Bab 5 Ringkasan
5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi Penyebab Perilaku Enjokosai Dalam Film Love & Pop (1997) Bab pertama, yaitu Pendahuluan, berisi tentang latar belakang penulisan skripsi yang mencakup alasan pemilihan tema serta pemilihan korpus data. Adapun alasan yang melatarbelakangi penulis memilih tema serta korpus data skripsi ini yakni sebagai pembelajar sastra Jepang yang tidak hanya mempelajari tata bahasa saja, melainkan juga kebudayaan serta kesusastraannya, penulis ingin mengetahui serta menganalisis lebih dalam tentang masalah dalam masyarakat Jepang yaitu fenomena enjokosai. Menurut Takaori (1997) fakta yang tergambar jelas akan indusrti seks anak muda Jepang adalah pelacuran remaja putri di Jepang yang dikenal dengan istilah enjokosai. Enjokosai yang kini merebak di kota-kota besar Jepang seperti memberi tamparan baru bagi masyarakat Jepang. Enjokosai yang belakangan ini sudah beralih dari arti harafiahnya yaitu bergaul dengan mendapat bantuan (keuangan), menjadi suatu fenomena pelacuran yang dilakukan murid-murid SLTP dan SLTA. Sebagai imbalan kencan, anak-anak ini menerima uang yang sifatnya sebagai “bantuan” uang saku mereka. Dalam menganalisis permasalahan ini penulis memilih film Love & Pop sebagai korpus data dan menganalisis penyebab perilaku enjokosai yang disebabkan kerena konformitas. Bab kedua, adalah landasan teori, berisi tentang teori konformitas dan norma kelompok yang menurut Bernheim (1994) Konformitas adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana individu mementingkan status sebagai suatu kebutuhan dasar. Status yang dimaksud adalah asumsi umum terhadap individu dari sisi tingkatan sosial bukan bagaimana individu tersebut bertindak. Apabila
status menjadi menjadi sangat penting sebagai kebutuhan dasar, maka akan ada banyak individu yang menjadi konform terhadap suatu perilaku tertentu. Individu – individu tersebut rela menjadi konform sebab mereka yakin apabila perilaku mereka menyimpang sedikit saja dari kebiasaan atau norma yang berlaku, hal itu akan menyebabkan perubahan besar terhadap status suatu individu. Menurut Kiesler & Kiesler (2005) konformitas merupakan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja. Tekanan dari kelompok sangat besar pengaruhnya dalam menetapkan penilaian atau pembuatan keputusan individu dalam kelompok (Wirawan, 2005:183). Selain teori konformitas, dalam skripsi ini penulis juga menjabarkan konsep enjokosai dalam pergaulan remaja Jepang Menurut Kuronuma (1998) dalam Deni (2005:24-25) Kata kunci yang sangat penting saat berpikir tentang enjokosai pun adalah yang dikatakan dengan GAP (perbedaan pola pikir ,dsb). Yaitu pola pikir yang mempengaruhi para gadis untuk menjual seks dan para pria yang membeli seks. Pertama-tama alasan gadis-gadis menjual diri dipengaruhi oleh keluarga selain itu banyak juga gadis remaja yang menginginkan penampilan. Kenyataan seperti itu menunjukan pada konteks pelayanan (pelayanan terhadap tuntutan fashion). Latar belakang enjokosai tidak hanya disebabkan oleh ayah yang mabuk-mabukan dan mengabaikan keluarga, ibu yang marah karena meninggalkan rumah. Gadis remaja melakukan enjokosai memang sangat mengharapkan keluarga yang bahagia, keluarga pada umumnya dan seperti anak pada umumnya. Tetapi dengan terlibatnya gadis remaja di dalam enjokosai otomatis mereka juga keluar dari sekolah. Dari sini mereka meninggalkan lingkungan mereka dan pergi mencari sosialisasi baru. Menurut Kuronuma dalam Warnasih (2001:27) mengenai merebaknya enjo kosai, tere-kura (klub telepon) memiliki peranan besar. Melalui tere-kura gadis-gadis pelaku enjokosai menawarkan dirinya. Dapat dikatakan bahwa keberadaan dan merebaknya enjokosai seiring
dengan menjamurnya tere-kura. Diungkapkan oleh Hayao dalam Warnasih (2001:37) Enjokosai adalah pelacuran remaja puteri, dan merupakan sesuatu yang harus dihentikan. Bab ketiga, adalah analisis data, pembahasan pada bab ketiga ini dimulai dengan penjabaran analisis konformitas yang disebabkan oleh kepercayaan diri yang lemah, rasa takut terhadap celaan sosial, kepercayaan terhadap kelompok, dan kurangnya informasi yang mengakibatkan tokoh Hiromi dalam film Love & Pop (1997) menjadi pelaku enjokosai secara verbal dan non verbal. Pembahasan pada bab ketiga ini diakhiri dengan tabel analisis konformitas yang menyebabkan Hiromi menjadi pelaku enjokosai dalam film Love & Pop(1997). Dari tabel tersebut, dapat tergambar dengan jelas bahwa konformitas dalam kelompok menyebabkan tokoh Hiromi menjadi seorang pelaku enjokosai. Adapun alasan yang mendasarinya yakni kepercayaan diri yang lemah tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi yang tidak pernah dapat menolak akan apa yang diinginkan oleh teman-temannya tercermin pada adegan saat Hiromi dan Nao diajak makan siang bersama oleh seorang pria. Hiromi tidak dapat menolaknya dan tanpa berkata apapun ia mengikuti keputusan Nao. Ketika berada dalam pusat perbelanjaan Hiromi tidak percaya diri untuk memilih barang-barang yang akan dibelinya. Hiromi cenderung untuk mengikuti saran dan pilihan teman-temannya. Hiromi juda tidak melakukan penolakan saat Sachi, Chie, dan Nao mengajak untuk pergi ke klub malam. Rasa takut terhadap celaan sosial tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi pada adegan Hiromi ingin sekali membeli cincin dan teman-temannya mendorongnya untuk mendapatkan uang untuk mendapatkan cincin tersebut. Karena takut menerima ejekan dari teman-temannya Hiromipun memikirkan cara untuk mendapatkan uang dengan cara melakukan enjokosai . Saat Sachi, Chie, dan Nao ingin makan siang sambil berkaraoke dengan seorang lelaki, Hiromi pun ikut bersama mereka karena ia tidak ingin dijauhi dan diejek oleh ketiga temannya itu karena tidak ikut bergabung bersama.
Kepercayaan terhadap kelompok tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi pada adegan ketika Hiromi diberi saran oleh Sachi, Chie, dan Nao untuk melakukan enjokosai agar dapat memperoleh uang dengan cepat dan mudah. Hiromipun tanpa banyak berfikir melakukan saran yang dianjurkan oleh ketiga temannya itu. Seringnya Sachi, Chie, Hiromi dan Nao berkumpul bersama untuk berbagi cerita juga membawa pengaruh yang besar bagi diri Hiromi. Ia sangat percaya akan saran dan cerita dari teman-temanya itu dan selalu mendiskusikan berbagai macam hal tentang dirinya kepada Sachi, Chie, dan Nao. Kurangnya informasi tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi pada adegan saat Hiromi diperkenalkan akan tere-kura sebagai langkah awal untuk melakukan enjokosai dari ketiga temannya. Hiromi yang belum tahu apapun tentang tere-kura melakukan saja apa yang dianjurkan teman-temannya. Sachi, Cie, dan Nao pula yang menyarankan Hiromi untuk melakukan enjokosai. Hiromi yang masih awam akan enjokosai mengikuti saja akan apa yang dianjurkan ketiga temannya itu. Ia tidak mengetahui akan dampak negatif perilaku enjokosai. Bab keempat, adalah simpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan dari analisis yang dilakukan serta saran bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama. Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Hiromi dalam film Love & Pop
menjadi seorang pelaku enjokosai karena
konformitas yang dianalisis dari empat unsur pemicu yaitu kepercayaan diri yang lemah, rasa takut terhadap celaan sosial, kepercayaan terhadap kelompok, dan kurangnya informasi. Adapun alasan yang mendasarinya yakni kepercayaan diri yang lemah tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi yang tidak pernah dapat menolak akan apa yang diinginkan oleh temantemannya tercermin pada adegan saat Hiromi dan Nao diajak makan siang bersama oleh seorang pria. Hiromi tidak dapat menolaknya dan tanpa berkata apapun ia mengikuti keputusan Nao.
Ketika berada dalam pusat perbelanjaan Hiromi tidak percaya diri untuk memilih barang-barang yang akan dibelinya. Hiromi cenderung untuk mengikuti saran dan pilihan teman-temannya. Hiromi juda tidak melakukan penolakan saat Sachi, Chie, dan Nao mengajak untuk pergi ke klub malam. Rasa takut terhadap celaan sosial tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi pada adegan Hiromi ingin sekali membeli cincin dan teman-temannya mendorongnya untuk mendapatkan uang untuk mendapatkan cincin tersebut. Karena takut menerima ejekan dari teman-temannya Hiromipun memikirkan cara untuk mendapatkan uang dengan cara melakukan enjokosai . Saat Sachi, Chie, dan Nao ingin makan siang sambil berkaraoke dengan seorang lelaki, Hiromi pun ikut bersama mereka karena ia tidak ingin dijauhi dan diejek oleh ketiga temannya itu karena tidak ikut bergabung bersama. Kepercayaan terhadap kelompok tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi pada adegan ketika Hiromi diberi saran oleh Sachi, Chie, dan Nao untuk melakukan enjokosai agar dapat memperoleh uang dengan cepat dan mudah. Hiromipun tanpa banyak berfikir melakukan saran yang dianjurkan oleh ketiga temannya itu. Seringnya Sachi, Chie, Hiromi dan Nao berkumpul bersama untuk berbagi cerita juga membawa pengaruh yang besar bagi diri Hiromi. Ia sangat percaya akan saran dan cerita dari temantemanya itu dan selalu mendiskusikan berbagai macam hal tentang dirinya kepada Sachi, Chie, dan Nao. Kurangnya informasi tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi pada adegan saat Hiromi diperkenalkan akan tere-kura sebagai langkah awal untuk melakukan enjokosai dari ketiga temannya. Hiromi yang belum tahu apapun tentang tere-kura melakukan saja apa yang dianjurkan teman-temannya. Sachi, Cie, dan Nao pula yang menyarankan Hiromi untuk melakukan enjokosai. Hiromi yang masih awam akan enjokosai mengikuti saja akan apa yang dianjurkan ketiga temannya itu. Ia tidak mengetahui akan dampak negatif perilaku enjokosai.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada tokoh Hiromi dalam film Love & Pop(1997), maka penulis menyarankan bagi para peneliti muda yang ingin mengangkat tema yang sama yaitu tentang enjokosai dapat pula diteliti dari unsur-unsur lain yaitu dari sikap hedonisme yang kerap dialami oleh para remaja. Hedonisme yang berarti faham matrealisme dimana seseorang ingin memiliki segala sesuatu yang bersifat materi menjadi salah satu sebab timbulnya enjokosai dikalangan remaja Jepang.