BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Transfusi pelayanan
darah
merupakan
kesehatan
modern.
bagian Jika
penting
digunakan
dalam secara
benar, transfusi darah dapat menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kesehatan. Namun demikian, transmisi dari agen infeksius melalui darah dan produk darah telah menjadi perhatian khusus terkait risiko potensial dari transfusi (WHO, 2001). Sehubungan dengan peningkatan penggunaan darah dan produk darah serta tingginya risiko transmisi penyakit melalui transfusi darah, WHO mengeluarkan rekomendasi dilakukannya
skrining
ditransmisikan hepatitis darah
B,
yang
Departemen
terhadap
melalui hepatitis
Kesehatan
dilakukannya
transfusi C
didonasikan
yang
dapat
termasuk
HIV,
dan
sifilis,
(WHO,
2010).
juga
skrining
infeksi
pada Di
mengeluarkan
untuk
penyakit
seluruh
Indonesia rekomendasi di
atas
(Balitbangkes, 2003). Hepatitis
C
merupakan
salah
satu
penyakit
yang
dapat ditularkan melalui transfusi darah. Berdasarkan data
dari
Departemen
Kesehatan
R.I.,
penderita 1
2
Hepatitis C di Indonesia pada laki-laki mencapai 1,7% sedangkan pada perempuan mencapai 2,4% (Balitbangkes, 2007). pada
Prevalensi
kategori
hepatitis C
sedang
di
(Hanafiah
Indonesia
et
al.,
termasuk
2013).
Pada
tahun 2012 terdeteksi 0,47% pendonor reaktif hepatitis C di 24 cabang Unit Transfusi Darah (UTD) di seluruh Indonesia (Soedarmono & Gani, 2013). Banyaknya jumlah penderita penyakit hepatitis C di Indonesia, tetapi di lain pihak kurangnya data mengenai angka seroprevalensi hepatitis C melalui donor darah, maka
diperlukan
suatu
studi
epidemiologi
mengenai
infeksi melalui transfusi khususnya penyakit hepatitis C di kota Yogyakarta untuk mengetahui perkembangan dan penyebaran penyakit hepatitis C melalui transfusi. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
membantu
klinisi
memberikan data persentase darah donor yang mengandung virus
hepatitis
C
dengan
membandingkan
berdasarkan
karakteristik jenis kelamin, kelompok umur, golongan darah,
wilayah
asal
dan
pekerjaan
sehingga
dapat
menjadi pertimbangan bagi klinisi untuk lebih berhatihati dalam memutuskan transfusi darah. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
di
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
atas
dapat
3
1. Berapa seroprevalensi hepatitis C pada darah donor di Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014? 2. Bagaimana reaktif
karakteristik anti-HCV
di
pendonor UPTD
pada
RSUP
darah
donor
Dr.
Sardjito
reaktivitas
anti-HCV
Yogyakarta pada tahun 2011-2014? 3. Bagaimana dengan
hubungan
antara
karakteristik
pendonor
di
UPTD
RSUP
Dr.
Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014?
I.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui
angka
seroprevalensi
hepatitis
C
pada
darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014. 2. Mengetahui karakteristik pendonor pada darah donor reaktif
anti-HCV
di
UPTD
RSUP
Dr.
Sardjito
reaktivitas
anti-HCV
Yogyakarta pada tahun 2011-2014. 3. Mengetahui dengan
hubungan
karakteristik
antara pendonor
di
UPTD
RSUP
Dr.
Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014.
I.4 Keaslian Penelitian Fauzi
(2012),
seroprevalensi
HIV,
melakukan hepatitis
penelitian B,
hepatitis
analisis C,
dan
4
sifilis pada darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito dan UTD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2010. Metode yang digunakan adalah penelitian observasional retrospektif menggunakan subjek
rancangan
penelitian
studi
pendonor
potong darah
lintang
di
UPTD
dengan
RSUP
Dr.
Sardjito dan UTD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seroprevalensi kasus HBsAg, HCV dan sifilis darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito
lebih
tinggi
dibandingkan
UTD
PMI
Kota
Yogyakarta. Sedangkan, seroprevalensi hepatitis C darah donor
di
UPTD
dibandingkan
UTD
RSUP
Dr.
PMI
Kota
Sardjito
lebih
Yogyakarta.
rendah
Berdasarkan
karakteristik donor, hanya status frekuensi donor yang bermakna secara statistik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah studi yang dilakukan membandingkan seroprevalensi hepatitis C dan karakteristik darah donor reaktif anti-HCV di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama 3 tahun pada periode April 2011 hingga Maret 2014.
I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran perkembangan
penyakit
hepatitis
di
C
DI
menular
Yogyakarta
transfusi dengan
khususnya
membandingkan
5
karakteristik jenis kelamin, kelompok umur, golongan darah, wilayah asal dan pekerjaan. Diharapkan penyedia layanan donor, dalam hal ini PMI, dapat meningkatkan kualitas
darah
donor
dan
mengurangi
angka
penyakit
menular transfusi khususnya hepatitis C. Bagi klinisi diharapkan dapat mengantisipasi transmisi hepatitis C dari
pendonor
yang
memiliki
faktor
risiko.
Manfaat
untuk resipien adalah dapat memperoleh darah donor yang berkualitas transfusi.
dan
bebas
transmisi
penyakit
menular