BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam paradigma baru saat ini pelajaran PKn memusatkan perhatian pada pengembangan kecerdasan warga Negara dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, dan social baik secara individual, sosial maupun sebagai pemimpin hari ini dan esok. Dalam paradigma baru itu PKn membawa misi menciptakan warganegara Indonesia yang cerdas, demokratis, dan religious, yaitu mereka yang secara konsisten melestarikan dan mengembangkan citacita demokrasi dan secara bertanggung jawab berupaya untuk membangun kehidupan bangsa yang cerdas (standar Nasional PKn, 2000). Maka dari itu tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan adalah mengembangkan kecerdasan warga Negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial,dan intelektual serta partisipasi dalam memecahkan permasalahan lingkungan hidup. Agar PKn dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan individu dan masyarakat Indonesia
yang
demokratis
perlu
ditetapkan
kemampuan
dasar
kewarganegaraan yaitu mencakup kemampuan belajar, berfikir, bersikap, dan hidup bersama dalam masyarakat (Dasim Budimansyah,2007). Sedangkan dalam Saptono (2010) pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mendidik warga Negara agar menjadi pelaku aktif dalam memecahkan persoalan yang berkembang dimasyarakat dan memperkuat masyarakat serta memajukan keadilan sosial. Dengan kata lain pendidikan kewarganegaraan
1
berupaya menjadikan setiap warga Negara menjadi warga Negara yang baik, yaitu warga Negara yang memahami dan menggunakan haknya secara bertanggungjawab, serta memahami dan menjalankan kewajiban dan kemasyarakatannya secara tulus. Untuk mencapai tujuan itu semua tentu tidak jauh dari peran seorang pendidik/guru, bagaimana seorang guru mampu menyampaikan dan menyajikan membosankan
pelajaran ini
dengan
tergantung
menarik.
Pembelajaran
bagaimana
kemampuan
yang guru
tidak dalam
menerapkan pembelajaran di kelas. Maka dari itu pendidik saat ini dituntut harus mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga dapat membangkitkan semangat belajar siswa untuk mengikuti pelajaran Pkn di kelas (Dwi Winarno,2006). Berdasarkan studi dibeberapa „Primary School‟ di klungkung, Bali, menurut parker (dalam Saptono, 2010) mencatat bahwa belajar hanyalah merupakan kegiatan pengulang-ulangan hal-hal yang bersifat hafalan dan pemasukan fakta-fakta secara pasif ke benak siswa. Belajar bukanlah kegiatan mempertanyakan atau mengeksplorasi, menemukan dan mencapai tilikan baru, ekspresi diri sendiri atau pengetahuan sendiri. Dalam proses belajar tidak ada tempat bagi kritik dan pemahaman konsep-konsep serta makna-makna tidak dianggap penting. Kelemahan tersebut juga terjadi pada pendidikan kewarganegaraan yang secara khusus bertanggung jawab untuk membina warganegara secara demokratis.
Dalam
kaitannya
dengan
2
implementasi
kurikulum
Kewarganegaraan tahun 2006, tampak misi yang dibebankan pada mata pelajaran Pkn masih sulit untuk di laksanakan oleh para guru PKn di sekolah, karena disebabkan adanya banyak kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Pkn. Kendala-kendala tersebut adalah adanya muatan materi PKn yang begitu padat, terutama setelah materi tatanegara dipadukan dalam PKn. Oleh sebab itu para guru mengalami kesulitan dalam membagi waktu yaitu waktu untuk mengajarkan
konsep-konsep
menanamkan
nilai-nilai
politik
pancasila:
kenegaraan walaupun
dan
beberapa
waktu
untuk
guru
sudah
menerapkan pembelajaran inovatif, namun masih banyak guru yang menerapkan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru. Kendala yang lainya juga dirasakan oleh guru yaitu terbatasnya waktu yang tersedia untuk menerapkan pembelajaran inovatif, tumpang tindihnya materi, rendahnya kreativias guru dalam mengembangkan pembelajaran inovatif, kurang memadainya sarana dan prasarana sekolah yang diperlukan untuk mengembangkan dan menerapkan pembelajaran inovatif, dan ditambah motivasi belajar siswa rendah karena siswa menganggap mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang tidak termasuk yang diujia-nasionalkan. (Saptono; 2010) Dalam Ahmad Haris Bhakti (2009) mengatakan realitas pembelajaran PKn dalam proses belajar di kelas secara umum masih bersifat tradisonal /konvensional, dalam arti sangat terstruktur, guru lebih mendominasi, guru banyak menggunakan metode ceramah dan sangat sedikit tuntutan aktif dari anak, berakibat banyaknya hasil belajar siswa rendah. Oleh karena itu
3
pembelajaran yang monoton dalam hal penyajian sangat mempengaruhi tingkat penguasaan materi yang diajarkan. Berbeda dengan pembelajaran yang melibatkan potensi anak akan memberi pengalaman tersendiri bagi anak. Gagne dalam Edgar Dale (1985) mengemukakan bahwa kerucut pengalaman dimulai dengan siswa sebagai peserta dalam pengalaman langsung, kemudian bergerak sebagai pengamat kejadian yang nyata, terus ke siswa sebagai pengamat benda tiruan atau dimediakan dan berakhir ke siswa yang mengamati simbol-simbol yang menghadirkan suatu peristiwa tertentu, dengan demikian makin ke bawah letak suatu jenis pengalaman dalam kerucut pengalaman itu makin besar derajat kekongretannya. Model yang dimaksud
dalam
kerucut
pengalaman
adalah
pengalaman
terbatas,
pengalaman yang diperankan, demontrasi, karyawisata, sajian, televisi, gambar gerak, rekaman radio, gambar diam,visual verbal. Berdasarkan pendapat Dale tersebut tergambar jelas bahwa kemampuan siswa akan cepat diperoleh melalui kegiatan dimana siswa sendiri yang terlibat di dalamnya. Permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan diatas, juga ditemukan di SMA 3 pada saat observasi dikelas yaitu banyaknya siswa yang tidak mendengarkan bahkan tidur saat pelajaran berlangsung maupun berbincang-bincang dengan teman sebangkunya. Sehingga hasil belajar siswa yang dihasilkan kurang memuaskan dan nilai mereka banyak dibawah standar KKM. Ini juga terlihat dari hasil belajar siswa kelas X di SMA 3 Salatiga khususnya kelas X3 dan X4 setelah diberikan pretes masih banyak yang mendapatkan nilai dibawah rata-rata yaitu kurang dari 80. Metode
4
pembelajaran yang telah diterapkan selama ini kurang dapat menarik minat belajar siswa di kelas, sehingga siswa tidak ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Permasalahan tersebut disebabkan penerapan metode pembelajaran yang selama ini kurang dapat menarik minat belajar siswa di kelas, Sebenarnya banyak metode menarik yang dapat diterapkan dalam proses belajar dan pembelajaran dikelas untuk mengatasi permasalahanpermasalahan tersebut. dalam penelitian ini khususnya materi sistem peradilan nasional guru mencoba menerapkan model pembelajaran tipe STAD dan pembelajaran ekspositori. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok dengan kelompok yang heterogen yang dilihat dari suku, agama, ras dan prestasi untuk menuntaskan materi pembelajaran dengan siswa saling membantu dalam memahami materi yang sedang dibahas kemudian
diberikan
penghargaan
kelompok
yang
berdasarkan
dari
perhitungan selisih skor dasar dan hasil test individual untuk pemberiaan penghargaan hasil kerja siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Metode STAD mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan sharing dengan teman sekelompoknya (slavin, 2009). Pembelajaran Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan
5
langsung oleh guru, pembelajaran ini hampir mirip dengan pengunaan metode ceramah. Seperti halnya Somantri (2002) mengungkapkan perbedaan pembelajaran Ekspositori dengan ceramah yaitu dominasi guru dalam pembelajaran dikelas tidak hanya berbicara tetapi memberikan informasi pada saat bagian tertentu seperti awal pertemuan menjelaskan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru, contohnya seperti memberikan contoh dilapangan yang baru-baru terjadi. Oleh karena itu dari permasalahan yang telah diungkapkan di atas untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn bermaksud menerapkan model pembelajaran tipe STAD (Student team achievement division) dan pembelajaran ekspositori. Model pembelajaran ini diterapkan dengan tujuan agar dapat membantu guru, pendidikan Kewarganegaraan, dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar PKn menjadi lebih menarik sehingga diharapkan siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran khususnya PKn.
1.2. Pembatasan Masalah Supaya penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: Pengaruh pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Division) dan metode Ekspositori terhadap hasil belajar siswa PKn kelas X Semester 1 SMA N 3 Salatiga dengan melihat dari hasil belajar kognitifnya. 6
1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka masalah yang dapat di rumuskan adalah: 1. Adakah pengaruh metode STAD terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn kelas X di SMA 3 salatiga? 2. Adakah pengaruh pembelajaran Ekspositori terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn kelas X di SMA 3 Salatiga? 3. Adakah perbedaan pengaruh metode STAD dengan
pembelajaran
Ekspositori terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn kelas X di SMA 3 Salatiga?
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendiskripsikan pengaruh metode STAD terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn kelas X di SMA 3 Salatiga! 2. Mendiskripsikan pengaruh pembelajaran Ekspositori terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn kelas X di SMA 3 Salatiga! 3. Mendiskripsikan perbedaan Pengaruh metode STAD dengan Metode Ekspositori terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn kelas X di SMA 3 Salatiga!
7
1.5. Manfaat Hasil Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini sebagai data ilmiah yang konkret tentang pengaruh pembelajaran kooperatif model STAD dan Ekspositori terhadap peningkatan hasil belajar siswa untuk memperkaya informasi pada mata pelajaran PKn dan metode pembelajaran PKn. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Bagi peneliti secara praktis penelitian ini memberikan dan menambah pengetahuan atau wawasan mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif model STAD dan Ekspositori terhadap peningkatan prestasi siswa. b. Bagi pihak sekolah Penelitian ini sebagai alternatif masukan bagi guru-guru secara umum dan guru PKn, khususnya, dengan data
pengaruh
pembelajaran kooperatif model STAD dan Ekspositori terhadap prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran, supaya menerapkan pembelajaran yang tepat.
8