BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal dari pemilik tetapi modal dari masyarakat. Perusahaan yang membutuhkan modal dari masyarakat akan melakukan Initial Public Offering (IPO), dengan salah satu syarat
yakni
menerbitkan
laporan
keuangan.
Laporan
keuangan
yang
dipublikasikan merupakan laporan keuangan yang sudah diaudit oleh auditor eksternal. Tujuan audit atas laporan keuangan untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Dari laporan keuangan tersebut, masyarakat dapat memutuskan untuk berinvestasi atau tidak karena laporan keuangan yang diaudit dan berkualitas dapat mengurangi terjadi underpricing harga saham pada saat perusahaan melakukan IPO (Hogan dalam Alim, Hapsari dan Purwanti, 2007). Hasil yang diterima perusahaan setelah laporan keuangan diaudit berupa opini yang dikeluarkan auditor. Opini inilah yang menjelaskan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntasi keuangan. Untuk memberikan opini, seorang akuntan publik perlu melakukan serangkaian prosedur audit. Prosedur audit tersebut meliputi pemahaman akan bisnis yang diaudit, identifikasi asersi laporan keuangan yang relevan, menentukan materialitas, membuat keputusan tentang komponen risiko audit, memperoleh
1
bukti dari prosedur audit (pengujian substantif dan pengujian pengendalian), menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung pendapat audit dan yang terakhir mengkomunikasikan kepada pengguna (Agoes, 2012). Serangkaian prosedur audit tersebut dilakukan secara benar dan teratur untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Hasil audit yang dimaksud berkualitas bila sudah sesuai dengan bukti yang diperoleh dan diproses dengan benar oleh auditor. Sebelum memberikan opini, seorang auditor harus mengikuti kode etik dan standar audit yang berlaku dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Kualitas audit dianggap penting bagi pengguna laporan keuangan karena semakin tinggi kualitas audit, maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (Indah, 2010). De Angelo dalam Alim, Hapsari dan Purwanti (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian auditor, sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan bergantung pada independensi yang dimiliki auditor (Indah, 2010). Auditor dalam memberikan jasa membutuhkan kepercayaan masyarakat yang dilayani sehingga auditor harus memiliki etika dalam melakukan tugas audit. Opini tersebut harus tidak memihak kepada siapapun, dalam arti tidak mengikuti kepentingan manajemen perusahaan ataupun kepentingan investor, tetapi
2
dihasilkan dari prosedur audit berdasarkan bukti yang ada. Sifat tidak memihak kepada siapapun disebut independensi. Dengan ada independensi, auditor akan memberikan opini dengan bebas dan jujur (Singgih dan Bawono, 2010). Manajemen perusahaan selalu menginginkan opini yang baik atas laporan keuangan. Sebaliknya, para investor menginginkan laporan keuangan sesuai dengan kondisi perusahaan. Independensi auditor merupakan tantangan profesi akuntan publik karena auditor dibayar oleh pihak manajemen. Selain itu Kantor Akuntan Publik (KAP) sangat banyak dan bersaing sehingga kehilangan satu klien akan mengurangi pendapatan KAP (Clikeman dalam payamta, 2006). Salah satu contoh dampak dari auditor yang tidak bersikap independen yang nyata adalah kasus Enron. Dalam kasus ini, auditor memusnahkan dokumen bukti yang dimiliki Enron untuk menutupi keterlibatan dalam manipulasi laporan keuangan Enron. Keterlibatan ini sebagai akibat auditor tidak independen karena memberikan jasa lain selain audit kepada Enron. Hasil audit merupakan informasi yang penting bagi pengguna, karena melalui informasi atas laporan keuangan inilah investor akan menjalankan kebijakan. Informasi ini akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan (Hidayat, 2011). Informasi yang dihasilkan dan diberikan harus dapat dipertanggungjawabkan secara penuh oleh auditor. Opini yang dikeluarkan auditor juga harus dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan bukti yang diperoleh dan diproses dengan benar. Hal ini disebut dengan akuntabilitas. Kedua sifat tersebut harus dimiliki seorang auditor,
3
sehingga hasil audit berkualitas. Ketika laporan keuangan tersebut diaudit kembali oleh auditor lain, maka hasil yang sudah diaudit oleh auditor terdahulu dapat dipertanggungjawabkan. Seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi saat pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan dibanding seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah (Tan dan Alison dalam Mardisar dan Sari, 2007). Dengan ada keyakinan tersebut akan membuat hasil kerja audit lebih baik. Motivasi kerja tersebut akan mempengaruhi sikap akuntabilitas yang dimiliki auditor. Banyak kasus perusahaan yang jatuh karena kegagalan bisnis yang dikaitkan dengan kegagalan auditor. Hal tersebut mengancam kredibilitas laporan keuangan. Kasus Enron yang melibatkan auditor Arthur Andersen menunjukkan hilangnya independensi auditor yang berdampak pada kualitas audit. Sehingga kualitas audit menjadi buruk. Posisi akuntan publik, sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan, serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat, mulai banyak dipertanyakan. Terlebih setelah didukung bukti bahwa semakin banyak di Amerika Serikat tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik. Berdasarkan uraian di atas, independensi, akuntabilitas serta kualitas audit merupakan topik yang menarik untuk diteliti. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Independensi dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada KAP di Jakarta)”. Beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian utama:
4
1. Pada penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007) menggunakan kompetensi dan independensi sebagai variabel independen, sedangkan penelitian ini menggunakan independensi dan akuntabilitas sebagai variabel independen. 2. Populasi untuk penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007) adalah seluruh auditor yang berada di Jawa Timur, sedangkan populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang berada di Jakarta. 3. Pada penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007) menggunakan etika auditor sebagai variabel moderasi, sedangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel moderasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung apakah ada pengaruh antara variabel dependen dan independen tanpa pengaruh variabel moderasi. 4. Penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti dilakukan pada tahun 2007, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2012. 5. Pengambilan sampel dalam penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007) menggunakan metode simple random sampling, sedangkan penelitian ini menggunakan metode convenience sampling. 6. Pada
penelitian
Alim,
Hapsari
dan
Purwanti
(2007),
indikator
independensi yang digunakan adalah tekanan klien dan lama kerja sama dengan klien. Sedangkan dalam penelitian ini, indikator indepedensi yang digunakan
adalah
indepedensi
dalam
fakta,
independensi
dalam
penampilan dan independensi dari keahlian atau kompetensi.
5
7. Pada penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007), indikator kualitas audit yang digunakan adalah deteksi salah saji, kesesuaian dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), kepatuhan terhadap Standard Operating Procedure (SOP), risiko audit, prinsip kehati-hatian, proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor dan perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner. Sedangkan dalam penelitian ini, indikator kualitas audit yang digunakan adalah kualitas jasa, hubungan auditor dengan klien dan objektivitas. 8. Penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007) tidak menggunakan variabel akuntabilitas, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel akuntabilitas dengan indikatornya adalah motivasi kerja dan kinerja auditor.
1.2 Batasan Masalah Penelitian ini akan dilakukan di KAP yang berdomisili di Jakarta. Populasi dari Jakarta dipilih karena Jakarta merupakan daerah yang mudah dijangkau oleh peneliti. Tingkat akurasi terhadap jawaban kuesioner juga lebih tinggi karena Jakarta merupakan ibukota, tempat laju bisnis yang tinggi dibanding kota lain. Penelitian yang dilakukan dilihat dari satu variabel dependen dan dua variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah kualitas audit, sedangkan untuk variabel independen adalah independensi dan akuntabilitas.
6
1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit? 2. Apakah akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit? 3. Apakah independensi dan akuntabilitas berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris tentang: 1. Pengaruh independensi terhadap kualitas audit; 2. Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit; 3. Pengaruh independensi dan akuntabilitas secara simultan terhadap kualitas audit.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan cukup informatif dan berguna bagi yang berkepentingan, antara lain: 1. Bagi ilmu pengetahuan,diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk pengembang ilmu auditing terkait pembahasan tentang kualitas audit; 2. Bagi auditor dan KAP, diharapkan penelitian ini menjadi masukan positif dan evaluasi untuk meningkatkan kualitas audit; 3. Bagi peneliti berikutnya, agar penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dan valid.
7
1.6 Sistematika Penulisan Proposal Bab I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian. Bab II TELAAH LITERATUR Bab ini menguraikan teori dan penelitian yang relevan dengan penelitian tentang auditing, profesi auditor, kualitas audit, independensi auditor, akuntabilitas auditor, rumusan hipotesis serta model penelitian. Bab III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang gambaran umum objek penelitian, metode penelitian, deskripsi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel dan teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini. Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan melalui datadata yang telah dikumpulkan, pengujian statistik dan analisis hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. Bab V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan dan saran yang didasarkan pada
hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan.
8