HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF LACTATING MOTHERS WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN THE WORK AREA OF PUSKESMAS (HEALTH CENTER) TOMPASO SUB-DISTRICT TOMPASO Winly Wenas1, Nancy S.H. Malonda2, Alexander S.L. Bolang 3, Nova H. Kapantow 4 Bidang Minat Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Background: The first and main food for babies is breast milk. Breast milk contains the most complete nutritional composition and ideal for the growth and development of infants during the first 6 months. Based on Riskesdas 2010, the percentage coverage of infants who received exclusive breastfeeding until 6 months is only 15.3%. In North Sulawesi, the scope of exclusive breastfed babies is only 22.6%. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitude of lactating mothers with exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months. Research Methods: The type of this research is analytic survey with cross sectional approach. The total samples in this study were 155 lactating mothers who had babies aged 6-12 months in the working area of Puskesmas (Health Center) Tompaso sub-district Tompaso taken using purposive sampling technique according to criteria. Collecting data through interviews using a questionnaire. The statistical test used to analyze the relationship between variables using chi square. Research results: The results showed that most respondents (63.9%) had good knowledge, 54.2% had a good attitude and just 25.8% of respondents who are exclusively breastfed. Conclusion: The results of data analysis showed no significant relationship between knowledge and exclusive breastfeeding (p = 0.259) and there is a relationship between attitudes to exclusive breastfeeding (p = 0.012). Keyword : exclusive breastfeeding, knowledge, attitude, lactating mothers
ABSTRAK
Latar Belakang: Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). ASI mengandung komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi selama 6 bulan pertama. Berdasarkan Riskesdas 2010, persentase cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 %, di Sulawesi Utara, cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya 22,6 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 155 ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 6 – 12 bulan di wilayah Kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling sesuai kriteria. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel menggunakan chi square. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (63,9%) memiliki pengetahuan baik, 54,2% mempunyai sikap baik dan hanya 25,8% responden yang memberi ASI secara eksklusif. Kesimpulan: Hasil analisis data menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan pemberian ASI eksklusif (p=0,259) dan ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,012). Kata kunci : ASI eksklusif, pengetahuan, sikap, ibu menyusui PENDAHULUAN
2004). Seperti halnya ketika bayi didalam
Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah
kandungan, kandungan gizi yang tinggi juga
air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok
diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman,
menghirup udara di dunia. Kebutuhan nutrisi 1
ketika
anak
pertama
kali
bayi sampai 6 bulan dapat dipenuhi hanya
Survey
demografi
World
Health
dengan memberikan air susu ibu (ASI) saja
Organization (WHO) tahun 2000 menemukan
atau yang dikenal dengan “ASI Eksklusif”.
bahwa pemberian ASI eksklusif selama 4
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
bulan pertama sangat rendah terutama di
makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-
Afrika Tengah dan Utara, Asia dan Amerika
6 bulan (Yuliarti, 2010).
Latin. Berdasarkan penelitian WHO (2000) di
ASI tak ternilai harganya, selain
enam negara berkembang, resiko kematian
meningkatkan kesehatan dan kepandaian
bayi antara 9 – 12 bulan meningkat 40% jika
secara optimal, ASI juga membuat anak
bayi tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia
potensial,
di bawah dua bulan, angka kematian ini
spiritual
memiliki yang
emosi
matang,
yang
serta
stabil,
memiliki
meningkat menjadi 48% (Roesli, 2008).
perkembangan sosial yang baik (Roesli,
Data
2000). Delapan puluh persen perkembangan
(Riskesdas)
otak anak dimulai sejak dalam kandungan
pemberian
sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan
memprihatinkan,
periode emas, oleh karena itu diperlukan
menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan
hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran
dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
masyarakat dalam mendorong peningkatan
Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung
pemberian ASI masih relatif rendah (Depkes,
protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang
2011). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi
dibutuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang
Sulawesi
(Depkes, 2011).
cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan,
Riset tahun ASI
Utara,
di
Kesehatan 2010
Dasar
menunjukkan
Indonesia
persentase
sepanjang
saat
bayi
tahun
ini yang
2010
hanya 22,6% yang masih terpaut jauh dari
secara
khusus
target nasional yaitu 80%.
bayi
berhak
diperoleh di Puskesmas Tompaso tahun 2011
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
jumlah bayi sebanyak 411 dan jumlah bayi
sampai dengan 6 (enam) bulan setelah
yang diberi ASI ekslusif sebanyak 267,
dilahirkan, kecuali bila ada indikasi medis
sehingga masih banyak bayi yang belum
lain. Selama pemberian ASI eksklusif ini,
diberikan ASI secara ekslusif.
mengamanatkan
pihak
keluarga,
setiap
Pemerintah,
Pemerintah
Data yang
Kendala ibu dalam menyusui ada dua
Daerah dan masyarakat harus mendukung ibu
faktor
yaitu
faktor
internal
kurangnya
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi
dan fasilitas khusus, misalnya di tempat kerja
dan faktor eksternal ASI belum keluar pada
maupun tempat sarana umum.
hari-hari pertama sehingga ibu berpikir perlu tambah susu formula, ketidakmengertian ibu 2
tentang kolostrum dan banyak ibu yang masih
sampel dalam penelitian ini menggunakan
beranggapan bahwa ASI ibu kurang gizi,
rumus penentuan sampel yang dikutip dari
kualitasnya tidak baik (Baskoro, 2008).
Suryono (2011), sebagai berikut:
Menurut Fikawati dan Syafiq (2010), alasan
N N. d2 + 1
𝑛=
yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI
eksklusif
misalnya
budaya
pralaktal, formula
bermacam-macam memberikan
memberikan karena
n
makanan
tambahan
ASI
N = besar populasi
seperti
tidak
= besar sampel
d2 = presisi (5% atau 0,05)
susu
Diketahui jumlah populasi ibu menyusui N =
keluar,
246 orang, dan tingkat presisi yang ditetapkan
menghentikan pemberian ASI karena bayi
d2 = 5%, maka jumlah sampel :
atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula. Kurangnya pengetahuan
ibu
sikap,
= pengertian
dan
manfaat
ASI
tentang
246 5 246. 100
2
+1
n = 152,3 dibulatkan menjadi 155
menjadi faktor terbesar yang menyebabkan
responden
ibu-ibu muda terpengaruh dan beralih kepada
Teknik pengambilan sampel menggunakan
susu botol atau susu formula. Selain itu,
metode purposive sampling.
gencarnya
promosi
susu
formula
dan
kebiasaan memberikan makanan/minuman
HASIL PENELITIAN DAN
secara
dini
menjadi
pada
pemicu
sebagian
masyarakat,
PEMBAHASAN
kurang
berhasilnya
Tingkat Pengetahuan Ibu
pemberian ASI maupun ASI eksklusif.
Distribusi tingkat pengetahuan mengenai ASI
Tujuan penelitian ini adalah untuk
eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah
menganalisis Mengetahui hubungan antara
Kerja
pengetahuan dan sikap ibu menyusui dengan
Tompaso
pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Tompaso Kecamatan Tompaso.
Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai
Puskesmas
Tompaso
Kecamatan
ASI Eksklusif METODOLOGI PENELITIAN
Banyak Responden n % 99 63,9 56 36,1 155 100,0
Kategori Pengetahuan Baik Kurang Total
Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 6 sampai 12
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan
bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
pada
Tompaso Kecamatan Tompaso. Pengambilan 3
tabel,
maka
diketahui
bahwa
pengetahuan
responden
mengenai
ASI
sebanyak 84 responden (54,2%) dan sebanyak
eksklusif lebih banyak berada pada kategori
71 responden (45,8%) berada pada kategori
baik yaitu sebanyak 99 responden (63,9%)
tidak baik.
dan sebanyak 56 responden (36,1%) berada
Sikap adalah merupakan reaksi atau
pada kategori kurang.
respons seseorang terhadap suatu stimulus
Pengetahuan merupakan hasil dari
atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
emosional terhadap stimulus social (Mubarak,
Penginderaan terjadi melalui pancaindera
dkk, 2007). Menurut Lawrence Green dalam
manusia,
Notoadmodjo (2007) bahwa sikap merupakan
yakni
indera
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
factor
Sebagian
besar
manusia
(predisposing factors) dan faktor pendorong
diperoleh
melalui
telinga
(renforcing factors) yang terwujud dalam
yang
tindakan. sikap mempunyai 3 komponen
pengetahuan mata
(Notoatmodjo, 2007). dimaksud
dalam
kemampuan
dan
Pengetahuan
penelitian
responden
ini
adalah
untuk
dapat
pemudah
atau
predisposisi
utama yaitu: 1.
menjawab dengan benar semua pernyataan
Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek.
tentang ASI eksklusif yang diberikan.
2.
Kehidupan
emosional
atau
evaluasi
emosional terhadap suatu obyek. 3.
Sikap Ibu Distribusi sikap ibu terhadap ASI eksklusif pada
ibu
menyusui
di
Wilayah
Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Kerja
Ketiga komponen tersebut secara bersama-
Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso.
sama membentuk sikap yang utuh (total
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
attitude) (Mubarak, dkk, 2007). Sikap tentang
Sikap Responden Terhadap ASI Eksklusif.
pemberian ASI eksklusif merupakan faktor
Kategori Sikap Baik Tidak Baik Total
yang menentukan seseorang untuk bersedia
Banyak Responden n % 84 54,2 71 45,8 155 100,0
atau kesiapan untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 2, maka diketahui bahwa sikap responden terhadap ASI eksklusif lebih banyak berada pada kategori baik yaitu
4
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 3. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso. Pemberian ASI Pengetahuan
Eksklusif n % 29 29,3 11 19,6
Baik Kurang
Total
Tidak Ekslusif n % 70 70,7 45 80,4
N 99 56
P value % 100 100
0,259
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan
responden yang baik tentang ASI eksklusif
pada Tabel 3, dari 99 responden yang
belum terwujud dalam tindakan pemberian
memiliki
yang
ASI eksklusif dan dengan pengetahuan yang
memberikan ASI eksklusif sebanyak 29 orang
kurang tidak membuat tindakan menjadi
(29,3%) dan ibu yang tidak memberikan ASI
kurang
eksklusif
pengetahuan
pengetahuan
sebanyak
Baik,
70
ibu
orang
(70,7%),
baik.
Melalui yang
penyesuaian
masih
kurang
diri, dapat
sedangkan dari 56 responden yang memiliki
disesuaikan dengan berpikir logis untuk
pengetahuan Kurang, ibu yang memberikan
melakukan tindakan yang baik. Terdapat
ASI eksklusif sebanyak 11 orang (19,6%) dan
berbagai faktor yang bisa mempengaruhi
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif
pemberian
sebanyak 45 orang (80,4%).
Amiruddin dan Rostia (2007), kurangnya
ASI
eksklusif.
Menurut
Berdasarkan hasil analisis dengan
dukungan dari keluarga merupakan salah satu
(x2)
faktor terhambatnya pemberian ASI eksklusif
menghasilkan probabilitas sebesar 0,259 pada
sehingga walaupun ibu pernah menerima atau
tingkat
tidak
menggunakan
uji
kesalahan
chi-square (α)
0,05.
Bila
nilai
pernah
menerima
informasi
ASI
probabilitas lebih besar dari tingkat kesalahan
eksklusif dari petugas kesehatan tidak akan
maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat
mempengaruhi
hubungan antara kedua variabel indepen dan
memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka.
variabel dependen. Hal ini menunjukkan
Menurut Roesli (2000), sering kali ibu yang
bahwa
bekerja
tidak
terdapat
hubungan
yang
tindakan
mengalami
ibu
dilema
untuk
dalam
bermakna antara pengetahuan ibu menyusui
memberikan ASI eksklusif pada bayinya
dengan pemberian ASI eksklusif pada pada
meskipun kelompok ini tahu manfaat dan
ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
keunggulan
Tompaso Kecamatan Tompaso.
mempraktekkannya. Selain itu, gencarnya
Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif pemberian
tidak ASI
berhubungan karena
ASI,
namun
sulit
untuk
promosi dan penjualan susu formula juga
dengan
menjadi pemicu rendahnya pemberian ASI
pengetahuan
eksklusif kepada bayi, padahal kandungan 5
nutrisi dan kualitas ASI jauh lebih baik untuk bayi
jika
dibandingkan
dengan
Tidak
adanya
hubungan
antara
susu
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
formula. Beredarnya produk susu formula ini
eksklusif. Hal tersebut dikarenakan ibu
juga mudah dibeli masyarakat. Jadi banyak
menyusui hanya sekedar mengetahui namun
ibu yang lebih memilih memberi susu
belum
formula karena dinilai lebih praktis.
mensistesis dan mengevaluasi apa yang
memahami,
mengaplikasikan,
diketahui.
Hubungan Antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 4. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso. Pemberian ASI Sikap
Eksklusif n % 34,5 29 15,5 11
Baik Tidak Baik
Total
Tidak Ekslusif n % 65,5 55 84,5 60
N 84 71
P value % 100 100
0,012
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan
terdapat hubungan yang bermakna antara
pada Tabel 4, dari 84 responden yang
pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian
memiliki sikap Baik, ibu yang memberikan
ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
ASI eksklusif sebanyak 29 orang (34,5%) dan
Tompaso Kecamatan Tompaso.
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif
Sikap
tentang
pemberian
ASI
sebanyak 55 orang (65,5%), sedangkan dari
eksklusif merupakan faktor yang menentukan
71 responden yang memiliki sikap Tidak
seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk
Baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif
memberikan ASI secara eksklusif. Dalam
sebanyak 11 orang (15,5%) dan ibu yang
hubungannya dengan ASI eksklusif, sikap ibu
tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 60
adalah bagaimana reaksi atau respon tertutup
orang (84,5%).
ibu menyusui terhadap ASI eksklusif. Jika ibu
Berdasarkan hasil analisis dengan
sudah memiliki sikap yang kuat dalam
(x2)
memberikan ASI eksklusif, maka perilakunya
menggunakan
uji
chi-square
menghasilkan probabilitas sebesar 0,012 pada tingkat
kesalahan
(α)
0,05.
Bila
menjadi lebih konsisten.
nilai
Sikap dapat terbentuk dari adanya
probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan
interaksi
maka dapat dinyatakan bahwa terdapat
Interaksi di sini tidak hanya berupa kontak
hubungan antara kedua variabel independen
sosial dan hubungan antar pribadi sebagai
dan variabel dependen. Hal ini berarti bahwa
anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga 6
sosial
yang
dialami
individu.
hubungan dengan lingkungan fisik maupun
2.
Perlunya
dukungan
dari
lingkungan
lingkungan psikologis sekitarnya (Maulana,
keluarga dan orang-orang sekitar kepada
2009).
ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif.
KESIMPULAN DAN SARAN
3.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
Perlunya
intervensi
melalui
pemberdayaan kepada petugas kesehatan,
disimpulkan bahwa:
diantaranya
1. Pemberian ASI eksklusif pada anak balita
peningkatan dan keterampilan petugas
di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso
dalam rangka peningkatan penggunaan
Kecamatan
ASI.
Tompaso
masih
rendah 4.
(25,8%). 2. Tingkat
pengetahuan
ibu
dengan
meningkatkan
Perlunya membentuk pojok laktasi di Puskesmas.
menyusui
mengenai ASI eksklusif sebagian besar DAFTAR PUSTAKA Amiruddin R, Rostia. 2007. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6 – 11 Bulan di Kelurahan Pa’Baeng-Baeng Makassar Tahun 2006.(Jurnal). Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arisman, MB, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Azwar, A. 2003. Susu Formula Tidak Akan Bisa Di Gantikan (Online).(http://www.pontianakpost.c om/berita/index.asp?Berita=Tokoh&i d=34560, diakses tanggal 12 Juni 2012). Baskoro, A, 2008. Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta. Banyu Media. Darmayanti, D. 2009. Kapital Selekta ASI dan Menyusui. Jakarta : Gramedia Pustaka. Depkes RI, 2011. Banyak Sekali Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu. Jakarta: Depkes RI. Fikawati S, Syafiq A. 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia.(Jurnal). (journal.ui.ac.id/health/article/downlo
berada pada kategori baik (63,9%). 3. 54,2% ibu menyusui memiliki sikap yang baik terhadap ASI eksklusif. 4. Tidak
terdapat
hubungan
antara
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso. 5. Terdapat hubungan antara sikap terhadap ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso.
Saran Berdasarkan
hasil
pembahasan
dan
kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran serta implikasi, yaitu : 1.
Bagi ibu-ibu yang belum memberikan ASI
eksklusif
diharapkan
dapat
memberikan ASI eksklusif pada bayinya 7
ad/642/627, diakses tanggal 12 Juni 2012). Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara. 2001. Buku Pedoman Pelaksanaan Kelas Untuk Ibu di Puskesmas dan Posyandu. Manado Kepmenkes. 2004. Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia. Jakarta Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin K, Suoradi. 2007. Promosi KesehatanSebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu & Seni Kesehatan Masyarakat. Jakarta. PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. PT Rineka Cipta. Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Trubus Agriwidya. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta. CV Andi Offset.
8