BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril sebagai pedoman serta petunjuk bagi seluruh umat. Umat Islam mempunyai kewajiban untuk menjaga kesucian Al-Qur’an sesuai dengan sunnatullah yang telah diajarkan dan salah satu usaha sebagai kepedulian terhadap pemeliharaan kemurnian Al- Qur’an adalah dengan menghafalkannya. Menurut Imam Nawawi, hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah (Gade, 2014). Fardhu kifayah adalah kewajiban yang ditunjukkan kepada semua mukallaf atau sebagian dari mereka yang melaksanakannya maka akan menggugurkan dosa yang lainnya, namun jika tidak ada seorangpun yang melaksanakan kewajiban tersebut maka dosanya akan ditanggung bersama. Hukum fardhu kifayah lebih utama daripada fardhu ‘ain karena pelakunya yang melakukannya dapat menggugurkan dosa umat Islam lainnya sedangkan fardhu ‘ain pahala dan dosa hanya untuk dirinya sendiri. Menghafal merupakan langkah awal bagi upaya pemahaman dan pengalaman isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Menghafal Al-Qur’an sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW bahkan sampai sekarang. Hal tersebut dilakukan untuk memelihara dan menjaga kemurniannya, dan setiap muslim mempunyai kewajiban untuk menghafalkannya. Hal tersebut tercantum dalam hadis :
1
2
( َخ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َوعَلَّ َمهُ )رواه البخاري Artinya:
“Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari).”
Kelebihan dari mempelajari Al-Qur’an dijelaskan dalam hadis:
ْ َض َي هللاُ َع ْنهَا قَال صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم ْال َما ِه ُر َ ِت قَا َل َرسُوْ ُل هللا ِ ع َْن عَائِ َشةَ َر ٌّ بِ ْالقُرآ ِن َم َع ال َّسفَ َر ِة ْال ِك َر ِام ْالبَ َر َر ِة َوالَّ ِذي يَ ْق َرأ ُ ْالقُرْ آنَ َويَتَتَ ْعتَ ُع فِ ْيهُ َوهُ َو َعلَ ْي ِه َشا ُق لَه (أَجْ َرا ِن (رواه البخاري ومسلموأبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجه Artinya:
dari Aisyah radiallahu a’nhu berkata bahwa Rasullah saw bersabda, “Orang yang ahli dalam Al-Qur’an akan berada bersama malaikat pencatat yang mulia lagi benar, dan orang terbata-bata membaca AlQur’an sedang ia bersusah payah (mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali.” (HR. Bukhari, Nasa’i, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan ibnu Majah).
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang ahli dalam Al-Qur’an adalah orang yang hafal Al-Qur’an dan senantiasa membacanya, terlebih lagi jika memahami arti dan maksudnya. Orang yang terbata-bata membaca Al-Qur’an akan memperoleh pahala dua kali, yaitu satu pahala karena bacaannya, dan satu lagi karena kesungguhannya mempelajari Al-Qur’an berkali-kali. Hal tersebut bukan berarti pahalanya melebihi pahala ahli Al-Qur’an. Maksud sebenarnya adalah bahwa orang yang bersusah payah mempelajari Al-Qur’an akan menghasilkan pahala ganda, sehingga kita jangan meninggalkan bacaan AlQur’an walaupun mengalami kesulitan dalam membacanya. Keutamaan lain membaca Al-Qur’an dijelaskan Al-Qur’an surat Ar-Ra’ad ayat 28 tentang ketentraman membaca Al-Qur’an :
3
ْ َهللا ت ْ َالَّ ِذينَ آ َمنُوا َوت ُط َمئِ ُّن ْالقُلُوب ِ َّ هللا ۗ أَ ََّل بِ ِذ ْك ِر ِ َّ ط َمئِ ُّن قُلُوبُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر Artinya:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang mendapatkan tuntunan-Nya adalah orang-orang yang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah SWT, dan dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tentram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka yang melakukan hal-hal yang baik, akan merasa bahagia dengan kebaikan yang dilakukannya (Kementrian Agama RI, 2010). Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rifa’ah (2013), menjelaskan bahwa semakin meningkatnya motivasi membaca Al-Qur’an maka dapat mempengaruhi ketentraman jiwa. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Julianto & Subandi (2015) mengungkapkan bahwa pelatihan membaca Al-Fatihah reflektif intuitif dapat menurunkan depresi. Pada penelitian ini berhasil membantu subjek menemukan pegangan hidup mereka melalui refleksi prinsip kebaikan Allah SWT, cinta dan kasih sayang Allah SWT selama ini kedalam proses kehidupan selama ini, sehingga menjadikan subjek merasa tenang, lebih segar, fokus dan bisa berkonsentrasi. Penghafal Al-Qur’an itu lebih merasa dirinya lebih tentram karena kedekatannya dengan Allah SWT dan kitab Al-Qur’an daripada yang tidak. Ivtzan dkk (2013) menjelaskan bahwa agama dan spiritualitas memiliki pengaruh pada kesejahteraan psikologis. Terdapat pula hubungan positif yang kuat diantaranya karena kesejahteraan psikologis dapat tercipta ketika ada pengembangan psikologis (Hafeez dan Rafique, 2013).
4
Pentingnya menghafal Al-Qur’an ini pula membuat beberapa sekolah mendukung siswa-siswa yang berpotensi sebagai penghafal Al-Qur’an. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap pimpinan majelis pendidikan dasar menengah (DIKDASMEN) Muhammadiyah Surakarta mengungkapkan bahwa SMP X di Surakarta adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang mempunyai perhatian khusus terhadap menghafal Al-Qur’an. Sekolah tersebut sejak 2 tahun yang lalu, menambahkan program hafalan Al-Qur’an pada kurikulumnya. Program ini di wujudkan menjadi kegiatan tahfidz, dan untuk menunjang hafalan siswa sekolah juga mengadakan kegiatan tahsin. Tujuan dari sekolah mengadakan program ini, untuk membekali Al-Qur’an bagi peserta didik, sehingga ketika lulus siswa dapat membaca serta menghafal Al-Qur’an. Berdasarkan dengan demikian siswa yang intensif menghafal Al-Qur’an diharapkan merasa sejahtera. Melalui hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada guru tahfidz menjelaskan bahwa setiap siswa tetap mempunyai dasar kewajiban untuk belajar pelajaran umum, sehingga siswa harus membagi waktu untuk belajar ilmu pengetahuan umum namun di samping itu mereka juga harus menambah hafalannya atau muraja’ah (mengulang) hafalannya. Selain itu, hafalan yang baik dan benar tidak cukup dengan menghafal sekali saja, karena sebagian besar penghafal rata-rata banyak mengalami kesulitan setelah menghafal kemudian terlupa lagi. Hal ini dikarenakan oleh beragam masalah yang dihadapi seperti; menghafal itu susah dan banyak ayat-ayat yang serupa, adanya gangguan kejiwaan, gangguan lingkungan, atau banyaknya kesibukan yang lainnya (Gade, 2014). Hasil kuesioner terbuka yang diisi oleh 75 siswa yang mengikuti kegiatan
5
tahfidz Al-Qur’an mengungkapkan sebanyak 44% siswa merngikuti kegiatan tahfidz atas dorongan dari orang orang tua. Hal tersebut menjadikan beban tersendiri pada siswa untuk fokus pada hafalannya, sehingga kegiatan menghafal tidak jarang dirasakan sebagai beban. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini: “apakah benar siswa yang mengikuti kegiatan tahfidz Al-Qur’an lebih sejahtera dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan tahfidz AlQur’an?” Oleh karena itu, penulis perlu melakukan pengujian secara empiris dengan melakukannya penelitian yang berjudul, “Kesejahteraan Siswa: Studi Komparatif pada Siswa yang Mengikuti Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an dan yang Tidak Mengikuti Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an.”
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perbandingan kesejahteraan pada siswa yang mengikuti kegiatan tahfidz Al-Qur’an dan siswa yang tidak mengikuti kegiatan tahfidz Al-Qur’an. 2. Mengetahui tingkat kesejahteraan pada siswa yang mengikuti kegiatan tahfidz Al-Qur’an. 3. Mengetahui tingkat kesejahteraan pada siswa yang tidak mengikuti kegiatan tahfidz Al-Qur’an.
6
C. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis : 1. Manfaat teoritis a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang psikologi pendidikan mengenai kesejahteraan pada siswa penghafal AlQur’an. b.
Memberikan sumbangan ilmu di bidang pendidikan Al-Qur’an mengenai hafalan Al-Qur’an serta implikasi terhadap siswa
2. Manfaat Praktis Menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dalam menyusun kegiatan tahfidz Al-Qur’an yang juga mampu mensejahterakan siswa.