1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan tantangan dan hambatan yang semakin berat yang menuntut seseorang agar mampu bersaing untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Dengan adanya tuntutan globalisasi tersebut, dibutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja sama secara efektif. Cara berfikir tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat menyebabkan sebuah perubahan-perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika (Permendikbud Nomor 59, 2014). Pola pikir matematika selalu dijadikan sebagai andalan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, matematika juga dapat dijadikan sebagai bekal bagi seseorang untuk meraih atau mencapai masa depan yang cemerlang (NRC, Permendikbud Nomor 59, 2014). Dengan pendidikan matematika seseorang akan memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi secara lebih rasional dan berfikir logis dalam situasi yang kompetitif ini. Kemampuan-kemampuan
1 Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
2
tersebut nantinya akan terbentuk sumber daya manusia yang handal yang mampu bersaing secara global di era sekarang ini. Mengingat pentingnya pendidikan matematika, maka tidak salah apabila matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam proses kegiatan belajar matematika, tentunya tidak terlepas dari masalah matematika. Berkaitan dengan itu, salah satu komponen dalam proses pembelajaran matematika adalah memecahkan masalah matematika. Dengan diberikannya masalah matematika, tentu akan mendorong berkembangnya pemahaman matematika siswa dan juga akan berpengaruh terhadap tumbuhnya daya nalar, berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif. Oleh karena itu, dengan diberikannya tugas pemecahan masalah dapat melatih dan mengasah kemampuan berfikir siswa. Kemampuan
siswa
dalam
memecahkan
masalah
merupakan
keterampilan kognitif yang penting yang dapat diperoleh melalui pembelajaran matematika. Sehingga, kemampuan untuk memecahkan masalah matematika menjadi tuntutan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Siswa perlu memiliki keterampilan dan kemampuan memantau proses berfikirnya untuk mencapai solusi yang tepat dalam memecahkan masalah. Menurut Adjie (2007), agar dapat terampil dalam memecahkan masalah matematika dibutuhkan berbagai kemampuan yang ada pada diri kita, sebagai hasil dari belajar, yaitu berbagai pengetahuan, sikap, dan psikomotorik. Dalam
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
3
memecahkan masalah matematika juga diperlukan strategi-strategi dan langkah-langkah penyelesaian yang tepat. Untuk dapat melakukan beberapa hal tersebut seseorang perlu mengelola pikirannya dengan baik, yaitu dengan memanfaatkan pengetahuan yang sudah dimiliki, mengontrol serta merefleksi proses dan hasil berfikirnya sendiri. Dalam menghadapi soal pemecahan masalah matematika tentunya setiap siswa memiliki penguasaan strategi pemecahan masalah yang berbeda-beda. Hal tersebut didasari oleh kesadaran siswa dalam proses berfikirnya yaitu kesadaran tentang apa yang mereka ketahui dan bagaimana cara mereka dalam menerapkannya. Dalam dunia pendidikan hal diatas disebut sebagai metakognisi. Metakognisi merupakan aspek yang menekankan pada proses yang dilakukan dan dipikirkan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam memecahkan masalahan matematika. Livingston (2002) menyatakan bahwa metakognisi mengacu pada tatanan pemikiran yang lebih tinggi atau prosesproses metakognitif yang terlibat dalam proses pembelajaran, seperti aktivitas perencanaan (planning), pemantauan (monitoring), dan mengevaluasi (evaluation) suatu tugas tertentu. Metakognisi memiliki peran penting dalam keberhasilan belajar serta dapat mengetahui perkembangan bagaimana seseorang dapat belajar sendiri dengan akal dan pikiran mereka. Dalam proses pembelajaran matematika, metakognisi mempunyai peran penting khususnya dalam memecahkan masalah matematika. Siswa akan sadar tentang proses berfikirnya dan mengevaluasi dirinya sendiri terhadap hasil dari proses berfikirnya, sehingga
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
4
hal tersebut akan memperkecil kesalahan pada siswa dalam memecahkan masalah matematika. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Graham dan Olinghouse (Santrock, 2014), yang mengatakan bahwa aspek penting dari metakognisi adalah pemantauan seberapa baik seseorang tampil pada tugas. Hal ini melibatkan kesadaran bahwa seseorang cukup atau belum cukup belajar dalam sebuah tes atau dapat memahami dengan baik materi pembelajaran. Strategi metakognitif merujuk pada cara meningkatkan kesadaran mengenai proses berfikir dan pembelajaran yang berlaku sehingga bila kesadaran itu terwujud maka akan timbul sebuah keterampilan metakognitif. Dalam Zohar (2012), dijelaskan bahwa keterampilan metakognitif berkaitan dengan kemampuan yang diperoleh dari pemantauan, membimbing, serta mengendalikan proses belajar dan perilaku seseorang dalam memecahkan masalah. Pressley (Santrock, 2010) mengatakan bahwa kunci pendidikan adalah membantu siswa dalam mempelajari serangkaian strategi yang dapat menghasilkan sebuah masalah. Pemikir yang baik secara rutin menggunakan strategi dan perencanaan yang efektif untuk memecahkan masalah. Pemikir yang baik juga akan tahu kapan dan dimana mesti menggunakan strategi yang kerap muncul dari aktivitas pemantauan (monitoring) yang dilakukan siswa terhadap situasi pembelajaran (Santrock, 2014). Dengan demikian, terlihat bahwa keterampilan metakognitif dapat membantu siswa dalam melaksanakan berbagai tugas akademik yang lebih efektif. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa metakognisi memainkan peran penting dalam pemecahan masalah matematika. Misalnya, penelitian
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
5
Schoenfeld (NCTM, 2000), menunjukkan bahwa kegagalan pemecahan masalah siswa bukan dikarenakan kurangnya pengetahuan matematika mereka, tetapi dikarenakan penggunaan yang tidak efektif dari apa yang mereka ketahui. Pemecah masalah yang baik akan menyadari apa yang mereka lakukan dan akan terus memantau setiap proses pemecahan masalah, menilai sendiri kemajuan mereka atau menyesuaikan strategi yang digunakan saat mereka menyelesaikan masalah. Pamela (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa metakognitif siswa yang memiliki kesadaran dalam menyelesaikan masalah lebih strategis dan lebih baik dari pada siswa yang tidak memiliki kesadaran, sehingga individu perlu untuk merencanakan, mengatur dan memantau belajar mereka sendiri dengan cara meningkatkan kinerja mereka. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk memecahkan masalah dengan baik diperlukan sebuah keterampilan metakognitif. Hasil penelitian Nugrahaningsih (2012) menunjukkan bahwa metakognisi dapat memantau ketidakmampuan siswa secara efektif dalam memecahkan masalah. Hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk memecahkan masalah dengan baik diperlukan metakognisi. Mengingat perkembangan pendidikan
matematika
sekarang
ini
yang
menekankan
pentingnya
pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematika, maka siswa perlu memiliki keterampilan metakognitif untuk mencapai keberhasilan mereka dalam sebuah proses pemecahan masalah matematika. Oleh sebab itu, maka peneliti memandang perlu untuk mengetahui gambaran atau deskripsi keterampilan metakognisi siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
6
Gambaran keterampilan metakognisi siswa dalam memecahkan masalah matematika pada penelitian ini merupakan gambaran apa adanya tentang berfikir siswa yang melibatkan kesadaran dan pengaturan berfikirnya dalam hal merencanakan (planning) proses berfikirnya, memantau (monitoring) proses berfikirnya, dan mengevaluasi (evaluation) proses dan hasil berfikirnya ketika memecahkan masalah matematika berdasarkan langkah Polya. Perlu
adanya
penelitian
untuk
mendeskripsikan
keterampilan
metakognitif siswa di SMP Negeri 1 Bukateja. Sebab, berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa siswa di SMP Negeri 1 Bukateja kurang memiliki kemampuan metakognitif. Hal ini ditandai dengan adanya siswa yang memperhatikan dengan baik ketika proses pelajaran namun ketika ujian atau tes siswa tersebut tidak mendapat hasil yang maksimal. Hal ini tentunya sangat disayangkan, karena kurangnya siswa dalam menggunakan keterampilan metakognitifnya yaitu merencanakan (planning), memantau (monitoring) dan melakukan evaluasi (evaluation) pada setiap apa yang mereka lakukan terutama dalam memecahkan masalah matematika. Permasalahan lain yang dijumpai yaitu berkaitan dengan pemecahan masalah matematika, yaitu adanya siswa yang merasa kesulitan saat diminta oleh gurunya untuk menjelaskan bagaimana cara mereka dalam mendapatkan hasil dalam menyelesaikan masalah. Sehingga peneliti menganggap bahwa keterampilan metakognitif siswa perlu diteliti lebih lanjut. Keterampilan metakognitif dapat diketahui dari aktivitas siswa dalam memecahkan masalah. Langkah-langkah pemecahan masalah yang paling sering digunakan adalah
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
7
langkah pemecahan masalah dari Polya. Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (1973) yang terdiri dari empat langkah antara lain: 1) memahami masalah; 2) membuat rencana penyelesaian; 3) menyelesaikan masalah sesuai rencana; 4) memeriksa kembali hasil. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian untuk mengetahui
sejauh
mana
keterampilan
metakognitif
siswa
dalam
menyelesaikan masalah matematika. Sehingga peneliti ingin meneliti tentang keterampilan metakognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika di SMP Negeri 1 Bukateja.
B. Pertanyaan Penelitian/ Fokus Penelitian “Bagaimana
gambaran
keterampilan
metakognitif
siswa
dalam
memecahkan masalah matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bukateja?”.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterampilan metakognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika di SMP Negeri 1 Bukateja.
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
8
D. Manfaat Hasil Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Siswa Siswa dapat mengetahui gambaran keterampilan metakognitif yang dimilikinya terutama dalam memecahkan masalah matematika. 2. Bagi Guru Memberikan pengetahuan kepada guru tentang keterampilan metakognitif yang dimiliki siswa dalam memecahkan masalah matematika, serta sebagai pertimbangan guru dalam memperbaiki proses dan cara mengajarnya terkait keterampilan metakognitif siswa. 3. Bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah tempat penelitian adalah sebagai pertimbangan untuk melakukan kebijakan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan bahan referensi untuk meningkatkan kualitas sekolah. Salah satunya yaitu dengan meningkatkan keterampilan metakognitif yang dimiliki siswa khususnya dalam memecahkan masalah matematika. 4. Bagi Peneliti Bagi peneliti sendiri, manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan pemikiran
yang
lebih
mendalam
akan
pentingnya
keterampilan
metakognitif dalam pemecahan masalah metematika maupun dalam kehidupan, karena tuntutan pada masa ini tidak hanya sekedar ilmu, tetapi juga kemampuan pemecahan masalah yang tinggi sangat diperlukan untuk menjadi individu yang berkompeten.
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016