BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
keselamatan
lalu
lintas
jalan
saat
ini
sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian masyarakat (WHO)
internasional.
dalam
World
laporannya
Health
pada
Organization
Hari
Kesehatan
Internasional tahun 2004 menyebutkan, sebanyak 1,2 juta orang korban meninggal dunia setiap tahun dan lebih kurang 50 juta orang mengalami luka berat dan ringan akibat kecelakaan lalu lintas. Diperkirakan 90% dari total
korban
jiwa
ditempati
oleh
penduduk
negara
berkembang. Berdasarkan
hasil
survey
dari
World
Bank
dari
jumlah kecelakaan jalan sebesar 44% terjadi dikawasan Asia Pasifik dan sebanyak 65% terjadi dibagian lain didunia lainnya. Berdasarkan
survey
oleh
World
Bank,
negara
Indonesia menjadi penyumbang terbesar angka kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas juga telah menjadi penyebab
90%
Tenggara
saja,
orang
cacat pada
meninggal
seumur tahun
akibat
hidup. 2001
Di
kawasan
diperkirakan
kecelakaan
di
Asia
354.000
jalan
dan
diperkirakan 6,2 juta terpaksa dirawat di rumah sakit
1
2
akibat kecelakaan di jalan. Dikhawatirkan pada tahun 2020 nanti, jumlah korban yang meninggal atau mengalami kecacatan setiap harinya mencapai lebih dari 60% di seluruh
dunia,
penyebab
sehingga
utama
kecelakaan
kesakitan
dan
di
jalan
menjadi
kecacatan.
Setelah
meninjau fakta statistik mengenai ancaman kecelakaan lalu
lintas
terhadap
keberlangsungan
manusia, maka Perserikatan Bangsa-Bangsa
eksistensi
(PBB) memberi
perhatian serius pada masalah ini. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan Sekitar
2,1% 3,5
dari
juta
kematian orang
global
didunia
(Paden,
2004).
meninggal
setiap
tahunnya akibat kecelakaan. Sebanyak 2 juta (57,14%) diantaranya diakibatkan karena kecelakaan dijalan raya. Menurut Amerika:
National
Kecelakaan
Center dan
of
cidera
Health
Statistic
merupakan
penyebab
kematian nomor 4 (61/100.000 penduduk), setelah jantung (1,328), kanker (2,188) dan stroke (3,67). Kecelakaan dan
cidera
termasuk
10
penyebab
kematian
terbanyak
dunia (Bustan, 1997). Di Indonesia jumlah kecelakaan dijalan mencapai dengan
jumlah
kematian
orang
mengalami
luka
mencapai
berat,
dan
9.865
orang,
8.694
luka
6.142
ringan.
3
Dengan data tersebut rata-rata setiap hari terjadi 40 kejadian kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 30 orang
meninggal
dunia.
Sebagian
besar
kecelakaan
dialami kaum laki-laki dari kelompok usia produktif, yakni diantara 15-40 tahun (Depkes RI, 2004). Data dari Polda DIY menunjukkan jumlah kecelakaan lalu lintas diwilayah DIY tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Kejadian
kecelakaan
Kabupaten
Sleman
tertinggi
kejadian,
Bantul
1.420
lalu
lintas
yaitu
di
wilayah
sebanyak
kejadian,
1.548
Yogyakarta
678
kejadian, Gunung Kidul sebanyak 453 kejadian dan Kulon Progo berjumlah 323 kejadian (Dinkes, 2013). Peristiwa
kecelakaan
lalu
lintas
di
provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta terbilang cukup tinggi dalam enam tahun terakhir. Data Kepolisian menunjukkan, kasus kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dan setiap tahun
sedikitnya
130
meninggal
dunia
12%
akibat
kecelakaan lalu lintas. Laporan Kepolisian menunjukkan bahwa
88%
kematian
diakibatkan
oleh
cedera
kepala
(Dinkes, 2013). Data terjadi
kepolisian 2.408
kasus
menunjukkan, kecelakaan
tahun di
2007
Propinsi
telah DIY,
meningkat empat kali lipat dibanding tahun 2003. Kasus kecelakaan yang terjadi selama tahun 2007 di propinsi
4
DIY telah menelan korban meninggal dunia sebanyak 222 meninggal
dunia
12,8%
(Dinkes
DIY,
2008).
Secara
statistik, kecelakaan lalu lintas di DIY paling sering terjadi
di
wilayah
kerja
Kepolisian
Resort
Sleman.
Jumlah korban meninggal dunia terbanyak juga tercatat di Polres Sleman (Ditlantas Polda Prop. DIY, 2008). Beberapa berkendaraan
kasus
kematian
diakibatkan
luka
korban pada
kecelakaan
bagian
kepala.
Perlukaan yang ada dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu berat, sedang, dan ringan. Kategori berat yaitu pecahya
kepala
akibat
benturan
yang
ditandai
dengan
keluarnya jaringan otak, hilangnya sebagian otak, dan pendarahan yang hebat. Kategori sedang yaitu luka pada bagian kepala yang ditandai dengan retaknya kepala dan keluar darah dari bagian hidung, mulut, dan telinga. Kategori
ringan
yaitu
luka
pada
bagian
kepala
yang
ditandai dengan keluarnya darah dari hidung dan telinga tanpa
ada
keretakan
kepala.
Atas
dasar
inilah
maka
peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan antara
lokasi
perlukaan
yang
fatal
pada
korban
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dengan posisi pengemudi
atau
pembonceng
guna
memberikan
gambaran
betapa pentingnya keselamatan selama berkendaraan.
5
1.2. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara lokasi perlukaan tubuh yang fatal pada korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas
dengan
Instalasi
posisi
Kedokteran
pengemudi
atau
pembonceng
Forensik
RSUP
Dr.
di
Sardjito
Yogyakarta tahun 2012-2013? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan penulisan
permasalahan
skripsi
ini,
yang
tujuan
dibahas
penelitian
dalam adalah
mengetahui hubungan antara lokasi perlukaan tubuh yang fatal lintas
pada
korban
dengan
pembonceng
meninggal
kecelakaan
lalu
posisi
pengemudi
atau
membandingkan
kasus
yang
diperiksa
di
Instalasi
Kedokteran
Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 1.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kecelakaan lalu lintas sudah banyak
dilakukan
di
berbagai
tempat.
Hanya
saja
penelitian tentang “Hubungan antara Lokasi Perlukaan yang Fatal pada Korban Meninggal Akibat Kecelakaan Lalu Lintas dengan Posisi Pengemudi atau Pembonceng, hasil pemeriksaan Yogyakarta
di
Instalasi
tahun
Forensik
2012-2013
belum
RSUP
Dr.
pernah
Sardjito
dilakukan.
Terdapat penelitian yang mirip dengan penelitian ini yaitu :
6
1.
“Faktor Lintas
Risiko di
Kematian
Propinsi
Akibat
Daerah
Kecelakaan
Istimewa
Lalu
Yogyakarta”
tahun 2005 yang dilakukan oleh Primus R. Prabowo program
pascasarjana
Yogyakarta.
Penelitian
mengumpulkan
data
Universitas
Gadjah
Mada
dilakukan
dengan
cara
tentang
peristiwa
kecelakaan
lalu lintas dalam kurun waktu 1999-2003. Data yang diambil
berasal
dari
kepolisian
sebagai
sumber
data utama serta data pendukung yang berasal dari dinas Perhubungan, Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah, dan Badan Pusat Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan rancangan penelitian cross
sectional.
Hasil
menunjukkan
bahwa
jenis
kendaraan sepeda motor dan tidak bermotor, jenis jalan (tikungan/tanjakan/turunan) merupakan faktor risiko
terbesar
penyebab
kematian
akibat
kecelakaan lalu lintas di Propinsi DIY. 2.
“Motorcycle
Injuries
in
North-Central
Nigeria”
Penelitian yang dilakukan oleh HC Nwadiaro dkk., tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkombinasi retrospective dan prospective studi selama periode
2 1
tahun. tahun
Studi dari
retrospective
bulan
April
mencakup
2005
sampai
dengan Maret 2006 dengan mengumpulkan data dari
7
rekam
medis
pasien
yang
terdaftar
di
Jos
University Teaching Hospital mencakup kecelakaan kendaraan
bermotor.
Sedangka n
prospective
dilakukan pada bulan April 2006 hingga Maret 2007. Hasil menunjukkkan bahwa penyebab mordibitas dan mortalitas kecelakaan motor adalah cedera kepala. 3.
“Analisis
Spasial
Faktor-Faktor
Risiko
Kejadian
Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Sleman Tahun 2009”
tahun
2011
Inggrioneta
yang
Sekeronej
dilakukan
oleh
program
Epilina
pascasarjana
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan
dengan
cara
tentang
hubungan
faktor-
faktor risiko dengan fatalitas akibat kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sleman tahun 2009. Data yang
diambil
berasal
dari
kantor
satuan
LAKA
Lantas Polres Sleman sebagai sumber data utama. Dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil menunjukkan bahwa risiko fatal akibat kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sleman dipengaruhi oleh jenis
kendaraan
tidak
bermotor
dan
pada
waktu
malam hari, menjelang dini hari. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
mampu
memberikan
sumbangan teori, data, dan gambaran pengendara korban
8
meninggal
kecelakaan
lalu
lintas.
Serta
menjelaskan
pada masyarakat dan pihak terkait proporsi pengendara korban Istimewa
meninggal
kecelakaan
Yogyakarta
sehingga
lalu
lintas
dapat
di
diambil
pencegahan dan penanggulangan masalah ini.
Daerah langkah