BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi hingga saat ini, masih sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang berumur jutaan tahun yang lalu dan tak dapat diperbaharui, dan sebagian kecil saja yang berasal dari penggunaan sumber energi terbarukan. Energi fosil khususnya minyak bumi, merupakan sumber energi utama dan sumber devisa negara. Kenyataan menunjukkan bahwa cadangan energi fosil yang dimiliki Indonesia jumlahnya terbatas. Sementara itu, konsumsi energi terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dengan demikian sumber daya alam yang mampu menghasilkan energi semakin terkuras, karena sebagian besar sumber energi berasal dari sumberdaya yang tidak terbarukan, misalnya minyak bumi, gas dan batubara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2009) menyatakan bahwa konsumsi energi final (tanpa biomassa untuk rumah tangga) telah diperkirakan tumbuh mencapai angka rata rata 6,7 % per tahun dengan konsumen terbesar sektor industri 51,3%, transportasi 30,3%, rumah tangga 10,7% sektor komersial 4,6% dan sektor PKP 3,1%.
1
2
Cadangan energi Indonesia hanya dapat bertahan beberapa puluh tahun lagi. Jika tidak ada efisiensi maka cadangan tersebut akan lebih cepat habis. Sudah waktunya Indonesia tidak terlalu menggantungkan diri pada sumber energi tidak terbarukan dan mengembangkan energi alternatif yang dapat terbarukan jika tidak akan mengalami krisis energi di masa mendatang. Sumber sumber energi terbarukan seperti : angin, sinar matahari dan mikro hidro menawarkan alternatif energi yang jauh lebih bersih dan ramah lingkungan daripada energi fosil. Energi tersebut menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali polutan atau gas-gas yang akan mengakibatkan efek rumah kaca dan energi tersebut tidak akan pernah habis. Untuk hal tersebut maka sudah saatnya mulai dikembangkan pembangkit energi listrik yang energinya berasal dari energi yang dapat tergantikan. Ada tiga kebutuhan dasar air bagi masyarakat yang harus dipenuhi yaitu : air untuk irigasi, pertanian, air bersih dan tenaga listrik. Listrik memegang peranan yang vital dalam kehidupan. Dapat dikatakan bahwa listrik telah menjadi sumber energi utama dalam setiap kegiatan baik di rumah tangga maupun industri. Mulai dari peralatan dapur hingga mesin pabrik-pabrik besar bahkan pesawat terbang, semua memerlukan listrik. Umumnya listrik diperoleh dari mengubah energi kinetik melalui generator menjadi listrik. Energi kinetik untuk menggerakkan generator bisa diperoleh dari uap yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi fosil, seperti minyak, batubara dan gas atau bisa juga dari aliran air atau dari aliran udara. Intinya adalah energi listrik dihasilkan dari pengubahan sumber energi lain.
3
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak ada habisnya. Secara konstan tersedia melalui siklus global, evaporasi dan pengembunan (presipitasi). Panas dari sinar matahari menyebabkan air danau dan air laut menguap, membentuk awan. Air kemudian jatuh kembali ke bumi melalui hujan dan mengalir ke sungai kemudian kembali ke laut. Aliran air dapat digunakan menggerakkan roda atau kincir yang digerakkan melalui proses mekanik, melalui turbin dan generator dan menghasilkan energi listrik dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Untuk pembangkit listrik tenaga air di Indonesia memang sudah memiliki seperti PLTA Asam-Asam, PLTA Jelok, PLTA Lamajan, PLTA Asahan dan lain lain. Masih banyak aliran air sungai yang
belum
termanfaatkan
untuk
pembangkit
listrik
terutama
dalam
menghasilkan kapasitas energi yang lebih kecil. Pemerintah memanfaatkan PLTA yang dikoordinir oleh Negara melalui PT.PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Keterbatasan yang dimiliki PLN belum dapat melayani distribusi listrik sampai ke desa-desa terpencil, cukup banyak desa-desa terpencil yang memiliki potensi sumber daya air yang dapat dikembangkan menjadi PLTA skala kecil. Terdapat lebih dari 14.198 jumlah desa yang masih belum memiliki akses listrik yang memadai. Pembangkit listrik berskala besar tidak sepenuhnya dapat menjawab pemenuhan kebutuhan energi. Selain itu, jalur distribusi kabel puluhan kilometer pada pembangkit listrik berskala besar kurang efektif dalam menjangkau daerah terpencil (Puslitbang PU, 2011).
4
Pemerintah Indonesia sebenarnya telah mendorong pembangunan listrik pedesaan yang dimulai di awal tahun 1970. Dari tahun 1994 sampai tahun 1998 pemerintah meluncurkan program penguatan listrik pedesaan dengan target 15.000 desa. PT.(PLN) pusat dalam mengimplementasikan program juga ada yang dalam sistem skala kecil seperti mikro hidro dan sistem tenaga surya. Tetapi krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997 merubah target dan hanya 10% yang terealisasi (Nugroho, 2011). Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat menembus keterbatasan akses transportasi, teknologi hingga biaya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan pelayanan tenaga listrik kepada masyarakat dan dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi masyarakat sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik pasal 2A yang berbunyi : Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyediakan dana pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik untuk membantu kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang, pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil, perbatasan antar negara dan pembangunan listrik perdesaan. Penanganan penyediaan dana pembangunan sarana kelistrikan dimaksudkan untuk meningkatkan elektrifikasi serta dalam rangka misi sosial untuk membantu kelompok masyarakat tidak mampu agar kelangsungan akses pelayanan kelistrikan dapat terjamin untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
5
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berskala besar belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan listrik masyarakat terutama di daerah terpencil yang mempunyai keterbatasan akses transportasi, teknologi dan biaya contohnya pada Jorong Aia Angek Nagari Saniang Baka Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok dan Jorong Muaro Busuak Nagari Koto Hilalang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Bantuan pemerintah berupa penyedian dana pembangunan yang di dalamnya masyarakat diberi peluang atau kesempatan untuk ikut berpartisipasi mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan pembangunan karena ketersediaan biaya pembangunan sangat terbatas. Kebijakan ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki
akses
untuk
ikut
terlibat,
turut
memikirkan,
merencanakan,
melaksanakan dan mengelola hasil pembangunan sehingga masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan semata tetapi sudah menjadi subjek pembangunan. Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam memunculkan ide-ide dan inovasi-inovasi dalam menghadapi keterbatasan pembangunan yang disediakan oleh pemerintahan. Inisiasi, inovasi serta ikut berperan sertanya masyarakat dalam proses pembangunan diharapkan dapat menimbulkan rasa saling memiliki dan tanggung jawab diantara masyarakat dalam menjaga dan melestarikan setiap kegiatan pembangunan. Penggunaan PLTMH sebagai energi alternatif yang cost friendly, user friendly, environment friendly dan material friendly diharapkan menjadi solusi
6
atas kurangnya aksesibilitas masyarakat pedesaan terhadap sumber energi listrik terbarukan yang digunakan untuk penerangan rumah tangga atau industri rumah tangga yang pada akhirnya dapat membawa perubahan sosial dan kondisi ekonomi termasuk perubahan pola tingkah laku dan pola interaksi penduduk setempat. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada dasarnya memanfaatkan energi potensial air (jatuhan air). Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografts yang memungkinkan, tinggi jatuhan air dapat pula diperoleh dengan membendung. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) diyakini amat mampu mendukung percepatan dan pemerataan pembangunan. Tapi sayang, pada kenyataannya, pengelolaan PLTMH di pedesaan lebih banyak yang tidak beroperasi. Boleh dibilang proyek pembangkit ini lebih banyak yang gagal ketimbang yang sukses. Kegagaglan sebagian besar disebabkan kurang siapnya masyarakat dalam pengelolaan unit PLTMH yang mereka miliki. Untuk itu pada tahap awal masyarakat perlu diberdayakan dan diikutsertakan melalui modal sosial yang mereka miliki. Modal sosial adalah nilai budaya yang dianut oleh suatu komunitas. Hal ini disebabkan karena pada gilirannya, keberadaan pembangkit-pembangkit listrik ini dapat menjadi media bagi proses pembelajaran masyarakat lantaran mereka harus mengelola dan mengoperasikannya sendiri (Zulhal, 2010). Seringnya terjadi kegagalan dalam menempatkan suatu proyek di wilayah pedesaan karena masyarakat tidak dilibatkan sejak awal sehingga masyarakat
7
hanya sebagai penonton pelaksanaan program akibatnya pada diri mereka tidak timbul rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap keberadaan proyek tersebut. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat terkesan lepas tangan terhadap proyek yang dilakukan oleh pemerintah walaupun mereka sendiri yang menikmati hasil pembangunan karena mereka beranggapan bahwa proyek tersebut merupakan milik pemerintah sehingga mereka tidak perlu melakukan pemeliharaan dan perawatan. Di Kabupaten Solok baru terdapat 2 unit PLTMH yang dibangun melalui program PNPM-MPd, yaitu PLTMH Jorong Aia Angek Nagari Saniang Baka Kecamatan X Koto Singkarak yang dibangun pada tahun 2009 dan PLTMH Jorong Muaro Busuak Nagari Koto Hilalang Kecamatan Kubung. Pembangunan PLTMH ini sama-sama berasal dari iniasiasi masyarakat yang butuh akan listrik. Pembangunan PLTMH melalui program PNPM-MPd ini merupakan kegiatan pembangunan
PLTMH
yang
melibatkan
masyarakat
dalam
proses
pembangunannya. Hal ini dikarenakan salah satu syarat kegiatan pembangunan yang didanai oleh PNPM-MPd adalah kegiatan pembangunan tersebut harus melibatkan masyarakat dalam proses pembangunannya. Berdasarkan hal di atas, perlu untuk dilakukan penelitian terhadap fenomena tersebut. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan kepada pemerintah
sebagai
perencana
pembangunan
tentang
tingkat
partisipasi
masyarakat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) serta menambah wawasan dan keilmuan tentang masalah yang ditemukan di lapangan.
8
1.2. Rumusan Permasalahan Dilihat dari latar belakang di atas timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat keberhasilan pembangunan PLTMH di Jorong Aia Angek Nagari Saniang Baka Kecamatan X Koto Singkarak dan di Jorong Muaro Busuak Nagari Koto Hilalang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok ? 2. Sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan PLTMH di kedua lokasi tersebut ? 3. Sejauh mana keterkaitan tingkat keberhasilan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan PLTMH di kedua lokasi tersebut ? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah : 1. Mengidentifikasi tingkat keberhasilan pembangunan PLTMH di Jorong Aia Angek Nagari Saniang Baka Kecamatan X Koto Singkarak dan di Jorong Muaro Busuak Nagari Koto Hilalang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. 2. Untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan PLTMH di kedua lokasi tersebut. 3. Mengukur keterkaitan antara tingkat keberhasilan pembangunan PLTMH dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan PLTMH di kedua lokasi tersebut.
9
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai
partisipasi masyarakat
dalam pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dilakukan agar didapat manfaat yang dapat dipetik baik oleh masyarakat, pemerintah maupun untuk pengembangan ilmu. Manfaat tersebut diantaranya adalah : a. Manfaat penelitian ini diharapkan bagi masyarakat dapat dipakai untuk membantu menggembangkan cara pandang, kemampuan, kepercayaan diri serta komitmen masyarakat untuk ikut berperan serta dalam proses pembangunan. Selain itu usulan yang diberikan agar dapat dimanfaatkan oleh kelompok lain guna meningkatkan partisipasi masyarakat. b. Bagi pemerintah, dengan mengetahui keinginan-keinginan masyarakat yang ditunjukkan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang terjadi maka pemerintah diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai apa yang harus dilakukan guna meningkatkan partisipasi masyarakat. c. Bagi pengembangan ilmu akan memberikan wawasan baru mengenai keberhasilan pembangunan PLTMH dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan PLTMH. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan mengenai pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH), adalah sebagai terlihat pada Tabel 1.1. Penelitan terdahulu tentang PLTMH sebagian besar membahas tentang identifikasi lokasi yang bisa dimanfaatkan untuk PLTMH, evaluasi pada
10
pelaksanaan pembangunan PLTMH, analisis finansial dan penelitian tentang pengembangan pengelolaan mikro hidro berbasis masyarakat. Penelitian ini secara khusus yang membedakan dengan penelitian terdahulu adalah tentang partisipasi masyarakat dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil dari pembangunan PLTMH di kedua lokasi tersebut.
Tabel 1.1. Penelitian-Penelitian Terdahulu No. 1.
Nama Erna
Judul Penelitian
Safitri Studi
Purwaningtyes
dalam
/ 2008
PLTMH
Metode
Gender Penelitian
Hasil ini Hampir semua rumah tangga penerima program
Program menggunakan
Rumah
mereka yang tergolong rumah tangga miskin. Kelembagaan Koperasi
bagi metode kuantitatif Mekarsari melibatkan perempuan Tangga di
Miskin
dukung
PLTMH adalah
sebagai
pengurus
harian.
data kebutuhan praktis, anggota rumahtangga miskin terbantu
kualitatif .
Pada dengan
adanya pemasangan listrik, Bantuan beasiswa pun dapat membantu orang tua yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan peralatan sekolah anaknya. Dalam penelitian ini terlihat bahwa Program PLTMH tampaknya telah memasuki area pemberdayaan pada tingkat akses terhadap sumberdaya program, tingkat kontrol serta partisipasi. Dalam konteks
pemberdayaan
level
isu-isu
perempuan,
pembangunan
PLTMH
termasuk pada level negatif, dalam arti Program PLTMH
dalam perencanaannya tidak secara eksplisit mengakui adanya isu-isu perempuan. 2.
Dwi
Lestari Evaluasi
Novianti 2008
pada Menggunakan
/ pembangunan
Metode Kualitatif
Dampak Pembangunan PLTMH Wangan Aji terjadi pada komponen ekonomi, sosial, budaya, dan kesehatan yang meliputi : perubahan tingkat
PLTMH Wangan
ekonomi lebih baik, pendidikan murah dan peningkatan kesadaran
Aji di Kabupaten
masyarakat akan usaha usaha pelestarian alam.
Wonosobo
11