2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan kesehatan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak mungkin tercapai tanpa adanya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan keperawatan, perawat diharapkan juga dapat memberikan pelayanan secara berkualitas (Alimul, 2004). Oleh karena itu, kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh keefektifan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Hal ini menjadikan perawat sebagai ujung tombak dalam pelayanan rumah sakit (Hamid, 1996). Banyaknya waktu perawat untuk bertemu klien dan keluarganya menjadikan klien dan keluarganya untuk sering berkomunikasi dengan perawat. Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan antara perawat–klien maupun keluarganya (Hamid, 1996). Dalam praktek keperawatan, perawat mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan pada klien secara lengkap sebagai dasar bagi klien untuk membuat keputusan menerima atau menolak tindakan tersebut (Roger, 1999). Keberhasilan seorang perawat dalam pembentukan hubungan dan situasi perawatan yang baik antara lain 1
3
ditentukan
oleh
kemampuannya
berhubungan
dengan
orang
lain,
berkomunikasi dan bekerjasama (Gunarsa, 1998). Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perawat untuk mendapatkan informasi akurat dan membina hubungan saling percaya klien dan keluarga (Sacharin, 1986). Membangun rasa percaya antara perawat dan klien sangatlah berguna dalam berkomunikasi secara efektif (Ellise dan Nowlis, 1994). Perlunya perawat membina hubungan kepercayaan dengan klien melalui suatu komunikasi terapeutik,
berguna
sebagai
penunjang
dalam
pelaksanaan
asuhan
keperawatan, sehingga dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan oleh klien. Menurut Purwanto (1994), komunikasi terapeutik juga memegang peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Abraham dan Stanley (1996) menuturkan bahwa komunikasi tentang prosedur yang akan dilakukan membantu klien dan keluarga untuk memahami proses yang sedang dan akan terjadi dalam suatu prosedur. Informasi yang tepat juga akan membantu perawat untuk mendapatkan kerjasama yang baik dari klien dan keluarga. Hal ini menggambarkan pentingnya komunikasi terapeutik dalam suatu tindakan keperawatan. Komunikasi merupakan kunci utama dalam hubungan interpersonal. Seringkali akibat komunikasi yang kurang tepat terjadi perbedaan pandangan atau salah paham. Oleh karena itu perawat harus lebih memahami konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan hubungan dengan klien untuk tujuan
4
terapeutik. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi yang dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Untuk mempunyai sikap yang positif dalam komunikasi terapeutik maka diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka sikap dalam komunikasi terapeutik akan menjadi kurang. Menurut Behrman (1996) dalam Alimul (2004) dengan komunikasi terapeutik masalah-masalah psikologis pada klien dapat dikurangi seperti kecemasan, ketakutan, perubahan perilaku, dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan komunikasi terapeutik secara efektif yang akan dan sedang dilakukan tindakan
keperawatan seperti menggali perasaan, pikiran,
perubahan perilaku, sehingga akan meningkatkan keterbukaan perawat dan klien serta membantu memecahkan masalah psikologis klien. Sampai sekarang ini komunikasi terapeutik pada klien masih kurang mendapat perhatian dan hanya bersifat rutinitas, mengingat kurangnya penggunaan komunikasi terapeutik secara positif sehingga klien mengalami kecemasan saat dan selama di rumah sakit (Keliat, 1992). Penggunaan komunikasi terapeutik yang efektif dengan memperhatikan pengetahuan, sikap dan cara yang digunakan oleh perawat akan sangat besar pengaruhnya terhadap usaha mengatasi berbagai masalah psikologi klien, karena perawat akan bersama dengan klien 24 jam. Behrman dalam Keliat (1992) mengatakan dengan komunikasi terapeutik ini klien akan mengetahui apa yang sedang
5
dilakukan dan apa yang akan dilakukan selama di rumah sakit sehingga perasaan dan pikiran yang menimbulkan masalah psikologis dapat teratasi. Walaupun komunikasi merupakan modal dasar yang harus dimiliki perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan juga merupakan kunci keberhasilan asuhan keperawatan, akan tetapi pada prakteknya dilapangan masih sangatlah kurang (Abraham 1996; Arwani 2003). Kurangnya kemampuan komunikasi perawat dalam berinteraksi dengan klien ditunjukkan oleh
beberapa penelitian
terkait,
diantaranya
yaitu
penelitian
yang
dipublikasikan di Eropa dan sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang serta di Indonesia. Penelitian yang dipublikasikan di Eropa pada tahun 2002 yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi perawat dalam merawat klien dengan kanker menunjukkan bahwa perawat masih kurang bisa menerapkan komunikasi terapeutik terhadap klien dengan kanker, mereka masih menggunakan simpatinya karena orang dihadapi sedang menjelang ajal (Corner, 2002). Sedangkan penelitian di Jepang menyatakan bahwa sebagian besar perawat menunjukkan keefektifitasan yang rendah dalam kemampuan komunikasinya (Misae, 2002). Di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh Rochana
(2005)
tentang
”Kemampuan
Perawat
Dalam
menerapkan
Komunikasi Terapeutik Terhadap Anak di Bangsal Anak di Rumah Sakit Pemerintah di Semarang” menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden mempunyai kemampuan yang rendah dalam menerapkan komunikasi terapeutik terhadap anak.
6
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Hamid 1996), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia. RSUD dr. H. Soewondo Kendal merupakan rumah sakit umum daerah Kabupaten Kendal yang memiliki 112 tenaga keperawatan dengan latar belakang yang berbeda-beda baik usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja dan perbedaan-perbedaan lain sebagai manusia yang unik. Sebanyak 73 tenaga keperawatan terdapat di ruang rawat inap yang notabene membutuhkan tenaga keperawatan lebih banyak. RSUD dr. H. Soewondo Kendal berupaya meningkatkan
pelayanan
kesehatan
salah
satunya
adalah
pelayanan
keperawatan. Pelayanan yang khususnya diberikan oleh perawat melalui hubungan dan komunikasi terapeutik kepada pasien rawat inap tentunya diharapkan akan mendapatkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari klien. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada sebagian perawat dengan karakteristik yang berbeda yang sedang memberikan tindakan keperawatan terhadap klien didapatkan kenyataan bahwa dari perawat yang peneliti amati tidak semua perawat dalam memberikan tindakan keperawatan menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik. Perawat dengan usia yang lebih tua dan lama kerja yang lebih panjang dalam menerapkan komunikasi terapeutik saat tindakan
7
keperawatan lebih baik dan sesuai dengan alur komunikasi terapeutik dibanding dengan perawat yang lebih muda. Sehingga hubungan yang terapeutik dapat terjalin antara perawat-klien. Namun sebaliknya ada juga perawat muda yang lebih bisa menerapkan komunikasi terapeutik yang benarbenar terapeutik bagi klien dibanding perawat yang lebih tua yang mana jam terbang di dunia keperawatan jelas lebih lama. Fenomena tersebut juga berlaku untuk karakteristik perawat yang lain misalnya tingkat pendidikan perawat. Ada perawat dengan pendidikan diploma keperawatan yang menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik ada juga perawat dengan pendidikan sarjana dalam menerapkan komunikasi terapeutik masih jauh dari kata terapeutik. Hasil wawancara dari 10 orang klien menyatakan bahwa mereka lebih tenang dan merasa lebih dekat dengan perawat-perawat yang menggunakan komunikasi dengan baik, baik hati dan ramah. Sehingga bila ada keluhan atau ada hal-hal yang ingin diungkapkan atau ditanyakan kepada perawat mereka tidak merasa canggung untuk mengungkapkannya. Selain itu dari wawancara tersebut didapatkan juga data sebanyak 5 orang (50%) menyatakan perawat masih kurang melakukan komunikasi terapeutik, 3 orang (30%) menyatakan perawat cukup melakukan komunikasi terapeutik dan sisanya 2 orang (20%) menyatakan
perawat
baik
dalam
melakukan
komunikasi
terapeutik.
Sedangkan berdasarkan komplain yang masuk melalui kotak saran maupun secara langsung diperoleh data petugas menempati salah satu aspek yang disoroti oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa petugas salah satunya
8
perawat dalam berinteraksi dengan klien kemungkinan masih terjadi miskomunikasi (Profil RSUD dr. H. Soewondo Kendal, 2007). Atas dasar pemikiran tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Dalam Pemberian Tindakan Keperawatan Pada Klien Di Ruang Rawat Inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah “Apakah ada hubungan antara karakteristik dan pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan pada klien di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara karakteristik dan pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan pada klien di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. 2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan usia perawat di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. b. Mendiskripsikan jenis kelamin perawat di ruang rawat inap di RSUD dr. H. Soewondo Kendal.
9
c. Mendiskripsikan tingkat pendidikan perawat di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. d. Mendiskripsikan pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik
di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. e. Mendiskripsikan masa kerja perawat di ruang rawat inap RSUD dr. H.
Soewondo Kendal. f. Mendiskripsikan status kepegawaian perawat di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. g. Mendiskripsikan penerapan komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan pada klien di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. h. Menganalisis hubungan usia perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan pada klien di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. i. Menganalisis hubungan jenis kelamin perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan pada klien di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. j. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan pada klien di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. k. Menganalisis penerapan
hubungan
komunikasi
tingkat terapeutik
pengetahuan dalam
perawat
pemberian
dengan tindakan
10
keperawatan pada klien di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. l. Menganalisis hubungan lama kerja perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. m. Menganalisis hubungan status kepegawaian perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. D. Manfaat Penelitian a. Bagi perawat Sebagai
bahan
masukan
bagi
perawat
untuk
meningkatkan
kemampuan dalam menerapkan komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan sehingga terjalin komunikasi yang baik antara perawat dan klien. b. Bagi instansi Sebagai masukan dalam upaya peningkatan kemampuan perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada klien yang dapat menunjang asuhan keperawatan. c. Bagi peneliti Menambah pengetahuan bagi peneliti untuk dijadikan sebagai bahan wacana kedepan sehingga mendapatkan gambaran tentang penerapan komunikasi terapeutik.
11
E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan bidang Ilmu Keperawatan khususnya komunikasi dalam keperawatan.