BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1 Potensi Alam Di Indonesia mempunyai banyak potensi alam yang dapat dikembangkan untuk menunjang perekonomian negara. Salah satu contohnya adalah potensi dari tanaman obat, yang merupakan tanaman asli khas Negara Indonesia. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), yang telah meneliti jumlah seluruh spesies tanaman obat diperkirakan sebanyak 20.000 spesies. 1 Dan berdasarkan data pengguna simplisia tanaman obat yang terdaftar pada Departemen Kesehatan RI cq Direktorat Pengawasan Obat Tradisional disebutkan hanya terdapat 350 spesies tanaman obat yang benar- benar digunakan sebagai bahan baku obat oleh masyarakat maupun industri jamu di Indonesia. 2 Kasiat dari tanaman obat sudah dikenal oleh beberapa Negara Eropa, seperti Belanda, Inggris, Spanyol, Italic, Perancis, Jerman, ini dapat terlihat dari presentase permintaan tanaman obat sekitar 37 sampai 285 ton pada Indonesia 3. Pengobatan alternative secara tradisional sudah diterapkan oleh nenek moyang untuk tujuan penyembuhan maupun perawatan kecantikan. Ini terbukti dari tulisan – tulisan kuno yang terdapat pada daun lontar dan juga pada tulisan dan gambar relief yang tertera pada candi Borobudur, tulisan itu berisi resep- resep obat tradisional jamu 4.
1
Widiyastuti,Yuli, Tanaman Obat komersial ,Jakarta,2004:8 Ibid, p.9. 3 Data statistic. 2000. Tanaman Obat- Obatan. Yogyakarta. 4 Tim marta tilaar, Budi Daya Tanaman Obat Rimpang,Jakarta ,2002: 3-4 2
1
1.1.2 Tanaman Obat Definisi dari tanaman obat Indonesia menurut Departemen Kesehatan RI, sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/ Menkes/IV/1978 adalah sebagai berikut: 1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu. 2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (procursor). 3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat. 5 Secara sederhana tanaman obat didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian , seluruh tanaman atau eksudat (sel) tanaman tersebut dapat digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat- obatan.
1.1.3 Tanaman Obat Di Kabupaten Sleman Yogyakarta Di Sleman terdapat potensi tanaman obat, ini terbukti dengan ditemuinya banyak lahan untuk pengembangan tanaman obat. Ini karena didukung Iklim dan luas lahan pertanian di kawasan Sleman Yogyakarta. Di Kabupaten Sleman mempunyai lahan sawah terluas diantara seluruh kabupaten yang ada di DI.Yogyakarta, yaitu 23,483.00 Ha. Dengan suhu udara rata –rata 25,4-27,4 derajat C. 6 Dengan banyaknya faktor pendukung maka tidak diragukan bahwa Kabupaten Sleman mampu menghasilkan potensi alam yang sangat baik. 5
Widiyastuti, op. cit, p.8 Direktorat Jendral Penataan Ruang, Buku Profil Penataan Ruang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,2003:4-5 6
2
1.1.4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat adalah suatu tempat yang digunakan untuk meneliti proses hidup dan fungsi tanaman obat, serta tempat untuk memelihara dan mengembangkan tanaman obat. Obat tradisional mulai tersisihkan semenjak jaman yang serba teknologi ini, obat terbuat dari bahan – bahan kimia yang lebih praktis, sehingga banyak masyarakat sekarang yang mengakui dan menyadari kemanjuran dari tanaman obat tapi tidak semua orang mampu mengolah tanaman obat, mereka hanya menkonsumsinya setelah menjadi jamu atau obat. Dengan adanya pusat penelitian dan pengembangan tanaman obat ini wisatawan dapat lebih mengenal lebih banyak lagi jenis –jenis tanaman obat dan dapat mempelajari cara / proses hidupnya. Serta mendorong masyarakat Indonesia agar dapat menggunakan obat tradisional yang lebih alami ( back to nature).
1.1.5 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Di Kabupaten Sleman Yogyakarta Dari perkiraan- perkiraan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, beberapa kegiatan pengembangan tanaman obat mulai dilakukan. Di Kabupaten Sleman telah banyak menarik minat masyarakat untuk mengembangkan tanaman obat, terbukti dengan banyak lahan yang digunakan untuk tanaman obat dan ditemui beberapa balai- balai kecil untuk penelitian tanaman obat. Sebuah fungsi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat yang dapat menampung beraneka ragam jenis tanaman obat untuk dikembangkan dan menjadikan sebagai tempat bagi masyarakat terutama pelajar dan orang-orang yang bergelut dibidang kedokteran, farmasi, perkebunan ,pertanian dan biologi agar dapat
3
menikmati potensi alam yang ada dan dapat ikut mempelajari dari proses hidup dan fungsi dari tanaman obat serta mengembangkannya. 7 Mengajak masyarakat setempat untuk bekerja sama dalam pengembangan tanaman obat sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat sehingga dapat merubah pola hidup menjadi lebih maju dan berkembang. Sehingga desain yang dipilih sebisa mungkin memberikan kenyamanan bagi tanaman yang ada , semua pengunjung dan menyatu dengan lingkungan sekitar.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana merancang Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat di Kabupaten SlemanYogyakarta, yang dapat mewadai berbagai jenis tanaman obat dan memberi kenyamanan bagi pengunjung serta lingkungan dengan arsitektur ekologi sebagai acuan perancangan.
1.3 Tujuan Merancang Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat di Kabupaten SlemanYogyakarta yang dapat mewadai berbagai jenis tanaman obat dan memberi kenyamanan bagi pengunjung serta lingkungan dengan arsitektur ekologi sebagai acuan perancangan
1.4 Sasaran •
Melakukan studi tentang pusat penelitian dan pengembangan tanaman obat dengan acuan bangunan laboratorium dan rumah kaca.
•
Melakukan studi tentang Sleman Yogyakarta. 7
Tjitrosoepomo, Gombong, Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan, Yokyakarta ,1994: 2-3
4
•
Melakukan studi tentang berbagai jenis tanaman obat.
•
Melakukan studi tentang habitat dari tanaman obat.
•
Melakukan studi tentang arsitektur ekologi.(struktur, penghawaan, pencahayaan, peruangan, dan sirkulasi)
1.5 Lingkup •
Laboratorium dibatasi pada laboratorium penelitian tanaman.
•
Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk gedung tersebut.
•
Berbagai jenis tanaman obat dibatasi pada jenis tanaman obat asli Indonesia.
•
Habitat tanaman obat dibatasi oleh habitat pada dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah.
•
Arsitektur ekologi dibatasi pada baik atau nyaman untuk penghuni, lingkungan, dan bangunan.
1.6 Metode 1. Metode Pencarian Data •
Wawancara Pada mahasiswa biologi, farmasi dan pengguna tanaman obat di Yogyakarta.
•
Studi pustaka atau literature Mempelajari buku-buku tentang tanaman obat, rumah kaca, laboratorium dan arsitektur ekologi.
2. Metode Analisa Data •
Pengolahan data secara kuantitatif
5
Pengolahan data yang diperoleh dari wawancara serta data lain diolah dengan mengubahnya menjadi data tabulasi ataupun skoring yang meliputi tanaman obat, jumlah peminat dan
pengguna tanaman
obat
di
jumlah Kabupaten
SlemanYogyakarta. •
Pengolahan data secara kualitatif Menganalisis
berbagai
data
untuk
mendapatkan
kelayakan
dari
Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Di Kabupaten Sleman Yogyakarta. 3. Metode Perancangan Menggunakan prinsip - prinsip arsitektur ekologi sebagai acuan perancang.
6
1.7 Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSAT
PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
TANAMAN OBAT DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Mengungkapkan potensi dan jenis dari tanaman obat yang ada di Kabupaten Sleman yogyakarta dan segala fasilitas yang menyertainya.
BAB III TINJAUAN TEORITIS ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT Mengungkapkan desain reguirement pusat pengembangan dan penelitian tanaman obat, dan penerapan arsitektur ekologi dalam perencanaan dan perancangannya.
BAB IV
PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT Mengungkapkan proses
untuk menemukan ide–ide konsep perencanaan dan
perancangan melalui metode– metode yang diaplikasikan pada lokasi site tertentu.
BAB V
KONSEP PERENCANAAN
DAN PERANCANGAN PUSAT
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT Mengungkapkan konsep- konsep yang akan ditransformasikan fisik arsitektural.
7
dalam
rancangan