1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dengan potensi masing-masing. Potensi yang ada dalam diri manusia perlu dikembangkan demi mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan
dalam
kehidupan.
Kesempurnaan,
kemulyaan,
serta
kebahagiaan tidak mungkin datang dengan sendirinya. Maka dari itu dibutuhkan adanya usaha sadar manusia terutama manusia dewasa untuk menghantarkan anak-anak mereka. Untuk memenuhi semua kebutuhan dapat diwujudkan melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus diciptakan oleh siapapun tanpa memandang latar belakang sosial, budaya, agama, etnis, dan lain sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat manusia meningkatkan statusnya. Seperti yang dikemukakan oleh John Dewey dengan mengatakan pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabiat manusia dan manusia biasa1. A. Fajar Malik mengatakan bahwa pendidikan adalah salah satu proses 1
dalam
rangka
mempengaruhi
peserta
didik
supaya
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal 3.
1
mampu
2
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Dengan demikian akan
menimbulkan
perubahan
dalam
dirinya
yang
memungkinkan
berfungsinya secara kuat dalam kehidupan bermasyarakat.2 Pendidikan sangat penting untuk menghantarkan kehidupan manusia dalam membentuk karakternya, sehingga dalam salah satu poin yang terdapat dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan “memberikan perhatian kepada peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan berbangsa. Berdasarkan fungsi dan tujuan
pendidikan tersebut maka setiap
warga Negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 pasal 5 bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Dengan 2
A. Malik Fajar, Reorentasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), hal 27.
3
demikian orang-orang yang menderita cacat atau kelainan juga mendapatkan perlindungan hak. Seperti yang tertuang dalam pasal 8 ayat (1) Undangundang No. 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan mental berhak memperoleh Pendidikan Luar Biasa (PLB). Namun kenyataannya prosentase anak cacat yang mendapatkan layanan pendidikan jumlahnya amat sedikit. Hal ini di karenakan masih adanya hambatan pada pola pikir masyarakat kita yang mengabaikan potensi anak cacat. Pada
hakekatnya
kecacatan
seseorang
bukanlah
merupakan
penghalang untuk melakukan sesuatu. Pendidikan luar biasa hendaknya menjadi satu kesatuan dengan pendidikan formal lainnya, sehingga tidak terjadi isolasi pada mereka yang menderita kelainan. Untuk itu upaya reformasi pendidikan amat mendesak agar sumber daya manusia bisa berfungsi secara maksimal. Jelas sekali bahwa upaya reformasi pendidikan bagi penderita cacat atau kelainan perlu adanya dukungan berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat maupun sekolah sebagai pelaksana oprasional. Sebagai suatu upaya untuk menyetarakan hak penyandang cacat dalam hal memperoleh ilmu pengetahuan disekolah, pemerintah bekerja sama dengan pihak sekolah dalam menerapkan pendidikan inklusi. Dalam program tersebut, anak-anak penyandang cacat akan disekolahkan dan disatu kelaskan dengan murid-murid biasa disekolah-sekolah reguler. Dengan program inklusi ini anak-anak cacat dan anak-anak lainnya diikutkan belajar menyatu dalam
4
satu kelas bersama muri-murid sekolah reguler, dan diharapkan akan memiliki rasa percaya diri. Sebaliknya, anak-anak normal teman sekolahnya sekaligus akan terdidik dan bisa belajar toleransi antar sesama manusia. Tujuan dari progam pendidikan inklusi ini adalah memberikan pengertian pada anak didik bahwa dalam kehidupan dunia ini, mereka akan menemui banyak perbedaan yang harus mereka hadapi dan hormati. Selain itu progam ini akan membantu orang tua yang mempunyai anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk lebih memaksimalkan potensinya baik sosial, emosional, fisik, kognitif, maupun kemandiriannya dalam lingkungan anak-anak yang beragam. Lingkungan yang beragam ini, bermanfaat untuk anak-anak
yang lebih peka
dan
menumbuhkan sikap toleransi terhadap anak-anak yang berkebutuhan khusus serta mendapatkan layanan yang sesuai dengan
kemampuan pendidikan
mereka. Begitu juga tujuan SMP Negeri 29 Surabaya, yang mencoba mengembangkan program inklusi bagi murid yang berkebutuhan khusus untuk bersekolah di sekolah umum dan dapat menggali potensi yang mereka miliki serta bersanding dan bersaing secara sehat dengan anak normal. Murid yang berkebutuhan khusus bukan hanya bergabung dalam satu sekolah tetapi juga disatukelaskan dengan murid normal dan mengikuti proses belajar mengajar brsama-sama. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya mengalami kelainan atau penyimpangan
5
fisik, mental-intektual, sosial dan emosional dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Penanganan pendidikan yang diterapkan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) harus bersifat terpadu, artinya dibutuhkan adanya kerjasama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, diharapkan pihak
atau orang yang terlibat secara langsung dalam penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat memahami, dan memberikan perlakuan yang tepat sesuai dengan kebutuhan khusus. Adapun
yang
termasuk
Anak
Berketuhan
Khusus
(ABK)
diantaranya: 1.
Lambat belajar/slow learner
2.
Tunalaras (Dysruptive) atau Gannguan Emosi
3.
Authis
4.
Hiperaktif
5.
Low Vision
6.
Down sindrom
7.
Tuna Rungu
8.
Tuna Daksa Dalam proses belajar mengajar, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
dibantu oleh guru khusus dan guru kelas serta guru pendamping. Manajemen bimbingan dan konseling akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan
6
sekolah, metode dan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan komitmen tenaga pendidik dalam yang handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di atas tidak sesuai dengan yang diharapkan atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka efektitas dan efisiensi pengelolaan kelas kurang optimal. Dalam menyusun progam pendidikan bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat sebagai isi pendidikan, sedangkan proses atau pengalaman belajar siswa adalah dengan cara memerankan ilmu-ilmu atau teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, berupaya mencari pemecahan terhadap problem tersebut menuju pembentukan siswa yang lebih baik. Suatu lingkungan akan menjadi inklusi dan kondusif terhadap pembelajaran apabila anak merasa aman dan nyaman secara fisik, sosial,dan kejiwaan.
Prinsip dasar adalah selama memungkinkan, semua anak
seyogyanya belajar bersama-sama, tanpa memandang kesulitan
atau
perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka. Dalam pendidikan inklusi di SMP Negeri 29 Surabaya, jelasnya anak yang menyandang kebutuhan pendidikan khususnya, seyogyanya menerima segala dukungan tambahan yang mereka perlukan untuk menjamin efektifitas pendidikan mereka. Melihat keprihatinan fenomena tersebut, SMPN 29 Surabaya menerapkan program pendidikan inklusi bagi anak-anak dengan kebutuhan
7
khusus agar mereka dapat belajar bersama dengan anak normal lainnya dengan menggunakan kurikulum yang telah dikembangkan sendiri sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Dalam pengamatan penulis, proses pembelajaran yang ada di SMP Negeri 29 Surabaya yang diikuti oleh siswa dengan berbagai macam kelainan dan berkebutuhan khusus tentulah sangat sulit sekali untuk dilaksanakan baik dari segi kurikulum, model pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran serta sistem evaluasinya. Maka pendidik harus benar-benar mengetahuinya dan dapat mengidentifikasikan masing-masing kelainan tersebut pada siswa. Dengan adanya urgensi pendidikan inklusi baik untuk kepentingan peserta didik maupun untuk kondisi pengembangan pendidikan di Indonesia yang saat ini terabaikan, maka penulis terdorong
untuk
mengadakan
penelitian dan menyusun skripsi dengan judul: “Implementasi Bimbingan dan Konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) DI SMPN 29 Surabaya .”
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pembelajaran bimbingan dan konseling
bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 29 Surabaya? 2. Bagaimana metode pembelajaran bimbingan dan konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 29 Surabaya?
8
3. Bagaimana evaluasi Bimbingan dan konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 29 Surabaya?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pembelajaran bimbingan dan konseling di bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) SMPN 29 Surabaya. 2. Untuk mengetahui metode pembelajaran bimbingan dan konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 29 Surabaya. 3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran bimbingan dan konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 29 Surabaya.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis a. Memberikan pemahaman baru bagi penulis untuk menerapkan pembelajaran
bimbingan dan konseling bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK). b. Menumbuhkan kepekaan penulis terhadap bimbingan dan konseling Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), dengan latar belakang yang berbeda-beda.
9
c. Menambah wawasan dan pengetahuan serta pemahaman kepada penulis untuk menerapkan bimbingan dan konseling berdasarkan kondisi peserta didik, jika ada peserta didik yang mempunyai kelainan. d. Persyaratan lulus S1 dan untuk mendapatkan ijazah Sarjana Pendidikan Islam. 2. Bagi Objek Penelitian a. Bermanfaat untuk membantu memahami kondisi peserta didik yang mempunyai kelainan. b. Membantu mensosialisasikan bimbingan dan konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusu (ABK) sesuai kondisinya c. Memberikan
gambaran
bagaimana
bimbingan
dan
konseling
memberikan layanan sesuai potensi yang dilakukan secara sistematis. 3. Bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya a. Bagi Akademik skripsi ini bisa menjadi khazanah keilmuan dan bagi Fakultas Tarbiyah khususnya dapat digunakan sebagai bahan masukan dan kajian keilmuan untuk pengembangan kegiatan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan sistem yang dalam hal ini berupa pembelajaran pendidikan inklusi. b. Bagi perpustakaan berguna sebagai input yang sangat penting untuk penemuan ilmiah dan dapat dijadikan referensi dan perbandingan.
10
E. Definisi Konseptual Agar memperoleh kejelasan mengenai judul yang diangkat yakni “IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN
KONSELING BAGI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 29 SURABAYA.”, maka disini akan dijelaskan beberapa istilah yang terdapat didalam judul. Implementasi : Merupakan istilah serapan dari bahas inggris implementation; berati Pelaksanaaan, penerapan implement.3 Bimbingan
: Bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan–kesulitan dalam kehidupan. Agar individu atau sekumpulan individu mencapai kesejahteraan hidupnya. 4
Konseling
: Proses yang dilakukan face to face dalam memberikan bantuan untuk tercapainya hidup yang sejahtera dengan menggunakan teknik-teknik bimbingan. Proses tersebut dimulai dari identifikasi, diagnosis, prognosis , treetmeen. Evaluasi dan follow up.5
ABK
:
Anak yang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental intektual, social dan emosional dibandingkan dengan anak-
3
M.Dahlan al Barry,Kamus Ilmiah Populer(Surabaya:Arkola, 1994)hal,247 Bimo walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal 4 5 Hadari Nawawi, Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) hal 29. 4
11
anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.6 Siswa
: Pelajar7. Yang dimaksud pelajar disini adalah siswa yang belajar di SMPN 29 Surabaya.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa datadata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diambil8. Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu obyek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variable penelitian9. Dengan demikian pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta (understanding) bukan menjelaskan fakta. Penelitian ini digunakan untuk memahami fakta juga untuk melaporkan hasil penelitian sebagaimana adanya dan penelitian bersifat fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan dan hasil yang tidak dapat di pastikan sebelumnya.
6
.Model Pelatihan Pengembangan SDM IGRA Surabaya, 15 Sudarsono. Kamus Agama Islam. (Jakarta: Rineka Cipta, 1994). Hal. 158 8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), hal. 3 9 Sanafiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hal. 18 7
12
Melalui penelitian ini diharapkan terangkat gambaran mengenai aktualisasi, realisasi social dan persepsi sasaran penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus, karena penulis bertujuan ingin mempelajari secara intensif tentang latar belakang seseorang, kelompok, atau lembaga secara terinci dan mendalam terhadap organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Adapun data yang akan diambil dalam jenis penelitian kualitatif ini meliputi 2 macam yaitu: a. Data kualitatif Yaitu data yang hanya dapat diukur secara langsung. Data kualitatif yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi 1) Gambaran umum tentang pendidikan inklusi. 2) Karakteristik siswa inklusi di SMPN 29 Surabaya. 3) Manajemen bimbingan konseling bagi siswa inklusi di SMPN 29 Surabaya. b. Data Kuantitatif Yaitu data yang dapat diukur dan dihitung secara langsung. Dengan kata lain data kuantitatif ini adalah data-data yang berupa angka. Adapun data kualitatif yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1) Jumlah Guru 2) Jumlah Keseluruhan siswa 3) Jumlah siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
13
4) Jumlah sarana prasarana 2. Informan Informan adalah pihak atau orang yang dapat memberikan informasi atau dapat dijadikan sumber data. Sumber data dalam penelitian ini adalah: a) Sumber data manusia (data primer) yang meliputi; Kepala sekolah, Guru, Orang tua serta masyarakat sekitar. b) Sumber data non manusia (data skunder) yang meliputi: Dokumentasi, sarana dan prasarana dan data lainnya yang ada hubungannya dengan pembahasan. 3. Sampel Menurut Nasution tidak ada pengertian sampel dalam penelitian kalaupun ada maka hal tersebut bersifat fleksibel dan tidak rinci karena perkembangannya sambil jalan. Sampling dalam penelitian kualitatif adalah pilihan penelitian meliputi aspek apa, dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada suatu saat dan situasi tertentu karena itu dilakukan terus menerus sepanjang penelitian. Jadi sampling bersifat purposive yakni tergantung pada tujuan dan fokus pada suatu saat, artinya tujuan sampling adalah mencakup sebanyak mungkin informasi yang bersifat holistic. Penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel lebih kecil dan lebih mengarah ke penelitian proses dari pada produk dan biasanya
14
membatasi pada satu kasus. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel berdasarkan tujuan yang akan kami tetapkan yaitu mereka yang berkompenten dan terlibat langsung dalam menangani siswa inklusi di SMPN 29 surabaya baik itu kepala sekolah,guru, karyawan, orang tua serta masyarakat sekitarnya. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data disini menggunakan metode observasi, interview, dan dokumentasi, lebih rincinya sebagai berikut: a. Metode Observasi Metode observasi (pengamatan) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam menggunakan metode obsevasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item tentang kejadian
atau tingkah laku yang di gambarkan.
Observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.10 Dengan menggunakan metode observasi ini penulis akan mengadakan pengamatan untuk memperoleh data tentang manajemen bimbingan konseling bagi siswa inklusi (Studi Kasus di SMPN 29
10
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya; Airlangga,2001)hal 128
15
Surabaya) yang meliputi letak geografis, keadaan siswa, guru dan pegawai serta sarana prasarana yang ada di SMPN 29 Surabaya. b. Metode Interview (wawancara) adalah teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data untuk mendapatkan informasi. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, metode interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanggung jawab sambil tatap muka yaitu antar penanya atau pewancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan guide interview (pedoman wawancara) Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga angket adalah sebagai berikut: 1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri 2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
16
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti11 c. Metode Dokumentasi adalah laporan tertulis tentang suatu peristiwa yang isinya terdiri dari
penjelasan
dan
pemikiran
terhadap
peristiwa
tersebut12.
Dokumentasi terdiri atas buku, surat, dokumen-dokumen resmi, foto, dan peraturan-peraturan. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah sebagai penunjang data. Data-data tersebut meliputi data; data struktur organisasi, jumlah guru, sarana dan data lainnya yang menunjang selama penelitian di SMPN 29 surabaya.
G. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif menggunakan analisis logika induktif abstrak yaitu suatu logika yang bertitik tolak dari “khusus ke umum”. Konseptualisasi, katagorisasi dan deskripsi dikembangkan atas dasar kejadian (incidence) yang diperoleh ketika kegiatan
11
Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal.138 12 Winarno, Dasar dan Teknik Research, (Bandung: Tarsito, 1975), hal. 115
17
lapangan berlangsung. Pernyataan khusus tidak lain adalah gejala, fakta, data, informasi dari lapangan dan bukan teori.13 Analisis penelitian ini dilakukan secara terus menerus sejak awal penelitian dan selanjutnya di sepanjang melakukan penelitian. Jadi semenjak memperoleh data dari lapangan baik dari observasi, wawancara atau dokumentasi langsung dipelajari dan dirangkum, ditelaah dan dianalisis sampai akhir penelitian. Selanjutnya alur analisis data yang penulis gunakan adalah: 1. Reduksi data yaitu proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar kedalam catatan lapangan. Istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif disejajarkan maknanya dengan istilah pengelolaan data. 2. Penyajian data yaitu suatu cara merangkum data yang memudahkan untuk menyimpulkan hasil penelitian. 3. Menarik kesimpulan dari verifikasi dan pengumpulan data. Dengan demikian pekerjaan mengumpulkan data bagi penelitian kualitatif harus langsung
diikuti dengan pekerjaan menulis, mengedit,
mengklasifikasi, mereduksi, dan menyajikan data serta menarik kesimpulan sebagai analisis data kualitatif.14
13 14
Burhan Boeng, Metodelogi penelitian kualitatif, ( Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2001) hal. 71 H.Noeng Muuhadjir, Metode Penelitian kualitatif, ( Yogyakatra; Rake Sarasia, 1996) hal. 31
18
Penelitian kualitatif umumnya lebih melihat proses dari pada produk dari obyek penelitiannya, selain itu nantinya kesimpulan dari data kualitatif tidak berupa angka-angka tetapi disajikan dalam bentuk kata verbal, yang pengelolaanya mulai dari mengedit sampai menyajikan dalam keadaan ringkas dikerjakan di lapangan.
H. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab dengan susunan sebagai berikut: Bab I berupa pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, analisis data dan sistematika pembahasan. Bab II merupakan pembahasan tentang landasan teori yang berisi kajian mengenai perspektif teoritis yang meliputi; bagian pertama Tinjauan bimbingan dan konseling; 1) Sejarah dan landasan bimbingan dan konseling, 2) pengertian bimbingan dan konseling, 3) hakekat dan tujuan bimbingan dan konseling, 4) prinsip dan asas-asas bimbingan dan konselong. kedua Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK); 1) Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), 2) Aspek-aspek Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), 3) macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).ketiga bimbingan konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
19
Bab III merupakan laporan hasil penelitian yang memaparkan data dari penelitian ini, yang meliputi; a)
Gambaran umum lokasi penelitian dan
keadaan yang ada di dalamnya baik berupa sejarah singkat berdirinya SMPN 29 Surabaya, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan siswa dan guru, dan sarana prasarana. b) Penyajian Data. c) Analisis Data. Bab IV penutup yang pada bab ini penulis menarik kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dalam sub bab kesimpulan, dilanjutkan dengan pemberian saran-saran.