BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut
adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan hanya indah dalam bahasanya, melainkan indah karena keberhasilan karya sastra tersebut mendekati kebenaran (Darma, 1984:51). Sastra Jawa mengalami perubahan-perubahan mendasar yang perlu dicermati keberadaannya. Perubahan tersebut tercermin dari pergeseran kecenderungan penulisan yang semula bersifat “sejarah”, didaktis (ajaran moral), atau jurnalisme ke karya-karya kreatif-imajinatif yang lebih inovatif. Hal tersebut terjadi karena meluasnya kesempatan mendapatkan pendidikan bagi masyarakat Jawa dan menguatnya rangsangan kreatif ke arah masyarakat modern (Widati dkk, 2001:19). Novel adalah cerita rekaan yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang memainkan cerita yang oleh pengarang dibuat serealistis mungkin seperti kehidupan nyata (Quinn, 1992:43). Novel adalah cerita fiktif yang cukup panjang dan alur ceritanya dimainkan oleh para tokoh yang ada di dalamnya berupa imajinasi pengarang mengenai kehidupan manusia (Tarigan, 1984:164). Novel yang diteliti adalah novel berbahasa Jawa yang berjudul Purnama Kingkin, karya Sunaryata Soemardjo ini diterbitkan oleh penerbit Azzagrafika pada tahun 2014.
1
2
Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Asih yang tinggal bersama ibunya. Ayah asih sudah lama pergi dan tidak diketahui keberadaannya. Saat SMA Asih tinggal dengan saudara jauhnya karena ibunya sudah tidak mampu lagi membiayai hidup dan sekolah Asih. Keluarga yang ditumpangi Asih juga mempunyai anak yang seumuran dengan Asih yang bernama Prono. Asih dan Prono sangat dekat dan akrab sampai Asih menyadari bahwa dia mencintai Prono, Namun Asih tidak percaya diri karena dia merasa status sosialnya berbeda dengan Prono. Akhirnya Asih menjauh dari Prono. Ketika Asih lulus dari sekolah bidannya, dia memilih tempat kerja yang jauh dari tempat tinggal Prono. Saat jauh dari Prono, ada seseorang yang mendekati Asih bernama Andik, pada keadaan seperti itu membuat Asih bingung dalam bertindak. Andik adalah anak kuliah yang pernah KKN di desa tempat tinggal Asih. Asih bingung memutuskan saat Andik menyatakan cinta kepadanya. Asih sebenarnya masih mencintai Prono, tetapi Asih masih ragu dan belum tahu perasaan Prono kepadanya. Di sisi lain, Asih juga mulai menyukai Andik, tetapi dia ragu dengan perbedaan umur Andik yang lebih muda dari Asih. Dalam novel Purnama Kingkin ini sangat jelas terlihat perdebatan batin Asih dalam memikirkan masalahnya. Asih merasa mencintai Prono, tapi di sisi lain, Asih merasa status sosial dia dan Prono yang berbeda, ketidaktahuan Asih tentang
perasaan
Prono
terhadapnya,
sikap
Prono
yang
terkadang
membingungkan Asih, dan keadaan bahwa Prono kemudian memiliki pacar membuat Asih bingung dan bimbang menentukan sikap. Perdebatan batin Asih tidak hanya itu. Asih juga bingung memutuskan untuk melupakan Prono dan
3
menerima Andik atau malah terus memikirkan Prono dan menolak Andik. Asih sendiri tidak terlalu yakin dengan perasaannya kepada Andik. Oleh karena itu novel Purnama Kingkin cocok dianalisis dengan sistem kepribadian dalam psikoanalisis Sigmund Freud. 1.2
Rumusan Masalah
Titik tolak penelitian jenis apapun, termasuk penelitian sastra, bersumber pada masalah. Tanpa adanya masalah yang dihadapi peneliti, kegiatan penelitian tidak dapat dilakukan (Moleong, 2001:61). Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kepribadian tokoh Asih yang terdapat dalam novel Purnama Kingkin? 2. Peristiwa apa saja dan bagaimana dampaknya terhadap dinamika kepribadian tokoh Asih dalam novel Purnama Kingkin? 1.3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada unsur-unsur struktural mengenai tokoh dan penokohan; aspek kepribadian tokoh (id, ego, superego, dan dinamika antara id, ego, superego); peristiwa-peristiwa yang memicu dinamika kepribadian tokoh Asih dalam novel Purnama Kingkin. Penelitian ini menganalisis unsur struktural intrinsik dari segi tokoh dan penokohan dimaksudkan untuk membantu proses analisis yang akan dilakukan menggunakan teori psikoanalisis. Hal ini karena pada penelitian ini hanya akan dilakukan pada
4
tokoh utama yaitu Asih melalui percakapan atau tingkah laku yang berhubungan dengan kondisi psikologis Asih. 1.4
Tujuan dan Manfaat penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepribadian tokoh Asih dalam novel Purnama Kingkin dan untuk mengetahui peristiwa apa saja serta dampak dari peristiwa tersebut terhadap dinamika perubahan kepribadian tokoh Asih dalam novel Purnama Kingkin. Penelitian ini diharapkan membawa manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah penelitian psikoanalisis pada karya sastra khususnya pada novel Jawa. Manfaat praktis penelitian ini adalah menambah kajian tentang novel bagi mahasiswa yang tertarik melakukan penelitian terhadap novel. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pembaca yang berminat pada bidang psikologi khususnya psikologi sastra. 1.5
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan, dengan tujuan agar terdapat pembaruan dan perbedaan terhadap penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang menggunakan kajian psikoanalisis telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian lain yang terkait dengan kajian psikoanalisis bisa dijadikan bahan acuan, di antaranya adalah skripsi yang berjudul “Gangguan Jiwa Pada Protagonis Novel Semusim, Dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma: Kajian Psikoanalisis” oleh Indiana Malia jurusan Sastra
5
Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015. Peneliti menganalisis bentuk-bentuk gangguan jiwa tokoh utama novel, penyebab gangguan jiwa tokoh utama novel, dan hubungan novel dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. Penelitian lain yang menjadi bahan acuan adalah skripsi yang berjudul “Dinamika Kepribadian Tokoh Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikoanalisis” oleh Febriesha Gempar J.P. jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada pada tahun 2006. Peneliti menganalisis represi keinginan dan arus bawah sadar tokoh. Skripsi yang berjudul “Kajian Psikoanalisis Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari” oleh Fathma Kamaliyah jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada pada tahun 2006. Peneliti melakukan deskripsi kesadaran tokoh utama dan menganalisis unsur-unsur bawah sadar tokoh utama. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya adalah pada analisis yang dilakukan. Penelitian ini akan menganalisis tentang tokoh dan penokohan serta dinamika kepribadian tokoh yang mencakup id, ego, dan superego tokoh. Di samping itu, peneliti memilih novel Purnama Kingkin ini karena novel ini belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. 1.6
Landasan Teori
Penelitian ini memerlukan dua landasan teori yang saling mendukung. Landasan teori yang pertama adalah kajian struktural terhadap tokoh dan penokohan untuk lebih memahami tokoh dalam cerita. Hasil dari kajian struktural mengenai tokoh dan penokohan tersebut lalu dilanjutkan dengan kajian
6
psikoanalisis Sigmund Freud yang terfokus pada aspek id, ego, dan superego dalam diri tokoh utama. 1.6.1
Tokoh dan Penokohan Analisis tokoh dapat diamati melalui perwatakan para tokoh yang ada
dalam novel Purnama Kingkin. Menurut Henry Guntur Tarigan (1984:133) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui watak para tokoh, antara lain: a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari tokoh). b. Portrayal og thought steam or of concious thought (melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas di pikirannya). c. Reactions to events (melukiskan bagaimana reaksi tokoh terhadap kejadian-kejadian). d. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak tokoh). e. Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh. Misalnya dengan melukiskan keadaan dalam kamar tokoh, pembaca akan mendapat kesan apakah tokoh adalah orang jorok, bersih, rajin, malas, dan sebagainya). f. Reaction of others about/to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan tokoh lain dalam suatu cerita terhadap tokoh utama). g. Conversation of other abaout character (tokoh-tokoh lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka
7
secara tidak langsung pembaca mendapat kesan mengenai watak tokoh utama). 1.6.2
Psikoanalisis Sigmund Freud Menurut Freud, pikiran manusia dibagi menjadi tiga bagian, kesadaran,
keprasadaran, dan ketidaksadaran. Bagian pertama, kesadaran adalah pengalaman yang dialami manusia dalam kesadaran saat ini. Bagian kedua, keprasadaran adalah pengalaman yang dialami manusia yang tidak ada dalam kesadaran tapi dengan mudah masuk ke alam sadar. Bagian terakhir, ketidaksadaran adalah pengalaman yang dialami manusia yang berada di alam bawah sadar, yang kemungkinan masuk ke alam sadar jika hanya dengan susah payah. Pengalamanpengalaman ketidaksadaran menurut Freud adalah faktor penentu tingkah laku yang penting (Semiun, 2006:12). Freud mengatakan bahwa ketika hidup manusia dipenuhi dengan tekanan dan konflik kehidupan, maka manusia mencari cara untuk meredakan tekanan dan konflik tersebut dengan cara menyimpannya dalam-dalam di alam bawah sadar, sehingga menurut Freud alam bawah sadar adalah kunci memahami tingkah laku manusia (Minderop, 2010:13). Freud menyamakan pikiran manusia seperti gunung es. Bagian kesadaran diibaratkan gunung es yang
lebih kecil berada di pemukaan air dan bagian
ketidaksadaran diibaratkan bagian terbesar gunung es yang berada di bawah permukaan air (Semiun. 2006:42). Bagian kesadaran adalah bagian yang manusia perlihatkan dalam kehidupan dan manusia izinkan orang lain melihatnya,
8
sedangkan bagian ketidaksadaran mempunyai kapasitas lebih besar dan disimpan di alam bawah sadar serta tidak terlihat oleh orang lain. Freud memperkenalkan pembagian jiwa menjadi tiga bagian yaitu id, ego, dan superego. Id, ego, dan superego menjelaskan gambaran-gambaran mental menurut fungsi dan tujuannya (Semiun, 2006:60). Id bisa dikatakan sebagai keadaan psikis yang sebenarnya dan berada pada tingkat ketidaksadaran. Id mempunyai prinsip kenikmatan atau kesenangan (pleasure principle) sehingga id tidak dipengaruhi oleh pertimbangan waktu, tempat maupun logika. Id juga tidak memiliki moralitas karena tidak dapat membedakan baik dan buruk, baik dan jahat, merugikan diri sendiri dan orang lain atau tidak, menyakiti diri sendiri dan orang lain atau tidak, hanya satu yang menjadi tujuan id yaitu tercapainya kenikmatan atas keinginannya (Semiun, 2006:61—63). Ketegangan yang dirasakan oleh id adalah sebuah penderitaan atau kegerahan, sehingga pertolongan dari ketegangan tersebut dirasakan sebagai kesenangan atau kepuasan. Jadi id bertujuan untuk mengusahakan pencegahan penderitaan dan menemukan kesenangan (Hall, 1960:29). Id tidak berfikir, dia hanya mengangankan atau bertindak. Id bersifat mendesak, impulsif, irrasional, asosial, mementingkan diri sendiri dan suka dengan kesenangan. Pemuas keinginannya bisa berupa tanggapan, fantasi, halusinasi, dan impian. Id tidak berubah seiring berjalannya waktu, ia juga tidak dapat diubah oleh pengalaman karena id tidak ada hubungannya dengan dunia luar, namun id dapat dikontrol dan diawasi oleh ego (Hall, 1960:33—35).
9
Ego dapat membedakan hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang ada di dunia luar. Ego pada orang normal memiliki kekuatan untuk mengontrol perilaku dari Id agar tidak menyimpang dan menahan hukuman dari superego (Semiun, 2006:13). Dalam arti lain bahwa ego memiliki tugas untuk mempertahankan kepribadian, menjamin penyesuaian dengan lingkungan sekitar, memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain. Ego mengontrol apa saja yang masuk ke kesadaran dan memutuskan apa saja yang akan dilakukan (Bertens, 2005:33). Ego adalah pelaksana dari kepribadian yang mengontrol dan mengendalikan id dan superego serta menjaga hubungan dengan dunia luar. Jika ego melaksanakan fungsinya dengan baik, maka akan terjadi kehidupan yang harmonis dan selaras, namun jika ego mengalah atau menyerah kepada id,superego, maupun dunia luar, maka akan terjadi keadaan yang tidak baik (Hall, 1960:36). Ego memegang prinsip kenyataan (reality principle) sehingga ego menimbang-nimbang baik dan salahnya suatu hal agar sesuai dengan dunia luar dan lingkungan yang ada. Setelah menimbang-nimbang, ego yang memutuskan tindakan yang akan diambil dan direspon sesuai dengan lingkungan yang ada. Tugas ego adalah tugas yang paling berat, selain ego harus memikirkan dunia luar, ego juga harus mempertimbangkan tuntutan-tuntutan dari id dan superego yang bertentangan dan memikirkan hal yang paling realistik dan pas dengan dunia luar. Ego dari masa ke masa akan berubah-ubah seiring dengan perkembangan dunia luar (Semiun, 2006:64—66). Ego bertindak sebagai perantara antara id dan dunia luar.
Ego
berkembang seiring dengan
pendewasaan pribadinya.
10
Perkembangan ego didapat melalui pengalaman, latihan, dan pendidikan (Hall, 1960:38—39). Superego adalah wujud moral dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat sehingga superego mempunyai prinsip moralistik dan idealistik. Superego sangat bertentangan dengan id dan ego. Superego berfokus pada sesuatu yang benar di mata masyarakat sehingga tindakan yang diambil sesuai dengan norma-norma sosial masyarakat dan memperjuangkan kesempurnaan. Jika ego berhubungan dengan dunia luar sehingga segala tindakan ego besifat realistik, maka superego tidak berhubungan dengan dunia luar sehingga tuntutan kesempurnaannya tidak realistik, asalkan sesuai dengan norma dan moral yang ada. Superego memerintah ego untuk melakukan tindakan sesuai perintah superego. Jika ego melakukan tindakan yang bertentangan dengan moral dan norma-norma yang ada maka akan terjadi perasaan bersalah. Jika ego tidak dapat memenuhi norma-norma kesempurnaan superego maka akan timbul perasaan rendah diri. Fokus superego adalah kesempurnaan sehingga superego tidak menghiraukan kebahagiaan dari ego, tidak memikirkan kesulitan yang dialami ego dalam memenuhi tuntutan superego (Semiun, 2006:66—67). Bentuk superego terdapat dalam emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, rasa bangga, dan lain sebagainya. Sikap-sikap seperti observasi diri, kritik diri, pencegahan diri berasal dari superego (Bertens, 2005:34). Superego dapat memberi penghargaan maupun hukuman kepada ego. Jika tindakan atau pemikiran ego sesuai dengan nilai etika superego, maka ego diberi penghargaan. Akan tetapi jika ego melakukan tindakan atau pemikiran yang tidak sesuai dengan nilai etika superego,
11
maka ego diberi hukuman. Ego tidak hanya mendapat penghargaan atau hukuman dari superego melalui tindakannya saja, namun bahkan jika hanya karena berfikir untuk melakukan sesuatu ego bisa mendapat penghargaan maupun hukuman karenanya. Fikiran dan perbuatan adalah sama di mata superego. Inilah bukti mengapa seseorang yang meskipun menjalankan hidup yang baik-baik saja dapat juga menderita hatinya karena superego menghukum ego untuk fikiran yang buruk meskipun fikiran tersebut tidak direalisasikan. Rasa bangga adalah penghargaan yang digunakan oleh superego ketika ego berkelakuan baik dan rasa bersalah atau malu akan dirinya sendiri adalah hukuman dari superego ketika ego telah mengalah kepada godaan (Hall, 1960:42—43). Tujuan psikoanalisis menurut Freud adalah membuat ego lebih kuat dari superego dan memberikan perilaku kesadaran yang dilakukan ego sadar pada pekerjaan-pekerjaan id, yaitu menggantikan tingkah laku defensif dengan tingkah laku yang lebih adaptif. Manusia dengan begitu akan menemukan kepuasan tanpa menghukum diri sendiri dan orang lain (Semiun, 2006:16). 1.7
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif yang bersifat menjelaskan dan menggambarkan. Sebagaimana dalam penelitian ini akan diuraikan konflik batin tokoh Asih dan penjelasan mengenai konflik batin tersebut ditinjau melalui psikoanalisis Sigmund Freud. Beberapa tahap analisis pada penelitian ini adalah:
12
1.7.1
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, langkah-langkah metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Purnama Kingkin. Novel berbahasa Jawa yang mempunyai 192 halaman terbit pada tahun 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca seluruh isi novel dengan cermat lalu menentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah dan teori yang digunakan. 2) Studi pustaka dengan mengumpulkan informasi sesuai dengan masalah penelitian sebanyak-banyaknya. Sumber-sumber kepustakaan diperoleh dari buku dan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Tujuan penelitian kepustakaan adalah untuk membantu mencari jawaban atas masalah penelitian dengan mengambil informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian dari berbagai sumber untuk mendapatkan informasi dan dapat melengkapi informasi serta dapat membantu menentukan batasan-batasan dalam mengerjakan penelitian. 3) Penelusuran internet guna mencari data sekunder untuk melengkapi data utama. 1.7.2 Metode Analisis Data 1) Mengamati dan menentukan bagian novel Purnama Kingkin yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian dengan berpedoman pada teori psikoanalisis Sigmund Freud.
13
2) Menganalisis tokoh dan penokohan menggunakan teori strukturalisme, baik tokoh utama maupun tokoh bawahan. 3) Menganalisis kepribadian tokoh Asih termasuk dinamika yang terjadi pada kepribadiannya, menganalisis peristiwa yang terjadi dan dampak bagi kepribadian tokoh Asih. 4) Menyusun laporan penelitian. 1.8
Sistematika Penulisan Secara keseluruhan, penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I
merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan analisis struktural mengenai tokoh dan penokohan yang dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh bawahan sebagai tokoh yang membantu menganalisis penokohan tokoh utama melalui konflik dan interaksi yang tercipta dalam novel Purnama Kingkin. Bab III merupakan analisis tokoh dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Analisis ini akan membahas tentang kepribadian tokoh Asih yang meliputi id, ego, dan superego serta dinamika antara id, ego, dan superego. Selain itu, analisis juga dilakukan untuk mengetahui konflik-konflik yang dialami tokoh Asih dengan dirinya sendiri maupun dengan tokoh-tokoh yang lain. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan.