi Fungsi Advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal, yang diwujudkan melalui diselenggarakanya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang tekandung dalam fungsi-fungsi tersebut.33 4. Asas-Asas Bimbingan Konseling Dalam setiap melakukan kegiatan, seharusnya ada suatu asas yang melandasi dilakukanya kegiatan terssbut. Begitupun dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling, ada asas yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu. Diantara asas-asas yang dimaksud adalah: 32
Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konselingdi Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 68-69. 33 Hallen, Bimbingan dan Konseling, 55-58.
30
a. Asas kerahasiaan Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi / rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasian data yang diperoleh diklienya. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri klien. Selain itu juga akan menghilangkan rasa kekhawatiran klien terhadap adanya keinginan konselor / guru pembimbing untuk menyalahgunakan rahasia dan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.34 Allah SWT berfirman: 35
∩∇∪ tβθãã≡u‘ öΝÏδωôγtãuρ öΝÎγÏF≈oΨ≈tΒL{ öΝèδ tÏ%©!$#uρ
Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Qs, Al-Mu’minun: 8) b. Asas Kesukarelaan Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak klien maupun konselor, klien diharapkan secara
sukarela
tanpa
ragu-ragu
ataupun
merasa
terpaksa
menyampaikan masalah yang dihadapinya serta mengungkapkan segenap fakta, data, seluk beluk berkenaan dengan masalahnya kepada 34 35
Prayitno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 115. Depag RI, Al-qur'an dan terjemahnya, 527.
31
konselor dan konselor hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa / ikhlas. c. Asas Keterbukaan Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari koneselor maupun klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar malahan lebih dari itu. Diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien dapat dilaksanakan.36 d. Asas Kekinian Pada Umumnya bimbingan dan konseling bertitik tolak pada masalah klien di saat sekarang, namun pada dasarnya pelayanannya menjangkau dimensi waktu yang lebih luas yaitu masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Permasalahan yang dihadapinya sering bersumber dari rasa penyesalan dimasa lalu dan kekhawatiran menghadapi masa yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa yang harus dikerjakan pada saat ini. Oleh karena itu diharapkan agar
36
Prayitno dan Erman Amti, Dasar -dasar Bimbingan dan Konseling, 116.
32
konselor dapat mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang dihadapi sekarang.37 Alloh Swt berfirman:38 ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# āωÎ) ∩⊄∪ Aô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) ∩⊇∪ ÎóÇyèø9$#uρ ∩⊂∪ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menepati kesabaran. (Qs. Al-Ashr : 1-3) e. Asas Kemandirian Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri klien. Pada tahap awal konseling biasanya klien selalu menampakan sikap ketergantungan pada konselor dan sebenarnya sikap ketergantungan tersebut ditentukan dari bagaimana responrespon yang diberikan konselor terhadap klienya. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha untuk menumbuhkan sikap kemandirian didalam diri klien dengan cara memberikan respon yang cermat.39 Alloh Swt Berfirman:40 ( :IاKLMN ) ا3 ôMt6|¡tFø.$# $tΒ $pκön=tãuρ ôMt6|¡x. $tΒ $yγs9 4 $yγyèó™ãρ āωÎ) $²¡øtΡ ª!$# ß#Ïk=s3ムŸω
Artinya: Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang 37
Hallen, Bimbingan dan Konseling, 64. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1099. 39 Hallen, Bimbingan dan Konseling, 64. 40 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 72. 38
33
diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakanya. (Qs.Al-Baqoroh: 286) f. Asas Kegiatan Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadangkadang konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya dan klien itupun harus mampu melakukan kegiatan-kegiatan tersebut untuk mencaapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan, namun dalam hal ini konselor juga harus berusaha / mendorong agar kliennya mampu melakukan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut. g. Asas Kedinamisan Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan tejadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien kearah yang lebih baik dan untuk mewujudkan terjadinya perubahan tersebut konselor dan klien serta pihak lain untuk ikut kerja sama membntu pelaksanaan bimbingan dan konseling agar dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku klien41. Alloh SWT berfirman:42 3 öΝÍκŦàΡr'Î/ $tΒ (#ρçÉitóム4®Lym BΘöθs)Î/ $tΒ çÉitóムŸω ©!$# āχÎ) 3
Artinya: sesungguhnya alloh tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah dirinya sendiri (Qs. Ar-Radu: 11)
41 42
Hallen, Bimbingan dan Konseling, 66 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 370.
34
h. Asas Keterpaduan Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Oleh karerna itu konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan bisa membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien diantaranya guru, orang tua, dan siswa lain. i. Asas Kenormatifan Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat dan lingkunganya.
Seorang konselor tidak boleh
memaksakan nilai atau norma yang dianutnya itu kepada klienya. Konselor yang membicarakan secara terbuka dan terus terang segala sesuatu yang menyangkut norma dan nilai-nilai itu, bagaimana berkembangnya, bagaimana penerimaan masyarakat dan akibatnya apabila norma-norma tersebut terus dianut. Sehingga klien memiliki wawasan yang cukup luas dalam mengambil keputusan tentang norma dan nilai-nilai yang akan dianutnya j. Asas Keahlian Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai, pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang
35
ditampilkan oleh konselor / guru pembimbing untuk menunjang hasil konseling.43 Alloh SWT berfirman:44 ( y7Ï9öθym ôÏΒ (#θ‘ÒxΡ]ω É=ù=s)ø9$# xá‹Î=xî $ˆàsù |MΨä. öθs9uρ ( öΝßγs9 |MΖÏ9 «!$# zÏiΒ 7πyϑômu‘ $yϑÎ6sù ©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGsù |MøΒz•tã #sŒÎ*sù ( Í÷ö∆F{$# ’Îû öΝèδö‘Íρ$x©uρ öΝçλm; öÏøótGó™$#uρ öΝåκ÷]tã ß#ôã$$sù ∩⊇∈∪ t,Î#Ïj.uθtGßϑø9$# =Ïtä† Artinya: maka disebabkan dengan rahmat dari alloh, kami berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu karena itu maafkanlah mereka dan beermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai mereka yang bertaqwa kepada-NYA. (QS. Ali-Imron: 159) k. Asas Alih Tangan Asas Alih tangan dalam bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan apabila konselor sudah berusaha mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien. Namun apabila klien tersebut belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim kliennya kepada petugas atau badan yang lebih ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh klien tersebut.45 Alloh SWT berfirman:46 Wξ‹Å2uρ öΝÍκön=tã y7≈oΨù=y™ö‘r& !$tΒuρ 4 öΝä3ö/Éj‹yèムù't±o„ βÎ) ÷ρr& ö/ä3ôϑymötƒ ù't±o„ βÎ) ( ö/ä3Î/ ÞΟn=ôãr& ö/ä3š/§‘
43
Hallen, Bimbingan dan konseling, 66-67. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 103. 45 Prayitno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan konseling, 119. 46 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 432. 44
36
Artinya: katakanlah, bahwa setiap orang itu seharusnya bekerja sesuai dengan bakat atau kemampuan masing-masing, maka tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanya. (Qs. Al-Isra’: 54) l. Asas Tut Wuri Handayani Asas ini menujuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien, yang menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun diluar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.47
5. Metode dan Tekhnik Bimbingan dan Konseling Lazimnya bimbingan dan konseling memiliki metode dan tekhnik masing-masing, tetapi disini keduanya digabungkan untuk mempermudah pembalasan. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diiperoleh hasil memuaskan, sementara tekhnik merupakan penerapan metode tersebut dalam praktek. dalam hal ini kita melihat bimbingan dan konseling sebagaai proses komunikasi, maka metode bimbingan dan konseling islami diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut. Pelaksanaan bimbingan dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan kelompok dan individual atau kedua bentuk itu dilaksanakan secara beruntun dan bervariasi.
47
Prayitno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 120.
37
a. Bimbingan Kelompok (Group Guidance) tehnik ini digunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalahmasalah dengan melalui kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok di lakukan terhadap kelompok siswa yang terutama menemukan masalah atau kesulitan yang sama atau sejenis. Pelaksanaannya di lakukan bersama-sama, di mana guru dan siswa lainya bertindak sebagai pembimbing. Bimbingan individual di lakukan secara perorangan berdasarkan jenis masalah atau kesulitan dan keadan pribadi siswa dengan menyediakan waktu dan tempat yang agak khusus.48 Beberapa bentuk khusus tekhnik bimbingan kelompok yaitu: 1. Home room program (program home room) yaitu: Suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yg dianggap perlu. 2. Karyawisata atau field trip karyawisata atau field trip disamping berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu tekhnik dalam bimbingan kelompok. dengan karyawisata murid mendapat kesempatan meninjau obyek-obyek
48
199.
Oemer hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru Algisindo, 2002),
38
yang menarik dan mereka nmendapat informasi yang lebih baik dari obyek itu. 3. Diskusi kelompok Diskusi kelompok merupakan salah satu cara dimana muridmurid akan mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama.
setiap
murid
mendapat
kesempatan
untuk
menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. 4. Kegiatan kelompok Kegiatan kelompok dapat merupakan tekhnik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Dengan kegiatan ini setiap anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan
pikirannya.
Juga
dapat
mengembangkan
tanggung jawab. 5. Organisasi murid Melalui organisasi ini banyak masalah-masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan murid dalam organisasi murid dapat mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.
39
6. Sosiodrama Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tekhnik didalam memecahkan masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain
peranan.
Didalam
sosiodrama
ini
individu
akan
memerankan suatu peranan tertentu dari suatu situasi masalah sosial . 7. Psikodrama Psikodrama adalah tekhnik untuk memecahkan masalahmasalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya
suatu
ketegangan
psychis
yang
dialami
oleh
individu.kemudian murid-murid diminta untuk memainkan dimuka kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi keteganganya. 8. Remedial teaching Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial teaching
ini
mungkin
berbentuk
penambahan
pelajaran,
40
pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu. Tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid.
b. Penyuluhan Individual (Individual Counseling) Konseling atau penyuluhan merupakan salah satu tekhnik pemberian
bantuan
secara
individual
dan
secara
langsiung
berkomunikasi. dalam tekhnik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat face to face relationship (hubugan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara konselor dengan kasus. Masalah yang diiipecahkan melalui tekhnik counseling ini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi. Pada umumnya dikenal ada tiga tekhnik khusus dalam counseling yaitu: 1. Direktife Counseling, yaitu tekhnik counseling dimana yang paling berperan
ialah
konselor;
counselor
berusaha
mengarahkan
counselee sesuai dengan masalahnya. 2. Non- Direktife Counseling, tekhnik ini kebalikan dari tekhnik diatas, yaitu semua yang berpusat pada counselee. Counselor hanya menampung
pembicaraan,
yang
berperan
ialah
counselee.
Counselee bebas bicara sedangkan counselor menampung dan mengarahkan.
41
3. Eclective counseling, yaitu campuran dari kedua tekhnik diatas49
B. PELAKSANAAN
BIMBINGAN
DAN
KONSELING
DALAM
PENDIDIKAN 1. Layanan bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Adapun Macam-Macam bentuk layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan diantaranya: a. Layanan orientasi Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru itu. b. Layanan Informasi Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan , informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien). Layanan ini disediakan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan karena kekurangan atau ketidak tahuan akan informasi antara lain
49
I Djumhur Dan Surya , Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, ( Bandung: CV Ilmu, 1976 ), 106-107
42
dengan cara memberikan informasi dalam bentuk bulletin, brosur, brooklet, dan lain-lain. 50 c. Layanan penempatan dan penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran didalam kelas, kelompok belajar dan lain-lain) d. Layanan pembelajaran Layanan
pembelajaran
adalah
layanan
bimbingan
dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. e. Layanan konseling perorangan Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya. f.
Layanan bimbingan kelompok Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-
50
Nana Syahodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 238
43
sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan / atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan tertentu. g. Layanan konseling kelompok Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok: masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. Bimbingan dan konseling yang berkedudukan sebagai bagian integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan disekolah dalam pelaksanaannya
mempunyai
beberapa
pola
atau
kemungkinan
operasionalnya. pola-pola bimbingan dan konseling tersebut adalah sebagai berikut: a. Bimbingan identik dengan pendidikan (guidanceas identical with education) menurut pola ini bimbingan itu identik dengan pendidikan karena prinsip dan tujuan yang ingin dicapai sama yakni
mengantarkan
individu
peserta
didik
untuk
44
mempertumbuhkan
dan
memperkembangkan
dirinya
secara
optimal. b. Bimbingan sebagai pelengkap pendidikan (guidance as a complement to education). Pola ini beranggapan bahwa didalam sistem pendidikan yang berjalan sekarang, banyak ditemukan celah-celah dan kekurangan. Pada pola ini kegiatan bimbingan dan konseling tidak melibatkan guru / dosen dan pendidik karena ada lembaga khusus yang akan menanganinya secara professional. c. Bimbingan dan konseling bagian dari kurikulum (curiculer guidance and counseling). Pola ini ditandai dengan disediakannya jam-jam pelajaran khusus memberikan pelayanan bimbingan secara kelompok. d. Bimbingan dan konseling bagian dari layanan urusan kesiswaan (student personal service) pada pola ini pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian dari serangkaian kegiatan pembinaan pribadi peserta didik, yang melembaga untuk mendukung kesuksesan dan kelancaran studi para peserta didik. e. Bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan (guidance as a sub system of education). Pola ini didasarkan atas pemikiran bahwa bimbingan merupakan suatu sistem, yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.51
51
Hallen, Bimbingan dan Konseling, 76-83.
45
2. Peranan Bimbingan dan Konseling Sekolah atau lembaga pendidikan, sebagaimana telah diketahui bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah. Yang berarti setiap lulusan adalah manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli baik secara akademis maupun profesional. Ditinjau dari segi tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikemukakan bahwa: "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi, diharapkan setiap lulusan memiliki empat kompetensi pokok, yaitu kompetensi religius, kompetensi akademis atau profesional, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi social".52 a. Kompetensi
religious
yaitu
seperangkat
kemampuan
untuk
mengendalikan diri agar tidak melanggar perintah Alloh SWT dan
52
UU. No 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) (Bandung: Citra Umbara, 2003), 19.
46
sebaliknya tidak memperturutkan segala sesuatu yang dilarang oleh Alloh SWT. b. Kompetensi akademis atau profesional adalah seperangkat kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya dimilikinya sesuai dengan
bidangnya
masing-masing
serta
pengaplikasian
ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. c. Kompetensi kemanusiaan atau individual adalah kemampuan para tamatan suatu lembaga pendidikan agar mampu mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri dan pemahaman diri. d. Kompetensi kemasyarakatan adalah kemampuan para tamatan sekolah atau lembaga pedidikan untuk memahami bahwa dirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengemban tugasnya sebagai anggota masyarakat dan warga negara Indonesia. Dari penjelasan di atas dapat dilihat peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan, yakni sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003. Peran ini dimanifestasikan
dalam
bentuk
membantu
para
peserta
untuk
mengembangkan kompetensi religius, kemanusiaan dan sosial. Serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi
47
akademik dan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.53 3. Bidang-Bidang Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pelayanan BK di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis, terarah dan berkelanjutan. Oleh karena itu pelayanan BK selalu memperhatikan karakterisrtik tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta didik, maka dalam hal ini akan diuraikan bidang-bidang BK secara umum tanpa memperhatikan strata dan karakteristik lembaga pendidikan. Bidangbidang BK tersebut yaitu: a. Bidang Bimbingan Pribadi Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ,mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. b. Bidang Bimbingan Sosial Dalam bidang bimbingan sosial, dan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. c. Bidang Bimbingan Belajar Dalam bidang bimbingan belajar, dan pelayanan bimbingan dan konseling 53
Ibid., 50-52.
membantu
peserta
didik
untuk
menumbuhkan
dan
48
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan. d. Bidang Bimbingan Karier Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier.54
54
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan, 106-110.
49
BAB III IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI PONDOK PESANTEREN WALI SONGO NGABAR A. Data Umum 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Wali Songo. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, penyiaran agama Islam pada umumnya mengalami hambatan dan kesulitan. Demikian halnya di Desa Ngabar yang keadaannya masih sangat mundur, baik di bidang ekonomi, pendidikan maupun sosial budaya, terutama di bidang pengamalan agama Islam. Berjudi, minum candu dan minum-minumam keras adalah di antara perbuatan munkar yang biasa dilakukan. KH Mohammad Thoyyib salah seorang penduduk Desa Ngabar yang alumnus Pondok Pesantren Salafiyah, bercita-cita dan berkemauan keras untuk menunjukkan masyarakatnya ke jalan lurus, jalan yang mestinya mereka lalui, yakni jalan Allah SWT Untuk mewujudkan cita-citanya yang luhur itu, halangan demi halangan, kesulitan demi kesulitan beliau singkirkan dengan perjuangan yang sangat gigih. Beliau berpendapat bahwa jalan pendidikan adalah jalan yang paling tepat untuk melaksanakan tujuan mulianya itu. Dengan kesadaran ini, dimasukkannya putra-putranya di Pondok-Pondok Pesantren Salafiyah yang berada di Ponorogo, seperti Pondok Pesantren Joresan dan Pondok Pesantren Tegalsari. Kemudian untuk penyempurnaan pembinaan kader-kader ini dimasukkannya putra-putranya ke Pondok Modern
50
Darussalam Gontor. Dia ajak pula kawan seperjuangannya untuk turut serta mengkaderkan putranya ke pondok-pondok tersebut. Langkah berikutnya, pada tahun 1946 didirikan Madrasah Diniyah yang ditangani oleh: Ahmad Thoyyib, Ibrohim Thoyyib, Imam Badri dan kawan-kawan yang lain. Madrasah Diniyah yang masuk sore hari, kemudian diubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah dan masuk pada pagi hari. Sebagai kelanjutannya pada tahun 1958 didirikan Madrasah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Setelah Madrasah ini berjalan 3 (tiga) tahun (1961) diselenggarakan sistem pendidikan Pondok Pesantren yang diberi nama Wali Songo. Pondok Pesantren Wali Songo ini didirikan oleh KH Mohammad Thoyyib, yang dibantu oleh para putera dan sahabatsahabatnya, pada hari Selasa tanggal 18 Syawal 1380 H, bertepatan dengan 4 April 1961 M. Pondok Pesantren ini diberi nama: “Pondok Pesantren Wali Songo” karena: 1. Santrinya yang pertama kali mondok berjumlah sembilan orang yang datang dari Jawa dan dari luar Jawa. 2. Optimisme agar para santri setelah selesai mondok dapat mengembangkan Dakwah Islamiyah sebagaimana diemban oleh para da’i terdahulu, yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar ini adalah lembaga pendidikan Islam tempat menggembleng pemuda dan pemudi Islam dengan berbagai pendidikan dan pengajaran, termasuk ilmu-ilmu agama maupun umum. Semenjak awal berdirinya
51
sampai sekarang dan seterusnya, bebas dari afiliasi dengan partaipartai politik dan golongan-golongan. Pondok Pesantren Wali Songo ini terletak di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur, pada kilometer tujuh arah selatan kota Ponorogo.55
2. Letak geografis Pondok Pesantren Wali Songo Pondok Pesantren “Wali Songo” terletak di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, kode pos 63471. Kurang lebih 7 KM arah selatan kota ponorogo.56 3. Visi dan Misi a. Visi Menjadi pesantren bertaraf Internasional yang bertumpu kepada kemandirian, akuntabilitas dan jaminan mutu. b. Misi 1) Membentuk kader umat berkualitas, dengan menanamkan jiwa keiklasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan kebebasan. 2) Menghasilkan insan bertaqwa, beramal shalih, berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas, berjiwa wiraswasta.
1 Bahruddin, Zaki, Profil Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar (Ponorogo: Sekretariat Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, 2008), 3. 2 Ibid., 5.
52
3) Menjalankan manajemen pesantren yang profesional. Efektif, dan konsisten sebagai upaya peningkatan kinerja lembaga. 4) Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran melalui pembaharuan metodologi, bimbingan terarah dan pelatihan. 5) Mengupayakan pemberdayaan ekonomi dengan unit–unit usaha dan peningkatan jaringan kerja (network)57
4. Struktur Organisasi Tarbiyatul Mu’alimat Al-Islamiyah Di dalam lembaga pendidikan perlu adanya penataan kestrukturan untuk memudahkan pembagian tugas dalam suatu organisasi, begitu pula dipondok pesantren wali songgo Ngabar. Dengan adanya struktur organisasi akan terjalin kerjasama untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan. Adapun struktur personalia Tarbiyatul Mu'alimat Al-Islamiyah adalah sebagai berikut:58 Direktur
: H. Moh Tolhah, S. Ag.
Wakil direktur
: Dra Umi Fariyah Darul Lailatul Qomariah, M. Ag.
Bagian adminitrasi umum
: Rumdianah Ayu Efanti Oktaviana R. U
Bagian Kedisiplinan Guru dan Kurikulum
: Sudarsih B.A Dra. Fathul Jannah Lisna Yunita, SHI
Bagian Bimbingan dan 57 58
: Arini Hidayati HF, S. Ag
Ibid., Lihat Dalam Lampiran 7 Laporan Hasil Penelitian ini
53
Penyuluhan
Rina Khusrini, SHI
Bagian Pengajaran
: Siti Saudah Ahmad, S. Ag Sulasminingsih, S. Pd. I Mufidatul Khoiriyah, S. Sos. I Ika Kurniawati
Bagian Kesiswaan
: Atina Hasanah Nur Ikrom Hasanah.
Bagian Sarana dan
: Istiqomah
Prasarana dan Laboran
Reni Royatul Kolidah
Bagian Perkantoran
: Siti Sudartin
dan Perpustakaan
Suci Mar'atus Sholihah Srinatun
Bagian Humas
: Reni Sulistyowati Azizah Rahmawati
5. Keadaan Guru dan Santri PPWS a. Keadaan guru Guru atau pengajar yang ada di PPWS adalah alumni PPWS Ngabar dan alumni perguruan tinggi lain, dengan latar belakang pendidikan S-1 dan S-2 dalam maupun luar negeri adapun jumlah guru di PPWS adalah 151 orang dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1 Tingkat pendidikan guru
54
No
Jenjang Pendidikan
Jumlah
1
Pasca sarjana
9
2
Sarjana
82
3
Diploma
5
4
KMI
6
5
TMT-I
50
Jumlah
151
Adapun keadaan guru di PPWS sebagaimana terlampir.59
b. Keadaan Santri di Tarbiyatul Mu'alimat Al-Islamiyah Santri yang ada di PPWS secara keseluruhan berjumlah: Tabel 3.2 Jumlah santri di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Kelas
1
1 Int
2
3
3 Int
4
5
6
Jumlah
42
31
42
59
25
55
72
88
414
Adapun keadaan santri di PPWS sebagaimana terlampir.60 6. Sarana dan Prasarana di Tarbiyatul Mu'alimat Al-Islamiyah Sarana dan prasarana yang ada di Tarbiyatul Mu'alimat Al-Islamiyah adlah sebagai berikut::61
59
Lihat Dalam Lampiran 6 Laporan Hasil Penelitian ini. Catatan Inventaris Kantor pada tanggal 10 Agustus 200 8. 61 Tim Penerbit Warta,Warta Tahunan, 18. 60
55
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
No
Sarana dan prasarana
Jumlah
1
Kantor guru dan ruang representative
5
2
Laboratorium IPA/ kimia
1
3
Laboratorium bahasa
1
4
Laboratorium computer
1
5
Ruang keterampilan menjahit
1
6
Perpustakaan
1
7
Masjid
1
8
Ruang kelas
15
9
Ruang tata usaha atau bagian
1
10
administrasi
1
11
Koperasi
1
12
Ruang BK
1
13
Aula
15
14
Kamar mandi
1
15
Ruang tamu
1
B. Data Khusus 1. Bentuk-bentuk kegiatan bimbingan dan konseling di PPWS
56
Pondok pesantren Wali Songo Ngabar tidak hanya sekedar memberikan ilmu keagamaan saja, akan tetapi lebih dari itu pembinaan mental dan moral santri juga menjadi prioritas utama. Dalam pelaksanaan kegiatan BK di PPWS guru BK dibantu oleh OSWAS dan ustadzah pembimbing rayon..62 Kegiatan BK di PPWS ini dilaksanakan selama 24 jam, jadi seluruh kegiatan dan tingkah laku santri selalu diawasi. Dalam kegiatannya BK tidak hanya menangani santri-santri yang bermasalah atau yang melakukan pelanggaran saja, tapi kapanpun santri membutuhkan bimbingan guru BK siap membantu.63 Layanan BK di PPWS ini lebih mengarah pada kegiatan pengasuhan karena santri di PPWS ini adalah tanggung jawab ustadzah
seluruh
yang ada di dalam pondok, jadi mereka selalu memperhatikan
tingkah laku santri dengan memberikan bimbingan dan nasehat seperti orang tua yang mendidik anaknya, seperti yang disampaikan oleh ustadzah Lia Rofiana sebagai berikut: “Guru BK disini memberikan layanan bimbingan setiap saat seperti orang tua memperhatikan anaknya, yang mana selama 24 jam kegiatan selalu diawasi”.64 Bentuk-bentuk kegiatan BK di PPWS adalah kegiatan pelayanan konseling perorangan dan kelompok yaitu pemberian pelayanan kepada santri melalui tatap
62
Lihat transkrip Wawancara Nomor: 02/2-W/F-1/15-VIII/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian 63 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 07/7-W/F-3/20-IX/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 64 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 02/2-W/F-1/15-VIII/2008, alam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini.
57
muka atau pertemuan perorangan dan kelompok. Dalam layanan perorangan santri dapat membahas masalahnya dengan pembimbingnya secara individu dan langsung, sedangkan dalam layanan kelompok santri datang kepada pembimbing beberapa orang kemudian membahas masalah yang mereka hadapi kepada pembimbingnya.65 . adapun kegiatan bimbingan dan konseling diantaranya dibantu oleh: a. Guru BK Adapun tugas-tugas guru BK antara lain: 1. Mengoptimalkan pengawasan dan pengontrolan pada setiap kegiatan yang dilaksanakan di PPWS. 2. Memberikn bimbingan kepada santri disaat santri membutuhkan.66 b. OSWAS 1. Meningkatkan mutu bahasa, penggunaan bahasa arab dan bahasa inggris dilakukan setiap hari. 2. Lebih mendisiplinkan santri dalam mengikuti kegiatan yang ada di PPWS. 3. memberikan pengarahan kepada santri dala setiap kegiatan.67 c. Ustadzah Pembimbing Rayon 1. Memberikan pengawasan dan pengotrolan rutin ke kamar serta melakukan pendekatan kepada santri
65
Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 05/5-W/F-3/12-IX/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 66 Lihat Transkrip Observasi Nomor: 02/O/F-3/12-IX/2008 Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 67 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/4-W/F-1/12-IX/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini.
58
2. Mengawasi santri dalam kegiatan belajar malam 3. Membantu santri menyelesaikan masalah yang dihadapi.68
2. Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Proses pelakasanaan BK di PPWS adalah jika ada suatu masalah atau pelanggaran pada santri, maka diselidiki dahulu latar belakang masalahnya dan ditindak lanjuti sesuai dengan tingkatan masalah atau pelanggaran yang dilakukan santri, dengan rincian sebagai berikut:69 1. Kegiatan pemanggilan Santri yang bermasalah atau yang melakukan pelanggaran dipanggil dan diminta untuk menemui pembimbing 2. Kegiatan pengintrogasian Setelah santri yang bermasalah datang menemui pembimbing kemudian ditanya alasan atau latar belakang masalah yang dialami. 3. Kegiatan penanganan masalah Setelah sudah jelas masalahnya, lalu tindakan yang selanjutnya adalah penanganan atau pemberian hukuman yang diberikan sesuai dengan tingkatan masalah atau pelanggaran yang dilakukan yang mana bentuk hukumannya adalah hukuman tertulis yaitu: hukuman yang sudah ditetapkan dan ditempel di kantor BK yang bisa dilihat dan dibaca santri
68 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 03/3-W/F-3/2-IX/2008 Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 69 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/4-W/F-1/12-IX/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Wawancara Penelitian ini.
59
kapan saja. Dengan itu santri bisa lebih mengerti bagaimana peraturan yang ada di PPWS dan apa sanksinya jika melanggar peraturan tersebut. Proses penanganan santri yang bermasalah atau melanggar dilakukan secara bertahap, yaitu: 1. Ustadzah pembimbing rayon, jika dengan ditangani atau diberi nasehat oleh ustadzah pembimbing rayon sudah selesai, maka sudah cukup dan tidak di permasalahkan tapi jika belum terselesaikan maka dapat diserahkan ke OSWAS 2. OSWAS, di sini OSWAS juga berwenang memberikan hukuman kepada santri yang melanggar peraturan pondok. Jika ada santri yang bermasalah OSWAS juga memberikan bimbingan dan nasehat, kemudian santri tersebut diberi hukuman sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan dan berdasarkan musyawarah seluruh anggota OSWAS. Jika masalah yang dilakukan santri dapat ditangani sendiri oleh OSWAS maka sudah cukup tapi jika OSWAS tidak dapat menyelesaikanya maka dapat diserahkan kepada guru BK. 3. Guru BK, santri yang bermasalah atau melakukan pelanggaran dan diserahkan kepada guru BK. Setelah mendapat laporan dari OSWAS, guru BK langsung menangani masalah tersebut dengan memberikan nasehat dan hukuman yang sesuai daengan tingkat pelanggaran. Jika guru bisa menangani masalah tersebut maka sudah cukup tapi jika belum bisa terselesaikan maka dimusyawarahkan dengan pimpinan pondok.
60
4. Pimpinan pondok, jika dalam menangani masalah guru BK belum bisa selesai maka dimusyawarahkan dengan pimpinan pondok kemudian hasil musyawarah tersebut dilaksanakan oleh guru BK.70 BK di PPWS banyak menangani masalah kedisiplinan pada peraturan pondok, masalah yang ditangani sebagian besar tentang santri yang melanggar peraturan pondok, masalah yang lain tentang santri yang mempunyai masalah pribadi dengan keluarga, teman, saudara atau keluhan-keluhan yang dialami di dalam pondok.71 Untuk mengatasi masalah santri yang melanggar peraturan pondok, PPWS menggunakan sistem sanksi atau hukuman dalam penanganannya. Santri diberi sanksi atau hukuman sesuai dengan tingkatan pelanggaran yang dilakukan. Masalah yang termasuk dalam peraturan diantaranya tentang kedisiplinan, sopan santun, akhlak dan tingkah laku, ketaatan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pondok, penggunaan bahasa dan kerapian.72 Adapun tingkatan pelanggarannya yaitu pelanggaran ringan, sedang dan berat. Setiap tingkatan pelanggaran tersebut mempunyai sanksi masingmasing.73 Kegiatan BK di PPWS dapat mendorong santri berakahlak mulia dan dari kegiatan-kegiatan yang ada di PPWS ini, santri dibiasakan untuk berlatih hidup
70
Lihat Trnskrip Wawancara Nomor: 05/5-W/F-3/12-IX/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 71 LIhat Transkrip Wawancara Nomor: 06/6-W/F-1/16-IX/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Wawancara Penelitian ini. 72 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/4-W/F-1/12-IX/2008, Dalam Lampiran laporan Hasil Wawancara Penelitian ini. 73 Lihat Transkrip Wawancara Nomor:07/7-W/F-3/20-IX/208, Dalam Lampiran Laporan Hasil Wawancara Penelitian ini.
61
mandiri, disiplin dan taat yang bisa membantu diri santri terbiasa ketika hidup di masyarakat. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan BK di PPWS a. Faktor Pendukung Faktor pendukung kegiatan BK di PPWS berasal dari kerjasama dengan OSWAS, Ustadzah dan santri. Faktor tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Dari Ustadzah Seluruh Ustadzah yang ada di dalam pondok ikut serta membantu pelaksanaan BK di PPWS terutama Ustadzah pembimbing rayon dan Ustadzah
ndalem
(yang berdomisili
didalam
pondok).
Ustadzah
pembimbing rayon selalu mengawasi dan membimbing kegiatan-kegiatan santri selama berada di lingkungan kamar atau rayon. Ustadzah pembimbing rayon selalu memberikan informasi dan laporan tentang keadaan santri dalam pertemuan 2 minggu sekali yang dilaksanakan oleh seluruh Ustadzah ndalem74. 2. Dari OSWAS OSWAS sebagai pelaksana kegiatan-kegiatan yang ada di PPWS juga mendukung kegiatan BK di PPWS, yang mana OSWAS selalu memberikan laporan kepada guru BK tentang kegiatan yang dilakukan di PPWS dan memusyawarahkan setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Dengan adanya laporan dari OSWAS dapat diketahui bagaimana aktivitas 74
Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/1-W/F-2/10-VIII/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini.
62
santri dan ketaatan santri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di PPWS.75 3. Dari santri Santri juga menjadi faktor pendukung kegiatan BK di PPWS, karena ketika ada santri yang bermasalah mau bekerja sama yaitu santri menepati panggilan dan mentaati atau melaksanakan sanksi yang diberikan atas pelanggaran yang telah dilakukan.76 Faktor pendukung tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Ustadzah Arini Hidayati: Faktor pendukung pelaksanaan kegiatan BK yaitu: - adanya kerajasama antar seluruh Ustadzah dan OSWAS dalam membimbing santri - pemberian laporan dari Ustadzah pembimbing rayon pada tiap-tiap 2 (dua) minggu sekali - adanya laporan dari OSWAS dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan di PPWS.77 b . Faktor Penghambat Faktor penghambat kegiatan BK di PPWS diantaranya berasal dari: 1. Santri (Ponorogo) Kesulitan mengawasi dan memperhatikan kegiatan dan tingkah laku santri yang berada di luar pondok atau biasa disebut "Anak Ponorogo" karena keadaan tempat tinggal yang jauh dari pondok dan tinggal di rumah masing-masing, jadi kegiatan-kegiatan
75
Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/4-W/F-1/12-IX/2008, Dalam Lampiran Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 76 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 06/6-W/F-1/16-IX/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 77 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/1-W/F-2/10-VIII/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Wawancara Penelitian ini.
63
selama dirumah tidak terkontrol secara penuh. Sebagaimana disampaikan oleh Ustadzah Latifah sebagai berikut: "Faktor penghambat kegiatan BK di PPWS yaitu kesulitan mengontrol kegiatan santri yang berdomisili di luar pondok (santri ponorogo)”78 2. Santri dalam pondok a. Santri terlalu beranggapan bahwa guru BK hanya menangani santri yang bermasalah saja. b. Kurangnya keberanian santri berkonsultasi atau menceritakan keluhan-keluhan yang dialami kepada guru BK.79 3.
Wali santri a. Kurangnya komunikasi guru BK dengan wali santri yang jauh tempat tinggalnya b. Kesulitan wali santri yang tempat tinggalnya jauh untuk mengetahui kegiatan santri di pondok, sebagaimana yang disampaikan oleh ustadzah Lia Rofiana sebgai berikut: “guru BK di sini kurang konsultasi dengan wali santri yang tempat tinggalnya jauh disaat santri mengalami masalah.” 80
adapun kegiatan bimbingan dan konseling diantaranya dibantu oleh: d. Guru BK Adapun tugas-tugas guru BK antara lain:
78
Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/1-W/F-2/10-VIII/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Wawancara Penelitian ini. 79 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 06/6-W/F-1/16-IX/2008. Dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 80 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 02/2W/F-1/15-VIII/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini.
64
3. Mengoptimalkan pengawasan dan pengontrolan pada setiap kegiatan yang dilaksanakan di PPWS. 4. Menertibkan santri yang izin pergi keluar pondok dengan memberikan kartu izin pribadi.81 e. OSWAS 4. Meningkatkan mutu bahasa, penggunaan bahasa arab dan bahasa inggris dilakukan setiap hari. 5. Lebih mendisiplinkan santri dalam mengikuti kegiatan yang ada di PPWS.82 f. Ustadzah Pembimbing Rayon 4. Memberikan pengawasan dan pengotrolan rutin ke kamar serta melakukan pendekatan kepada santri 5. Mengawasi santri dalam kegiatan belajar malam 6. Membantu santri menyelesaikan masalah yang dihadapi.83
81
Lihat Transkrip Observasi Nomor: 02/O/F-3/12-IX/2008 Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 82 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/4-W/F-1/12-IX/2008, Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 83 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 03/3-W/F-3/2-IX/2008 Dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini.
65
BAB IV ANALISA PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR
A. Analisa Tentang Bentuk-Bentuk Kegiatan BK di PPWS Berdasarkan data-data yang diperoleh dapat diketahui bahwa bentukbentuk kegiatan BK di PPWS putri adalah pelayanan konseling perorangan dan kelompok. Dalam konseling perorangan santri dapat membahas masalahnya dengan pembimbingnya secara langsung dan individu. Melalui cara tersebut, diharapkan santri dapat dengan leluasa menceritakan masalah yang dialaminya karena hanya melibatkan klien (santri) dengan guru pembimbing saja. Santri tidak perlu merasa canggung, malu dan ragu dalam bercerita karena tidak ada pihak atau orang lain yang mendengarkan. Sedangkan dalam konseling kelompok santri menghadap pembimbing secara bersama-sama kemudian menceritakan masalah yang mereka alami dan memecahkan masalahnya dengan pembimbing dan biasanya ini masalah yang berhubungan dengan organisasi. Dalam teori bimbingan dan konseling menjelaskan tentang asas-asas bimbingan dan konseling menjelaskan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling yang menggunakan asas kerahasiaan yang mana dalam hal ini konselor harus menjaga rahasia kliennya kepada siapapun. Dari semua keterangan yang ada penulis dapat menganalisis bahwa kegiatan di pondok pesantren wali songo ini sesuai dengan asas kerahasiaan
64
66
karena dengan asas kerahasiaan tersebut santri dapat menceritakan masalahnya kepada pembimbing tanpa rasa ragu masalahnya diketahui orang lain. Adapun dalam kegiatan bimbingan dan konseling ini antara lain dilaksanakan oleh guru BK, OSWAS, Ustadzah pembimbing rayon, dan pimpinan pondok. 1. Guru BK a. Lebih memberikan pengarahan kepada santri dalam segala hal b.Memberikan bimbingan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan di PPWS Dalam teori bimbingan dan konseling menjelaskan tentang landasan paedagogis yaitu tentang upaya pengembangan manusia dan bimbingan yang merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling dan pendidikan lebih lanjut sebagai inti dari tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. Dari keterangan di atas penulis dapat menganalisis bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling mengarah kepada pembentukan akhlak santri dengan melakukan pengawasan dan memberikan pengarahan dalam setiap kegiatan santri. 2. OSWAS Sebagai lembaga yang berperan dalam setiap kegiatan-kegiatan di PPWS, OSWAS juga ikut membantu kegiatan BK di PPWS, diantaranya: a. Selalu memberikan laporan kegiatan-kegiatan yang ada di PPWS
67
b.Lebih mendisiplinkan santri dalam mengikuti kegiatan yang ada di PPWS c. Memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada santri dalam setiap
kegiatan yang dilakukan Dalam teori BK menjelaskan tentang fungsi pemahaman dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantab, dan berkelanjutan agar tercapai perkembangan kepribadian secara optimal. Dan dalam teknik BK juga menjelaskan bahwa dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk mengenal berbagai aspek social,
mengaktifkan
murid
dalam
organisasi
sehingga
dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri. Dari keterangan di atas penulis dapat menganalisis bahwa upaya yang
dilakukan
OSWAS
sesuai
dengan
fungsi
pemahaman
dan
pengembangan tersebut karena dengan kegiatan yang dilakukan OSWAS santri dapat mengembangkan potensi dan menemukan jati dirinya dan bimbingan ini juga sesuai dengan bimbingan yang identik dengan pendidikan (gudances identical with education) karena prinsip dan tujuan yang ingin dicapai sama yaitu mengantarkan individu peserta didik untuk mempertumbuhkan dan memperkembangkan dirinya secara optimal. 3. Ustadzah pembimbing rayon a. Membantu santri menyelesaikan masalah yang dihadapi
68
b.Mengawasi santri dalam kegiatan belajar malam Dalam teori BK menjelaskan tentang layanan pembelajaran yaitu layanan BK yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Dari keterangan di atas penulis dapat menganalisis bahwa kegiatan yang dilakukan ustadzah pembimbing rayon sesuai dengan layanan pembelajaran tersebut karena ustadzah pembimbing rayon selalu membantu dan mengawasi santri dalam kegiatan belajar malam di kamar. 4. Pimpinan pondok 6) 7)
Memberikan pengarahan bagi para ustadzah Membantu menyelesaikan masalah yang belum bisa diselesaikan. Pimpinan pondok disini juga membantu pelaksanaan BK agar setiap
masalah yang ada dalam pondok dapat diselesaikan dengan baik.
B. Analisa Tentang Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Proses pelaksanaan BK di PPWS adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pengamatan Kegiatan ini dilakukan berdasarkan informasi yang di dapat tentang adanya pelanggaran yang dilakukan santri yang kemudian dilakukan pengamatan untuk lebih mengetahui apakah informasi yang diperoleh itu
69
benar, yang mana informasi tersebut bisa diperoleh dari guru, santri lain atau orang lain yang bersangkutan. Dalam teori bab 2 dijelaskan tentang asas keterpaduan yaitu perlu adanya kerjasama konselor dengan orang-orang yang diharapkan bisa membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien antara lain guru, orang tua, siswa lain. Dari keterangan di atas penulis dapat menganalisis bahwa kegiatan pengamatan di PPWS sesuai dengan asas keterpaduan yaitu untuk lebih memperkuat keterangan tentang santri yang bermasalah. 2. Kegiatan Pemanggilan Kegiatan ini dilakukan atas dasar informasi-informasi yang masuk dan data yang diperoleh yang mengatakan santri tersebut bermasalah dan santri
tersebut
mau
memenuhi
panggilan
pembimbing
untuk
menyelesaikan masalahnya dan menceritakannya kepada pembimbing . Dalam teori bab 2 di sebutkan asas-asas bimbingan dan konseling yang menjelaskan tentang asas keterbukaan yang mana dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun klien. Dari semua keterangan yang ada penulis dapat menganalisis bahwa kegiatan pemanggilan di pondok pesantren wali songo ini sesuai dengan asas keterbukaan karena dalam kegiatan ini santri yang bermasalah mau memenuhi panggilan guru BK untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
70
3. Kegiatan Pengintrogasian Kegiatan ini dilakukan agar dapat diketahui latar belakang masalah santri sehingga dapat disesuaikan langkah-langkah dan cara penanganan masalah yang ada dengan tepat. Kegiatan ini dilakukan dengan cara santri menghadap pembimbing secara langsung, kemudian menanyakan alasannya mengapa santri tersebut melakukan pelanggaran dan santripun harus mau menjelaskan alasannya dengan jujur dan jelas. Dalam teori bab 2 disebutkan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling diperlukan asas keterbukaan yang mana dalam hal ini diharapkan klien dapat berbicara jujur dan berterus terang pada konselor atas masalah yang dialaminya untuk mempermudah pemecahan masalah. Dari keterangan di atas penulis dapat menganalisis bahwa kegiatan ini sesuai dengan asas keterbukaan tersebut karena dengan keterbukaan dan kejujuran santtri akan masalah yang di hadapi lebih mempermudah pembimbing/konselor untuk menangani masalah yang ada sehingga dapat di temukan pemecahan masalah dengan tepat. Dilihat dari pelaksanaan BK diatas dapat disimpulkan bahwa BK di PPWS menggunakan metode langsung (metode kemunikasi langsung yang dilakukan dengan metode individual dan kelompok) 4. Kegiatan Pemberian bimbingan dan konseling Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, yaitu dari Ustadzah pembimbing rayon, OSWAS, guru BK, dan pimpinan pondok. jika dalam menyesaikan masalah dari pembimbing rayon tidak dapat terselesaikan
71
maka di serahkan pada OSWAS, dan jika dalam menyelesaikan masalah dan OSWAS tidak dapat terselesaikan maka di serahkan pada guru BK dan jika dan jika dalam menyelesaikan masalah guru BK tidak terselesaikan maka di musyawahkan dengan pimpinan pondok, dari hasil musyawarah inilah guru BK dapat melaksanakan apa yang menjadi keputusan bersama. Jadi ada koordinasi antara satu sama lain. Masingmasing bagian mempunyai peran dalam menyelesaikan masalah santri. Kerjasama dalam penanganan masalah di PPWS putri sudah cukup baik dan berjalan lancar. Dalam teori bab 2 menjelaskan tentang asas alih tangan yang mana dalam asas ini bimbingan dan konseling di laksanakan apabila konselor sudah berusaha membantu klien namun klien tersebut belum dapat terbantu, maka konselor dapat mengirim kliennya tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli untuk menangani masalah klien tersebut. Dari keterangan diatas penulis dapat menganalisis bahwa dalam kegiatan penangan yang terjadi di PPWS putri ini sesuai dengan asas alih tangan tersebut karena dalam memecahkan masalah jika satu pihak belum bisa menyelesaikan masalah kliennya maka di serahkan kepada pihak lain yang lebih ahli dalam menangani masalah tersebut. Bimbingan dan konseling di PPWS ini diberlakukan kepada seluruh santri yang ada di PPWS, tapi dalam penanganannya ada perbedaan antara santri lama dan santri baru. Santri lama dalam penanganannya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, sedangkan
72
santri baru dalam penanganannya masih ada dispensasi dalam artian santri baru masih harus mendapat bimbingan lebih karena mereka belum mengetahui seluk-beluk pondok, beda dengan santri lama yang sudah mengerti dan memahami peraturan yang ada. Seluruh ustadzah yang ada di PPWS dan OSWAS dianggap sebagai pembimbing karena mereka diberi tanggung jawab atas santri yang ada. Jadi setiap ada masalah atau ada santri yang membutuhkan bimbingan bisa dengan mudah dilayani. Layanan BK yang ada di PPWS yaitu konseling perorangan dan kelompok, dalam pelayanannya guru BK memberikan pelayanan secara individual yang bimbingannya langsung dilaksanakan antara pembimbing dengan klien, sedangkan secara kelompok bimbingan dilaksanakan antara pembimbing dengan santri yang berkumpul dalam suatu tempat atau ruangan untuk mendapatkan bimbingan. Dalam teori bab 2 diterangkan bahwa layanan konseling perorangan yaitu layanan yang berikan dengan cara tatap muka (secara perorangan)
dengan
guru
pembimbing
untuk
membahas
dan
mengentaskan masalah yang di hadapi sedang dalam bimbingan kelompok digunakan untuk membantu murid atau sekelompok murid dalam memecahkan masalah dengan melalui kegiatan kelompok. Dari semua keterangan yang ada penulis dapat mengalisis bahwa pelayanan yang BK di PPWS ini sesuai dengan layanan bimbingan dan konseling
di
bab
2
yaitu
layanan
konseling
perorangan
dan
73
kelompok.yang mana dalam layanan konseling perorangan santri dapat memecahkan
masalahnya
kepada
pembimbing secara perorangan
sedangkan dalam bimbingan kelompok santri dapat menyelesaikan masalahnya dengan pembimbing secara bersama-sama. Kegiatan BK di PPWS terfokus pada semua yang mencakup keseharian santri sesuai dengan peraturan pondok yang ada. Kegiatan ini dilakukan karena santri yang ada benar-benar dibimbing untuk bisa berakhlak mulia jadi segala tingkah laku yang dilakukan santri perlu selalu dibimbing.
C. Analisa Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan BK di PPWS 1. Faktor Pendukung Kegiatan BK di PPWS antara lain dari: a. Ustadzah pembimbing rayon Dalam hal ini ustadzah pembimbing rayon yang berperan aktif dalam memberikan informasi tentang santri baik kegiatan-kegiatannya, keadanan fisik (sehat atau sakit). Secara jelas dapat diterangkan bahwa peran Ustadzah pembimbing rayon lah yang selalu mengetahui dan memperhatikan keadaan santri selama dikamar. Jadi dapat lah dikatakan bahwa mereka dapat mengetahui tingkah laku santri secara langsung. Dalam teori bab 2 dijelaskan bahwa dalam pola bimbingan dan konseling sebagai sub system pendidikan (guidance as a sub system of education) berdasarkan atas pemikiran bahwa bimbingan merupakan
74
suatu system yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dari keterangan yang ada penulis dapat menganalisis bahwa bantunan dari ustadzah pembimbing rayon yang berupa informasi dan laporan tersebut sudah cukup baik dan sangat membantu kelancaran tugas guru BK dan sesuai dengan pola bimbingan
dan konseling
sebagai system (guidance as a sub system of education) b.OSWAS OSWAS juga sangat membantu pelaksanakan kegiatan BK, karena mereka lah yang melaksanakan seluruh kegiatan di PPWS ini. Dalam peranannya OSWAS selalu memberikan laporan atau hasil dari kegiatan yang dilaksanakan dari laporan tersebut dapat diketahui keaktifan dan tidaknya santri dalam mengikuti kegiatan yang ada di PPWS. Dalam hal ini OSWAS juga berperan sama seperti ustadzah pembimbing rayon yang selalu memberikan informasi dan laporan kepada dan sesuai dengan pola bimbingan dan konseling sebagai system (guidance as a sub system of education). c. Santri Santri yang mau memenuhi panggilan dari guru BK dan mau melaksanakan sanksi atau hukuman yang diberikan sangat membantu kelancaran
pelaksanaan BK di PPWS. Dengan ketaatannya mereka
75
dianggap bisa bertanggung jawab atas segala sikap dan tingkah laku yang dilakukan. Dalam teori bab 2 dijelaskan tentang asas kegiatan yaitu dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya dan klien itupun harus mampu melakukan kegiatan tersebut untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan. Dari semua keterangan yang ada penulis dapat menganalisis bahwa kegiatan bimbingan dan konseling di PPWS sesuai dengan asas kegiatan yang mana dalam hal ini santri mau melaksanakan tugas atau hukuman yangdiberikan sehingga dengan ini kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar. 2. Faktor Penghambat Kegiatan BK di PPWS antara lain dari: a. Santri Kurangnya keberanian untuk menceritakan masalahnya kepada guru BK karena menganggap hanya santri-santri yang bermasalah saja yang datang menemui guru BK. Dalam bab 2 dijelaskan tentang azas tut wuri handayani yaitu menciptakan hubungan antara konselor dan klien agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan konseling itu.
76
Dari keterangan di atas penulis dapat menganalisis bahwa kegiatan tersebut kurang sesuai dengan ketentuan yang ada karena santri masih merasa merasa takut untuk menceritakan masalahnya guru BK. b.Wali santri Bagi wali santri yang bertempat tinggal jauh kesulitan berkomunikasi langsung dengan guru BK dan kesuitan mengawasi kegiatan santri selama di dalam pondok
77
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk kegiatan BK di PPWS adalah pemberian layanan konseling perorangan
dan
kelompok.
Dalam
kenseling
perorangan
santri
mendapatkan bimbingan secara individual, sedangkan konseling kelompok dilaksanakan secara berkelompok. Hal tersebut sesuai pada keterangan pada bab 2 bahwa kegiatan BK yang di lakukan secara individu dan kelompok sangat penting dilakukan untuk membantu santri berakhlak mulia. Dalam kegiatan BK ini guru BK dibantu oleh OSWAS dan ustadzah pembimbing rayon. 2. Proses pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di PPWS yaitu melalui
kegiatan
pengamatan,
pemanggilan,
pengintrogasian
dan
penanganan masalah, sesuai dengan asas kerahasiaan, keterbukaan, dan asas alih tangan. 3. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan BK di PPWS adalah sebagai berikut: a. Faktor pendukung: guru bimbingan dan konseling bekerjasama dengan ustadzah pembimbing rayon, OSWAS dan para ustadzah lainnya. b. Faktor penghambat: kurangnya keberanian santri untuk menceritakan masalahnya kepada guru bimbingan dan konseling karena menganggap bahwa yang datang menemui guru bimbingan dan konseling hanya
76
78
santri yang bermasalah saja, selain itu juga karena kurangnya komunikasi antara guru dan wali santri yang bertempat tinggal jauh. B. SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin memberikan saransaran, diantaranya: 1.Guru BK lebih memberikan bimbingan kepada OSWAS dan ustadzah pembimbing rayon agar kegiatan BK dapat berjalan dengan baik 2.Penyelesaian masalah hendaknya dilaksanakan secara edukatif 3.Hendaknya selalu memberikan solusi dalam setiap masalah.
79
DAFTAR RUJUKAN A. Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Terayon, 1982. Ahmadi, Abu dan Rohani, Ahmad. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. _________________. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998. Baraja, Abubakar. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studia Press, 2006. Departeman Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah, 1993. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Djumhur. I. dan Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Bandung: CV. Ilmu.1976. Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Miles, Mattew dan Huberman, A. Michael.. Analisis Data Kulitatif. (terj.) Jakarta: Penerbit U.I. Press, 1992. Mulyana, Deddy. Metodologi Rosdakarya, 2004.
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Remaja
Meloeng, Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Prayitno. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Prayitno dan Ermananti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta,1999.
80
Soetjipto. Dan Kasasi, Raflis. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sudjana, Nana. Dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001. Sugiono. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Syaodih, Nana, Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005. Tim Penerbit Warta, Warta Tahunan PPWS. Ponorogo: Wali Songo Offest 2007. Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offest, 1995. UU. No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara. 2003