BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi HIV dan AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat cepat. Seperti fenomena gunung es, data kasus AIDS yang tercatat saat ini adalah gunung es yang terlihat di atas permukaan air sedangkan badan gunung yakni bagian terbesar dari gunung es tersebut berada di bawah permukaan air tidak terdeteksi (Kemenkes RI, 2012). Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 melaporkan bahwa sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan tahun 2012, HIV/AIDS tersebar di 345 (69,4%) dari 497 Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV/AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011. Jumlah kumulatif infeksi HIV dari tahun 1987 sampai dengan Desember 2012 di Indonesia sebanyak 98.390 orang sedangkan jumlah kumulatif AIDS sebanyak 42.887 orang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, kasus AIDS kumulatif sampai dengan Mei 2013 di Provinsi Bali sebanyak 3.703 kasus. Kasus tertinggi ditemukan di Kota Denpasar sebanyak 1.546 kasus dan terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun (39,54%). Jika sejak terinfeksi sampai masuk ke kondisi AIDS lamanya 5 tahun, maka usia terendah saat terinfeksi 1
2
adalah sekitar 15-24 tahun. Ini berarti pengidap HIV yang belum masuk ke kondisi AIDS berada diantara masyarakat dan masih berperilaku yang berisiko untuk menularkannya kepada orang lain (Kemenkes RI, 2012). Kasus AIDS bergeser ke kelompok umur yang lebih muda, dengan dua penyebab utama penyebaran/penularan HIV yakni cairan kelamin melalui hubungan seks dan darah melalui jarum suntik diantara pengguna narkoba (Kemenkes RI, 2012). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyatakan telah dilakukan riset kepada 63.048 responden remaja berusia 10-24 tahun di Indonesia. Didapatkan hasil proporsi penduduk usia 10-24 belum kawin menurut umur pertama kali berhubungan seksual, tertinggi terdapat di usia 16-20 tahun. Ini berarti usia pertama kali berhubungan seksual berada di tingkat pendidikan SMA atau sederajat dimana siswa SMA umumnya berusia 16-18 tahun. Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS adalah melalui pendidikan kesehatan. Upaya sosialisasi bahaya HIV/AIDS telah banyak dilakukan melalui edukasi dan promosi yakni penyuluhan melalui kampanye, media massa, dan penyebaran leaflet. Namun upaya sosialisasi melalui edukasi/penyuluhan yang dilakukan belum memberikan dampak secara signifikan pada peningkatan pengetahuan remaja. Hal ini disebabkan penyuluhan yang telah dilakukan hanya menggunakan media leaflet dan ceramah dimana dalam Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Dale’s Cone Experience) dinyatakan, pengetahuan seseorang akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal (Notoadmodjo, 2007).
3
Hasil Riskesdas tahun 2010 yang menyatakan, secara nasional baru 11.4% penduduk umur 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV dan AIDS. Millennium Development Goals (MDGs) memiliki target yakni pada tahun 2015 proporsi pada mereka yang berumur 15-24 tahun mempunyai pengetahuan komprehensif yang benar tentang HIV dan AIDS yaitu 95% (Kemenkes RI, 2012). Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, maka Kementerian Kesehatan RI mulai tahun 2012 sampai dengan 2014 melaksanakan sebuah kampanye edukasi “Aku Bangga Aku Tahu”. Tujuan kampanye ini adalah meratakan pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV/AIDS diantara remaja – populasi umum usia 15-24 tahun. Sebagai bentuk komitmen terhadap kampanye ini, dibuat Kesepakatan Bersama antara Kementerian Kesehatan RI, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama serta Menteri Sosial tentang Peningkatan Pengetahuan Komprehensif HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia 15 Sampai Dengan 24 Tahun. Sedangkan di Provinsi Bali sendiri telah dibuat Komiten Bersama Para Pemangku Kepentingan Kampanye Nasional Pencegahan HIV-AIDS “Aku Bangga Aku Tahu” Bagi Usia 15-24 Tahun. Kampanye ini dilaksanakan di tiap Kabupaten/Kota dengan tempat sasaran yaitu SLTP, SLTA, perguruan tinggi, tempat kerja, dan organisasi kepemudaan. Dalam kampanye ini tersedia fasilitator lintas sektor dari tiap Kabupaten/Kota yang telah mengikuti kegiatan orientasi (Kemenkes RI, 2012). Berbeda dari kegiatan penyuluhan tentang HIV/AIDS yang sering dilakukan, kegiatan “Aku Bangga Aku Tahu” lebih menekankan siswa untuk interaktif dan
4
partisipatif. Metode yang digunakan adalah curah pendapat, diskusi, bermain peran, dan ceramah pendek (Kemenkes RI, 2012). Melalui bermain peran dan curah pendapat akan memberikan siswa pengalaman yang lebih nyata sehingga akan membuat pesan yang ingin disampaikan benar-benar mencapai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai (Notoadmodjo, 2007) Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Denpasar, kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” telah dilaksanakan di seluruh SMA Negeri di Denpasar dan terdapat beberapa SMA swasta yang belum mendapatkan kampanye “Aku Bangga Aku Tahu”. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di SMA swasta, peneliti melakukan studi pendahuluan kepada 30 responden di SMA Dharma Praja Denpasar dan didapatkan hasil 20% yang memiliki pengetahuan baik, 46,7% pengetahuan cukup, 33,3% pengetahuan kurang. Sumber informasi di SMA Dharma Praja Denpasar menyatakan sekolah tidak memiliki mata pelajaran khusus mengenai HIV/AIDS dan belum pernah mendapatkan kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” Berdasarkan pengamatan peneliti, belum ada penelitian yang dilakukan untuk menilai pengaruh kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” terhadap peningkatan pengetahuan siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik mengetahui pengaruh kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di SMA Dharma Praja Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di SMA Dharma Praja Denpasar.
5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di SMA Dharma Praja Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum mendapatkan kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapatkan kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” c. Menganalisis pengaruh kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” terhadap tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS pada kelompok kontrol sebelum dan setelah kegiatan d. Menganalisis pengaruh kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” terhadap tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah kegiatan 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi bidang Promosi Kesehatan, bidang Bina Kesehatan Masyarakat, dan bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Bali dalam
6
penggunaan “Aku Bangga Aku Tahu” sebagai salah satu metode pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV/AIDS. b. Sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan pendidikan kesehatan pada siswa mengenai HIV/AIDS dengan memasukkan materi HIV/AIDS ke kegiatan ekstrakurikuler. c. Membantu siswa agar mendapatkan pendidikan kesehatan yang tepat mengenai HIV/AIDS dengan metode “Aku Bangga Aku Tahu” 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap remaja mengenai HIV/AIDS dengan menggunakan metode “Aku Bangga Aku Tahu”. b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya serta mendukung penelitian yang lebih luas 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literatur, penelitian yang berkaitan dengan judul dari penelitian ini adalah : a. Suamerta, Made Utami (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pemberian Metode Peer Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMK Pariwisata Kertayasa Ubud”. Rancangan penelitian pre-eksperimental yaitu one-group pre-pro test design, sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis menggunakan uji t dan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan pemberian metode peer
7
education terhadap tingkat pengetahuan remaja. Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada variabel bebas yang diteliti, rancangan penelitian yang digunakan, teknik analisa data, dan tempat penelitian. b. Susanti, Putu Aries (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang HIVAIDS Setelah Mendapat Pendidikan Kesehatan Metode Sosiodrama Dengan Ceramah Di SMK Negeri 1 Tampaksiring Jenis penelitian yang digunakan quasi experiment dengan model pendekatan cross sectional, sampel menggunakan simple random sampling. Analisis menggunakan uji t dan hasil penelitian menunjukkan metode pendidikan Sosiodrama maupun ceramah meningkatkan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS dengan nilai p atau nilai sig. (2-tailed) = 0,000, serta terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara metode sosiodrama dan ceramah dengan nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,271. Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada variabel bebas yang diteliti, teknik analisa data, dan tempat penelitian. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, tampaknya belum ada peneliti yang mencoba mencari pengaruh kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di SMA Dharma Praja Denpasar. Dengan demikian
peneliti
menjamin
dipertanggungjawabkan.
keaslian
penelitian
ini
dan
dapat