BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra dapat memberikan kesadaran kepada pembaca tentang kebenarankebenaran hidup walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat dikatakan sebagai sistem sosial yang dipenuhi oleh tokoh dan kejadian yang diadopsi melalui kekayaan kehidupan masyarakat. Sebuah karya sastra juga dapat mengungkapkan adanya interaksi sosial antara pengarang, karya sastra, dan pembaca. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya pemikiran seorang pengarang terhadap imajinasi yang dimilikinya untuk dituangkan kembali ke dalam sebuah karya sastra kemudian dibaca dan secara tidak langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh pembaca. Karya sastra hanyalah salah satu genre dari sejumlah hasil peradaban manusia (Ratna, 2009: 107). Karya sastra Bali umumnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu karya sastra Bali klasik dan karya sastra Bali modern. Karya sastra Bali modern merupakan produk masyarakat modern berupa puisi, cerpen, dan novel. Putra (2010: 06) mengungkapkan bahwa perkembangan sastra Bali modern merupakan akibat dari pengenalan pendidikan modern inisiatif pemerintah kolonial Belanda awal tahun 1900-an. Tonggak pertumbuhan sastra Bali modern sesungguhnya berawal sejak pertengahan tahun 1910-an dan berlanjut tahun 1920-an dengan menghadirkan
kualitas cerpen-cerpan Bali modern hasil karya I Made Pasek dan Mas Nitisastro sebelum terciptanya roman Nemoe Karma sebagai novel pertama pada tahun 1931. Sebagai objek penelitian, penulis mengangkat sebuah karya sastra novel. Novel merupakan karangan prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 969). Novel merupakan karya sastra yang paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Hal tersebut dikarenakan novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang lebih luas, menyediakan masalah-masalah yang luas, bahasa yang digunakan cenderung bahasa sehari-hari yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang kompleks (Nurgiyantoro, 2010: 11) Salah satu novel berbahasa Bali yang diangkat sebagai bahan penelitian adalah novel karya I Made Sugianto berjudul Sentana Cucu Marep merupakan karya sastra Bali modern yang ditulis pada tahun 2014. Novel Sentana Cucu Marep merupakan novel seri kedua dari novel berjudul Sentana yang diterbitkan pada tahun 2012. Pada novel seri pertama pengarang membahas bagaimana kehidupan tokoh utama, pertemuan antar tokoh utama yaitu Kadek Subhakti, dari wangsa sudra dengan kekasihnya Dayu Dewi dari wangsa Brahmana yang berawal dari hubungan pertemanan, persahabatan, lalu mengarah pada hubungan asmara hingga diakhir cerita pengarang menceritakan Dayu Dewi yang tengah hamil tiba-tiba menghilang tanpa diketahui oleh siapapun. Pada Novel Sentana Cucu Marep pengarang menceritakan penyebab sebenarnya Dayu Dewi tiba-tiba menghilang, munculnya berbagai konflik hingga perubahan pola pikir keluarga Dayu Dewi dari yang tidak setuju hingga menjadi setuju atas hubungan Dayu
Dewi dengan Kadek Subhakti. Pengarang juga memasukkan gagasan perkawinan pada gelahang (saling memiliki), yakni kombinasi patrilineal dan matrilineal dengan tujuan akhir berbagi sentana (keturunan). Menurut pengarang Novel Sentana Cucu Marep adalah karya yang tercipta dari hasil membaca dan menyimak berbagai macam sumber bacaan sehingga munculah beragam imajinasi, serta hasil dari pengamatan pengarang terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya terutama dalam aspek perkawinan, kemudian dituangkan dalam sebuah novel. Interaksi sosial yang terkandung dalam Novel Sentana Cucu Marep merupakan hal utama yang menyebabkan terjadinya aktivitas-aktivitas sosial dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, adanya aspek perkawinan yang tercermin dalam Novel Sentana Cucu Marep membuat novel ini sangat menarik untuk diangkat sebagai bahan penelitian. Hal yang sangat menarik dari aspek perkawinan ini adalah adanya beberapa bentuk dan sistem perkawinan adat di Bali. Misalnya dapat disebutkan beberapa bentuk perkawinan yang sudah jarang dilakukan dalam masyarakat umat Hindu di Bali hingga bentuk perkawinan yang semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan masyarakatnya yaitu perkawinan beda wangsa (asupundung) dan perkawinan majangkepan. Asupundung adalah perkawinan antara seorang lakilaki dengan perempuan berkasta Brahmana dan ksatria dalem (Panetja, 1986: 22). Sedangkan
perkawinan majangkepan berarti menjodohkan dua orang anak laki-laki dan perempuan yang didahului dengan perundingan antara orang tua pihak laki-laki dengan orang tua pihak perempuan, kemudian juga membahas bentuk perkawinan nyeburin. Di beberapa tempat bentuk perkawinan ini lebih dikenal dengan sebutan nyentana atau nyaluk sentana. Kemudian ada pula bentuk perkawinan pada gelahang. Eksisitensi perkawinan ini mulai tumbuh dan berkembang akibat dari calon mempelai yang sama-sama berkedudukan sebagai anak tunggal dan tidak dapat meninggalkan warisan dari keluarga mereka masing-masing (Windia, 2011: 6-10).
Peristiwa yang terjadi dalam kisah asmara dari wangsa yang berbeda mangakibatkan harus dilangsungkannya berbagai bentuk perkawinan. Proses penyelesaian masalah yang dialami tokoh cerita dapat dikatakan cukup rumit, karena perkawinan simbolis yang diharapkan sebagai jalan keluar termasuk ke dalam perkawinan terlarang yaitu perkawinan dengan saudara satu garis keturunan. Tokoh dalam cerita juga seolah-olah melakukan penentangan-penentangan terhadap sistem kasta di Bali, ini terlihat dari berbagai peristiwa yang dialami tokoh dalam cerita. Setelah memperhatikan berbagai pemaparan mengenai hal tersebut di atas, maka sangatlah tepat mengangkat Novel Sentana Cucu Marep dengan kajian sosiologi sastra. Kajian ini diharapkan mampu membedah secara menyeluruh aspek-aspek sosial masyarakat Bali yang terkandung di dalam Novel Sentana Cucu Marep. Sebagaimana dikatakan Semi (1984: 52) bahwa sosiologi adalah suatu telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat serta tentang sosial dan proses sosial. Sastra sebagaimana halnya dengan sosiologi, berurusan dengan manusia, bahkan sastra diciptakan oleh anggota masyarakat untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah struktur yang membangun Novel Sentana Cucu Marep ? 2) Bagaimanakah wacana perkawinan yang tercermin dalam Novel Sentana Cucu Marep ? 3) Bagaimanakah pandangan dunia pengarang yang terefleksi dalam Novel Sentana Cucu Marep ?
1.3 Tujuan Setiap penelitian memiliki suatu tujuan yang mendasari penelitian tersebut. Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai secara tepat dan jelas sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu : 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian terhadap Novel Sentana Cucu Marep ini adalah dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu sastra dan untuk menambah khasanah hasilhasil penelitian di bidang sastra khususnya novel. Selain itu agar dapat memberikan gambaran bahwa karya sastra novel mampu menyuguhkan perihal kehidupan masyarakat yang hidup dalam lingkungan perkembangan zaman. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus berkaitan erat dengan masalah dan isi pembahasan dalam penelitian. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui struktur yang membangun Novel Sentana Cucu Marep. 2) Mengetahui wacana perkawinan yang tercermin dalam Novel Sentana Cucu Marep. 3) Mengetahui pandangan dunia pengarang yang terefleksi dalam Novel Sentana Cucu Marep.
1.4 Manfaat Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan keilmuan. Adapun manfaat yang pertama adalah manfaat yang bersifat teoretis dan manfaat kedua bersifat praktis yang dijabarkan sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis pada masa mendatang. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan terhadap salah satu khazanah kesusastraan Bali khususnya karya sastra novel. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadikan novel sebagai pedoman untuk dijadikan acuan dalam kehidupan sosial masyarakat di Bali melalui amanat yang terkandung dalam karya novel tersebut. Selain itu, terciptanya integrasi sosial yang harmonis pada kehidupan masyarakat akan berujung pada sebuah kesatuan, solidaritas, dan kebersamaan. Sumbangan untuk dunia pendidikan formal penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai media belajar bagi para pelajar untuk mengembangkan, mamahami karya sastra tidak hanya sekedar untuk menghibur, tetapi juga memberikan pembelajaran yang mengarah pada ranah efektif.