1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati urutan
kedua
dariseluruhkarsinomadi
saluran
respirodigesti atas, setelah kavum oris. Lebih dari 95% keganasan
di
skuamosa.Hanya
laring sekitar
nonskuamosa,
seperti
merupakan 1%
karsinoma
karsinoma
di
laring
adenocarcinoma,
sel yang tumor
neuroendokrin, dan karsinoid(Myers dan Suen,1996).Area kejadian terbanyakkarsinoma sel skuamosa laringadalah glotis
(60-65%),
Supraglotis
(30-35%),
Transglotis
(<5%), dan Infraglotis/Subglotis (<5%). Karsinoma sel skuamosa laring 96% terjadi pada laki-laki (Lee, 2003). Berdasarkan data epidemiologis, usia puncak terjadinya keganasan ini adalah pada dekade kelima dan keenam. Kurang dari 1% yang mengalami karsinoma sel skuamosa laring pada usia kurang dari 30 tahun (Myers dan Suen, 1996). Faktor risiko yang paling berkaitan dengan KSSL ini adalah paparan zat-zat karsinogen, seperti rokok dan alkohol. Kedua bahan ini mampu mengiritasi mukosa yang
selanjutnya
dapat
berkembang
menjadi
keganasan
apabila terjadi dalam durasi yang lama dan dengan dosis 1
2
yang
tinggi.
operator
Pekerjaan
mesin
di
tertentu
pabrik
seperti
plastik
dan
pengecat,
besi,
orang
terpapar debu kayu, paparan radiasi, paparan asbestosis secara kronis dan juga faktor nutrisi menjadi suatu faktor risiko terjadinya keganasan tersebut. Infeksi Human Papillomavirus (HPV),khususnya HPV 16, 18,dan 33, disebutkan sebagai faktor pemicu terjadinya karsinoma sel
skuamosa
laring.
Virus
tersebut
memediasi
efek
karsinogenik denganmenghasilkan onkoprotein E6 dan E7 yang
dapat
menginaktivasi
protein
suppressor
tumor
seperti p53 dan pRB (Argiris et al., 2008). HPV ini sering menjadi penyebab pada pasien berusia muda bukan perokok.
Makanan
tinggi
lemak
merupakan
salah
satu
faktor predisposisi terjadinya karsinoma sel skuamosa laring. Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD) juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya karsinoma sel
skuamosa
laring
faktor
protektif
sayuran
hijau
(Myers
dan
Suen,
keganasan
ini
adalah
dan
buah-buahan
1996).
karena
Adapun
mengkonsumsi mengandung
karotinoid. Diagnosis kanker laring ditegakkan melalui gejala klinis dan hasil biopsi. Dari hasil biopsi ini, dapat diketahui
jenis
histologik
dan
derajat
diferensiasi
kankernya, yakni diferensiasi baik, sedang, dan buruk.
3
Derajat
diferensiasi
mikroskopis
sel
merupakan
kanker
hasil
berdasarkan
penilaian
jumlah
sel
yang
mengalami mitosis, kemiripan bentuk sel ganas dengan sel
asal,
dan
menentukan
susunan
stadium
homogenitas
klinis
dari
KSSL,WHO
sel.
Untuk
menggunakan
TNM
(Tumor, Kelenjar Limfe, dan Metastasis). Tumor dilihat seberapa besar ukurannya dan struktur jaringan laring yang
menjadi
keganasan.
persebarannya Metastasis
ke
Kelenjar
kelenjar
dilihat
dari
Limfe
dilihat
limfonodi
seberapa
jauh
dari
terdekat. tumor
itu
menyebar ke jaringan lain. Survivin adalah struktur terkecil anggota keluarga dari Inhibitor apoptosis protein (IAP) dengan domain BIR tunggal dan α-heliks terminal karboksil. Survivin diperkirakan
sebagai
protein
utama
yang
dihubungkan
dengan berbagai macam tumor (Altieri, 2008). Ekspresi Survivin
diregulasi
saat
siklus
sel
dengan
ekspresi
tertinggi pada fase G2-M dan terlokalisir pada berbagai macam
komponen
aparatus
mitotik
(Ambrosini
et
al.,
1997). Teknik mikroskopik confokal pada imunofluoresen menunjukkan bahwa survivin terletak di kinetochores dan sentromer profase,
(microtubule-organizig spindle
microtubule
centers)
selama
selama
metafase,
dan
midbodies selama telofase lanjut (Altieri, 2001). Salah
4
satu karakteristik pada Survivin adalah over ekspresi abnormal pada berbagai macam jenis tumor tetapi tidak pada
jaringan
normal
dan
akhirnya
di
jaringan
yang
terdiferensiasi (Altieri, 2008). Survivin
mempunyai
peran
penting
pada
kedua
mekanisme, yaitu pada regulasi negatif apoptosis dengan memperpanjang proses sel neoplasma dan mekanisme divisi sel. Namun demikian, mekanisme pasti bagaimana survivin dapat menghambat apoptosis masih belum bisa dijelaskan. Analisis
studi
retrospektif
menunjukkan
bukti
kuat
bahwa ekspresi survivin memprediksi pengurangan indeks apoptosis di tumor dan kelangsungan hidup pasien yang jelek
(Adida
et
al.,
1998;Altieri,
2003).
Survivin
memiliki peran penting pada regulasi tumor, sehingga inhibisi
terhadap
Survivin
dapat
digunakan
sebagai
kandidat target terapi untuk meningkatkan apoptosis di sel-sel tumor.(Carrasco et al., 2011). Ekspresi
survivin
ditemukan
sangat
rendah
di
jaringan normal orang dewasa tetapi ekspresinya tinggi di
jaringan
diamandis
karsinoma(Diamandis, (2002)
2002).
mengungkapkan
Smith
dalam
Survivinpositif
ditemukan dalam 46 subjekpenderita kanker kandung kemih baru dan berulang dan tidak ditemukan pada 17 subjek yang sehat. Survivin juga positif ditemukan pada 3 dari
5
35 pasien kanker kandung kemih yang telah di terapi sebelumnya dan dinyatakan negatif dengan pemeriksaan sistoskopi. Kusuma(2011) dalam penelitianya menyebutkan bahwa
ekspresi
survivin
pada
kanker
serviks
stadium
lanjut mempunyai nilai prediksi 86.75% untuk terjadinya respon negatif terapi radiasi. Ekspresi survivin juga memberikan
nilai
prediksi
angka
harapan
hidup
lima
tahun sebesar 44.8% pada pasien karsinoma kolorektal stadium
II
dan
94.4%
pada
pasien
ekspresi
survivin
negatif. Survivin juga positif ditemukan 60.98% pada pasien penderita KSSL dan 0.00% pada jaringan normal (Shenet al., 2011). Peran survivin di dalam KSSL belum jelas. Namun demikian belum pernah ada publikasi tentang ekspresi survivin di KSSL di Indonesia. B.Perumusan Masalah Berdasarkan disimpulkan molekul
di
latar
beberapa KSSL
belakang
perumusan
masih
belum
di
atas,
masalah, banyak
maka
dapat
yaitu
peran
diteliti
di
Indonesia meskipun insidensi KSSL semakin meningkat dan angka kematianya masih tinggi. Di samping itu, respon terapi
pada
penderita
KSSL
masih
belum
maksimal
terutamapada stadium lanjut. Oleh karena itu,diperlukan
6
identifikasi protein yang diharapkan mempunyai peran penting
dalam
diagnosis
dan
prognosis
keganasan
di
laring. C.Pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1.Bagaimana
frekuensi
ekspresi
survivin
pada
karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL)? 2.Apakah terdapat hubungan antara ekspresi survivin dengan stadium klinis? 3.Apakah terdapat hubungan antara ekspresi survivin dengan
beberapafaktorklinikopatologis
(derajatdiferensiasi,
usia,
lokasi,
danjeniskelamin)?
D. Keaslian Penelitian Penelitian
serupa
yang
pernah
dilakukan
antara
lain sebagai berikut: 1. Penelitian (HPV)
pada
tentang
frekuensiHuman
penderita
Sardjito(Luthfiana,
karsinoma 2009).
Papillomavirus di
RSUP
Penelitian
DR. ini
menunjukkan hubungan antara sel skuamosa karsinoma laring dengan keberadaan infeksi HPV pada karsinoma laring tersebut.
7
2. Penelitian survivin,
tentang dalam
ekspresi
memprediksi
gen
antiapoptosis,
kematian
karsinoma
colorectal berulang (Sarela, 2000). Penelitian ini menunjukkan
predictive
value
angka
harapan
hidup
selama lima tahun untuk pasien karsinoma kolorektal stadium II dengan ekspresi survivin positif sebesar 94.4% dibanding pasien yang dengan ekspresi survivin negatif sebesar 44.8%. 3. Penelitian tentang signifikansi dan hubungan antara DJ-1 gen dan ekspresi gen survivin dalam karsinoma sel skuamosa laring (Shenet al., 2011). Penelitian ini menunjukkan bahwa DJ-1 dan survivin memainkan peran
penting
karsinoma
dalam
laring.
terjadinya DJ-1
dan
dapat
pengembangan mempromosikan
karsinogenesis sel laring dengan mengatur ekspresi gen survivin. E.Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan mampu: 1. Menunjukkan
frekuensiekspresi
survivinpada
jaringan hasil biopsi tumor KSSL di Indonesia 2.Pengembangan
terapi
dan
rencana
penatalaksanaan
pasien dengan mengetahui stadium klinisnya.
8
3.Mengetahui peran protein survivin pada patogenesis karsinoma sel skuamosa laring 4.Menjadi pada
acuan
KSSL
strategi
lebih
untuk
sensitif,
mencari
reliabel,
biomarker dan
dapat
memberi dorongan pada manajemen terapinya. 5.Mengidentifikasi
biomarker
secara
akurat
dalam
mendeteksi KSSL.
F. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara frekuensiekspresi survivinpada jaringan tumor
KSSL
dengan
klinisdanfaktorklinikopatologisnya.
stadium