1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila produk dalam negeri belum mampu menerapkan sistem produksi halal, maka akan dimanfaatkan oleh produk negara lain yang telah menerapkan sistem produksi halal. Pada saat ini konsumen muslim di beberapa daerah berkecenderungan tertarik pada produk dari luar negeri karena sudah diproduksi dengan menggunakan label dan sertifikat halal yang terakreditasi dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena belum memasyarakatnya sistem produksi halal dalam negeri, maka produk impor seperti makanan, minuman, obat, kosmetika, dan produk halal lainnya akan menjadi ancaman bagi daya saing produk dalam negeri, baik dipasar lokal, nasional, maupun pasar bebas. Saat ini produk halal dari malaysia dan singapura telah masuk ke sebagian kawasan Indonesia barat, tengah dan timur dan apabila tidak segera diatasi akan mematikan pasar produk dalam negeri.1 Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi dan menggunakan produk halal merupakan tantangan yang harus direspon oleh pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia. Sebagai contoh, pasar dalam negeri kini telah dibanjiri produk luar negeri yang berlabel halal. Sementara produk 1
Muhammmad Djakfar, Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi Perundangan Nasional dengan syariah (t.tp: UIN Maliki Press, 2013), hlm 238.
2
Indonesia yang di ekspor ke beberapa negara yang mayoritas muslim tidak dapat diterima hanya karena tidak mencantumkan label halal. Hal ini biasa terjadi karena kurangnya pengetahuan di kalangan pelaku usaha untuk berproduksi sesuai dengan standar produk halal. Namun, menurut LPPOM MUI menilai kesadaran pelaku usaha mulai meningkat secara perlahan namun belum signifikan untuk melakukan sertifikasi produk halal, meskipun sifatnya yang masih sukarela, belum menjadi kewajiban. Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) MUI Lukmanul Hakim mengungkapkan semenjak setahun setelah UU No. 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH) disahkan, kesadaran pelaku usaha perlahan mulai tumbuh, namun belum signifikan. Mengutip dari data LPPOM MUI, bila melihat dari tren sejak lima tahun terakhir, jumlah produk yang sudah disertifikasi terus menunjukkan angka kenaikkan yang signifikan. Sepanjang lima tahun terakhir, jumlah produk yang sudah mendapat izin edar dari BPOM sudah mencapai 344.967 produk. Sedangkan, produk yang sudah tersertifikasi MUI mencapai 188.691 produk. Artinya perbandingannya baru mencapai 45,3%. Akan tetapi, saat sebelum UU itu lahir, perbandingannya hanya mencapai kisaran 30% sampai 35% saja. Idealnya, menurut Lukman, paling tidak perbandingan antara jumlah produk yang sudah teregistrasi di BPOM dengan sertifikat halal yang sudah beredar bisa mencapai 85%.2
2
Marsya Nabila., Animo Sertifikasi Produk Halal Meningkat, diakses melalui http://m.bisnis.com, (Diakses pada senin, 15 februari 2016, 16: 28 WIB)
3
Pemberlakuan labelisasi dan sertifikasi halal bertujuan untuk memenuhi tuntunan pasar (masyarakat konsumen) secara universal. Apabila tuntunan itu bisa terpenuhi, secara ekonomi, para pebisnis indonesia akan mampu menjadi tuan rumah dalam segala produk yang dibutuhkan, selain itu juga bisa melakukan persaingan di dunia perdagangan internasional. Tujuan lainnya adalah melindungi akidah konsumen, artinya dengan pemberlakuan labelisasi dan sertifikasi halal, para konsumen muslim merasa tidak ragu lagi dalam mengkonsumsi sebuah produk yang dibutuhkan, baik dalam bentuk makanan, minuman, kosmetika, obatobatan, maupun lainnya.3 Masyarakat saat ini mengkonsumsi suatu produk tidak lagi terlalu memperhatikan kehalalan suatu produk. Mereka kebanyakan hanya berpikiran secara sempit bahwa produk yang secara langsung di produksi dari bahan baku yang tidak halal (alkohol dan babi misalnya) adalah haram. Padahal untuk memproduksi suatu produk tidak hanya berdasarkan bahan baku saja tapi juga mulai dari tata cara produksi, bahan-bahan tambahan ataupun unsur-unsur lainnya yang menyertai produksi produk tersebut juga haruslah halal. Padahal dalam ajaran syariat islam, tidak diperkenankan bagi kaum muslim untuk mengkonsumsi produk-produk tertentu karena substansi yang dikandungnya atau proses yang menyertainya. Dengan adanya label halal ini konsumen muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan mencantumkan label halal pada kemasannya. Konsumen muslim berhati-hati 3
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis: membangun wacana........., hlm 240
4
dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak produk-produk tanpa label halal tersebut dan membeli produk-produk yang berlabel halal atau tidak merupakan hak konsumen itu sendiri. Dari sisi konsumen tentu saja mempunyai persepsi yang berbeda dalam memutuskan membeli suatu produk. Sebagian mungkin tidak peduli dengan kehalalan suatu produk sedangkan sebagian lainnya masih memegang teguh prinsip bahwa suatu produk harus ada label halalnya. Label halal yang terdapat pada kemasan produk, akan mempermudah konsumen untuk mengidentifikasi suatu produk. Di Indonesia penggunaan label halal sangatlah mudah ditemukan, pada produk makanan pada umumnya. Suatu produk yang tidak jelas bahan baku dan cara pengolahannya dapat saja “ditempeli” tulisan halal (dengan tulisan halal), maka seolah-olah produk tersebut telah halal dikonsumsi. Berikut label halal yang sering digunakan produsen untuk memberikan informasi kehalalan produknya: Gambar 1.1 Label halal tanpa ada nama lembaga yang menjaminnya
Konsumen yang kurang memiliki pengetahuan tentang label halal akan beranggapan bahwa label halal (seperti gambar diatas) yang tercantum dalam produk yang dibelinya adalah label halal yang sah. Padahal penentuan label halal pada suatu produk, tidak hanya asal tempel, harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat islam yang melibatkan pakar dari berbagai disiplin
5
ilmu, baik agama maupun ilmu-ilmu lain yang mendukung. Di Indonesia Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah lembaga yang kompeten untuk melakukan penjaminan kehalalan produk dalam kerjanya peran MUI dibantu oleh LPPOMMUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia). Lembaga ini dibentuk untuk membentuk Majelis Ulama Indonesia dalam menentukan kebijaksanaan, merumuskan ketentuan-ketentuan,rekomendasi dan bimbingan yang menyangkut pangan, obat-obatan dan kosmetika sesuai dengan ajaran islam. Lembaga inilah yang sebenarnya berwenang memberi sertifikat halal kepada perusahaan yang akan mencantumkan label halal. Religiusitas menurut Schiffman dan Kanuk telah berperan penting dalam masyarakat Yahudi di Amerika Serikat dalam mempengaruhi keputusan membeli produk. Masyarakat Yahudi di Amerika menganggap masalah halal adalah perkara penting didalam memilih suatu produk yang akan dikonsumsinya. 4 Hal serupa juga terdapat di Indonesia berdasarkan penelitian Aisyah yang menemukan kecenderungan konsumen muslim untuk mempertimbangkan masalah kehalalan dalam memilih produk yang akan dikonsumsi.5Kemudian dalam pengambilan keputusan konsumen Schiffman dan Kanuk, religiusitas dimasukkan sebagai sub budaya dalam kelompok sosio-kultural yang juga memberikan pengaruh eksternal dalam proses pengambilan keputusan konsumen.
5
Dwiwiyati Astogini, dkk, Aspek Religiusitas dalam Keputusan Pembelian Produk Halal (Studi tentang Labelisasi Halal pada Produk Makanan dan Minuman Kemasan), (Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Vol. 13, No.1, Maret 2011), hlm. 2
6
Disinilah konsumen diharapkan bisa teliti sebelum membeli. Dalam pemilihan produk makanan konsumen sebaiknya menggunakan proses keputusan yang luas dengan tingkat keterlibatan tinggi. Salah memilih makanan akan mengakibatkan kesehatan konsumen, terutama kesehatan pencernaan yang efeknya bisa sampai jangka panjang. Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk (barang dan jasa) adalah memperoleh informasi yang benar untuk produk yang akan dikonsumsinya. Informasi bisa diperoleh konsumen melalui iklan maupun label yang tertera dalam kemasan produk. Cara yang paling mudah dilakukan untuk memilih produk halal adalah dengan melihat ada tidaknya lebel halal pada kemasannya. Produsen yang akan mencantumkan label halal harus memiliki sertifikat halal lebih dahulu. Realitas lapangan saat ini menunjukkan ketidakpahaman terhadap produk yang bersertifikat halal sangat memprihatinkan, lebh-lebih bagi para mahasiswa yang mempunyai pendidikan Agama, khususnya Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Angkatan 2014 STAIN Pekalongan ini beranggapan seolah-olah sertifikat/ label halal yang tertera di dalam suatu kemasan menjadi suatu yang tidak penting untuk dipahami terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, karena tugas memahami sertifikat halal adalah Majelis Ulama Indonesia. Akibatnya ketidakpahaman semacam ini menjadikan suatu komunitas untuk tidak peduli terhadap makna sertifikat/label halal dalam produk tersebut. Sehingga atas dasar ini, dapat menjadi tolak ukur terhadap populasinya dalam memberikan contoh dalam memilih dan memilah produk halal, khususnya contoh yang baik di dalam merealisasikan wawasan Agama.
7
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah Angkatan 2014 STAIN Pekalongan yang sebagian besar mahasiswanya secara tidak langsung mendapatkan pengajaran terhadap pemahaman produk halal dalam mengkonsumsi suatu produk, dapat menjadi perwakilan dari populasi Muslim di STAIN Pekalongan yang menjadi konsumen, dan dapat dijadikan sebagai tolak ukur terhadap aplikasi dari pemahaman mereka dan sangat tmencerminkan sejauh mana pemahaman dan kepedulian mereka sebelum mengkonsumsi produk, baik makanan, minuman, kosmetik, obat-obatan maupun produk halal lainnya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil penelitian dengan
judul
“PENGARUH
LABEL
HALAL
DAN
RELIGIUSITAS
TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARIAH ANGKATAN 2014 STAIN PEKALONGAN”. B. Rumusan Masalah 1. Apakah label halal berpengaruh terhadap keputusan membeli? 2. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap keputusan membeli? 3. Apakah label halal dan religiusitas berpengaruh terhadap keputusan membeli? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan membeli. 2. Untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap keputusan membeli. 3. Untuk mengetahui label halal dan religiusitas berpengaruh terhadap keputusan membeli.
8
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi ini: 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Disisi lain penelitian ini dapat menambah wawasan dan kepustakaan bagi pihakpihak yang berkepentingan. 2. Praktis a. Hasil penelitian memberikan pengetahuan kepada para konsumen tentang perlunya perlindungan konsumen terhadap produk berlabel halal. b. Memberikan sumbangan pemecahan masalah bagi pemerintah dalam mensosialisasikan label halal yang resmi kepada seluruh lapisan masyarakat. c. Memberikan dukungan kepada LPPOM MUI dalam masalah sosialisasi agar masyarakat dapat membedakan mana label halal yang resmi dan mana label halal yang palsu.
9
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini di bagi dalam lima bab yaitu: BAB I Pendahuluan, Berisi untuk mengantarkan permasalahan skripsi secara keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi landasan teori yang berhubungan dengan penelitian, Penelitian yang Relevan, Kerangka Berpikir dan Hipotesis dalam penelitian ini. BAB III Metode Penelitian, Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, setting penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, sumber data, instrumen dan teknik pengumpulan data penelitian, serta teknik pengolahan dan analisis data. BAB IV Hasil, Analisis Data dan Pembahasan, Bab ini berisi pendeskripsian data hasil penelitian baik yang lapangan maupun penelitian pustaka. Dan pembahasan mengenai Pengaruh Label Halal dan Religiusitas terhadap Keputusan Membeli Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah Angkatan 2014 STAIN Pekalongan. BAB V Penutup, Bab ini berisi simpulan dan saran.