1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Untuk dapat eksis dalam pasar global, perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang cukup ketat, khususnya untuk perusahaan bidang manufaktur di Indonesia. Keunggulan kompetitif diperlukan untuk dapat memenangi persaingan tersebut. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi bagi konsumen ,tetapi juga mampu mengelola keuangan dengan baik,
artinya
kebijakan
pengelolaan
keuangan
harus
dapat
menjamin
keberlangsungan usaha perusahaan. Dalam teori agensi manajemen dituntut untuk memiliki kinerja bisnis yang baik yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk dapat bersaing. Disini manajemen
sebagai
pelaku
penyusun
laporan
keuangan
berkewajiban
menyampaiakan informasi mengenai kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting bagi manajemen perusahaan untuk menginformasikan mengenai kinerja ekonomi dan kinerja keuangan perusahaan. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut dapat membantu untuk bahan pertimbangan pengambilan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
keputusan contohnya seperti pemberian deviden kepada pemegang saham, pemberian bonus terhadap pihak menejemen, dan sebagai pertimbangan para pemegang saham untuk menanamkan modalnya.
Menurut IAI ( 2011 ) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan bentuk pertanggung jawaban pihak manajemen perusahaan atas tanggung jawab yang telah dilaksanakan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Tindakan manajer ini terkadang bertentangan dengan tujuan perusahaan. Tindakan tersebut adalah manajemen laba.
Maraknya kasus manajemen laba menimbulkan rasa ketidakpercayaan dari investor terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Banyaknya kasus mengenai manajemen laba yang terjadi baik di Indonesia maupun diluar negeri seperti kasus PT. Indofarma, PT. Kimia Farma, PT Lippo Tbk kemudian kasus Enron, Wordcom, dan Xerox dimana mereka mengakui telah melakukan penggelembungan laba yang pada akhirnya membuat para investor melepaskan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
saham yang mereka miliki yang berakibat pada anjloknya harga saham perusahaan. Disini investor tidak banyak mengetahui tentang keadaan perusahaan yang membuat mereka dirugikan dengan informasi yang tidak relevan.
Manajemen laba menjadi penyebab berkurangnya kredibilitas laporan keuangan karena dapat menambah bias dalam laporan keuangan yang mungkin dapat menyesatkan pemakai laporan keuangan. Fleksibilitas yang dimiliki manajemen dalam menyusun laporan keuangan memberikan celah bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba melalui kebebasan yang diberikan kepada mereka dalam memilih atau mengubah metode akuntansi sehingga memungkinkan dicatatnya suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda-beda yang terkadang menyebabkan laporan keuangan menjadi bermasalah dikemudian hari.
Dari pantauan BEI, hingga 29 Juni 2015, terdapat 6 perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan auditan dikarenakan laporan keuangan yang bermasalah per 31 Desember 2014, berikut daftar emiten yang terkena suspensi:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Tabel 1.1 Perusahaan yang Terkena Suspensi NO
KODE
1
BIPI
NAMA PERUSAHAAN
2
PT Benakat Integra TBK PT Borneo Lumbung Energy & BORN Metal TBK
3
BRAU PT Berau Coal Energy TBK
4
BUMI
5
TKGA PT Permata Prima Sakti TBK
6
INVS
PT Bumi Resources TBK
PT Inovisi Intercom TBK
STATUS Belum menyampaikan laporan auditan 2014 Belum menyampaikan laporan auditan 2014 Belum menyampaikan laporan auditan 2014 Belum menyampaikan laporan auditan 2014 Belum menyampaikan laporan auditan 2014 Belum menyampaikan laporan auditan 2014
Sumber: (www.idx.co.id)
Atas dasar tersebut, BEI melakukan penghentian sementara perdagangan Efek di Pasar Reguler dan Pasar Tunai sejak sesi I Perdagangan Efek 30 Juni 2015, untuk 4 Perusahaan Tercatat yaitu:
1. PT Benakat Integra Tbk. (BIPI) 2. PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (BORN) 3. PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) 4. PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA) Sumber: (www.idx.co.id)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Dalam menyiapkan laporan keuangan manajemen membutuhkan penilaian dan perkiraan. Hal ini memberikan manajemen fleksibilitas dalam meyusun laporan keuangannya. Beban pajak penghasilan dihitung dengan menggunakan aturan perpajakan atas hasil usaha perusahaan selama periode tahun yang bersangkutan. Aturan aturan perpajakan tersebut mengharuskan perusahaan melakukan koreksi-koreksi fiskal (perbedaan permanen) karena terdapat perbedaan konsep pendapatan, cara pengukuran pendapatan, konsep biaya, cara pengukuran biaya, dan cara alokasi biaya antara Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Peraturan Perpajakan. Aturan perpajakan tetap menggunakan data dan informasi akuntansi yang telah diatur oleh Standar Akuntansi Keuangan sebagai dasar untuk menentukan koreksi-koreksi tersebut berdasarkan aturan perpajakan yang berlaku. Selisih laba komersial dan laba fiskal (book-tax differences) dapat menginformasikan tentang diskresi manajemen dalam proses
akrual. Selisih
tersebut dinamakan koreksi fiskal yang berupa koreksi negatif dan koreksi positif. Koreksi negatif
akan menghasilkan kewajiban pajak tangguhan
sedangkan koreksi positif akan menghasilkan aset pajak tangguhan (Djamaluddin, 2008:58). Pajak tangguhan (Deffered Tax) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Taufik Budiman (2013) menyatakan beban pajak tangguhan perpengaruh positif terhadap manajemen laba artinya setiap kenaikan beban pajak tangguhan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
laba akan mengalami peningkatan hal ini dilakukan untuk menghindari melaporkan kerugian perusahaan dengan nilai parameter yang positif, selain itu perusahaan
memanfaatkan
celah
untuk
memanipulasi
labanya
dengan
menggunakan besarnya beban pajak tangguhan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melakukan audit atas proses pemeriksaan dan penyidikan pajak terhadap enam perusahaan. Hasil pemeriksaan itu mengungkap proses pemeriksaan pajak tersebut rupanya tidak efektif. Berdasarkan dokumen hasil audit BPK yang diterima VIVAnews.com, pemeriksaan BPK tersebut lebih ditujukan untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta efektivitas proses pemeriksaan dan penyidikan terhadap wajib pajak atas pemanfaatan celah celah perundang undangan pajak yang mengarah kepada penggelapan pajak. Asian Agri misalnya, Ini merupakan wajib pajak yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit. Asian Agri dan anak usaha diduga menggelapkan pajak sejak 2002 hingga 2005 sebesar Rp1,4 triliun. Dari hasil audit BPK terungkap, kinerja pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan pajak oleh Ditjen Pajak terhadap Asian Agri dan anak usaha periode 2002-2005 yang belum sepenuhnya efektif. Akibatnya, proses pemeriksaan atas kasus ini berjalan berlarut-larut cukup lama.
Pada tanggal 18 Desember 2012, putusan dibacakan Kepala Kantor Wilayah Pajak Jakarta Pusat Dicky Hartanto, beliau mengatakan nilai Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar dari anak usaha Rigunas Utama mencapai Rp 60 miliar,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
sedangkan Raja Garuda Mas Rp 15,8 miliar. Dengan putusan ini, kedua perusahaan
harus
menyetor
pajak
sebesar
tagihan
masing-masing.
(http://bisnis.tempo.co )
Tingkat Hutang (leverage) dapat di artikan besarnya tingkat penggunaan hutang dalam aktivitas operasional perusahaan. Besar atau kecilnya tingkat hutang dalam perusahaan di karenakan banyaknya hutang jangka panjang yang di miliki oleh suatu perusahaan. Penggunaan hutang ini sangat penting karena akan mempengaruhi tingkat stabilitas perusahaan yang berakibat pada kelangsungan hidup perusahaan. Pada umumnya perusahaan mempunyai hutang untuk meningkatkan produktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan produksi serta menambah laba usahanya. Dalam kondisi perusahaan memiliki leverage tinggi, manajer melakukan manajemen laba agar dapat menarik kreditor dan menunjukkan kepada pasar bahwa kinerja perusahaannya baik, walaupun sebenarnya perusahaan tersebut memiliki risiko yang besar karena utangnya besar. Dengan kondisi seperti ini, manajemen sering malakukan hal-hal seperti mengolah laporan keuangan sehingga mencerminkan keadaan yang baik dan memiliki prospek yang bagus dan sepantasnya untuk diberikan pinjaman dana. Manajer sering menggunakan manajemen laba yang cenderung meningkatkan angka laba yang dilaporkan. Ini dilakukan
agar
pihak
kreditor
memberikan
pinjaman
dana
ataupun
memperpanjang kontrak yang telah dilakukan sebelumnya. Semakin tinggi rasio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
hutang atau ekuitas suatu perusahaan, yang ekuivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income. Dalam kaitannya dengan leverage ini berdasarkan Neraca (2012) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang kini telah dialihkan menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali mencurigai adanya penyelewengan dan manipulasi laporan keuangan tahun 2012 yang dilakukan manajemen Grup Bakrie di PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Salah satu indikasinya, BUMI memilki masalah dengan induknya, masalah tersebut semakin berkembang karena harga batu bara di pasaran internasional terus menurun sehingga harga saham pun menurun. Di sisi lain hutang grup Bakrie pun terus bertambah sehingga rekayasa keuangan (refinancing) termasuk pembiayaan dari dana-dana berbunga tinggi harus dilakukan. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tercatat memiliki utang yang harus dilunasi alias liabilitas sebesar:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Tabel 1.2 Hutang Jatuh Tempo BUMI
Tahun
Jumlah Hutang Jatuh Tempo
US$ 638 juta US$ 1,1 milyar US$ 635 juta US$ 313 juta US$ 450 juta US$ 700 juta Sumber: laporan keuangan Bumi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jika disederhanakan, hingga 2014 Bumi harus melunasi utang jatuh tempo sebesar US$3 miliar (Rp30 triliun). Oleh karena itu pasar modal benar benar mencermati jika ada pergerakan saham yang tidak normal pada PT Bumi Resources, seperti yang diberitakan dari (bisnis.liputan6.com) yang menyatakan bahwa saham PT Bumi resources Tbk (BUMI) sedang mendapat pengawasan dari manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Lantaran, harga saham BUMI meningkat di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA). Hal tersebut diinformasikan BEI pada 12 Oktober 2015. Karena itu, BEI meminta para investor memperhatikan jawaban perusahaan atas permintaan konfirmasi BEI. Kemudian mencermati
kinerja
perusahaan BUMI melalui
keterbukaan
informasinya. Serta, mengkaji aksi korporasi perusahaan apabila belum mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tak hanya itu, para investor juga mempertimbangkan kemungkinan yang muncul saat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
pengambilan keputusan investasi. Pemberitaan tersebut menjadi indikasi adanya ketidakpercayaan publik terhadap kinerja manajemen BUMI yang dihubungkan dengan adanya utang yang menumpuk dengan tingkat solvabilitas rendah. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer. Kompensasi Bonus merupakan salah satu penghargaan yang diberikan oleh perusahaan atas jasa karyawan. Pada umumnya, tujuan setiap organisasi dalam merancang sistem kompensasi adalah untuk memikat karyawan dan menahan karyawan yang kompeten. Selain itu, kompensasi harus bisa memotivasi para karyawan serta mematuhi semua peraturan hukum.
Dalam penelitian Healy (1985) dalam Andiany (2011) seorang manajer dapat menerima bonus jika memenuhi syarat laba tertentu yang ditetapkan perusahaan, dengan demikian manajemen berusaha membuat laporan keuangan dengan hasil laba yang baik agar bonus yang diterima semakin besar. Fenomena mengenai bonus plan kaitannya dengan manajemen laba adalah adanya kasus PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) melaporkan remunerasi bagi direksi perseroan dan anak-anak usahanya yang mencapai Rp 300,9 miliar sepanjang 2014. Laporan tersebut disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPST)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
di
Hotel
Borobudur,
Jakarta,
Jumat
(17/4/2015).
11
Pada tahun 2014, total remunerasi yang dibayarkan untuk seluruh direksi sebesar Rp 70,4 miliar atau masing-masing direksi menerima remunerasi sebesar Rp 8,8 miliar. Total pajak dari remunerasi yang dibayarkan sebesar Rp 27,3 miliar. Total remunerasi dibayar di muka seluruh direksi untuk tahun 2014 sebesar Rp 123,5 miliar yang terdiri atas tunjangan jangka panjang dan tunjangan pesangon. Remunerasi seluruh direksi dari entitas anak di tahun 2014 sebesar Rp 300,9 miliar. Setiap anggota direksi berhak atas remunerasi
bulanan dan
tunjangan tunjangan. (finance.detik.com). Jika ditelaah lebih jauh ada sedikit ganjalan dari pemberitaan tersebut, seperti diketahui kinerja Telkom biasa biasa saja bahkan Flexi gagal, Telkomvision dijual. Layanan andalan mereka Indihome juga masih jauh dari memuaskan ditambah lagi laporan keuangan yag bermasalah dimasa lalu. Sekarang tiba-tiba, anggota direksinya dapat total bonus plus gaji sebesar 8.8 Milyar per orang. Hal ini mengindikasikan adanya manajemen laba yang sempurna, tidak akan ada bonus yang yang besar untuk perusahaan
yang
memiliki
kinerja
biasa
biasa
saja
bukan?
(strategimanajemen.net) Untuk dapat mengembalikan kepercayaan pihak pemakai laporan keuangan, sangat diharapkan kualitas audit yang baik (Lughiatno, 2010). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa laporan keuangan perusahaan akan diaudit oleh auditor yang memiliki kualitas yang berbeda-beda. Ratmono (2010) menyatakan bahwa auditor yang berkualitas mampu mendeteksi tindakan manajemen laba yang dilakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
klien. Jasa audit merupakan alat monitoring terhadap kemungkinan timbulnya konflik kepentingan antara pemilik dan manajer serta antara pemegang saham dengan jumlah kepemilikan yang berbeda. Jasa audit dapat mengurangi asimetri informasi antara manajer dan stakeholder perusahaan dengan memperbolehkan pihak luar untuk memeriksa validitas laporan keuangan. Kualitas auditor dapat diukur dengan menggunakan ukuran KAP (KAP The big-4 dan KAP non The big4) dan spesialisasi industri auditor (Gerayli et al., 2011). Gerayli et al. (2011) menyatakan bahwa ukuran KAP berhubungan negatif dengan manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual. Rusmin (2010) menyatakan bahwa tindakan manajemen laba terhadap hasil audit yang dilakukan oleh KAP The big4 lebih rendah daripada KAP non The big-4. Klien dari KAP di luar big four melaporkan unexpected accruals yang lebih besar dibandingkan unexpected accruals klien dari KAP kelompok big four. Bukti ini dapat ditafsirkan bahwa kualitas auditor yang lebih rendah berhubungan dengan fleksibilitas akuntansi yang lebih tinggi. Dibutuhkan laporan keuangan yang memliki kredibilitas yang tinggi, sehingga informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal maupun internal sebagai pengambilan keputusan dapat memberikan pertimbangan yang baik. Untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan tersebut, maka diperlukan kualitas auditor yang baik, dimana kualitas auditor ukurannya adalah KAP big four. Beberapa skandal perusahaan pernah terjadi, baik di Indonesia maupun di luar negeri yang mengindikasikan bahwa isi dari laporan audit tidak menjamin penuh atas gambaran terhadap perusahaan auditan. Di Indonesia pernah terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
kasus manajemen laba oleh PT Kimia Farma Tbk
yang melibatkan auditor
eksternalnya, sedangkan untuk perusahaan luar, ABS Industries, Inc telah melakukan pembukuan penjualan tanpa adanya pesanan dari pelanggan, bahkan pada beberapa kasus produk belum selesai dibuat. Salah satu fenomena yang belakangan ini terjadi dalam kaitannya dengan kualitas auditor adalah PT Inovisi Infracom Tbk (INVS) mendapat sanksi penghentian sementara (suspen) perdagangan saham oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Sanksi ini diberikan karena ditemukan banyak kesalahan di laporan kinerja keuangan perusahaan kuartal III-2014. Perseroan pun menunjuk kantor akuntan publik (KAP) yang baru untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan tahun buku 2014. Perusahaan investasi tersebut menunjuk Kreston International (Hendrawinata, Eddy Siddharta, Tanzil, dan rekan) untuk mengaudit laporan kinerja keuangannya. Sebelumnya Inovisi memakai KAP Jamaludin, Ardi, Sukimto, dan rekan pada audit laporan keuangan 2013. "Pergantian KAP dilakukan agar kualitas penyampaian laporan keuangan Perseroan dapat meningkat sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku," kata Sekretaris Perusahaan Inovisi, Dwiwati Riandhini, dalam keterangan tertulis, Senin (25/5/2015). Setelah mensuspensi saham INVS, otoritas bursa pun melakukan penelaahan terhadap laporan keuangan perusahaan kuartal III-2014. Dari situ diketahui ada delapan poin dalam laporan keuangan Inovisi yang mencurigakan yang mengindikasikan adanya praktek manajemen laba yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
dilakukan manajemen perusahaan Inovisi tetapi luput dari bidikan KAP Jamaludin, Ardi Sukimto dan rekan. (detik.finance.com). Berikut ini beberapa kesalahan dalam laporan keuangan Inovisi: 1. Bagian laba bersih per saham. BEI menemukan perusahaan menggunakan 'laba periode berjalan', seharusnya menggunakan 'laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk' saja, sehingga overstated. 2. Bagian pembayaran kas kepada karyawan. BEI menemukan adanya salah kaji, karena berdasarkan LK Tengah Tahunan, pembayaran kas kepada karyawan mencapai Rp 1,91 triliun, tapi pada periode kuartal III-2014 turun menjadi hanya Rp 59 milyar. 3. Bagian penerimaan (pembayaran) bersih utang pihak berelasi (laporan arus kas). BEI menemukan adanya indikasi salah kaji, berdasarkan laporan posisi keuangan, pelunasan utang berelasi Rp 124 miliar, tapi di laporan arus kas hanya diakui pembayaran Rp 108 miliar. Perusahaan akan merevisi bagian ini. Melihat Banyaknya kasus yang ada di Indonesia maupun di luar membuat penulis tertarik untuk membahas kembali mengenai manajemen laba. Di samping itu berbagai penelitian telah di lakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba. Berbagai jenis perusahaan di teliti secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
parsial (masing-masing) maupun simultan (bersama-sama) untuk menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba, namun beberapa dari penelitian tersebut belum menunjukan hasil yang konsisten. Penulis meneliti beberapa pengaruh di antaranya, Beban Pajak Tangguhan, Leverage, Bonus Plan dan Kualitas Auditor. Berdasarkan dari latar belakang dan penelitian
di atas maka peneliti
mengambil judul Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Leverage, Bonus Plan dan Kualitas Auditor Terhadap Manajemen Laba.
B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan di atas masalah yang akan dibahas mengenai pengaruh beban pajak tangguhan, leverage, bonus plan dan kualitas audit terhadap manajemen laba adalah sebagai berikut: 1. Apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba? 3. Apakah bonus plan berpengaruh terhadap manajemen laba? 4. Apakah kualitas auditor berpengaruh terhadap manajemen laba?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Agar penelitian jelas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk menganalis dan mengetahui apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba. 2. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. 3. Untuk menganilisis dan mengetahui apakah bonus plan berpengaruh terhadap manajemen laba. 4. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah kualitas auditor berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Kontribusi Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka kontribusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara Akademik 1. Penelitian ini mencoba memberikan bukti empiris mengenai pengaruh beban pajak tangguhan, leverage, bonus plan dan kualitas auditor terhadap manajemen laba. 2. Penelitian ini di harapkan dapat di jadikan referensi bagi peneliti sejenis
maupun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
civitas
akademika
lainya
dalam
rangka
17
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
untuk
perkembangan
dan
kemajuan dunia pendidikan khususnya di bidang akuntansi keuangan. b. Kegunaan praktik 1. Memberikan manfaat kepada investor, calon investor, dan pengguna
lain untuk pengambilan keputusan investasi yang lebih baik. 2. Memberikan alternatif untuk memprediksi laba masa depan yang
memanfaatkan karakteristik data akuntansi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/