BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu komoditas ternak mudah berkembangbiak, tidak banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai hewan kesayangan sehingga kelinci perlu dikembangkan. Pengembangan ternak ruminansia di Bali kendala utama adalah lahan, dimana lahan semakin sempit dan tingkat reproduksinya lambat, sedangkan ternak unggas dan babi membutuhkan pakan yang mahal dan berkompetitif dengan manusia (Suradi. 2005). Selain itu kelinci menghasilkan daging berprotein tinggi dan sedikit lemak sehingga daging kelinci aman dari resiko kolestrol. Komposisi kimia daging kelinci mempunyai kualitas yang baik, kandungan protein daging cukup tinggi yaitu 20% dan setara dengan daging ayam bahkan proteinnya bisa mencapai 25%, sedangkan kandungan lemak, kolesterol dan energinya lebih rendah dibandingkan daging dari ternak lain (Dwiyanto et al., 1985; Nugroho, 1982; Ensminger et al., 1990). Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas ternak. Pemberian pakan harus mengacu kepada kebutuhan nutrien yang diperlukan oleh kelinci. Hasil penelitian Lebas, 1980; Cheeke et al., 1987; Ensminger et al., 1990 menunjukan bahwa kebutuhan protein kelinci berkisar antara 12−18%, tertinggi pada fase menyusui (18%) dan terendah pada dewasa (12%).
Kebutuhan serat kasar pada induk menyusui,
bunting dan muda berkisar 10−12%, kebutuhan serat kasar untuk kelinci dewasa sebesar 14%, sedangkan kebutuhan lemak pada setiap periode pemeliharaan yaitu 2%.
1
2
Kenyataan dilapangan peternak saat ini pemberian pakan kelinci belum memperhitungkan kebutuhan nutrien minimal dan status fisiologi ternak. Peternak hanya memberikan pakan berupa hijauan, limbah sayur, limbah pertanian dan sedikit peternak yang memberikan tambahan dedak dalam pakannya sehingga sering ditemukan kelinci kanibal akibat kekurangan nutrien. Sitorus et al. (1982) melaporkan hijauan merupakan bahan pakan utama yang diberikan oleh peternak kelinci di Jawa dengan jumlah pemberian mencapai 80–90% dari total ransum. Pemberian pakan lengkap (feed complete) untuk ternak kelinci akan memberikan tambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan pakan hijauan. Dilain pihak Raharjo (2005) melaporkan bahwa kelinci Rex yang diberi rumput lapang ad libitum (100%) pertambahan bobot badannya hanya sebesar 610 g/ekor dalam 12 minggu dan bila diberikan rumput lapang + 60 g konsentrat pertambahan bobot badannya sebesar 1.191 g/ekor. Sitorus et al. (1982) melaporkan kelinci dapat dipelihara dengan memberikan pakan hijauan yang dikombinasikan dengan limbah pertanian dan limbah hasil industri pertanian yang disusun sesuai dengan kebutuhan kelinci setiap fase pertumbuhannya. Mastika (1991) melaporkan salah satu alternatif untuk penyediaan pakan yang murah dan kompetitif adalah melalui pemanfaatan limbah, baik limbah pertanian, peternakan maupun limbah industri pertanian. Kabupaten Buleleng merupakan sentra penghasil anggur di Bali dari total produksi buah anggur pada tahun 2013 yaitu 9,118 ton buah anggur segar, 50% diantaranya masuk ke industri pengolahan wine (BPS Buleleng 2013). Limbah industri pembuatan wine berbahan anggur yang memiliki kandungan nutrien yang cukup bagi ternak, harganya murah dan tersedia secara kontinyu.
3
Limbah industri pembuatan wine dari anggur mempunyai potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena produksinya tinggi. Pengolahan anggur menjadi wine akan mengasilkan limbah berupa biji dan kulit sebesar 40%. Biji dan kulit anggur kaya akan komponen monomer fenolik seperti katekin, epikatekin, epikatekin- 3-O-gallat, dan proantosianidin (pada bentuk dimetrik, trimetrik, dan tetrametrik) yang memiliki efek mutagenik dan antivirus (Kim et al., 2006). Pada umumnya biji anggur mengandung 74 -78% oligometrik proantosianidin dan kurang dari 6% berat kering ekstrak biji anggur mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan alami. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Voisinet et al. (1997) penggunaan ransum dengan tambahan limbah cair wine dari anggur akan menghasilkan perubahan kimia pada daging sapi menjadi lebih empuk. Berdasarkan penelitian
Moote et al. (2012)
penggunaan limbah wine anggur sebesar 7% dalam ransum sapi angus jantan tidak menunjukan perbedaan yang nyata dari segi pertambahan bobot badan serta skor warna daging dibandingkan kontrol. Melalui proses fermentasi dengan EM-4 kandungan protein limbah wine dari anggur dapat ditingkatkan dari 17,79% menjadi 27,05%, serta kandungan zat-zat penghambat pencernaan dapat ditekan (Mahardhika Unpublish, 2015). Molina - Alcaide et al. (2008) menyatakan bahwa fermentasi limbah pembuatan wine dari anggur mampu menjadi sumber protein dan serat kasar yang cocok untuk pakan ternak ruminansia. Penelitian Rokhmani (2005) menyatakan pemberian onggok terfermentasi sebagai ransum kelinci pada aras 10% dan 20% dapat meningkatkan berat badan kelinci 33% dan 29% dibandingkan dengan yang diberikan onggok tanpa terfermentasi. Menurut Bidura (2007) ransum yang
4
difermentasi kandungan protein dan energinya meningkat, sedangkan kandungan serat kasarnya menurun. Hal ini menunjukan bahwa dengan sentuhan teknologi dapat menjadikan limbah wine dari anggur sebagai bahan pakan yang lebih bermutu. Informasi tentang pemanfaatan limbah wine dari anggur terfermentasi untuk pakan kelinci sampai saat ini belum tersedia, sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui
respon biologi kelinci jantan lokal
yang diberi ransum
mengandung limbah wine anggur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka beberapa permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.2.1 Apakah penggunaan limbah wine anggur dalam ransum dengan aras yang berbeda pada ternak kelinci jantan lokal akan meningkatkan performa dan karkas kelinci ? 1.2.2 Sampai pada aras berapa persen limbah wine anggur dapat digunakan tanpa menurunkan performa kelinci ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1.3.1 Mengetahui potensi limbah wine anggur sebagai pakan kelinci dapat meningkatkan performa dan karkas kelinci jantan lokal. 1.3.2 Mengetahui pada aras berapa persen penggunaan limbah wine anggur tidak menurunkan performa dan karkas kelinci jantan lokal.
5
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah: 1.4.1 Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap produktivitas ternak kelinci dengan memanfaatkan limbah wine anggur sebagai salah satu sumber pakan asal limbah. 1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan formula ransum dengan aras penggunaan limbah wine anggur yang terbaik.