BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama yang paling esensial bagi bayi karena mengandung zat gizi yang paling diperlukan bayi serta telah terbukti memberikan manfaat lebih, baik untuk bayi maupun ibu (UNICEF, 2008).
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia,
merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif selama enam bulan yang kemudian dilanjutkan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI hingga bayi berusia dua tahun. Namun, anjuran tersebut tampaknya kurang mendapat antusiasme ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan data yang dihimpun oleh WHO, UNICEF MICS4, dan DHS annual report, angka ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2006-2011 hanya sebesar 32,4%. Sedangkan, berdasarkan data Dinkes Provinsi DIY tahun 2012, peningkatan cakupan ASI eksklusif di provinsi DIY, yaitu 49,5% pada
tahun 2011 dari 40,03% pada tahun 2010, masih belum
memenuhi target pemerintah Indonesia pemberian ASI eksklusif yang sebesar 80%. Beberapa faktor diidentifikasi menjadi penghambat pelaksanaan ASI eksklusif. Beberapa hasil studi mengemukakan, ibu yang harus kembali bekerja merupakan salah satu faktor terkuat penyebab kegagalan ASI eksklusif (Ortiz, 2004; Chuang, 2010; Weber, 2011). Praktik ASI eksklusif sendiri dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor enabling, dan faktor reinforcing (Green dan Kreuter, 2000).
1
2
Faktor predisposisi merupakan faktor dasar yang mempengaruhi keinginan ibu untuk melakukan praktik ASI eksklusif, seperti pengetahuan, persepsi, dan kepercayaan. Persepsi merupakan faktor dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berperilaku yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kepercayaan dan pengetahuan. Sehingga, dapat dikatakan persepsi ibu menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Persepsi dan kepercayaan ibu menyusui terhadap ASI yang buruk menjadi penyebab kegagalan ASI eksklusif dari faktor predisposisi (Roesli, 2005). Begitu pula, keputusan ibu pekerja untuk meneruskan menyusui sambil bekerja dipengaruhi persepsi yang dapat dipengaruhi pengetahuan dan demografi. Berdasarkan penelitian kualitatif oleh Rojjanasrirat (2010), ibu pekerja dengan tingkat ekonomi dan pengetahuan rendah lebih memilih untuk bekerja daripada meneruskan menyusui. Faktor enabling adalah faktor yang memungkinkan ibu untuk melakukan praktik ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian terhadap ibu pekerja di Malaysia, kendala dari tempat kerja, seperti lingkungan yang tidak kondusif, fasilitas yang tidak memadai, beban kerja yang tinggi, dan waktu kerja yang tidak fleksibel, merupakan hambatan yang paling sering dikeluhkan (Amin, 2011). Waktu cuti bersalin yang dianjurkan oleh Badan Kepegawaian Negara melalui PP No. 24 Tahun 1976 dinilai sempit dan kurang sesuai dengan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, yaitu 1 bulan sebelum melahirkan anak dan 2 bulan setelah melahirkan anak. Hal tersebut menjadi kendala pertama ibu harus cepat kembali bekerja (Nurjanah dan Rachmani, 2008). Faktor reinforcing merupakan faktor yang datang dari lingkungan sekitar ibu yang berupa sikap dan perilaku suami, keluarga, rekan kerja, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan pemerintah. Berdasarkan penelitian Taveras
3
(2003) terhadap ibu pekerja dukungan yang positif dari lingkungan kerja, yaitu atasan dan rekan kerja, serta dukungan dari pihak keluarga merupakan faktor reinforcing yang dianggap dapat mempengaruhi keputusan ibu pekerja untuk meneruskan praktik ASI eksklusif di tempat kerja atau tidak. Cukup tingginya angka pekerja wanita di Indonesia, yaitu 38,1% dari 107,7 juta angkatan kerja (BPS, 2010), menuntut pemerintah untuk melakukan upaya lebih dalam mendukung ibu memberikan ASI eksklusif. Menurut Fein (2008), strategi paling efektif untuk memecahkan masalah tersebut adalah mendukung ASI eksklusif saat ibu bekerja. Pemerintah harus dapat memenuhi kebutuhan ibu yang kembali bekerja untuk dapat tetap meneruskan praktik ASI eksklusif, salah satunya adalah penyusunan kebijakan yang mengatur hal tersebut. Salah satu kebijakan baru saja dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa penyelenggara tempat kerja dan sarana umum wajib mendukung praktik ASI eksklusif di lingkungannya, baik berupa kebijakan maupun fasilitas. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) merupakan salah satu kampus kedokteran terbaik Indonesia dan dinilai sebagai pelopor riset medis dan isu kesehatan, salah satunya terkait dengan praktik ASI eksklusif di tempat kerja. Namun, hingga saat ini studi tentang praktik ASI eksklusif di FK UGM meliputi faktor-faktor yang mempengaruhinya, meliputi faktor predisposisi, faktor enabling, dan faktor reinforcing, tampaknya belum pernah dilakukan. Begitu pula dengan studi terkait komitmen FK UGM terhadap praktik ASI eksklusif di tempat kerja. Sehingga, peneliti termotivasi untuk melakukan studi tersebut di FK UGM.
4
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana persepsi ibu menyusui tentang praktik ASI eksklusif di tempat kerja di FK UGM? 2. Bagaimana pelaksanaan praktik ASI eksklusif di FK UGM?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui persepsi ibu menyusui yang sedang bekerja di FK UGM terhadap praktik ASI eksklusif di tempat kerja dan mendeskripsikan pelaksanaan praktik ASI eksklusif di FK UGM. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi faktor predisposisi praktik ASI eksklusif oleh ibu pekerja yang sedang menyusui di FK UGM. b. Mengidentifikasi faktor enabling praktik ASI eksklusif oleh ibu pekerja yang sedang menyusui di FK UGM. c. Mengidentifikasi faktor reinforcing praktik ASI eksklusif oleh ibu pekerja yang sedang menyusui di FK UGM.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi Fakultas Kedokteran UGM untuk penyusunan kebijakan dan penyelenggaraan dukungan praktik ASI eksklusif di tempat kerja.
5
2. Bagi Instansi Terkait Gizi Sebagai bahan masukan dalam bidang gizi untuk menyusun suatu program gizi atau kampanye gizi terkait masalah praktik ASI eksklusif di tempat kerja sehingga dapat secara langsung berperan menanggapi fenomena yang terjadi. 3. Bagi Masyarakat Sebagai bahan masukan, khususnya bagi ibu menyusui yang sedang bekerja, agar dapat lebih memahami perannya dan memperjuangkan haknya sebagai ibu yang bekerja sehingga dapat melaksanakan praktik ASI eksklusif secara optimal. 4. Bagi Pengembangan Penelitian Sebagai dasar pengembangan dan masalah penelitian selanjutnya yang terkait dengan praktik ASI eksklusif di tempat kerja.
E. Keaslian Penelitian 1. Nurjanah dan Rachmani (2003) meneliti tentang implementasi Pasal 83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Hak Menyusui Pekerja Perempuan Selama Waktu Kerja yang didasarkan pada analisis perilaku pekerja perempuan pada institusi kesehatan dan non kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara faktor predisposisi, enabling, dan reinforcing serta menyusun konsep implementasi praktik ASI eksklusif di tempat kerja. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif terhadap pekerja perempuan di dua institusi, yaitu Rumah Sakit Dr. Kariadi dan Universitas Dian
6
Nusawantoro Semarang. Hasil penelitian ini adalah implementasi UU Nomor 13 Tahun 2003 dinilai kurang maksimal. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada latar belakang masalah, metode dan populasi penelitian. Latar belakang penelitian yang akan dilakukan membahas implementasi kebijakan pemerintah yang berbeda, yaitu PP Nomor 33 Tahun 2012. Penelitian ini akan dilakukan terhadap ibu pekerja yang menyusui di FK UGM dengan metode kualitatif. 2. Larsen dan Kronborg (2012) mengidentifikasi hambatan praktik ASI eksklusif yang ditemui oleh ibu yang telah gagal melakukan praktik ASI eksklusif. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pengalaman ibu yang telah gagal melakukan praktik ASI eksklusif walaupun awalnya berniat melakukan praktik ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Data diambil dengan in-depth interview terhadap firsttime mother yang berniat melakukan praktik ASI eksklusif selama empat bulan sejak kelahiran. Hasil penelitian adalah ibu merasa bahwa proses pemberhentian pemberian ASI secara eksklusif merupakan keputusan yang didasarkan pada persepsi ibu. Hambatan yang ditemui ibu adalah kurangnya dukungan secara psikis maupun fisik dari lingkungan sekitarnya. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada masalah penelitian dan populasi penelitian. Masalah penelitian iniadalah persepsi ibu pekerja yang sedang menyusui tentang praktik ASI eksklusif di tempat kerja dan praktik ASI eksklusif di FK UGM.
7
3. Jiang (2012) mengkaji tentang kesadaran first-time mother terhadap peraturan WHO tentang inisiasi menyusu dini dan praktik ASI eksklusif. Tujuan penelitian adalah mengekplorasi kesadaran first-time mother terhadap peraturan WHO dan mengidentifikasi kesenjangan antara kebutuhan ibu dengan ketentuan perinatal care terkait kampanye ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan secara mixed method di pusat pelayanan kesehatan di Shanghai, China. Hasil penelitian adalah peraturan WHO tentang inisiasi menyusu dini dan praktik ASI eksklusif belum mendapat perhatian khusus dari responden. Sebagian besar responden berpendapat bahwa kembalinya mereka ke tempat kerja menjadi penyulit untuk memberikan ASI eksklusif. Selain itu, faktor rendahnya kepercayaan diri terhadap kualitas dan kuantitas ASI membuat responden memutuskan menggunakan susu formula. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode, latar belakang penelitian, dan populasi penelitian. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan latar belakang kebijakan PP nomor 33 Tahun 2012 dan responden ibu menyusui yang bekerja di FK UGM. 4. Handayani (2012) mengidentifikasi kendala pemanfaatan ruang ASI dalam
penerapan
ASI
eksklusif
di
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kendala pemanfaatan ASI di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian ibu pekerja yang memberikan ASI eksklusif, ibu pekerja yang tidak memberikan ASI
8
eksklusif, pejabat KPP-PA dan tenaga kesehatan yang bertugas di KPPPA. Hasil penelitian tersebut adalah beban kerja yang berat, kondisi ruang ASI yang kurang nyaman dan kendala dari atasan menjadi hambatan utama pemanfaatan ruang ASI tersebut. Penelitian tersebut menggunakan metode yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Namun, penelitian yang akan dilakukan memiliki masalah penelitian dan populasi penelitian yang berbeda, yaitu persepsi ibu pekerja yang sedang menyusui di FK UGM tentang praktik ASI eksklusif dan gambaran praktik ASI eksklusif di FK UGM.