BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 2.8.1. Perkembangan dan Prospek Pariwisata di Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang memilki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang sangat berlimpah. Beragam budaya, tradisi, dan etnis setiap daerah menjadi keunikan tersendiri yang mampu menjadi daya tarik terutama dalam hal kepariwisataan. Sejak diresmikannya tahun sadar wisata 1989 sampai tahun kunjungan wisata 1991 oleh presiden Soeharto
kala
itu,
kepariwisataan
indonesia
terus
dibenahi
dan
dikembangkan, dengan modal potensi dan keindahan alam indonesia menempatkan
sektor
pembangunan
nasional.
menghasilkan
devisa
kepariwisataan Hal
negara,
tersebut
sebagai juga
menambah
salah
satu
diharapkan
kesempatan
unsur mampu
kerja
dan
memperkenalkan indonesia di kancah internasional. Melihat tren pariwisata secara global pada tahun 2020, WTO ( World Tourism Organization ) mencatat perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang, dan diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan Asia-Pasifk. Perkiraan WTO tersebut terbukti juga mempengaruhi kepariwisataan Indonesia, selama Januari-Desember 2012 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke indonesia mencapat 8.044.462 orang, yang berarti meningkat 5,09 dibanding dengan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara
tahun
20111.
Kenaikan
jumlah
wisatawan
mancanegara ini dilihat dari sebagian besar pintu masuk utama antar negara seperti airport yang merupakan akomodasi utama wisatawan mancanagera berkunjung ke Indonesia, persentase kenaikan tertinggi tercatat di pintu masuk Bandara Husein Sastranegara, Bandung, sebesar 1
Badan Pusat Statistik, Perkembangan Pariwisata Dan Pusat Tranportasi Nasional Desember 2012, Berita Resmi Statistik, No. 10/02/Th. XVI, 1 Februari 2013, hlm 1
1
24,96 persen, diikuti Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta 17,45 persen, dan Bandara Sepinggan, Balikpapan 8,31 persen. Semakin tingginya minat wisatawan yang berkunjung ke Indonesia menuntut
pemerintah
dan
masyarakat
selaku
penggerak
roda
kepariwisataan, untuk terus mengembangkan dan mempromosikan segala daya tarik objek-objek wisata yang ada. Usaha-usaha yang mendukung kepariwisataan juga diharapkan mampu meningkatkan standart dan pelayanan untuk meningkatkan kenyamanan para wisatawan, seperti pada menunjukkan jumlah akomodasi dan penginapan berbasis hotel kian meningkat seturut dengan jumlah kunjungan di setiap daerah di indonesia. Meskipun kondisi ekonomi global saat ini belum stabil, pemerintah Indonesia
menargetkan
kunjungan
wisatawan
manacanegara
akan
mencapai jumlah kunjungan antara 8.500.000 sampai 9.000.000 orang pada tahun 2013. Hal tersebut berdasarkan peningkatan signifikan antara 7% 12,5% dari 8.044.462 kedatangan internasional pada tahun 20122. Selain wisatawan mancanegara, wisatawan domestikpun (dalam negeri, atau nusantara) diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan sejalan dengan semakin meningkatnya rata-rata pendapatan masyarakat. Biro Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat, perjalanan wisnus pada semester pertama 2012 meningkat 3,5 persen dibanding semester pertama tahun 2011 yang mencapai 236.752 juta perjalanan. Hal itu terlihat dengan kenaikan jumlah wisatawan ke beberapa tempat wisata seperti Candi Borobudur dan Prambanan, Pulau Komodo, Wakatobi, dan munculnya objek wisata baru seperti Trans Studio Bandung. Melihat angka-angka peningkatan kunjungan wisata, sebenarnya misi pemerintah untuk menjadikan kepariwisataan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional berlahan terwujud, dengan dukungan objek-objek wisata yang potensial serta usaha-usaha kepariwisataan yang terus
2
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, 2013
2
dibangun maka tidak pelak akan menjadikan indonesia sebagai negara tujuan wisata yang dikenal dunia.
2.8.2. Perkembangan dan Prospek Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, seni, wisata serta kota Budaya yang selalu memelihara dan menjaga adat istiadat nya. Selain dijuluki kota Gudeg, Yogyakarta juga dikenal dengan kerajinan batik dan perak yang sering dicari wisatawan sebagai cinderamata khas Yogyakarta. Setiap daerah-daerah di Yogyakarta memilki beberapa tempat wisata andalan yang menarik dan layak untuk dikunjungi oleh wisatawan baik Domestik maupun Mancanegara, jenis wisata yang ditawarkan pun beragam mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata belanja. Tak pelak dengan semakin banyaknya tempat-tempat wisata yang terbilang
komplit
maka
semakin
memikat masyarakat
luas
untuk
berkunjung ke Yogyakarta. Dalam beberapa tahun belakangan, dunia pariwisata Yogyakarta mengalami sedikit pergeseran, dari sebelumnya wisata pantai menjadi objek wisata yang paling diminati wisatawan kini berlahan beralih dengan semakin menjamurnya desa-desa wisata. Hal tersebut ternyata juga tren pada lokasi wisata di beberapa lokasi di indonesia, seperti Provinsi Bali melalui Dinas Kepariwisataannya menyatakan desa wisata merupakan objek yang dicari saat ini, dari 100 % wisatawan yang berkunjung 45% diantarannya memilih desa wisata sebagai objek utama. Banyak desa wisata pada beberapa daerah Yogyakarta yang baru bermunculan, setiap desa biasanya memilki keunikan tersendiri yang berbeda dari desa lainnya, hal tersebut ditonjolkan untuk menambah daya tarik desa sehingga laku untuk dijual. Desa Wisata Pentingsari di Sleman merupakan salah satu contoh desa wisata yang mulai berkembang, beberapa wisata yang ditawarkan berupa
3
paket-paket wisata short course (Kursus singkat) kesenian gamelan dan membatik.
Contoh
lainnya
adalah
Desa
Wisata
Gelaran
di
Kab.
Gunungkidul, yang menjual potensi wisata alamnya berupa Goa Pindul yang dikelola masyarakat desa menjadi objek wisata yang dapat dinikmati wisatawan Selain Goa Pindul pada desa Gelaran juga terdapat rafting (Wisata air dengan menggunakan rakit) di Kali Oyo atau caving (Wisata menelusuri Goa) di Goa Sioyot. Dengan banyaknya desa wisata yang terus muncul dan berkembang, mengindikasikan sinyal positif bahwa dunia parwisata Yogyakarta semakin maju dan mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi daerahnya masing-masing. Dalam membentuk sebuah desa wisata biasanya dibentuk sebuah kelompok organisasi yang biasa di sebut Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata. Pemerintah Yogyakarta sendiri sangat mendukung setiap Pokdarwis yang untuk mempromosikan desanya masing-masing, pengadaan dan perbaikan fasilitas sering dilakukan di desa-desa yang mulai berkembang. Usaha kepariwisataan oleh pemerintah Yogya pada beberapa tahun terakhir cukup memberikan dampak positif, seperti pada daerah selatan yaitu Gunungkidul. Awal tahun 2013
jumlah pengunjung objek wisata
khusus desa wisata mengalami peningkatan, hingga tanggal 17 Desember jumlah pengunjung mencakup kunjungan di desa wisata seperti Sri Getuk, Goa Pindul dan Nglanggeran diperkirakan mencapai diatas 500.000 pengunjung sepanjang 2012. Jumlah tersebut berada pada urutan ke dua teratas setelah wisata pantai yang mencapai 888.744 pengunjung.3 Usaha kepariwisataan Yogyakarta memang tidak bisa berdiri sendiri, dalam beberapa sektor usaha sering melibatkan investor untuk mendukung kegiatan pembangunan yang disepakati oleh kedua pihak. menurut BAPPEDA daerah Gunungkidul, tahun 2012 terdapat sedikitnya 10-15 investor mengajukan tender usaha dalam lingkup usaha kepariwisataan. 3
Wijang Eka Aswarna ,Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Gunung Kidul, 2013
4
Seperti salah satu contohnya adalah akan di bangunnya fasilitas penginapan berupa resort 150 hektar dengan standart bintang 5 pada daerah pantai sepanjang di Gunungkidul.
2.8.3. Prospek Desa Nglanggeran Sebagai Tujuan Desa Wisata Desa Nglanggeran merupakan desa yang terletak pada bagian utara kabupaten Gunungkidul dan langsung berbatasan dengan kabupaten sleman,
dalam
beberapa
tahun
terakhir
desa
Nglanggeran
terus
berkembang untuk menjadi desa tujuan wisata, hal tersebut didukung dengan kekayaan potensi-potensi alam, lokasi yang strategis, serta dukungan pemerintah pada desa Nglanggeran, seperti yang dikatakan Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Disparbud Kabupaten Gunungkidul, dalam beberapa tahun kedepan akan terus mengembangkan potensi alam Gunung Nglanggeran di Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk sebagai objek wisata yang layak jual kepada wisatawan mancanegara maupun nusantara. Hal tersebut disambut positif oleh masyarakat desa, menurut Pokdarwis desa Nglanggeran dalam 2 tahun setelah peresmian sebagai desa Wisata masyarakat sangat antusias dan melakukan usaha kepariwisataan. Sebanyak 78 homestay yang terdaftar, membuktikan bahwa masyarakat sangat serius dan mendukung untuk mengakomodir aktifitas wisatawan. Selain dikelilingi dengan keindahan alam yang masih asri dan lingkungan perdesaan yang ramah, pada wilayah desa Nglanggeran terdapat situs bekas Gunung Api Purba yang merupakan objek wisata unggulan yang belakangan menjadi populer pada kalangan muda, karena gunung tersebut memang dikembangkan menjadi wadah peminat olahraga khusus seperti tracking, climbing dan susur gunung. Selain objek Gunung Api Purba, pada tahun 2011 BAPPEDA dan pemerintah Yogyakarta meresmikan 20 hektar tanah milik sultan pada bagian timur desa untuk dikembangkan menjadi kebun buah, dan rencananya akan ditanami durian
5
60% dari luas tanah, klengkeng 20% dan sisanya tanaman buah sirsak dan srikaya. Masyarakat desa Nglanggeran mempunyai peradapan suku jawa Nglanggeran, Gunung Api Purba juga disebut dengan gunung wayang karena terdapat gunung/bebatuan yang menyerupai tokoh perwayangan, selain itu menurut kepercayaan adat setempat gunung api purba didiami oleh
penguasa
atau
kekuatan
yang
dapat
mengusir
kejahatan.
Kepercayaan-kepercayaan mistis tersebut tetap dihormati hingga kini, pada bulan-bulan tertentu masyarakat sering mengadakan upacara-upacara adat seperti pewayangan dan ritual adat ntuk menghormati para leluhur. Pentas seni di desa Nglanggeran juga terkadang dilakukan
untuk menyambut
tamu yang berkunjung. Kecamatan patuk memiliki beberapa desa wisata yang sedang berkembang selain desa Nglanggeran juga terdapat desa wisata Bobung yang merupakan desa wisata yang juga memiliki daya tarik tersendiri, desa Bobung merupakan sentra kerajinan batik kayu, topeng kayu, dan patung kayu. Dalam lingkungan desa yang sangat kental akan kebudayaan dan kegiatan-kegiatan yang tidak bisa di temukan di kota menjadikan desa wisata sangat di minati untuk dikunjungi, oleh sebab itu kebutuhan akomodasi untuk wisatawan menjadi penting untuk mewadahi aktifitas wisatawan selama berlibur.
1.2. Masalah 1.2.1. Masalah Arsitektural 1. Bagaimana merancang sebuah Village Resort yang menekankan prinsip intimacy
private
terhadap
kenyamanan visual untuk
menciptakan ruang personal penggunan dalam melakukan aktifitas wisata.
6
2. Bagaimana menciptakan ruang interaksi visual terhadap lingkungan sekitar tapak. 3. Bagaimana menciptakan masa keseluruhan yang berbaur dan menyatu dengan alam melalui pendekatan Blurring.
1.2.2. Masalah Non-Arsitektural 1. Bagaimana penginapan
Menciptakan wisatawan
fasilitas desa
akomodasi
nglanggeran
untuk
serta
wadah
mendukung
pemerintah dalam penyediaan fasilitas kepariwisataan. 2. Bagaimana Menciptakan Lingkungan yang mampu memperkenalkan ciri khas, adat isiadat, dan potensi-potensi di
lingkungan desa
setempat. 3. Bagaimana Menciptakan suatu lingkungan binaan yang tidak merusak lingkungan dan alam. 4. Menciptakan Fasilitas wisata desa yang berbasis pemberdayaan masyarakat desa.
1.3. Tujuan dan Sasaran 1.3.1. Tujuan 1. Menciptakan ruang privasi intim dengan mengaburkan elemenelemen pembatas (Blurring Boundaries). 2. Menciptakan
Village
resort
dengan
orientasi
visual
dengan
menempatkan ruang kearah lingkungan alami yang dapat dinikmati pengguna secara personal. 3. Menciptakan bangunan resort dengan warna yang konteks akan lingkungan dan menarik perhatian pengguna.
1.3.2. Sasaran Sasaran dari penulisan tugas akhir kasus Village resort ini yaitu menciptakan dan memperkenalkan kawasan wisata Nglanggeran
7
kecamatan patuk Gunungkidul dengan konsep desa wisata, serta memanfaatkan alam dan lingkungan desa sebagai komponen utama yang dilengkapi fasilitas pendukung yang nyaman, rekreatif dan edukatif.
1.4. Lingkup Pembahasan 1.4.1. Arsitektural 1. Pembahasan
aspek
pemenuhan
kebutuhan
wisata
dengan
mempertimbangkan fungsi dan estetika. 2. Pembahasan tentang citra bangunan yang responsif terhadap lingkungan terhadap nilai-nilai budaya jawa yang merupakan lokalitas adat kawasan.
1.4.2. Non-Arsitektural Dapat menyelesaikan permasalahan non-arsitektural seperti pelayanan akomodasi yang layak dan memenuhi standart terhadap wisatawan serta dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat dengan konsep pemberdayaan masyarakat.
1.5. Metode Penulisan 1.5.1. Studi Literatur 1. Pendekatan secara teoritis dengan cara mempelajari kriteria-kriteria yang harus di penuhi dalam mecancang sebuh Village resort. 2. Pendekatan dengan cara mempelajari masalah secara deskriptif baik melalui pustaka dan asistensi yang berguna dalam penentuan konsepsi yang sesuai dengan konteks seminar
8
1.5.2. Studi Kasus 1. Studi
kasus
dilakukan
dengan
cara
pustaka
yaitu
dengan
mempelajari desain-desain Village resort yang telah ada untuk mengetahui penyelesaian desain Village resort dan melakukan pengamatan kebutuhan dan aktifitas pada Village resort dengan fungsi sejenis 2. Pengamatan
langsung
pada
tempat
rekreasi
yang
mampu
mencerminkan kekhasan budaya jawa
1.5.3. Pengamatan Lapangan 1. Mengumpulkan data-data mengenai kondisi fisik dan non fisik site terpilih, serta potensi dan masalah yang ada pada site terpilih. 2. Mempelajari kondisi dan karakter lokasi beserta kawasan sekitar site terpilih
1.5.4. Metode Menyimpulkan Data 1. Menganalisa berbagai permasalahan yang timbul dari studi kasus dan
pengamatan
lapangan
sehingga
menghasilkan
suatu
kesimpulan. 2. Data-data yang didapatkan dari hasil studi literatur menjadi pedoman dalam pendekatan dan konsep perancangan. 3. Kesimpulan dari hasil studi kasus menjadi dasar pengembangan hotel resort.
9
1.6. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan adalah sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah umum dan khusus, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan,
keaslian
penulisan,
sistematika
penulisan,
serta
kerangka berpikir penulis.
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi tinjauan tentang pariwisata, hotel, dan tinjauan teori tentang perencanaan dan peran-cangan resort hotel sesuai referensi yang relevan.
Bab III : PRESEDEN & TINJAUAN LOKASI Berisi tentang Analisa studi lapangan pada Village resort yang telah terbangun mengenai perbandingan, standart, serta kontektualitas dengan pendekatan yang sejenis.
Bab VI: ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi uraian yang berkaitan dengan dasar pendekatan dan Analisa untuk menentukan program perencanaan dan perancangan yang mengacu pada aspek-aspek fungsional, kinerja, teknis, arsitektural, serta pendekatan lokasi dan tapak.
Bab V: KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisikan konsep dasar perencanaan, konsep dasar perancangan serta program dasar perencanaan dan perancangan.
10
1.7. Keaslian Penulisan Penulisan tugas akhir dengan judul “Village Resort desa wisata Nglanggeran Gunungkidul Yogyakarta, Penekanan Intimacy Space dengan Blurring Boundaries penulis nyatakan belum pernah dibuat. Dalam beberapa hal tertentu terdapat persamaan dengan beberapa judul tugas akhir berikut namun permasalahan perencanaan dan perancangannya juga penekanan arsitektur yang di uraikan berbeda.
1. Desa
Wisata
sentra
kerajinan
Gerabah
Banyumuluk
dengan
pengembangan arsitektur tradisional sasak Oleh : Fahrur Fauzi Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2005 Kesamaan :
Lokasi yang berada pada lingkungan desa wisata, dan bangunan
berfungsi
sebagai
fasilitas
akomodasi
kegiatan pariwisata. Perbedaan :
Pendekatan
perencanaan
dan
perancangan
yang
digunakan.
2. Hotel Resor di kawasan wisata alam pegunungan ciwidey dengan pendekatan arsitektur saung. Oleh : Tina Agustien Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2006 Kesamaan :
Tipologi bangunan yang berbasis Hotel resort
Perbedaan : Pendekatan
perencanaan
dan
perancangan
yang
digunakan.
11
3. Hotel Resort Pada Kawasan Benteng Kalamata Pendekatan Dengan Nilai-Nilai Sejarah Dan Arsitektur Lokal Maluku Utara Oleh : Sadli Soleman Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2007 Kesamaan :
Mengedepankan berfungsi
arsitektur
sebagai
Lokal
fasilitas
dan
akomodasi
bangunan kegiatan
pariwisata. Perbedaan :
Pendekatan
perencanaan
dan
perancangan
yang
digunakan.
4. Village Resort Hotel di Tenggarong Oleh : Pipin Dwi Ariestyo Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2007 Kesamaan :
Bangunan
berfungsi
sebagai
fasilitas
akomodasi
kegiatan pariwisata. Perbedaan :
Pendekatan
perencanaan
dan
perancangan
yang
digunakan.
5. Village Resort Di Desa Trimulyo Bantul penekanan pada privasi untuk mencapai kenyamanan yang optimal Oleh : Elmi Imam Pamuji Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2009 Kesamaan :
Bangunan
berfungsi
sebagai
fasilitas
akomodasi
kegiatan pariwisata. Perbedaan :
Pendekatan
perencanaan
dan
perancangan
yang
digunakan.
12
1.8. Kerangka Pola Pikir
Gambar 1 1 Kerangka Pola Pikir Sumber : Analisa Penulis, 2013
13