BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia dalam kondisi saat
ini
sangat memprihatinkan. Dampaknya luar biasa dan mampu merusak sendi
kehidupan masyarakat. Hasil survey tahun 2012, prevalensi kejadian penyalahgunaan dan peredaran narkoba pada kelompok pekerja sebesar 4,7% dengan perbandingan laki-laki 5,4% dan 3,6% perempuan Lebih mengkhawatirkan lagi, persentase penyalahgunaan narkoba dari kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa cukup besar. Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan pusat Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes-UI) pada tahun 2011 menunjukan angka prevalensi kejadian penyalahgunaan narkoba sebesar 2,2% atau setara dengan 3,8-4,2 juta orang. Angka tersebut berada dibawah proyeksi angka prevalensi internasional saat ini, yaitu 2,32 % (Press Release BNN, 2012) Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang berbahaya, karena mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya perubahan peranan, timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan, kegoncangan emosional, rasa ingin tahu, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat dan krisis identitas akan membawa ke perilaku mneyimpang (Santrock, 2007) Dewasa ini penyalahgunaan narkoba berpengaruh pada tubuh mentalemosional para pemakainya. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah berlebih maka akan
1
2
merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial didalam masyarakat. Beberapa faktor
sebagai
pemicu
atau
alasan
seseorang
terjerumus/terjebak
dalam
penyalahgunaan narkoba 1) faktor individu, 2) faktor lingkungan, 3) faktor kesediaan narkoba itu sendiri. Faktor individu merupakan keinginan besar seseorang untuk mencoba tanpa sadar atau berfikir panjang tentang akibat dikemudian hari, keinginan untuk bersenang-senang, lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup. Faktor lingkungan, adanya keluarga yang bermasalah (broken home), berada dalam lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa bahkan semua anggotanya mengalami penyalahgunaan narkoba, berada dalam lingkungan keluarga dimana tidak ada kasih sayang dan perhatian. Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakainya dikarenakan narkoba semakin mudah didapat dan dibeli, harga narkoba semakin murah dan mudah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat, narkoba semakin beragam jenis mulai dari cara pemakaian dan bentuk kemasan (Joewana, 2004) Menurut Hawari (2006) dampak perubahan perilaku akibat penyalahgunaan narkoba diantaranya adalah meninggalkan ibadah, berbohong, pergaulan bebas, personal hygine gerganggu, melawan otoritas orang tua. Menurut Abraham maslow manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat atau diperlukan untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu sendiri. Adapun fenomena yang terjadi dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kendalsari sekian adalah banyak pasien penyalahgunaan narkoba mengalami defisit perawatan diri dengan personal hygine terganggu.. Personal hygiene merupakan cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Gangguan kesehatan akibat mengabaikan personal hygine yang sering terjadi adalah
3
gangguan integritas kulit, gangguan mukosa mulut, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek hygiene sama dengan meningkatkan kesehatan. Individu mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif yang menyebabkan penurunan untuk melakukan personal hygine (Perry dan Potter, 2005) Sehingga untuk memenuhi kebutuhan fisiologis pasien penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan terapi kognitif, dimana salah satu indikasi atau karakteristik perilaku dari terapi kognitif adalah penyalahgunaan zat (Wright & Beck, 2000 dalam Stuart & Laraia, 2005). Menurut beberapa penelitian sebelumnya terapi kognitif berdampak baik bagi penyalahgunaan narkoba. Terapi kognitif adalah salah satu bentuk psikoterapi yang dapat melatih klien untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik.. Terapi ini berdasar pada satu prinsip bahwa pikiran-pikiran mempengaruhi mood. Melalui terapi ini individu diajarkan / dilatih untuk
mengontrol
distorsi
fikiran
/gagasan/ide
dengan
benar-benar
mempertimbangkan faktor dalam berkembangnya dan menetapnya gangguan mood (Townsend, 2005). Beberapa peneliti menyebutkan terapi-terapi spesialistik yang tertuju pada individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Terapi kognitif dapat melatih pasien untuk mengubah cara pasien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat pasien mengalami kekecewaan, sehingga pasien merasa lebih baik. Terapi kognitif bertujuan untuk mengubah fikiran negatif menjadi positif, mengetahui penyebab perasaan negatif yang dirasakan dan membantu mengendalikan diri (Burn, 1980).
4
Pada penelitian diluar negeri Amerika Serikat gambaran pengguna narkoba berdampak pada kesehatan gigi (Grosso G; PrajerRG, 2007). Di Tehran Iran, besaran resiko dalam tipologi yang jelas diidentifikasi pada IDU’s (Injection Drug User) penggunaan desinfeksi pada syiring, namun ada juga pengguna IDU’s dari distrik Amiriye yang menjadi partisipan pada sesi wawancara sebagian besar pada IDU’s berpenampilan rapi dan terorganisir dengan kebersihan pribadi yang baik. Pengamatan etnografi menunjukkan bahwa IDU’s laki-laki muda memiliki beberapa masalah sosial (kemiskinan, pengangguran, perceraian, tunawisma, konflik keluarga, tinggal di taman umum atau lokasi oportunistik lainnya (misalnya, bangunan hancur), dan memiliki kebersihan yang buruk dan gigi menonjol pembusukan. Kelompok ini tampaknya kurang berhati-hati dengan kebersihan pribadi dan kesehatan secara keseluruhan, mereka juga tidak ragu untuk menggunakan narkoba di tempat-tempat umum, sering berbagi jarum suntik, mempraktikkan metode yang tidak aman injeksi, dan mengillegalkan (Emran M Razzaghi, 2006). Menurut penelitian dalam psikologi kognitif dan bidang terkait penting dalam memajukan teknik-teknik baru dalam terapi kognitif. Pada penelitian sebelumnya terapi kognitif pernah dilakukan pada pasien depresi jurnal keperawatan Soedirman, Vol 5, No.3, Nopember 2010, Pengaruh Terapi Kognitif Restrukrisasi Terhadap Penurunan Skor Depresi Pada Pasien Gangguan Jiwa, jurnal KesMaDaska – Januari 2014, Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Perubahan Kondisi Depresi Pada Lansia Di Panti Wreda Darma Bakti kasih Surakarta. Hasil penelitian merupakan bagian penting dari pengembangan metode baru dan pengujian efektivitas terapi kognitif. 1.2 Rumusan Masalah Adakah pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan personal hygine pada pasien penyalahgunaan narkoba?
5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas tentang pengaruh Terapi Kognitif terhadap perubahan personal hygine pada pasien penyalahgunaan narkoba.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perilaku personal hygine pada penyalahgunaan napza/ narkoba sebelum dilakukan terapi kognitif. b. Mengidentifikasi
perubahan
perilaku
personal
hygine
pada
pasien
penyalahgunaan narkoba setelah dilakukan terapi kognitif. c. Adakah pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan personal hygine pada penyalahgunaan napza. 1.3.1
Manfaat Penelitian Pelaksanaan Terapi Kognitif diharapkan dapat meningkatkan perilaku
personal hygine dan meningkatkan kemampuan mengubah fikiran negatif pada pasien penyalagunaan narkoba, maka penelitian ini bermanfaat sebagai : 1.4.1
Bagi Pendidikan keparawatan Memberikan perkembangan wawasan sebagai kompetensi perawat dalam
penanganan pada pasien penyalahgunaan narkoba. 1.4.2
Bagi Pasien Dengan terapi kognitif maka terjadi perubahan perilaku sehingga akan terjadi
perubahan perilaku personal hygine pada penyalahgunaan napza/narkoba.
6
1.4.3 Bagi Peneliti a. Memberikan pengalaman wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian. Terutama kehidupan remaja penyalahgunaan narkoba. b. Memerikan pengalaman untuk mempelajari Terapi Kognitif untuk pasien penyalahgunaan narkoba. 1.5
Keaslian Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain sebagai berikut: 1.
Joko Kismanto (2014), pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan depresi
lansia di panti werda dharma bakti kasih Surakarta. Metode penelitian adalah quasi experiment dengan desain pre-post test design with control group. Data diambil sebelum dan sesudah pemberian intervensi terapi kognitif pada lansia yang mengalami kondisi depresi di kelompok intervensi. Cara pengambilan sampel adalah total sampling dengan sampel sebanyak 46 klien dibagi 2 yaitu 26 responden untuk kelompok intervensi dan 20 responden untuk kelompok kontrol. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel, responden dan tempat penelitiannya, pada penelitian diatas subyek penelitiannya adalah lansia di panti werda dharma bakti Surakarta, sedangkan pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah penyalahguna narkoba di Puskesmas Kendalsari Malang. Penelitian ini variabel dependennya adalah pemenuhan personal hygine sedangkan penelitian diatas variabelnya dependennya perubahan depresi. 2.
Rika Sartika (2014), pengaruh terapi kognitif dan logo terapi terhadap depresi,
ansietas, kemampuan mengubah fikiran negatif dan memaknai hidup klien diabetes mellitus di RSUP Dr. M Djamil Padang. Metode penelitian ini quasi eksperimental non equivalent control group. Responden terdiri dari 29 orang yang mendapatkan terapi kognitif dan logoterapi, 31 orang yang hanya mendapatkan terapi kognitif, dan 30
7
orang yang tidak mendapatkan terapi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel, responden dan tempat penelitiannya, pada penelitian diatas subyek penelitiannya adalah klien diabetes melitus, sedangkan pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah penyalahguna narkoba di Puskesmas Kendalsari Malang. Penelitian ini variabel dependennya adalah pemenuhan personal hygine sedangkan penelitian diatas variabelnya depresi, ansietas. 3.
Anton Surya Prasetya (2010), pengaruh terapi kognitif dan senam otak
terhadap tingkat depresi lansia di Panti Tresna Wreda Bhakti Yuswa Nayar, Lampung. Metode penelitian ini quasi experiment, desain pre-post test design with control group. Responden terdiri dari 28 responden kelompok intervensi dan 28 responden kelompok control. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel, responden dan tempat penelitiannya, pada penelitian diatas subyek penelitiannya adalah lansia di Panti Tresna Wreda Bhakti Yuswa Nayar Lampung, sedangkan pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah penyalahguna narkoba di Puskesmas Kendalsari Malang. Penelitian ini variabel dependennya adalah pemenuhan personal hygine sedangkan penelitian diatas variabelnya depresi. 1.6
Batasan penelitian Untuk menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini maka
peneliti membatasi penelitian pada : 1. Peneliti hanya meneliti pasien dengan penyalahgunaan narkoba yang mengikuti terapi metadon di Puskesmas Kendalsari Malang. 2. Peneliti hanya meneliti pasien penyalahgunaan narkoba yang mengikuti terapi metadon untuk pemenuhan personal hygine di Puskesmas Kendalsari Malang.
8
3. Peneliti hanya meneliti skala personal hygine pada pasien penyalahgunaan narkoba di Puskesmas Kendalsari Malang