BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, perasaan atau pesan kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap sesuatu yang ingin disampaikan pembicara kepada orang lain sehingga orang dapat mendengar, mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud. Bahasa sebagai alat berkomunikasi antara individu dapat dikaitkan dengan karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang dapat mengekspresikan perasaan, gagasan, ideologi, dan wawasannya melalui karya sastra. Pembaca sebagai penikmat karya sastra dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui bahasa yang khas dan menarik. Saat ini perkembangan karya sastra di Indonesia khususnya novel sangat pesat dan membanggakan. Novel memiliki cerita yang mengemukakan suatu cerita secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks, seperti kisah suka, duka, cinta dan adat istiadat.
Universitas Sumatera Utara
Novel 2 karya Donny Dhirgantoro berkisah tentang seorang anak bernama Gusni yang kelebihannya adalah kekurangannya. Pada usianya yang ke-18 tahun, Gusni harus menghadapi kenyataan pahit yang selama ini disimpan rapat keluarganya mengenai penyakit Gusni. Gusni memutuskan untuk bertahan hidup melalui bulutangkis. Walaupun tubuh tambunnya berbobot 125 kg ini sering diejek dan terlihat aneh di lapangan bulutangkis, namun ia tetap semangat dan pantang menyerah. Andi Hariyanto Maulana, pelatih legenda badminton tanah air, yang selalu menyemangati Gusni dengan sebait kata, “jangan pernah meremehkan kekuatan seorang manusia, karena Tuhan sedikitpun tidak pernah”. Kata-kata yang bukan saja menjadi pelecut semangat Gusni namun juga keluarganya. Akhirnya, berkat keyakinan dan kerja keras, bersama sang kakak, Gita, Gusni berhasil membawa nama baik Indonesia dalam pertandingan khatulistiwa terbuka. Sebuah keberhasilan di tengah kekurangan hidupnya. Novel ini mengajak pembaca untuk tidak pernah berputus asa dengan segala ketidaksempurnaan yang ada disekitar kita. Ketidaksempurnaan yang harus disyukuri dan dicintai agar manusia terus berani berjuang meraih mimpi. Novel 2 ditulis dengan rangkaian kalimat yang indah dan menarik, sehingga pembaca dapat terbuai merasakan kebahagiaan, kesedihan, dan semangat hidup dari novel tersebut. Rangkaian kalimat itu dapat berupa tuturan yang imperatif dan tuturan yang tidak imperatif. Berdasarkan tuturan-tuturan tersebut dapat ditemukan wujud kesantunan berbahasa dan tingkat kesantunan berbahasa dalam novel tersebut. Selain itu, dapat juga ditemukan makna pragmatik yang berbedabeda dari tiap tuturan. Hal ini dapat dilihat dari dua tuturan imperatif berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Jangan pernah meremehkan kekuatan seorang manusia, karena Tuhan sedikitpun tidak pernah” “Silakan.. teh buatan Gusni.. buat papa sama mama” Tuturan imperatif pertama memiliki makna pragmatik larangan untuk tidak pernah putus asa dalam hal apapun. Tuturan imperatif larangan ini ditandai dengan adanya pemarkah jangan. Tuturan imperatif kedua memiliki makna pragmatik persilaan, yang ditandai dengan adanya pemarkah silakan. Ke dua tuturan ini dapat mewakili seluruh tuturan dalam novel yang menunjukkan bahwa novel tersebut memiliki makna pragmatik yang berbeda-beda. Hal ini lah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti kesantunan imperatif yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro tersebut. Kesantunan (kesopansantunan) sama dengan tata krama atau etiket. Kesantunan atau etiket adalah tata cara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat beradab untuk memelihara hubungan baik antara sesama manusia. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi persyaratan yang disepakati dalam perilaku sosial (Sibarani, 2004:170). Kesantunan
bahasa
menurut
Leech
(1993)
menyangkut
hubungan
antara peserta komunikasi, yaitu penutur dan pendengar. Oleh sebab itu, penutur menggunakan strategi dalam melakukankan suatu tuturan dengan tujuan agar kalimat yang dituturkan santun tanpa menyinggung pendengar. Prinsip kesantunan adalah peraturan dalam percakapan yang mengatur penutur (penyapa) dan petutur (pesapa) untuk memperhatikan sopan santun dalam percakapan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, suatu ujaran dikatakan santun atau tidak berdasarkan batasanbatasan yang dilakukan oleh peserta tutur (komunikasi) mengenai apa yang boleh dikatakan dan bagaimana cara mengujarkannya. Oleh karena itu, konteks ujaran hubungan antara penutur dan petutur sangat menentukan kesantunan sebuah bentuk bahasa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan
uraian
latar
belakang
yang
telah
dikemukakan
di
atas,
permasalahan dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah wujud kesantunan imperatif yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro? 2. Bagaimanakah makna pragmatik imperatif yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro? 1.3 Batasan Masalah Dalam suatu penelitian, batasan masalah sangatlah diperlukan. Batasan ini sangat penting dalam suatu penelitian. Hal ini bertujuan agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan tidak terjadi kesalahan yang berakibat fatal bagi si peneliti dan tujuan dari penelitian tersebut dapat tercapai. Penelitian ini dibatasi pada kesantunan berbahasa oleh Leech dan makna pragmatik imperatif oleh Kunjana Rahardi.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Memaparkan wujud kesantunan pragmatik imperatif novel 2 karya Donny Dhirgantoro. 2. Mengidentifikasikan makna pragmatik imperatif novel 2 karya Donny Dhirgantoro. 1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, manfaat hasil penelitian ini adalah: 1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta masyarakat mengenai kesantunan berbahasa dalam tuturan-tuturan kalimat imperatif yang terdapat dalam novel. 2. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti skala kesantunan tuturan-tuturan kalimat imperatif yang terdapat dalam novel. 1.4.2.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai kritik dan masukan agar para pembaca dapat memahami makna kesantunan berbahasa yang terdapat dalam suatu karya sastra, seperti novel.
Universitas Sumatera Utara