BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Pengguna Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak terduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang Undang Republik Indonesia, 2009). Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu tanda pentingnya masalah kesehatan baik tingkat dunia maupun di suatu negara yang harus di ikuti oleh peningkatan pelayanan pertolongan pra rumah sakit atau prehospital. Peningkatan pelayanan prehospital diantaranya adalah peningkatan fasilitas, peningkatan sarana dan peningkatan kualitas tenaga medis yang bekerja di sistem prehospital (WHO, 2009). WHO menyatakan di dunia terdapat lebih dari 1,24 juta orang meninggal dan terdapat 20 sampai 50 juta orang luka yang dapat menyebabkan kecacatan karena kecelakaan lalu lintas. Tedapat peningkatan kecelakaan yang sangat signifikan yaitu 15% pada pengguna kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian nomor 5 di dunia (WHO, 2009). Menurut Disability-adjusted life year pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kecacatan nomer 3 didunia (WHO, 2004). Menurut 1
2
laporan Global Status Report on Road Safety tahun 2013 dari WHO, prevalensi kecelakaan lalu lintas terbesar terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan sedang. Sebanyak 62% kematian akibat kecelakaan lalu lintas dilaporkan terjadi di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berpenghasilan sedang (WHO, 2013). Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara yang memiliki angka kecelakaan lalu lintas terbesar di dunia yaitu sebesar 62% dari total kecelakaan didunia. Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan jumlah kematian akibat kecelakaan terbanyak di dunia. Angka kematian kecelakaan lalu lintas di negara berkembang mencapai 49,6% paling tinggi diantara negara maju dan miskin (WHO, 2009). Menurut WHO kecelakaan terbanyak terjadi pada pengendara sepeda motor 23 % kemudian pejalan kaki 22% dan pesepeda 5%. Selain menyebabkan kematian, kecelakaan juga dapat menyebabkan cacat permanen, amputasi, cedera kepala atau cedera tulang belakang (WHO, 2013). Prevalensi cidera di Indonesia mencapai rerata 7,5% dengan penyebab cedera terbanyak kedua adalah kecelakaan lalu lintas darat. Prevalensi kecelakaan darat mencapai rerata 25,9%. Prevalensi kecelakaan lalu lintas terbanyak di Indonesia yaitu provinsi Bengkulu 44,2% dan provinsi DI Yogyakarta merupakan provinsi ke dua dengan angka kecelakaan tertinggi yaitu mencapai 43,3% (Riskesdas, 2007). Kepemilikan kendaraaan bermotor di Indonesia sangatlah tinggi. Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 mencatat bahwa terdapat 85.601.351 kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang kecelakaan terbesar di darat. 2
3
Menurut data dari kepolisian RI pada tahun 2012 terdapat kasus kecelakaan sebanyak 109.038 kasus dengan korban meninggal sebanyak 27.441 orang dan pada tahun 2011 terdapat 109.776 kasus kecelakaan dengan korban meninggal sebanyak 31.185 orang (BIN, 2012). Kementrian Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat menyebutkan bahwa korban meninggal yang disebabkan oleh kecelakaan mencapai 11,5% dari kematian di Indonesia (Kemenhub, 2013). Jumlah kecelakaan lalu lintas di Yogyakarta pada tahun 2009 terdapat 4.384 kasus, dengan jumlah kematian sebesar 201 meninggal dan 6.822 mengalami luka berat dan luka ringan, kondisi tersebut meningkat tajam dibandingkan tahun 2008 yaitu sejumlah 4058 korban dengan 292 orang meninggal dan 3766 orang mengalami luka berat dan luka ringan (Profil Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta, 2011). Ambulan 118 merupakan salah satu sistem prehospital yang berkembang di Indonesia. Ambulan 118 telah berada di 5 kota besar di Indonesia diantaranya adalah Jakarta, Yogyakarta, Medan, Bali, dan Surabaya (Pitt dan Pusponegoro, 2005). Ambulan 118 di Yogyakarta dikenal dengan nama Ambulan Yogyakarta Emergency Services (YES 118) jumlah pengguna ambulan YES 118 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada bulan November – Desember 2008 YES 118 melayani 37 kasus (22 kasus trauma dan 6 kasus medis) pada tahun 2009 terdapat sebanyak 448 kasus (209 kasus trauma, 155 kasus medis dan 84 non YES, artinya panggilan diluar area kota Yogyakarta), pada tahun 2010 terdapat sebanyak 603 laporan kasus (252 trauma, 201 medis dan 150 non YES) dan pada tahun 2011 terdapat 742 kasus (353 trauma, 253 medis dan 136 kasus non YES). Tahun 2012 terdapat 733 kasus dengan rincian 3
4
kasus 355 kasus trauma. 285 kasus medis dan 193 kasus non YES. Sedangkan pada tahun 2013 dilaporkan terdapat 955 kasus dengan rincian 344 kasus trauma, 470 kasus medis dan 151 kasus non YES. Data diatas menunjukkan bahwa kasus kecelakaan lalu lintas atau trauma masih mendominasi kasus-kasus yang ditangani oleh YES 118 dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Laporan Tahunan YES 118, 2013). Perawat ambulan merupakan perawat yang memiliki tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, karena mereka akan merawat pasien diluar rumah sakit. Perawat ambulan akan menemukan dan mengidentifikasi masing-masing kebutuhan perawatan pasien dengan lingkungan yang berbeda (Holmberg dan Fagerberg, 2010). Perawat ambulan juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengatisipasi kejadian dan situasi yang mungkin akan terjadi maupun yang tidak mungkin terjadi (Bruce et al., 2003). Hasil studi pendahuluan yaitu wawancara dengan administrator PMI kota Yogyakarta pada bulan Februari 2014, idealnya didalam ambulan terdapat dokter, perawat dan pengemudi, akan tetapi sampai saat ini tenaga medis yang berada di ambulan YES 118 adalah perawat, pengemudi dan relawan saja. Hal ini menunjukkan bahwa perawat merupakan ujung tombak dalam pertolongan terhadap korban. Hasil studi pendahuluan pada administrator PMI menyebutkan bahwa perawat yang bekerja di ambulan YES 118 merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh PMI dan Dinas Kesehatan kota Yogyakarta. Perekrutan perawat ambulan YES 118 belum ada tes tertulis maupun tes ujian keterampilan. Perekrutan perawat berdasarkan syarat 4
5
administrasi seperti sudah memiliki izin praktik, sudah memiliki sertifikat Panduan Pertolongan Gawat Darurat (PPGD) dan wawancara kerja, dan tidak ada pengalaman minimal perawat. Minimal pendidikan adalah Diploma keperawatan. Keilmuan dan keterampilan perawat bergantung kepada institusi dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh perawat tersebut dengan berbagai macam variasi keterampilan dan pengetahuan. Berdasarkan wawancara, ambulan YES 118 belum memiliki standard operational prosedur dalam melakukan pertolongan korban, perawat menolong berdasarkan sistem evakuasi PPGD dan keilmuan masing-masing perawat. Pertolongan prehospital bermanfaat untuk mengurangi atau mencegah fase kedua dari trauma. Penanganan prehospital yang benar dapat menurunkan angka kematian korban akibat trauma (WHO, 2005). Pertolongan prehospital merupakan pertolongan yang dilakukan untuk menolong pasien sebelum dibawa kerumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Hasil yang baik pada prehospital ini ditentukan oleh kemampuan orang yang menolong dengan peralatan yang tersedia dan waktu respon dari system prehospital tersebut (Health Information and Qualty Authority, 2010). Perawat prehospital dalam lingkup pertolongan prehospital akan menolong berbagai macam keadaan pasien. Perawat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengetahui respon pasien yang berhubungan dengan penyakit yang diderita dan menentukan intervensi apa yang dibutuhkan dalam menolong pasien (Paans, 2012). Pertolongan prehospital bukan hanya membawa peralatan dan prosedur kepada korban. Pertolongan prehospital lebih pada pemahaman tentang permasalahan medis pasien dan berfikir kritis untuk mencapai tujuan yaitu mencegah 5
6
trauma berlanjut pada pasien (Salomone, 2011). Pertolongan prehospital bertujuan untuk pengobatan secara cepat dan tepat karena pertolongan yang terlambat dapat menyebabkan meningkatnya mordibitas dan mortalitas. Perawat harus terampil dalam menilai pasien untuk mencapai tujuan tersebut. Perawat juga harus dapat mengenali kondisi-kondisi pasien dan memilih intervensi apa yang tepat (Wright, 2007). Menurut penelitian Al Afik tahun 2005 pada ambulan gawat darurat (AGD) 118 rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta kinerja personil AGD 118 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam kategori cukup dan waktu tanggap AGD 118 untuk daerah rural dan urban rata-rata 14 menit. Penelitian ini menyebutkan bahwa pada tahap identifikasi kasus panggilan kegawatdaruratan memiliki prosentase baik. Persiapan panggilan layanan AGD 118 dalam kategori kurang baik yang disebabkan oleh kurang lengkapnya peralatan ambulan gawat darurat. Reaksi kesiapsiagaan personil AGD 118 dalam menangani pasien gangguan jalan nafas dan pernafasan dalam kategori kurang baik. Hasil kelengkapan dokumentasi layanan AGD 118 RS PKU Muhammadiyah dalam kategori kurang baik (Afik, 2005) Berdasarkan uraian diatas pertolongan prehospital bermanfaat untuk mencegah fase kedua trauma, selain itu penanganan prehospital yang baik dapat menurunkan angka mortalitas dan mordibitas korban. Perawat berperan sebagai ujung tombak pertolongan prehospital sehingga perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menolong pasien, sedangkan hasil studi pendahuluan mennunjukkan bahwa dalam merekrut perawat, ambulan YES 118 belum memiliki standar khusus seperti tes keterampilan dan tes tertulis. Karena 6
7
pentingnya peran perawat ambulan dalam penanganan pasien, maka peneliti ingin meneliti tentang tingkat pengetahuan perawat ambulan YES 118 kota Yogyakarta dalam menangani korban kecelakaan lalu lintas.
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan kecelakaan lalu lintas kota Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas kota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) Untuk
mengetahui
tingkat
pengetahuan
perawat
prehospital
dalam
penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan airway, 2) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan breathing,
7
8
3) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan circulation, 4) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan komunikasi, 5) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan transportasi, 6) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat YES 118 berdasarkan karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, pengalaman menjemput pasien.
D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat pengetahuan perawat YES 118 dan perawat gawat darurat rumah sakit yang bekerja sama dengan YES 118. 1. Bagi ambulan YES 118 di Yogyakarta Sebagai masukan dan informasi tantang bagaimana gambaran tingkat pengetahuan perawat ambulan Ambulan YES 118 dalam penanganan pasien, khususnya korban kecelakaan lalu lintas di kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Bagi peneliti Menambah wawasan peneliti tentang pelayanan prehospital Ambulan YES 118 khusunya di DI Yogyakarta. Dan menambah wawasan mengenai bagaimana 8
9
gambaran tingkat pengetahuan penanganan perawat ambulan Ambulan YES 118 dalam menolong korban kecelakaan lalu lintas Kota Yogyakarta. 3. Bagi pendidikan Menjadi bahan bacaan untuk mahasiswa tentang bagaimana gambaran tingkat pengetahuan perawat prehospital Ambulan YES 118 dalam menolong korban kecelakaan lalu lintas Kot.Yogyakarta. 4.
Bagi profesi keperawatan Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya, menjadi referensi tentang tingkat pengetahuan perawat prehospital, dan menjadi bahan acuan perawat untuk selalu mengembangkan diri sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal.
E. Keaslian Penelitian Peneliti melakukan beberapa penelusuran, dari penelusuran tersebut penulis belum menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Maka pada kesempatan ini penulis memberanikan diri untuk mengambil penelitian ini. Namun terdapat beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini diantaranya: 1. Darsih (2003) melakukan penelitian tentang Gambaran pencapaian Standar Ambulan Gawat Darurat sebagai Pembawa Pasien ke Instalasi Rawat Darurat RS DR. Sarjito Yogyakarta. Hasilnya adalah 41-55% ambulan dalam kategori kurang sesuai dengan standar Departemen Kesehatan RI berdasarkan SK Men.Kes RI no 0152/Yan/Med/RSKS/1987 Tentang standarisasi ambulan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan yaitu sampel, penelitian ini menggunakan sampel ambulan 9
10
di RS Sardjito, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan sampel perawat yang bertugas di ambulan YES 118. Lokasi penelitian ini di RS Sardjito sedangkan penelitian yang akan dilakukan diteliti di PMI kota Yogyakarta dan RS yang tergabung dalam Ambulan YES 118 Kota Yogyakarta. 2. AL Afik (2005) melakukan penelitian tentang Kinerja Ambulan Gawat Darurat 118 RS PKU Muhammadyah Yogyakarta Ditinjau dari Fungsi Ambulan Gawat Darurat, penelitian ini melihat waktu tanggap, tindakan dan kemampuan tim ambulan dalam menangani kasus kegawat daruratan pra rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah perawat pelaksanan IGD RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta yang aktifitasnya berhubungan dengan pelayanan AGD 118. Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling berjumlah 9 orang. Hasil dari penelitian ini adalah kinerja ambulan gawat darurat 118 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat disimpulkan waktu tanggap AGD 118 untuk daerah urban dan rural sebagian besar rata-rata ditempuh waktu empat belas menit. Kemampuan mengidentifikasi kasus berupa tempat kejadian, jumlah korban dan kronologis singkat kejadian masuk dalam kategori baik. Persiapan panggilan meliputi persiapan alat dalam kategori kurang baik. Reaksi kesiapsiagaan personil AGD 118, dari hasil penelitian tindakan prehospital yaitu pembebasan jalan nafas dalam kategori kurang baik. Kelengkapan dokumentasi, dari penelitian ini didapatkan bahwa kelengkapan dokumentasi layanan AGD 118 dalam kategori kurang baik. Perbedaan penelitian ini adalah sampel dan lokasi. 10
11
Sampel pada penelitian yang akan dilakukan adalah perawat ambulan YES 118 dan perawat IGD yang bekerja sama dengan YES 118, lokasi penelitian ini adalah PMI kota Yogyakarta dan rumah sakit yang bekerjasama dengan dengan YES 118. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Tri Windiarti (2009) meneliti tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan Pengemudi Ambulans dalam Pelaksanaan Transportasi antar Rumah Sakit di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD wilayah Yogyakarta yang meliputi RSUD Sleman, RSUD Wates, RSUD Kodya Yogyakarta, RSUD Wonosari, dan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Subjek penelitian ini adalah pengemudi ambulan gawat darurat di RSUD DIY sesuai dengan kriteria inklusi. Perbedaan penelitian ini adalah lokasi, peneliti meneliti di RSUD wilayah DIY, sedangkan penelitian yang akan dilalukan berlokasi di PMI kota Yogyakarta dan rumah sakit yang bekerja sama dengan PMI kota Yogyakarta dalam penyelenggaraan YES 118. Sampel dari penelitian ini adalah pengemudi ambulan, sedangkan sampel yang akan digunakan adalah perawat yang bertugas di ambulan YES 118. Hasil dari penelitian ini adalah persiapan transportasi ambulan dalam kategori cukup (73,04%), aturan ambulan di jalan raya (47,26%) dalam kategori kurang, Pemindahan pasien (58,33%) dalam kategori cukup dan prosedur transportasi pasien ambulan (67,19%) dalam kategori cukup.
11