BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Quran adalah kalamullah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril sebagai pedoman bagi umat manusia dan membacanya merupakan ibadah.Oleh karena itu, al-Quran adalah kitab suci umat Islam, secara harfiah berarti bacaan yang sempurna. Sehingga tidak adanya satupun bacaan atau tulisan yang mampu menandingi kesempurnaan dari isi kandungan di dalam alQuran. Meskipun umat manusia telah mengenal tulis dan baca sejak lima ribu tahun yang lalu.1 Al-Quran kitab suci yang lengkap dan terkandung banyak pengajaran dan teladan sebagai panduan dan pedoman ummat manusia masa kini.Al-Quran mempunyai pokok-pokok masalah di dalamnya. Diantaranya masalah yang menyangkut tentang etika-etika membahas masalah moralitas, aturan- aturan formal tentang kriteria baik dan buruk dan sistem tingkah laku manusia2. Adapun etika itu sama artinya dengan ilmu akhlak. Dalam al-Quran, ada sekitar 500 ayat yang membicarakan tentang konsep atau ajaran etika ini. Di samping keterangan yang diberikan oleh Rasulullah SAW.Allah memerintahkan pula kepada umat manusia seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari al-Quran. Pokok- pokok agama yang dinyatakan Allah untuk menyelamatkan umat manusia melalui al-Quran terkadang diungkapkan dengan 1
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), hlm. 3. Taufik Abdullah, Cakrawala Ilmu dalam Al-Quran, (Jakarta : Pustaka Firdaus), hlm 187.
2
1
2
lafaz yang berbeda-beda, tetapi maknanya tetap cocok dan serasi , tidak ada tentangan di dalamnya. Banyak ayat-ayat al-Quran yang sering menyebutkan kata israf atau tabzir. Namun dalam penafsiran para ulama terkadang mempunyai perbedaan meskipun kata-katanya sama. Kata berlebih-lebihan atau melampaui batas al-Qur’an menggunakan beberapa term (istilah), diantaranya israf dan tabzir. Jika dilihat dari esensinya sama-sama mengandung arti melampaui batas atau berlebih-lebihan. Israf berasal dari kata اﻟﺴﺮفberarti melampaui ukuran dan batas dalam setiap perbuatan yang dilakukan manusia.3 Di dalam kamus al-munawwar, kata asrafa artinya memboroskan dan israf yang artinya pemborosan.4 Dalam al-Qur’an lafaz israf terulang sebanyak 23 kali dalam 21 ayat dalam 17 surah dengan bentuk fi’il madhi, fi’il mudhari’ ataupun masdarnya.5 Diantara ayat-ayatnya adalah sebagai berikut:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid. Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihlebihan.(al-A’raf : 31)
3
Ar-Raghib al-Isfahani, al-Mufradat al-Faadhil Qur’an (Beirut: Dar al-Syamiyah),
hlm.407. 4
H. Ahmad St, Kamus Munawwar ,(PT. Karya Toha Putra, Semarang), hlm. 374. Muhammad Fu’ad Abdul al-Baqi, Mu’jam al-Mufahris Li al-Fadzil Quran,(Beirut; Darel Fikr, 1980), hlm. 429. 5
3
dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.(al-Furqan : 67).6 Menurut Musthafa Al Maraghi, kata israf maksudnya adalah suatu sifat atau tindakan yang melebihi batas dalam membelanjakan harta serta tidak sesuai dengan batas naluri, batas
ekonomi dan batas syar’i.7Ayat tersebut
memerintahkan kepada kita untuk memanfatkan rizki yang telah Allah berikan kepada kita, salah satunya dengan makan dan minum serta semua yang telah Allah berikan halalkan untuk manusia tanpa berlebihan. Maksud sebaliknya dari ayat tersebut ialah larangan untuk melakukan perbuatan yg melampaui batas, yaitu tidak berlebihan dalam menikmati apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsirnya kata israf terambil dari kata ﺳﺮفyaitu melampaui batas kewajaran sesuai dengan kondisi yang bernafkah dan yang diberi nafkah. Sifat ini larangan untuk melakukan perbuatan yg melampaui batas, yaitu tidak berlebihan-lebihan dalam hal apapun. Ini merupakan tuntunan yang harus disesuaikan dengan kondisi setiap orang. Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang, boleh jadi telah dinilai melampaui batas atau belum cukup buat orang lain.8
6
Al- Qur’an yang digunakan dalam skripsi ini adalah yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI , al-Qur’an dan Terjemahannya, (Depok: Cahaya Qur’an, 2008) 7 Ahmad Mustafa al-Maraghi.Tafsir al-Maraghi (Semarang : Toha Putra, 1993), hlm. 333. 8 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an,(Jakarta, Lentera Hati,2012), Vol IX, hlm. 533.
4
Imam Qurthubi dalam tafsirnya menyatakan: bahwa yang dimaksud israf adalah membelanjakan harta di jalan selain Allah, dan barang siapa yang berpaling dari ketaatan kepada Allah SWT disebut kikir (al-iqtar), dan barang siapa yang membelanjakan harta dalam rangka ketaatan kepada Allah disebut alqawam.9 Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan israf adalah suatu ketetapan-Nya terhadap tindakan penghalalan atau pengharaman orang yang melampaui batas. Maksudnya adalah mereka menghalalkan dengan penghalalan yang haram atau mengharamkan yang halal. Padahal Allah mewajibkan agar menghalalkan apa yang Allah halalkan dan mengharamkan apa yang Allah haramkan, sebab yang demikian itu merupakan keadilan yang diperintahkanNya.10 Dapat diketahui bahwa penggunaan lafaz israf
terkadang digunakan
dalam hal yang berkaitan dengan makanan dan minuman, berinfak, dan juga dalam membunuh.Dan terkadang term israf ada yang merujuk kepada orangorang kafir dan ada juga yang tidak, tergantung pada konteks ayat yang berisi term israf.11 Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan masalah israf. Untuk memudahkan penulis mengkaji dan meneliti masalah israf ini, maka penulis meneliti kitab tafsir al-Maraghi dan kitab tafsir Ibnu Katsir 9
Muhammad Bin Ahmad al-Anshari al-Qurthuby, Jami’ul al-Ahkam al-Qur’an, hlm. 156 Ismail Abu Fida bin umar bin Katsir, Tafsir Ibn Katsir,( terj) jild 3, Pustaka Imam Asy Syafi’I, 2002. hlm. 373. 11 Ahsin W. al-Hafidz, Kamus Ilmu al-Quran (Amzah, Jakarta, 2006), hlm. 326. 10
5
dengan judul: “Penafsiran Kata Israf
Dalam Al-Qur’an Menurut
Ibnu
Katsir dan Al Maraghi (Kajian Perbandingan)”
B. Alasan Pemilihan Judul Penulis merasa tertarik untuk membahas masalah ini dengan alasan sebagai berikut: 1. Sebagai pengembangan khazanah keilmuan di bidang tafsir, yaitu dengan mengkaji dan mengungkap Makna kata israf menurut Ibnu Katsir dan Al Maraghi dalam al-Qur’ān (Kajian Perbandingan). 2. Melalui penelitian ini, penulis akan mengungkap dan menelusuri makna israf didalam al-Qur’an dengan membandingkan penafsiran antara Ibnu Katsir dan Al-Maraghi. 3. Sepanjang pengetahuan penulis, judul tersebut belum ada yang meneliti. Oleh karena itu, kajian ini menurut penulis menarik untuk dikaji. Selain itu, pembahasan ini sesuai dengan bidang keilmuan penulis yaitu Tafsir Hadis.
C. Penegasan Istilah Untuk menghindari kekeliruan dan sekaligus memudahkan pengertian dari judul ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah berikut: 1. Tafsir Tafsir secara bahasa berasal dari kata al-fasr yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Sedangkan tafsir menurut istilah adalah ilmu yang
6
membahas tentang cara pengucapan lafaz-lafaz al-Qur’an tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya.12 2. Israf Israf berasal dari kata اﻟﺴﺮفberarti melampaui ukuran dan batas dalam setiap perbuatan yang dilakukan manusia, walaupun dalam hal berinfak.13 Di dalam kamus al-munawwar, kata asrafa artinya memboroskan dan israf yang artinya pemborosan.14 3. Al- Qur’an Secara
etimologi
terambil
dari
akar kata
qara’a-
yaqra’u-
qira’atanyang berarti sesuatu yang dibaca. Sedangkan secara terminologi Al-Qur’an didefinisikan kalam Allah yang mengandung mukjizat diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya.15 4. Muqarran atau Komparatif Metode Muqaran secara harfiah, berarti perbandingan. Sedangkan secara istilah ialah suatu metode atau teknik menafsirkan al-Qur’an dengan
12
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,(Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, 2007), hlm. 455-456. 13 Ar-Raghib al-Isfahani, al-Mufradat al-Faadhil Qur’an (Beirut: Dar al-Syamiyah), hlm.407. 14 H. Ahmad St, Kamus Munawwar ,(PT. Karya Toha Putra, Semarang), hlm. 374. 15 Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat, Keanehan Bacaan Al Quran Qira’at Ashim dari Hafash (Jakarta, Amzah, 2007) hlm. 2.
7
cara memperbandingkan pendapat seorang mufassir dengan mufassir lainnya mengenai tafsir sejumlah ayat.16 Berdasarkan penegasan istilah di atas yang dimaksud dengan judul ini secara keseluruhan ialah, penulis ingin meneliti dan mengkaji pendapat Ibnu Katsir dan Al Maraghi tentang makna kata israf dalam al-Qur’an (Kajian Perbandingan).
D. Batasan dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah Penelusuran dalam Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an bahwa kata israf dalam al-Qur’an tersebar sebanyak 23 kali dalam 21 ayat dalam 17 surah. Namun dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk membatasi permasalahan yang akan dikaji agar tidak meluas. Yaitu mengungkap makna kata israf dalam surah : al-Furqan : 67, an-Nisa’ : 6, al-Isra’:33 al-An’am : 141, al-A’raf : 31. Dalam hal ini penulis merujuk kepada dua tafsir diantaranya, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi. Adapun alasan penulis merujuk kepada dua tafsir diatas karena Ibnu Katsir dan Al-Maraghi memiliki corak dan metode penafsiran yang berbeda, untuk itu kemungkinan keduanya ada perbedaan penafsiran tentang makna israf. b. Rumusan Masalah Berdasarkan
uraian
diatas,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahannya berikut ini: 16
Kadar Muhammad Yusuf, Studi al-Qur’an, (Jakarta: Hamzah, 2010), Cet.2.hlm.144.
8
1. Apakah sebenarnya makna kata israf dalam al-Qur’an? 2. Bagaimana penafsiran Ibnu Katsir dan Al Maraghi terhadap makna kata israf ? 3. Apakah persamaan dan perbedaan penafsiran israf
menurut Ibnu
Katsir dan Al-Maraghi?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui penafsiran Ibnu Katsir dan Al-Maraghi terhadap kata israf dan perbedaan keduanya. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai kontribusi intelektual kepada para pembaca dan informasi tentang penafsiran kata israf. b. Sekaligus memperoleh gelaran sarjana dalam bidang tafsir pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
F. Tinjauan Kepustakaan Dalam pembahasan tema pokok dalam skripsi ini, dipandang perlu untuk memaparkan beberapa literatur yang telah membahas atau menyinggung mengenai tema atau pokok dari penelitian dalam skripsi ini.Sangat jarang literatur yang membahas mengenai kata israf. Penulis belum menemukan buku ataupun literatur yang membahas kata ini dalam bahasan secara utuh dan menyeluruh.
9
Sejauh penelusuran penulis, kebanyakan pembahasan mengenai israf disebut dalam bab yang ringkas, bahkan hanya disisipkan dalam tema-tema lain. 1. Ihya Ulumuddin,17Imam Ghazali menjelaskan kiat-kiat hidup supaya tidak terjadinya israf dan tabzir. Untuk itulah, solusinya adalah membiasakan diri hidup sederhana. Qana’ah bisa menjadi solusi. Qana’ah ialah sifat menerima apa adanya. Ia merupakan harta yang tidak pernah sirna. kiat-kiat agar memiliki sifat qana`ah - Pertama, kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan.Kedua, pendek angan-angan. Sehingga ia tidak bergelut dengan kebutuhan-kebutuhan sekunder. Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung di dalam sifat qana'ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta serta mengetahui kehinaan dan ketamakan. 2. Al-Mausu'ah Al-fiqhiyyah, Israf adalah melebihi batas. Maksudnya berlebihan dalam menggunakan kekayaannya yang menghabiskan tanpa menginfakkan dengan jalan yang benar. Dan Berlebih-lebihan yang dilarang Allah ia menghabiskan tidak dalam ketaatan kepada Allah, sedikit atau banyak. Dalam terminologi, Israf adalah melebihi batas. Secara khusus, menggunakan pengeluaran melebihi jumlah berlebihan, ia tidak menyadari jumlah dan makan secara boros. Melakukan suatu pebuatan yang melampaui batas dan tidak menurut jumlah yang dibutuhkan.18 3. Menurut Imam Qurtubi dalam tafsirnya yang berjudul Tafsir Qurtubi, bahwa israf adalah membelanjakan harta di jalan selain Allah, dan barang
17
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin,(CV Asy Syifa, Semarang, 2003) hlm. 142. Departemen Agama Kuwait, Al-Mausu'ah Al-fiqhiyyah, Kuwait dikeluarkan oleh: Kementerian Awqaf dan urusan-Kuwait Islamdaralslasl-Kuwait. Jil. 4 , Dar Al Safwa-Mesir. Hlm.,176. 18
10
siapa yang berpaling dari ketaatan kepada Allah SWT disebut kikir (aliqtar), dan barang siapa yang membelanjakan harta dalam rangka ketaatan kepada Allah disebut al-qawam.19 Dengan demikian, kajian ini bukan pengulangan semata dari apa yang telah dikaji oleh para penulis terdahulu, perbedaannya ialah penulis membahas tentang tafsir yang memberikan makna israf. Penelitian ini menitikberatkan kajian penafsiran dengan menggunakan metode muqaran, yaitu membandingkan ayatayat al-Qur’an yang berbicara tema tertentu, atau membandingkan ayat-ayat alQur’an dengan hadist-hadist Nabi. Dari uraian di atas, maka penelitian yang penulis lakukan ini berbeda dengan yang akan penulis teliti, sebab penelitian ini menitik beratkan pada pandangan al-Maraghi dan Ibnu Katsir terhadap makna kata Israf didalam kedua tafsir tersebut.
G. Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research) karena yang menjadi sumber penelitian ini adalah data-data yang tertulis yang erat hubungannya dengan permasalahan atau topik yang akan diteliti. Proses penyajian dan analisa masalah israf dengan menggunakan metode perbandingan (muqaran). Untuk itu langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Sumber Data
19
Tafsir Qurthubi, hlm. 156.
11
Karena penelitian ini adalah sebagai penelitian pustaka, maka data yang penulis ambil adalah dari berbagai sumber tertulis diantaranya adalah sebagai berikut : a. Data Primer: yaitu, data utama yang bersumber dari Tafsir al-Maraghi dan Tafsir Ibnu Katsir. b. Data Sekunder: yaitu, sumber data yang diperoleh dari kitab tafsir dan karya ilmiyah lainnya yang berkaitan dengan tema pokok. 2. Teknik Pengumpulan Data Keseluruhan data yang diambil akan dikumpulkan kemudian dilakukan dengan cara pengutipan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kemudian disusun secara sistematis sehingga menjadi satu paparan yang jelas tentang Penafsiran Israf Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim dan Musthafa al-Maraghi dalam tafsir alMaraghi dan (Kajian Perbandingan). 3. Teknik Analisa Data Dalam menganalisa data-data yang ada, maka penulis menggunakan metode deskriptif. Agar mampu memaparkan semua gambaran tentang penafsiran dari masing-masing mufassir untuk kemudian dianalisa sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang akurat. Untuk mencapai proses akhir penelitian, yaitu menjawab semua persoalan yang muncul sekitar kajian ini, maka penulis menggunakan metode komparatif (muqaran). Karena yang dikaji disini adalah pendapat dua mufassir, maka penulis menggunakan dalam analis data ini adalah
12
membandingkan pendapat dua ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat AlQur’an.20 Tafsir muqaran dapat dikategorikan kepada tiga bentuk: a. Membandingkan suatu ayat dengan ayat lainnya. b. Membandingkan ayat dengan hadits yang membahas kasus yang sama atau sebaliknya. c. Membandingkan suatu tafsir dengan tafsir lainnya mengenai sejumlah ayat yang ditetapkan oleh mufassir itu sendiri.21
H. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab mempunyai subsub, dan sub-sub bab tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: Bab I adalah Pendahuluan, yang berisikan Latar Belakang Masalah, Alasan Pemilihan Judul, Penegasan Istilah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II dalam bab ini penulis membahas biografi Ibnu Katsir dan AlMaraghi yaitu Sejarah Hidupnya, Pendidikan, karya-karya dan metode dan corak penafsiran yang digunakan. Bab III dalam bab ini penulis menggambarkan Tinjauan Umum Tentang Israf yaitu tentang pengertian israf, kategori ayat-ayat tentang israf, pendapat para Ulama Tafsir tentang makna israf tersebut, bentuk-bentuk perbuatan israf, akibat dari perbuatan israf, kerugian-kerugian israf serta cara menghindari israf. 20
Nasruddin Baidan, Metode Penelitian al-Qur’an, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset 1998) Cetakan 1, hlm.65. 21 Kadar Muhammad Yusuf, Studi al-Qur’an, (Jakarta: Hamzah, 2010), Cet.2.hlm.144
13
Bab IV, berisikan perbandingan penafsiran kata israf dalam Tafsir alMaraghi dan Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim terhadap ayat-ayat israf tersebut dengan mengadakan perbandingan secara langsung antara kedua mufassir ini. Kemudian Analisis data untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran yang terdapat dalam penafsiran kedua tokoh tersebut baik secara metodologi ataupun substansi penafsiran. Bab V merupakan bab penutup yang menjadi bab akhir dari penelitian ini yang mana memuat hasil kajian secar keseluruhan dalam bentuk kesimpulan dan juga saran