BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Istilah surealisme memang masih asing terdengar di telinga masyarakat umum. Namun, lain halnya dengan “mereka” yang menyebut dirinya sebagai “seniman”. Tentunya, istilah “surealisme” sudah bukan menjadi istilah asing dalam dunia seni. Baik dalam seni pembuatan lukisan, membuat puisi, menulis cerpen dan novel, pertunjukkan teater hingga pembuatan film. Akan rumit memang, jika berbicara langsung tentang istilah surealisme yang terdengar asing bagi teman-teman penulis yang mengambil jurusan broadcasting. Karena, biasanya istilah ini lebih sering digunakan mahasiswa-mahasiswi yang bergelut dalam bidang seni. Bagi penulis, surealisme menjadi hal menarik dan subjek positif dalam menganalisis sebuah karya seni yang diciptakan para sineas pembuat film. Banyak diantara teman-teman penulis yang memiliki kreativitas tinggi dalam membuat film pendek atau dokumenter. Namun tidak jarang diantara mereka belum mengenal bahkan memahami istilah ini, apalagi materi tentang surealisme tidak diajarkan di Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Brodcasting Universitas Mercu Buana. Sebelum penulis “menerjemahkan” surealisme, tidak ada salahnya jika memahami istilah “realisme”, karena pengertian dari realisme itu sendiri
1
2
berbanding terbalik dengan surealisme. Perlu dipahami, bahwa realis dan realisme merupakan dua kata yang sangat berbeda tetapi memiliki hubungan yang sangat erat di dalam pemakaian kedua kata ini. Menelusuri pemaknaan istilah pemakaian kata realis dan realisme maka dapat dikatakan bahwa realis adalah tindakkan, cara berpikir seseorang berdasarkan pada pernyataan. Tindakkan dan cara berpikir ini sudah dimulai pada masa prasejarah dan berkembang sampai masa sekarang. Orang-orang realis nantinya akan menganut paham disebut realisme. Realisme merupakan gerakan seni yang selalu berpedoman dari kenyataan. Dalam dunia seni, realisme merupakan sebuah aliran yang berusaha menjabarkan sesuatu yang bersifat nyata atau kenyataan.1 Sedangkan surealisme adalah sebuah aliran seni dan kesusasteraan yang menjelajahi serta merayakan alam mimpi dan pikiran bawah sadar melalui penciptaan karya visual, puisi dan film. Sehingga, dalam pendekatan surealisme ini adalah gambaran mengenai seni yang berbentuk pada ketidaksadaran dari realitas manusia.2 Pada gambaran seni surealisme ini memiliki bentuk artistik yang keluar dari kaidah-kaidah rasionalitas yang ada pada kenyataan manusia. Surealisme muncul di Paris, Perancis pada tahun 1924, ketika penulis Perancis Andre Breton menulis manifesto pertama surealisme, mengguratkan ambisi akan kelahiran gerakan baru. Gerakkan tersebut menyebar ke wilayah lain di Eropa, juga Amerika Utara dan Selatan. Diantara kontribusi yang paling
1
Made Bambang Oka Sudira. lmu Seni Teori Dan Praktek. Inti Prima Promosindo Jakarta. 2010 hal 17 2 Gagas Ulung. Go traditional 100 Sanggar Seni, Artshop, Bengkel Kerajinan Bertradisi di Jogja dan Solo. PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Hal 155
3
penting dari gerakan surealis adalah penemuan teknik artistik baru yang terhubung ke alam pikiran bawah sadar seniman. Seiring berkembangnya waktu gerakan surealisme meluas secara internasional. Salah satu negara yang terimbas efeknya adalah Indonesia. Terbukti dengan adanya istilah “Surealisme Yogyakarta”. Istilah ini
digunakan para
seniman asal Yogyakarta dalam karya seni lukis. Mereka, memahami bahwa seni lukis surealisme Yogyakarta adalah seni lukis realisme yang tersamar. M. Dwi Marianto dalam buku Surealisme Yogyakarta memberi pemahaman bahwa Surealisme Yogyakarta adalah bentuk refleksi kehidupan Yogyakarta, yang jelas diungkapkan dalam pemandangan, bahasa, dan absudirtasnya kehidupan nyata sehari-hari, yang disebabkan keterbelahan antara yang modern dan yang tradisional. Kata “surealis” itu sendiri mengartikan hidup di luar dunia nyata (real berarti nyata).3 Jika dilihat dari sudut pandang psikologi maka surealisme dekat dengan mimpi dan imajinasi (fantasi).4 Studi film telah membangkitkan sebentangan teori dan metode. Film dipelajari dari segi potensinya sebagai ‘seni’, sejarahnya yang dituturkan sebagai momen-momen dalam ‘tradisi yang hebat’, film-film, bintang dan sutradara yang paling berarti, film dianalisis berdasarkan perubahan teknologi produksi film, film dikutuk sebagai industri budaya, dan film didiskusikan sebagai situs penting bagi produksi subjektivitas individu dan identitas nasional. Sedangkan, definisi dari film itu sendiri adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat 3 4
Koskow. Merupa Buku. PT Lkis Printing Cemerlang Yogyakarta. 2009 hal 7 Ibid hal 7-8
4
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.5 Tidak jarang memang, beberapa film memasukkan unsur seni surealisme di dalamnya. Film “Shutter Island” adalah salah satu film yang memasukkan surealisme melalui alur cerita. Shutter Island merupakan film berjenis triller yang diadaptasi dari novel karya Denis Lehhane dengan judul yang sama dan disutradarai oleh Martin Scorsese. Martin scorsese adalah sutradara kawakan asal Amerika pemenang berbagai macam penghargaan film dari berbagai perfilman bergengsi di dunia, baik OSCAR, BAFTA, Golden Globes, dan penghargaan bergengsi lainnya. Leonardo de Caprio sebagai pemeran utama di film Shutter Island merupakan aktor kesayangan Martin Scorsese. Film Shutter Island yang disutradarainya ini meraup keuntungan sebesar 41 juta US$ selama 3 hari pemutarannya.6 Film ini bercerita tentang seorang marshall Us yang sedang memecahkan teka-teki hilangnya pasien sakit jiwa di sebuah rumah sakit yang berada di sebuah pulau bernama Pulau Shutter. Tidak hanya itu, Teddy juga ingin membunuh seorang pasien sakit jiwa bernama Andrew Laeddis karena telah membunuh istrinya dan ketiga anaknya. Pulau penuh misteri itu juga berhasil mengungkap 5
Heru Effendy. Industri Perfilman Indonesia Sebuah Kajian. Penerbit Erlangga Jakarta. 2008 hal 63 6 Alexander Ajay Dennis. Preview Shutter Island. 4 Maret 2010. http://ajaypunyainfo.blogspot.com/2010/03/preview-shutter-island.html, 17 Juli 2014. 12:10
5
jati diri Teddy. Alur yang digunakan dalam film ini berjenis gabungan yakni maju dan mundur. Dan yang menarik dalam film ini adalah, si tokoh utama Teddy Danniels yang diperankan oleh Leonardo De Caprio selalu menampilkan tokoh fiksi dan imajinasi belaka dari pikirannya, serta sebuah peristiwa yang diantaranya adalah khayalan. Dan ini merupakan ciri khas dari surealisme. Penulis akan meneliti unsur surealisme yang terdapat pada alur cerita film Shutter Island dengan menggunakan analisis naratif. Mengunakan analisis naratif berarti menempatkan teks sebagai sebuah cerita (narasi). Teks dilihat sebagai rangkaian peristiwa, logika, dan tata urutan peristiwa, bagian dari peristiwa yang dipilih dan dibuang.7 Salah satu syarat dasar narasi adalah rangkaian (sekuensial) peristiwa tersebut tidaklah random (acak), tetapi mengikuti logika tertentu, urutan atau sebab akibat tertentu sehingga dua peristiwa berkaitan secara logis.8 Dalam film Shutter Island terdapat rangkaian peristiwa yang terlihat acak dan tidak mengikuti logika yang tidak berkaitan secara logis. Namun, film ini tetap didasari syarat dasar narasi. Hal yang tidak logis di dalam film tersebut adalah efek pencampuran unsur surealisme, sehingga memunculkan sikap menilai kenyataan, yang bisa dibahasakan demikian : lho kok bisa begini yaa, ya sudahlah. Dalam surealisme ketidakmungkinan bisa menjadi mungkin, sehingga merangsang kesadaran untuk mempertanyakan kenyataan yang terlanjur absurd. Seperti yang sudah di jelaskan di atas, surealisme yang akan di kaji penulis adalah tentang film yang kemudian di analisis melalui analisis naratif. Biasanya,
7
Eriyanto. Analisis Naratif (Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media). Kencana Prenada Media Group Jakarta. 2013 hal 9 8 Ibid hal 2
6
analisis naratif ini lebih sering di gunakan dalam menganalisis novel tetapi ini semakin menarik karena melalui buku dari Eryanto, konsep naratif bisa di kembangkan dalam menganalisis cerita dalam sebuah film bahkan bisa diterapkan dalam berita yang di tayangkan di televisi.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana surealisme pada alur cerita film Shutter Island dengan menggunakan analisis naratif?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui surealisme pada alur cerita film
Shutter Island dengan menggunakan analisis naratif.
1.4 1.4.1
Manfaat Penelitian Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan tentang unsur
surealisme yang tidak hanya ada pada seni lukis tetapi juga ada dalam cerita dan visualisasi bergerak pada film.
1.4.2
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para
pembuat film di Indonesia, juga tidak lupa para pembuat film pendek dan
7
dokumenter khususnya mahasiswa-mahasiwi broadcasting Mercu Buana. Dan, diharapkan penelitian ini memotivasi para dosen yang aktif turut ikut membuat film bersama mahasiswa-mahasiswi di Universitas Mercu Buana, untuk menciptakan “surealismenya” dalam film tersebut.