BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transfusi darah merupakan bagian penting yang turut menunjang dinamika dunia kesehatan. Apabila berjalan dengan baik, transfusi dapat menyelamatkan nyawa pasien dan menunjang status kesehatan. Proses ini dimulai dari sejak pencarian donor, proses skrining, hingga akhirnya ditransfusi ke resipien. Setiap tahapan amat penting untuk
menjamin
resipien,
ketersediaan
karena
pasien
yang
darah
yang
aman
mendapatkan
bagi
transfusi
darah dapat mengalami reaksi sampingan dan juga amat memungkinkan Untuk
itu,
skrining
terjadinya WHO
telah
hepatitis
immunodeficiency
B,
virus)
transmisi
penyakit
merekomendasikan hepatitis dan
sifilis
C,
infeksi.
dilakukannya HIV
terhadap
(human darah
donor (WHO, 2010). Walaupun telah terdapat standar prosedur skrining, masih terdapat darah donor yang belum aman disebabkan belum lengkapnya skrining terhadap 4 penyakit di atas ataupun kualitas sistem skriningnya. Pada tahun 2007, dari 155 negara yang mengaku sudah melakukan skrining
1
2
HIV
100%,
hanya
71
yang
melakukan
dengan
prosedur
terjamin (WHO, 2010). Ketidakefektifan skrining ini menimbulkan 160.000 kasus baru untuk HIV setiap tahunnya, sebanyak 5-10% kasus HIV dunia ditransmisi dari darah transfusi. Kasus pertama
acute
immunodeficiency
syndrome
(AIDS)
pada
penerima darah transfusi terjadi pada tahun 1982. Pada tahun 1985 saat kasus makin meluas, mulai diperintahkan skrining darah donasi terhadap HIV-1. Lebih dari 90% individu yang terpapar darah terkontaminasi HIV menjadi terinfeksi. risiko
Skrining
transmisi
HIV
juga
tidak
melalui
mampu
mengeliminasi
transfusi,
mengingat
teknologi terkini belum mampu untuk mendeteksi RNA HIV pada 10-15 hari pertama terinfeksi karena level viremia yang rendah (Fauci et al., 2012). Sejak awal muncul, HIV telah menginfeksi 70 juta orang di dunia dan menyebabkan kematian pada 35 juta jiwa. Hingga akhir tahun 2011, sebanyak 34 juta jiwa hidup dengan mengidap HIV (WHO, 2014). Kasus HIV di Indonesia sejak Januari 1987 - Juni 2014 telah mencapai 142.950 dengan angka kematian 9.760 jiwa. Selama kurun waktu beberapa tahun terakhir, kasus HIV di Indonesia
3
mengalami fluktuasi, tercatat pada tahun 2011 sebanyak 21.031 kasus, tahun 2012 sebanyak 21.511, tahun 2013 sebanyak
29.307
kasus
dan
tahun
2014
hingga
Juni
sebanyak 15.534. Lebih dari separuh penderita berjenis kelamin laki-laki dan berada pada kelompok usia 20-29 tahun. Sedangkan kasus HIV di DI Yogyakarta hingga Juni 2014 berjumlah 2.471 kasus dengan prevalensi 26,49 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan
kondisi
di
atas,
HIV
merupakan
permasalahan yang cukup menjadi sorotan masyarakat pada umumnya dan klinisi khususnya. Skrining terhadap HIV yang sudah dilakukan pada darah donor di PMI tidak menjamin
100%
transfusi. epidemiologi menular
eliminasi
Untuk
Penelitian
itu,
untuk
transfusi ini
transmisi masih
mengetahui khususnya
bertujuan
HIV
melalui
diperlukan
perkembangan HIV
untuk
di
DI
darah studi
penyakit
Yogyakarta.
membantu
klinisi
memberikan data persentase darah donor yang mengandung HIV
dengan
membandingkan
berdasarkan
karakteristik
jenis kelamin, kelompok usia, golongan darah, wilayah asal dan pekerjaan sehingga dapat menjadi pertimbangan
4
bagi klinisi untuk lebih berhati-hati dalam memutuskan transfusi darah. I.2 Rumusan Masalah Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar
bagi
peneliti
untuk
merumuskan
pertanyaan-
pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Berapa seroprevalensi HIV pada darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014?
2.
Bagaimana karakteristik pendonor pada darah donor reaktif HIV di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014?
3.
Bagaimana
hubungan
reaktivitas
HIV
dengan
karakteristik pendonor di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014? I.3 Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui
angka
seroprevalensi
HIV
pada
darah
donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014. 2.
Mengetahui karakteristik pendonor pada darah donor reaktif HIV di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014.
5
3.
Mengetahui
hubungan
reaktivitas
HIV
dengan
karakteristik pendonor di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011-2014. I.4 Keaslian Penelitian Fauzi
(2012),
seroprevalensi
melakukan
HIV,
hepatitis
penelitian B,
analisis
hepatitis
C,
dan
sifilis pada darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito dan UTD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2010. Metode yang digunakan adalah penelitian observasional retrospektif menggunakan subjek
rancangan
penelitian
studi
pendonor
potong darah
di
lintang UPTD
dengan
RSUP
Dr.
Sardjito dan UTD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seroprevalensi kasus HBsAg, HCV dan sifilis darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito
lebih
tinggi
dibandingkan
UTD
PMI
Kota
Yogyakarta. Sedangkan, seroprevalensi HIV darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito lebih rendah dibandingkan UTD PMI Kota Yogyakarta. Berdasarkan karakteristik donor, hanya status donor yang bermakna secara statistik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah studi yang dilakukan
membandingkan
seroprevalensi
dan
6
karakteristik
HIV
RSUP
Dr.
Sardjito
Yogyakarta
pada
tahun 2011-2014. I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran perkembangan penyakit menular transfusi khususnya HIV di
DI
Yogyakarta
dengan
membandingkan
karakteristik
jenis kelamin, kelompok usia, golongan darah, wilayah asal dan pekerjaan. Diharapkan penyedia layanan donor, dalam hal ini PMI, dapat meningkatkan kualitas darah donor dan mengurangi angka penyakit menular transfusi khususnya
HIV.
mengantisipasi
Bagi
klinisi
transmisi
HIV
diharapkan dari
pendonor
dapat yang
memiliki faktor risiko. Manfaat untuk resipien adalah dapat memperoleh darah donor yang berkualitas dan bebas transmisi penyakit menular transfusi.