BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi, sesuai yang tercantum dalam buku Peraturan Penyelenggarakan Kegiatan Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana (2009). Belajar di Perguruan Tinggi memiliki beberapa karateristik yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi pada Perguruan Tinggi adalah kemandirian, baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pemilihan program studi, maupun dalam mengelola dirinya sebagai mahasiswa (Nurihsan, 2006). Mahasiswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri, tanpa banyak diatur, diawasi dan dikendalikan oleh dosen-dosennya. Dalam mengelola hidupnya, mahasiswa dipandang telah cukup dewasa untuk dapat mengatur kehidupannya sendiri. Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tapi menggunakan kekuatan sendiri (Sumahamijaya, 2003). Kemandirian diartikan sebagai suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi, melainkan suatu proses perkembangan diri sendiri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia. Kemandirian yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat manusia.
1
Mahasiswa merupakan elemen penting dalam setiap Perguruan Tinggi. Seperti di Universitas Kristen Satya Wacana, mahasiswanya dibina untuk menjadi mahasiswa yang berjiwa, bermoral tinggi, berbudi luhur yang didasarkan atas kasih dan etika keilmuan serta peduli terhadap masalah sosial, lingkungan hidup dan kemanusiaan dalam kehidupan masyarakat. Untuk mencetak mahasiswa yang demikian diperlukan antara lain wadah khusus yakni Lembaga Kemahasiswaan (LK). LK UKSW adalah wadah keluarga mahasiswa untuk melaksanakan fungsi dan peranannya di dalam UKSW (KUKM, 1997). LK mempunyai fungsi dan peranan sebagai wahana untuk membina persaudaraan dan sikap intelektual mahasiswa serta menjadi satu-satunya wadah untuk menyalurkan aspirasi yang bertanggung jawab yang hidup dikalangan mahasiswa untuk mewujudkan Tujuan Perguruan Tinggi pada umumnya dan UKSW pada khususnya. LK terdiri dari 2 kelompok yaitu lembaga legislatif (BPMF/BPMU) dan lembaga eksekutif (SMF/SMU) yang memiliki kedudukan, tugas dan wewenang masing-masing di tingkat Fakultas atau Universitas. Walau tugas dan tanggung jawab setiap LK berbeda-beda, LK tetap memiliki tujuan yang sama yaitu menjadi wahana bagi mahasiswa untuk berperan serta dalam mewujudkan tujuan Perguruan Tinggi. Tujuan LK menjadi wahana untuk membina persekutuan dan persaudaraan bagi kesejahteraan mahasiswa, mempersiapkan calon pemimpin yang kritis, kreatif, dinamis, dan terampil sebagai saluran bicara untuk menyalurkan aspirasi mahasiswa dan bertanggung jawab (Sabaora, 2008).
2
Dalam menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi mahasiswa memiliki pilihan untuk menentukan apa yang dipilih. Seperti pilihan masuk LK atau tidak masuk LK di tingkat Fakultas atau Universitas. Pilihan ini diharapkan tidak asal memilih melainkan memiliki dasar sesuai bakat, minat serta potensi dirinya. Mahasiswa yang masuk LK memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Mahasiswa yang demikian harus mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab berorganisasi dan tugas dan tanggung jawab perkuliahannya. Oleh karena itu mahasiswa yang masuk LK harus memiliki kemandirian yang tinggi. Hartini (2012) meneliti perbedaan kemampuan interaksi sosial mahasiswa berdasarkan keikutsertaan organisasi yang ada di LK FKIP mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2008, 2009 dan 2010 Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil penelitian Hartini (2012) menunjukkan ada perbedaan interaksi sosial yang signifikan antara mahasiswa masuk LK dengan mahasiswa tidak masuk LK dengan nilai sig 0,00 < 0,05. Sebaliknya ditemukan penelitian Jatmiko (2005) dengan judul perbedaan kemandirian ditinjau dari keikutsertaan remaja dalam Karang Taruna Kelurahan Mangi Klaten. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kemandirian antara remaja yang mengikuti dan yang tidak mengikuti Karang Taruna Kelurahan Mangi Klaten dengan dengan nilai p = 0,428 (p > 0,05). Pada hari Senin 11 Februari 2013 penulis melakukan wawancara dengan mahasiswa yang menjadi anggota LK dan mahasiswa yang bukan anggota LK FKIP UKSW. Dari anggota LK FKIP UKSW diperoleh gambaran kegiatan LK sering menggangu kegiatan perkuliahan terutama dalam mengerjakan tugas, badan 3
cepat lelah dan mudah sakit di awal masuk LK. Dari segi keuntungannya ada yang mengatakan
masuk
LK
itu
panggilan
hati,
belajar
membagi
waktu,
menyenangkan, melatih bertanggung jawab, merasa bermakna bisa melayani mahasiswa FKIP, penuh tantangan, mengajarkan menjadi seorang pemimpin yang melayani, menambah kesibukan dan menambah teman. Di pihak mahasiswa bukan anggota LK FKIP UKSW diperoleh gambaran lebih enak tidak masuk LK, bisa belajar dengan fokus, punya banyak waktu bermain dengan teman kuliah, bebas beraktifitas tanpa terikat dengan aturan LK. Namun, mahasiswa bukan anggota LK ada yang merasa kurang mampu untuk menjadi seorang pemimpin seperti anggota LK, kurang percaya diri karena melihat anggota LK kebanyakan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, merasa kurang cekatan dan aktif dibandingkan anggota LK pada umumnya. Mahasiswa bukan anggota LK merupakan mahasiswa yang tidak memikul tugas dan tanggung jawab organisasi. Mahasiswa yang demikian memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan mahasiswa anggota LK. Mahasiswa bukan anggota LK tidak memiliki tanggungan membagi waktu berorganisasi dan mengikuti perkuliahan. Kegiatannya terpusat pada kegiatan perkuliahan semata, sehingga wajar jika mahasiswa yang demikian mampu mengolah waktu perkuliahan secara optimal. Kemampuan mengolah waktu secara optimal seharusnya berdampak tingginya IPK, tetapi ditemukan mahasiswa bukan anggota LK yang memiliki IPK rendah di bawah IPK anggota LK. Persyaratan menjadi anggota LK IPK minimal 2,25 (KUKM, 1997). Oleh karena itu memiliki waktu belajar yang
4
lebih banyak belum tentu mampu memaksimalkan prestasinya tanpa diimbangi sikap kemandirian. Dari hasil penelitian yang bertolak belakang antara Hartini (2012) dengan Jatmiko (2005) penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul perbedaan kemandirian antara Mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang menjadi anggota LK dengan yang bukan anggota LK FKIP UKSW.
1.2 Rumusan Masalah Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Adakah perbedaan yang signifikan antara kemandirian mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling yang menjadi anggota LK dengan yang bukan anggota LK FKIP UKSW?”
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui signifikansi perbedaan kemandirian mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling yang menjadi anggota LK dengan yang bukan anggota LK FKIP UKSW”.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritik Apabila dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian Mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang menjadi anggota LK dengan yang bukan anggota LK FKIP UKSW maka penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hartini (2012) dan apabila tidak 5
ditemukan perbedaan yang signifikan antara kemandirian Mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang menjadi anggota LK dengan yang bukan anggota LK FKIP UKSW maka penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jatmiko (2005).
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi gambaran pada Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga mengenai pentingnya mengikuti organisasi yang ada di Perguruan Tinggi.
1.5 Sistematika Penulisan Bab I, Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II, Landasan Teoretis berisi Lembaga Kemahasiswaan (LK), Kemandirian dan hipotesis. Bab III, Metode Penelitian berisi jenis penelitian, pemilihan instrumen, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, uji coba instrumen penelitian dan teknik analisis data. Bab IV berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian berupa analisis deskriptif dan analisis uji hipotesis serta pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
6