BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu dipersiapkan sebelum bayi lahir. ASI hendaknya sudah dipersiapkan sejak janin masih dalam kandungan dengan cara merawat payudara selama masa kehamilan, terutama pada 2-3 bulan sebelum ibu melahirkan. Waktu pemberian ASI adalah sedini dan sesering mungkin sampai anak berumur 2 tahun (Hayati, 2009: 2). Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit bubur nasi, dan tim sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2000: 3). Proses pemberian ASI hingga bayi berusia 2 tahun dapat mendatangkan keuntungan secara psikologis. Kontak fisik antara ibu dan bayinya melalui aktifitas menyusui ini bisa memberikan rasa tenang bagi ibu dan mengurangi stres (Prasetyono, 2009: 30). Menyapih terlalu dini atau bahkan terlambat memiliki risiko, bila terlalu dini (sebelum usia 1 tahun) dapat meningkatkan risiko obesitas, menyebabkan hubungan anak dan ibu berkurang keeratannya karena proses
1
2
bounding attachman terganggu, insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat, pengaruh gizi yang menyebabkan malnutrisi pada anak, mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatalgatal karena reaksi dari sistem imun. Anak yang disapih terlambat (usia lebih dari 2 tahun) maka dia berisiko mendapatkan gizi dengan komposisi yang tidak optimal, karena unsur-unsur gizi yang terkandung dalam ASI sudah banyak berkurang (Ratna Dewi, 2008). Hasil
penelitian
Natallisa (2005) menunjukkan
bahwa di
Bandarharjo Semarang dari 26 ibu yang melakukan penyapihan secara dini sebanyak 14 orang (53%), sedangkan hasil penelitian Puji Listiyowati (2005) di desa Kebonagung Sumowono Semarang menunjukkan balita yang disapih pada usia > 1 tahun sebanyak 73,3%. Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Beberapa penelitian menunjukkan komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun. Pada proses penyapihan bayi tergantung sepenuhnya pada pemberian ASI oleh ibunya, untuk itu pengetahuan ibu juga sangat berperan dalam penyapihan anak. Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu dengan baik akan menyebabkan ibu mengetahui secara benar bagaimana cara menyapih yang terbaik bagi anaknya. Gencarnya promosi susu formula menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Dari data statistik bahwa jumlah balita di Indonesia pada tahun 2010 berjumlah ± 20.727,2 jiwa, di Jawa Tengah pada tahun 2010 berjumlah
3
± 2.790 jiwa, dan di Kabupaten Kendal pada tahun 2005 berjumlah ± 72.850 jiwa. Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, menunjukkan hanya 32% bayi dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, jika dibandingkan dengan SDKI tahun 2003. Rata-rata, bayi Indonesia hanya disusui selama 2 bulan pertama, ini terlihat dari penurunan prosentase SDKI 2003 sebanyak 64 % menjadi 48 % pada SDKI tahun 2007. Sebaliknya, sebanyak 65 % bayi baru lahir mendapatkan makanan selain ASI selama 3 hari pertama (SDKI, 2007). Dusun Kwayuhan Nolokerto berada di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, terdiri dari 2 RW, dan 6 RT, jumlah penduduk desa ini sebanyak 1117 jiwa (laki-laki 529 jiwa dan perempuan 588 jiwa). Kebiasaan menyapih anak, mereka melakukan penyapihan pada usia dibawah 2 tahun dan sebagian besar melakukan praktik penyapihan dengan mengoleskan brotowali pada puting susu, mengoleskan betadin (obat merah), memberi plester dan lain lain. Laporan hasil PKL (Praktek Kerja Lapangan) Akbid UNISKA Kendal tahun 2009, umur 0-2 tahun sebanyak 11 anak, yang disusui < 1 tahun 7 anak dan yang disusui > 1 tahun 4 anak. Data Posyandu dari 14 anak, yang disusui < 1 tahun 6 anak dan yang disusui > 1 tahun 8 anak. Studi pendahuluan yang dilaksanakan di dusun Kuwayuhan Nolokerto pada 10 ibu yang mempunyai balita didapatkan hasil 6 orang (60%) berpengetahuan kurang baik tentang penyapihan, 2 orang (20 %) berpengetahuan baik, dan 2 orang (20 %) berpengetahuan cukup.
4
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penyapihan Asi Dengan Praktik Penyapihan Asi Anak Balita Di Dusun Kwayuhan Nolokerto Kaliwungu Kendal”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: "Adakah Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penyapihan dengan Praktik Penyapihan Pada Anak Balita Di Dusun Kwayuhan Nolokerto Kecamatan Kaliwungu”.
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penyapihan Asi dengan Praktik Penyapihan Asi Pada Anak Balita di Dusun Kwayuhan Nolokerto Kecamatan Kaliwungu. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik ibu menurut umur, pendidikan dan pekerjaan. b. Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang penyapihan. c. Mendeskripsikan praktik penyapihan. d. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang penyapihan dengan praktik penyapihan.
5
D. Manfaat 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang penyapihan anak. 2. Bagi Ibu Dari hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memicu ibu agar lebih meningkatkan partisipasinya dan berperan aktif dalam memberikan asuhan kepada anaknya. 3. Bagi peneliti Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya.