BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) (2008) melaporkan masalah cedera anak dan remaja di bawah umur 18 tahun merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat. Peltzer dan Pengpid (2012) melaporkan hasil survey Global School based Health Survey (GSHS) tahun 2007-2008 pada pelajar umur 13-15 tahun di 4 negara Asia yaitu Indonesia, Myanmar, Srilanka dan Thailand. Dari 9333 pelajar yang mengalami cedera terdapat rata-rata 42,2% mengalami cedera serius. Tiga persentasi data terbesar disebabkan oleh jatuh (14,6%), olahraga (9,9%) dan kecelakaan berkendaraan (6,1%). Cedera didefinisikan sebagai terjadinya kerusakan jaringan tubuh yang menimbulkan tanda sehingga dapat dilihat dan dirasakan (Prentice, 2011). Cedera olahraga merupakan penyebab utama terjadinya cedera pada remaja yang membutuhkan tindakan medis. Pusat kesehatan Prancis mencatat kejadian cedera saat berolahraga mencapai 11% dari jumlah keseluruhan. Persentasi terbanyak terjadi pada olahraga bola kaki, bola tangan dan bola basket (Yde et al., 1990). McKeon et al. (2009) menyatakan cedera pada saat olahraga paling banyak terjadi pada tungkai bawah. Selanjutnya dilaporkan bahwa kejadian cedera pada remaja usia 15 dan 16 tahun lebih banyak daripada anak-anak. Potensi cedera pada pelajaran pendidikan jasmani di sekolah cukup tinggi/ sering tejadi. Carmeli et al. (2003) mendefinisikan cedera selama pelajaran pendidikan jasmani di sekolah adalah cedera yang terjadi mengakibatkan perlu
1
2
pertolongan medis sederhana atau sampai dirawat di rumah sakit selama pelajaran intrakurikuler pendidikan jasmani di sekolah. Pelajaran pendidikan jasmani intrakurikuler tersebut dapat menyebabkan cedera 2 kali lebih banyak dibandingkan olahraga ekstrakurikuler (Emery et al., 2005; Carmeli et al., 2003). Olahraga basket merupakan salah satu materi pembelajaran yang harus disampaikan di sekolah terutama tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kurikulum pendidikan jasmani (Depdiknas, 2006). Kejadian cedera pada olahraga basket memiliki peringkat ketiga setelah bola kaki dan bola tangan. Pada bola basket lokasi cedera terjadi pada jari (43%), pergelangan kaki (33%), kaki (5%), lutut (5%) dan yang lain (14%). Terjadinya cedera dapat disebabkan oleh: mendarat (45% mendarat di kaki pemain lain dan 50% di lantai), memutar tajam atau berbelok (30%), tabrakan dengan peserta lain (10%), jatuh (5%), tiba- tiba berhenti (2,5%) (Burnham et al., 2010). Carmeli et al. (2003) melaporkan bahwa 25% dari semua cedera olahraga dapat dicegah melalui usaha pencegahan. Program latihan keseimbangan yang digunakan pada pelajaran pendidikan jasmani terbukti dapat mengurangi postural sway, meningkatkan kekuatan otot dan mengurangi risiko cedera olahraga terutama cedera tungkai bawah yaitu pada pergelangan kaki dan lutut (Verhagen et al., 2005; Granacher et al., 2010; Anderson dan Behm, 2005; Gruber et al., 2007). Page (2006) menuliskan dasar-dasar pendekatan program latihan keseimbangan yang pertama kali dikembangkan oleh DR. Vladimir Janda, seorang ahli psikiatri dan neurologi berasal dari Republik Ceko. Program latihan
3
keseimbangan ini telah divalidasi dan dipublikasi pada beberapa penelitian sebelumnya, terdiri dari 5 fase yang dilakukan selama 5 minggu. Fase I-IV disebut sebagai fase latihan (exercise) dan fase V disebut sebagi fase pemeliharaan (maintenance). International Association for the Study of Pain tahun 1979 memberikan definisi tentang nyeri yaitu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan (Merskey, 1991). Studi pendahuluan telah dilakukan oleh penulis pada 100 orang pelajar SMP Neger 15 Medan. Berdasarkan studi tersebut, hasil keluhan muskuloskeletal yang diukur menggunakan The Corlet and Bishop Body Part Discomfort Scale menunjukkan bahwa lokasi nyeri terbanyak dirasakan pada betis kanan (47%), bahu kanan (36%), betis kiri (30%), paha kanan (25%), perut (24%), paha kiri (20 %). Lebih lanjut didapatkan derajat nyeri pada 6 lokasi yang terbanyak persentasinya secara berurutan sebagai berikut yaitu 29,3% derajat II artinya nyeri yang dirasakan ada tetapi dapat diabaikan, 27,1% derajat III artinya nyeri membuat rasa tidak nyaman dalam beraktivitas/ bekerja dan sulit berkonsentrasi, 24,4% derajat I artinya nyeri yang dirasakan sangat sedikit/ minimal, 13,5% derajat IV artinya nyeri mengakibatkan tidak nyaman beraktivitas/ bekerja tetapi juga dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, mandi, 5,4% derajat V nyeri membuat tidak mampu bekerja/ beraktivitas tetapi juga tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, mandi sehingga perlu bantuan orang lain.
4
I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diketahui bahwa pelajar SMP memiliki risiko cedera pada saat pelajaran pendidikan jasmani. Oleh sebab itu upaya pencegahan cedera dapat dilakukan untuk perbaikan keseimbangan di kalangan remaja/ pelajar SMP dengan melaksanakan latihan keseimbangan. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat mengurangi risiko cedera olahraga basket pelajar SMP? Dan dirumuskan submasalah sebagai berikut: 1. Apakah latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat mengurangi postural sway pelajar SMP? 2. Apakah latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat meningkatkan kekuatan otot pelajar SMP? 3. Apakah latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat meningkatkan loncatan tegak pelajar SMP? 4. Apakah latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal pelajar SMP?
I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh latihan keseimbangan metode Vladimir Janda terhadap risiko cedera olahraga basket pelajar SMP.
5
I.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui pemberian latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat mengurangi postural sway pelajar SMP. 2. Mengetahui pemberian latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat meningkatkan kekuatan otot pelajar SMP. 3. Mengetahui pemberian latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat meningkatkan loncatan tegak pelajar SMP. 4. Mengetahui pemberian latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal pelajar SMP. I.4 Keaslian Penelitian Berikut ini adalah beberapa penelitian sejenis yang telah dipublikasi: Kurnianingsih (2013) meneliti pengaruh Otago Exercise Programme terhadap lansia usia 60-75 tahun. Penelitian dilaksanakan selama 8 minggu dengan variabel yang diteliti yaitu kekuatan otot, rentang gerak sendi dan keseimbangan. Tomamitsu et al. (2013) melakukan penelitian dengan membandingkan body sway (goyangan) anak low vision dan normal vision pada kondisi statis dan dinamis. Granacher et al. (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan latihan keseimbangan pada remaja usia 18 tahun. Parameter yang diteliti yaitu postural sway, loncatan tegak dengan menggunakan teknik squat jump dan countermovement jump, serta kekuatan otot. Latihan keseimbangan dilakukan selama 4 minggu.
6
Sumanto (2008) melakukan penelitian mengenai keseimbangan postural dan kekuatan otot antigravitasi. Subjek penelitian yang digunakan lansia usia 5565 tahun yang berjenis kelamin wanita yang melakukan Senam Tera Indonesia di kota Surakarta.
I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Manfaat teoritis untuk keilmuan: Penelitian ini diharapkan menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk pengembangan ilmu yang berkaitan dengan muskuloskeletal dan cedera pada pelajar SMP serta untuk mengetahui latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat diterapkan di Indonesia. 2. Manfaat masyarakat: Latihan keseimbangan metode Vladimir Janda dapat digunakan sebagai salah satu cara tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko cedera pada olahraga. 3. Manfaat peneliti: Menambah pengetahuan dan pengalaman mengadakan riset mengenai latihan keseimbangan pada pelajar SMP.