BAB 5 EVALUASI
5.1.
Editing dan Mixing 5.1.1
Editing Schedule Tabel 5.1 Editing Schedule
SEGMEN
VIDEO
OBB
VT OBB Musika
SCREENSHOOT
EFFECTS Font
Talk
:
AUDIO Backsound : Linkin
Komika Title
Park - Faint
Software : Adobe
Sound FX : -
After Effects,Adobe Illustrator & Adobe Photoshop (template OBB) 1
VT Opening
Font
: Komika
Backsound :
Segmen : Host ”
Title
Powerfull
Bella Osmond “
Software : Adobe
Inspirational
Premiere & Adobe
Sound FX : -
After Effect (template) 1.1
VT Performance
Font
Narasumber
Title
Powerfull
Software : Adobe
Inspirational
Premiere
Sound FX : -
( Sumber : Youtube ) 1.2
VT Profile
Font
Narasumber : Sinyo
: Komika
:-
Backsound :
Software : Adobe
Powerfull
Premiere & Adobe
Inspirational
After Effect
Sound FX : -
(template)
53
Backsound :
54
1.3
VT Profile
Font
:-
Backsound :
Narasumber
Software : Adobe
Powerfull
After Effects &
Inspirational
Adobe Premiere
Sound FX : -
(template info) 1.4
VT Skill Performance Sinyo
1.5
VT Bridging Segmen Selanjutnya
Font
:-
Backsound : -
Software Adobe
Sound FX :
Premiere
Suara Drum
Font
:-
Backsound :
Software : Adobe
Powerfull
Premiere
Inspirational Sound FX : -
OBB
VT OBB Musika Talk
Font
:
Backsound : :
Komika Title
Linkin Park - Faint
Software : Adobe
Sound FX : -
After Effects,Adobe Illustrator & Adobe Photoshop (template OBB) 2
VT Opening Segmen 2 Host dan Narasumber
2.1
VT Bincang-
Font
:-
Backsound : Julie
Software : Adobe
McKnight – how
Premiere & Adobe
soon is now
After Effect
Sound FX : -
Font
Backsound : Julie
:-
Bincang Host dan
Software : Adobe
McKnight – how
Narasumber
Premiere & After
soon is now
Effect
Sound FX : -
( Insert : gambargambar pengalaman narasumber )
55 2.2
VT Bridging Segmen Selanjutnya
Font
:
Backsound :
Komika Title
Powerfull
Software : Adobe
Inspirational
Premiere & Adobe
Sound FX : -
After Effect ID
VT OBB Musika Talk
Font
:
Backsound : :
Komika Title
Linkin Park - Faint
Software : Adobe
Sound FX : -
After Effects,Adobe Illustrator & Adobe Photoshop (template OBB) 3
VT Narasumber Memberikan Tutorial ( single stroke)
Font
:-
Backsound :
Software : Adobe
Melodic
Premiere & Adobe
Instrumental – old
After Effect
school rock Sound FX : -
3.1
VT Narasumber
Font
:
Backsound :
mempraktekan
Software : Adobe
Melodic
single stroke
Premiere & Adobe
Instrumental – old
After Effect
school rock Sound FX : -
3.2
VT Narasumber Memberikan Tutorial ( double stroke )
Font
:-
Backsound :
Software : Adobe
Melodic
Premiere & Adobe
Instrumental – old
After Effect
school rock Sound FX : -
3.3
VT Narasumber
Font
:-
Backsound :
mempraktekan
Software : Adobe
Melodic
double stroke
Premiere & Adobe
Instrumental – old
After Effect
school rock
Sound FX : -
56 3.4
VT Host Closing
Font
:-
Backsound : :
Software : Adobe
Julie McKnight –
Premiere
how soon is now Sound FX : -
CREDIT
VT Credit Title &
Font
TITLE
Pendukung Musika
MT
McKnight – how
Software : Adobe
soon is now
Premiere
Sound FX : -
Talk
5.1.2
: Bell
Backsound : Julie
Editing Offline Setelah melalui tahapan praproduksi dan produksi, tahap selanjutnya
adalah pasca produksi. Dalam tahapan ini hasil shooting dan kumpulan hasil stock shoot dipilih dan ditentukan kemudian dikumpulkan kedalam satu folder sesuai dengan segmen. Setelah semua sudah tersusun sesuai dengan segmen masing-masing, penulis mulai membuat editing offline dari program “MusikaTalk”. Editor mulai masuk pada editing offline dan Editor menggunakan software Adobe Premiere CS 6. Adobe Premiere adalah salah satu software yang popular dan digunakan secara luas dalam pengeditan video. Adanya kesamaan interface Adobe Premiere dengan Adobe PhotoShop dan Adobe After Effect adalah memberikan kemudahan dan kelebihan tersendiri dalam pemakaiannya, image-image dapat disiapkan dengan Adobe Photoshop dan effect-effect khusus juga dapat disiapkan dari Adobe After Effect. (Heryzal Heryandi, 2003:2). Menurut Keith Underdahl standar video dan aspek layar pengaturan rasio untuk elemen Premiere proyek tidak dapat diubah setelah proyek telah dibuat. Oleh karena itu, penting bahwa jika perlu untuk bekerja dengan video layar lebar atau format video asing, Editor harus menggunakan preset untuk memulai proyek. (Keith Underdahl, 2005:80). Pada bagian ini editor menggunakan sequence DV-NTSC Widescreen 48khz dengan timebase 25fps ( Frames/second ) dan audio setting 48000 samples/second. Editor pada tahap ini membuat satu sequence yang berisi mulai dari video profile narasumber, segmen satu, segmen dua dan segmen tiga. Pembuatan tiap
57 segmen tetap dikerjakan oleh editor secara terpisah dan berurutan sesuai dengan naskah yang sudah dibuat.
Gambar 5.1 ( proses membuat sequence adobe premiere )
Pilih adobe premiere, kemudian klik new project sebagai pilihan file yang akan kita buat adalah project baru yang akan diedit.
Gambar 5.2 ( proses membuat sequence adobe premiere )
Setelah memilih new project, kemudian editor memberikan nama file yang akan dikerjakan dan menentukan folder untuk di save pada computer.
58
Gambar 5.3 New ( proses membuat sequence adobe premiere )
Kemudian setelah memilih folder untuk penyimpanan file, editor melakukan setting kepada file tersebut agar sesuai dengan frame yang diinginkan. Menurut Heryzal Heryandi, Project windows terdiri dari 3 windows utama: - Project windows, merupakan tempat menyimpan file project - Monitor windows, merupakan tempat melihat video, yang kita edit di timeline - Timeline windows, tempat kita melakukan proses editing Pada project windows kita bisa membuat Bin (seperti folder pada windows explorer) Bin ini memudah Editor di dalam mengatur file project yang akan digunakan. (Heryzal Heryandi, 2004:4)
59
Gambar 5.4 (proses editing offline) Sumber : dok. Pribadi
Editor bisa mendapatkan sumber bahan ke unsur-unsur Premiere dengan mengimpor file yang sudah ada atau dengan menangkap media dari sumber eksternal (biasanya camcorder digital). Konfigurasi komputer untuk melakukan
capture
video
mungkin
tidak
mudah,
tapi
setidaknya
mengkonfigurasi DV (digital video) hardware. Seiring dengan kualitas video tinggi, kesederhanaan adalah salah satu kekuatan utama dari DV. Cara yang paling umum untuk melakukan capture video dari DV camcorder atau video yang dek dan satu-satunya metode langsung didukung oleh unsur-unsur Premiere adalah dengan menggunakan (IEEE-1394) FireWire port pada komputer. (Keith Underdahl, 2005:90-92). Sebelum editor mulai melakukan edit, editor memilih backup sound hasil shooting untuk di cocokan dengan gambar yang sudah dipilih. Hal ini yang membuat editor sedikit kerepotan karena pada saat shooting terjadi hal yang tidak terduga yaitu kabel dari clip on yang kami bawa mengalami kerusakan sehingga penulis langsung mengambil inisiatif untuk membackup suara dengan menggunakan gadget ( iphone ). Pada segmen satu Editor memasukan footage video tentang pengalaman narasumber yang sedang memainkan alat music drum yang editor ambil dari youtube.com. Selanjutnya, dengan menggunakan stock shoot yang sebelumnya sudah diambil oleh Camera Person, editor memasukan
60 scene narasumber yang sedang menjelaskan tentang profile dari dirinya yang disertai insert video beberapa prestasi narasumber yang sudah dijalaninya. Selanjutnya Editor memasukan scene performance narasumber dalam memainkan alat music drum sebagai keahlian atau bakan yang dimilikinya. Pada scene selanjutnya, editor memasukan scene host yang menghampiri narasumber dan berbincang sebentar dengan narasumber. Setelah itu, editor memasukan bridging untuk segmen selanjutnya yaitu segmen dua.
Gambar 5.5 (proses editing offline) Sumber : dok. Pribadi
Pada segmen kedua, Editor memasukan OBB yang sudah dibuat untuk tanda bahwa program akan dimulai kembali setelah commercial break. Setelah itu editor memasukan scene host dan narasumber yang menjadi isi dari
segmen
ke
dua
yaitu
berbincang
mengenai
musik
dan
prestasi/pengalaman apa saja yang sudah didapatkan oleh narasumber. Editor juga memasukan stock shoot hasil kamera dua dan tiga yang sudah diambil oleh camera person, stock shoot ini berisi angle yang berbeda dalam pengambilannya karena saat produksi program ini menggunakan tiga kamera. Stock shoot dipilih editor sesuai dengan kebutuhan gambar yang sesuai. Pada scene selanjutnya, agar tidak terjadi penggunaan gambar yang monoton editor memasukan insert foto-foto narasumber saat menjalani karirnya dan bermusik bersama beberapa artis ternama. Editor melakukan ini
61 sebagai kombinasi agar bincang-bincang yang dilakukan host dan narasumber tidak menjadi bosan. Stock gambar dan video tentang narasumber, sebelumnya sudah dikumpulkan terlebih dahulu oleh editor sebelum melakukan editing offline untuk mempersingkat waktu dalam proses editing tersebut. Setelah sampai pada akhir segmen dua, editor kembali memasukan bridging untuk segmen tiga yang akan berisi tentang tutorial dari cara bermain alat music drum bersama narasumber. Pada segmen tiga editor melakukan hal yang sama pada awal segmen dimasukan OBB dari program Musika Talk. Diawali dengan dissolve to black agar gambar terlihat halus saat pergantian scene dari OBB ke segmen tiga. Kemudian editor memasukan scene narasumber yang membuka segmen dan memberi informasi bahwa narasumber akan memberikan tutorial kepada penonton.
Selanjutnya,
editor
memasukan
scene
narasumber
saat
memberikan tutorial single stroke pada drum. Pada scene ini, editor memberikan gambar yang detail untuk memperjelas pukulan yang dilakukan narasumber ke snar drum. Setelah narasumber memberikan cara melakukan single stroke pada drum dengan tempo lambat, kemudian editor memasukan gambar praktek dari single stroke dalam tempo yang lebih cepat. Dilanjutkan dengan materi tutorial berikutnya yaitu double stroke yang merupakan variasi dari single stroke. Editor masih menggunakan cara yang sama dalam menggunakan stock shoot, editor menggunakan stock shoot yang dibutuhkan saat scene tutorial double stroke ini. Gambar-gambar yang detail dimasukan untuk memperjelas seperti apa pukulan dari double stroke ini.
Kemudian
narasumber
memberikan
materi
selanjutnya
yaitu
single,double dan triple paradiddle. Setelah itu narasumber melakukan kombinasi secara keseluruhan dari materi yang sudah diberikan kepada penenton, yang menjadi suatu performance narasumber di akhir segmen tiga. Setelah segmen tiga yaitu segmen tutorial selesai, editor memberikan effect dissolve to black untuk masuk ke closing program Musika Talk. Menurut Sarwo Nugroho, pergantian tempat atau waktu bisa juga menggunakan dissolve (dinamakan time of lapses). Penggunaan dissolve yang terlalu sering dalam satu program, akan menjadi monoton dan mengurangi irama dramatis (Sarwo Nugroho, 2014:224). Editing dilanjutkan dengan
62 scene host seorang diri yang menutup program Musika Talk. ( sudah termasuk credit title ). Pada tahapan editing offline Editor sudah berdiskusi terlebih dahulu dengan Produser dan Camera Person video apa saja yang dimasukan dan dibuang pada tahapan ini, Selain itu juga dalam proses pembuatan editing offline Editor juga memasukan beberapa transisi yang sudah disesuaikan dengan scene yang ada. Transisi merupakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dalam pengeditan suatu video transisi merupakan perpindahan dari satu video ke video berikutnya. Pada software Adobe Premiere, menu ini terdapat banyak pilihan, kalau telah memilih transition yang sesuai dengan keinginan “maka kita gunakan teknik DRAG dan DROP lalu letakkan kedalam Timeline diantara video 1 dan video 2. (Heryzal Heryandi, 2003:46). Pada tahapan editing offline Editor sudah berdiskusi terlebih dahulu dengan Produser dan Camera Person video apa saja yang dimasukan dan dibuang pada tahapan ini, Selain itu juga dalam proses pembuatan editing offline Editor juga memasukan beberapa transisi yang sudah disesuaikan dengan scene yang ada. Transisi merupakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dalam pengeditan suatu video transisi merupakan perpindahan dari satu video ke video berikutnya. Pada software Adobe Premiere, menu ini terdapat banyak pilihan, kalau telah memilih transition yang sesuai dengan keinginan “maka kita gunakan teknik DRAG dan DROP lalu letakkan kedalam Timeline diantara video 1 dan video 2. (Heryzal Heryandi, 2003:46). 5.1.3
Editing Online
63 5.1.3.1 Editing Logo & Template Selama editor membuat Editing offline dari program ini, editor juga meminta bantuan dari grapich designer untuk membuat grafis dan OBB (Opening Built Billboard) karena kemampuan editor belum bisa membuat grafis dan animasi. Saat pembuatan grafis dan OBB tersebut, editor memberikan arahan kepada grapich designer seperti apa OBB yang ingin di realisasikan, mulai dari framing OBB dan musiknya. Sampai akirnya graphic designer yang editor arahkan, menyelesaikan OBB dan grafis selama sehari. Jenis font yang digunakan dalam logo dan OBB Musika Talk adalah Komika Title yang diunduh dari website dafont.com. Alasan menggunakan font ini karena bentuk dari setiap huruf komika title tidak terlalu formal atau resmi sesuai dengan konsep program Musika Talk yang tidak begitu formal dalam pembawaan acaranya, selain itu editor juga meminta graphic designer untuk memasukan unsur musik yaitu berupa gambar alat-alat musik yang diletakan dibelakang tulisan Musika Talk agar menarik minat audiens yang gemar akan music dan alat musik . Warna biru umumnya menberikan efek menenangkan dan diyakini mampu mengatasi insomnia, kecemasan, tekanan darah tinggi dan migraine. Didalam dunia bisnis warna biru disebut warna corporate karena hampir sebagian besar perusahaan menggunakan warna biru sebagai warna utamanya. Hal ini dikarenakan warna biru mampu memberikan kesan pofesional dan kepercayaan. Diyakini bahwa warna biru dapat merangsang kemampuan berkomunikasi , ekspresi ertistic dan juga sebagai symbol kekuatan. Berdasarkan cara pandang ilmu psikologi warna biru mampu merangsang pemikiran yang jernih dan membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan konsentrasi. ( erbinabaroes.wordpress.com/ 03-09-2014/ 14.45 PM ). Garis tepi pada tulisan Musika Talk diberikan agar mempertegas tulisan sehingga dapat membuat audiens mudah mengingat logo tersebut. Warna dari Logo Musika Talk menggunakan warna Biru dengan sedikit gradasi putih untuk memberikan kesan
64 yang lebih lembut saat di lihat oleh mata, sepintas logo Musika Talk terlihat seperti warna biru muda pada background belakangnya.
Gambar 5.6 Logo dan OBB Musika Talk Sumber : dok. Pribadi
Setelah logo Musika Talk selesai dibuat, editor kembali meminta bantuan graphic designer untuk membuat CG ( character generator ) untuk memberikan tempat pada text. CG ini dibuat untuk memberikan informasi atau identitas kepada audiens. Editor memberikan arahan kepada graphic designer untuk membuat CG dengan mengambil potongan logo Musika Talk tanpa menggunakan background belakangnya.
Gambar 5.7 ( CG / character generator ) Sumber : dok. Pribadi
5.1.3.2 Editing Bumper & Grafis Dalam pembuatan Opening Bumper Break (OBB) Editor menggunakan template yang sebelumnya sudah di buat pada Adobe Photoshop
& Adobe Illustrator seperti template
Logo, tulisan
Musika Talk, gambar beberapa alat music dan variasi lainnya. Editor menggunakan Software Adobe After Effect dalam pembuatan video Opening Bumper Break (OBB) pada tahap ini. Adobe After Effects
65 menyediakan beberapa alat dan efek yang memungkinkan Anda mensimulasikan gerak video menggunakan layer dari file Photoshop. (CA Berkeley Peachpit, 2012:152). Editor juga dapat menerapkan berbagai layer di After Effects. Meskipun berbagai layer yang disebut sebagai efek di Photoshop, penerapannya lebih seperti blending mode di After Effects. Berbagai layer mengikuti transformasi dalam standar. Sifat layer style yang tersedia untuk lapisan dalam panel Timeline. (CA Berkeley Peachpit, 2012:155). Selanjutnya Editor membuat layer berwarna biru untuk dijadikan background dalam pembuatan OBB. Pada template yang di buat sebelumnya Editor melakukan Drag and Drop template ke dalam timeline dengan mengapliksan menggunakan keyframe position. Untuk mendukung hasil editing yang tidak monoton, Editor menggunakan juga effect camera untuk mengatur posisi dari gambargambar yang muncul sesuai hasil diskusi bersama produser. Selain itu, editor memberikan juga rotation pada OBB tersebut untuk membuat putaran-putaran dibelakang dari tulisan Musika Talk dan gambar alat musik, dan yang terakhir editor menggunakan effect spectrum wave untuk membuat sebuah gelombang kecil dibelakang yang mengikuti irama dari backsound untuk OBB Musika Talk yang sesuai dengan tema dan konsep yang sudah dibuat.
5.1.3.3 Editing dan Efek Video Ketika alur cerita sudah dibuat, editor masuk pada tahap editing online. Pada tahap ini editor memasukan OBB program terlebih dahulu sebelum masuk ke segmen satu. Pada keseluruhan editing, editor menggunakan effect Color Balance, Hue and Saturation, Level Color dan Color Correction karena terdapat perbedaan warna dari setiap scene yang disebabkan oleh kamera yang digunakan berbeda serinya. Oleh karena itu editor menggunakan efek tersebut untuk menyelaraskan warna dari tiap scenenya. Menurut Keith Underdahl, correcting and changing colors dalam video jauh lebih dari sebuah seni daripada ilmu. Setiap kamera
66 video memiliki karakteristik yang unik, setiap adegan mempunyai perbedaan, dan setiap proyek memiliki kebutuhan warna khusus. Ini adalah cara untuk mengatakan bahwa Editor tidak akan menemukan rumus ajaib di sini untuk membantu Editor membuat setiap klip video terlihat sempurna. Bila Editor ingin menyesuaikan warna video, trialand error merupakan bagian tak terhindarkan dari proses. (Keith Underdahl, 2005:167).
Gambar 5.8 (Jenis Effect Color Correction) Sumber : dok. Pribadi Lebih dari 70 transisi yang berbeda ada di unsur Adobe Premiere, semua dengan pengaturan yang berbeda untuk disesuaikan. Editor juga dapat mengubah durasi transisi standar dengan menggunakan Effects Windows pada menu lainnya. Bila Editor memilih transisi standar durasi dari menu, kotak dialog Preferences muncul dengan kelompok general pilihan yang ditampilkan. Durasi standar untuk transisi video adalah 30 frame, tetapi Editor dapat mengubahnya menjadi panjang sesuai yang diinginkan. Durasi standar ini berlaku untuk semua transisi, bukan hanya transisi standar. (Keith Underdahl, 2005:161). Editor juga menggunakan transisi untuk scenenya agar terlihat halus yaitu dissolve to black, dissolve to black, dip to black, dan dip to white. Penempatan efek ini tidak dilakukan secara terus menerus
67 karena akan menimbulkan efek bosan bagi penontonnya. Untuk memberikan kemasan tayangan yang unik, editor menggunakan beberapa tools lain yang terdapat dalam adobe after effect seperti masking, crop, stroke, drop shadow, path dan duplicate layer. Efek ini dikombinasikan pada tiap scene untuk memberikan variasi gambar yang unik agar penonton tertarik karena tiap scenenya tidak monoton. Tools ini dapat dikreasikan sesuai dengan kreativitas yang diinginkan, editor menggunakan tools ini agar program ini unik dari segi pengemasannya.
Gambar 5.9 (Proses Penggunaan Tools Dalam After Effect) Sumber : dok. Pribadi
5.1.3.4 Editing dan Efek Audio Pada tahapan editing audio, editor menggunakan software yang sama yaitu adobe premiere. Tidak banyak efek suara yang digunakan dalam program ini. Editor hanya memberikan dan menambahkan backsound pada tiap segmen agar pada saat ditayangkan dan didengar penonton tidak merasa bosan. Volume backsound tetap di atur oleh editor menjadi lebih kecil dibanding suara host dan narasumber. Dengan menggunakan tools key frame volume, editor dapat mengatur tinggi rendahnya suara yang akan digunakan.
68 Selanjutnya editor, tetap menggunakan tools key frame volume untuk memadukan suara antara hasil rekaman dari audio kamera dan hasil rekaman audio dari gadget ( iphone ). Tinggi rendah dari suara yang dihasilkan, diatur oleh editor agar suara narasumber dan host tetap terdengar saat berbicara dan menjelaskan.
5.2
Evaluasi Program Pada proses pra produksi program MusikaTalk, penulis merasa terlalu banyak
waktu yang terbuang karena proses pencarian tempat atau studio yang akan digunakan untuk proses shooting. Sulitnya menemukan waktu yang cocok untuk narasumber agar bisa hadir dalam program “Musika Talk” ini. Pada tahapan produksi terjadi kurangnya antisipasi dengan audio yang akan digunakan, terlebih lagi pada saat shooting dilakukan, suara narasumber yang sangat kecil terkadang mengakibatkan suara narasumber tertutup dengan suara drum. Hal ini disebabkan karena shooting dilakukan hanya menggunakan speaker dari kamera dan handphone akibat dari rusaknya kabel clip on saat proses shooting terjadi. Ada beberapa bagian atau scene yang tidak fokus terhadap objek yang diambil, karena kameraman masih kurang menguasai teknik pengambilan gambar dan pengaturan focus pada lensa camera yang digunakan. Banyak shaking pada saat mengambil gambar yang mengakibatkan angle jadi kurang sempurna. Pada saat melakukan shooting di bagian segmen 3, cameramen terlalu banyak berfokus dalam mengambil gambar dari narasumber yang mengakibatkan kurangnya stock shoot pada bagian-bagian drum yang seharusnya diambil dengan lebih detail. Pengaturan warna saat shooting juga menjadi salah satu kendala yang didapat oleh penulis dan tim, karena proses shoting dilakukan dengan lensa yang berbeda, sehingga warna pada program tersebut harus disamakan pada saat tahapan pasca produksi yaitu editing. 5.2.1
Realisasi Budget : Setelah melakukan proses pra produksi, produksi dan pasca produksi,
biaya yang dikeluarkan jauh lebih kecil dari yang telah direncanakan karena beberapa peralatan tidak mengeluarkan biaya. Berikut rincian realisasi budget:
69 Tabel 5.2 Realisasi Budget NO
DESKRIPSI
DETAIL
BIAYA
A. PRE PRODUCTION Proposal & Naskah
Rp. 0,-
Crew
2 orang
x @Rp. 0,-
Rp. 0,-
Transport
1 mobil
x @Rp. 0,-
Rp. 0,-
B. PRODUCTION Konsumsi
14 Orang
x Rp. 15.000,-
x 2 Hari
Rp. 420.000,-
Make Up
1 Orang
x Rp. 0,-
x 2 Hari
Rp. 0,-
Studio Music Rent studio &
4 jam
Rp.360.000 For
2 Hari
Rp. 360.000,-
Rp. 0,-
2 Hari
Rp. 0,-
genset Property
x
Studio Equipment Kamera
3 Unit
Lensa
3 Unit
Tripod
2 Unit
Lampu
1 Set
x
Rp. 0,-
x 2 Hari
Rp. 0,-
Rp. 87.500,-
x 2 Hari
Rp. 175.000,-
x
Rp. 30.000,-
x 2 Hari
Rp. 120.000,-
x
Rp 0,-
x 2 Hari
Rp. 0,-
LED Portable Clip On
2 Unit
Boom
1 Unit
Battre
6 Unit
Rp 62.500,x
2 Hari
Rp. 125.000,-
Rp 0,-
x 2 Hari
Rp. 0,-
Rp 20.000,-
x 2 Hari
Rp. 40.000,-
70 Crew Produser
1 Orang
x Rp. 0,-
Rp. 0,-
Cameraman
2 Orang
x Rp. 125.000
Audio Man
1 Orang
x Rp. 0,-
Host
1 Orang
x Rp. 125.000,-
x 2 Hari
Rp. 250.000
Narasumber
1 Orang
x Rp. 400.000
x 2 Hari
Rp. 800.000
x 2 Hari
Rp. 500.000 Rp. 0,-
C. Pasca Production Personal Produser
1 Orang
x Rp. 0,-
Rp.0,-
Editor
1 Orang
x Rp. 0,-
Rp. 0,-
Summary
1 episode
Sub Total
Rp.2.790.000,Rp.2.790.000,-
Sumber : dok. Pribadi
5.3.
Simpulan Program features how to do it ( kiat ) bukanlah sebuah program yang
sempurna didalam tahapan pembuatannya. Banyak hal yang harus diperbaiki dalam proses produksi program Musika Talk. Mulai dari proses pra produksi, produksi dan pasca produksi. Dalam memproduksi sebuah program features televisi butuh yang namanya perencanaan yang baik dan benar. Produksi siaran televisi akan membuahkan hasil yang bagus jika saat melakukan pra produksi, produksi dan pasca produksi mengikuti sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan. Hal ini diperlukan agar mempermudah berjalannya proses produksi acara tersebut. Untuk membuat sebuah program yang dapat disukai oleh masyarakat butuh kerja sama mulai dari produser, Camera person, editor dan crew lain yang ikut terlibat. Pada tahapan pra produksi, tim produksi mengalami beberapa kendala seperti terjadi kesulitan dalam memilih seorang narasumber yang sesuai dengan jadwal yang
71 sudah ditentukan oleh tim produksi. Kurangnya informasi tentang siapa narasumber yang memiliki jadwal senggang untuk dihubungi membuat tim produksi menjadi terburu-buru dalam menentukan narasumber yang cocok. Pada tahap produksi, tim melakukan shooting dalam waktu dua hari, karena pada shooting hari pertama pencahayaan dari studio yang digunakan kurang sehingga membuat gambar menjadi terlihat gelap. Wardrobe yang digunakan oleh host juga terlalu old school, selanjutnya kendala yang di temukan adalah pengambilan gambar dari kamera master terlihat monoton dan terlalu resmi. Akhirnya dengan pertimbangan dan diskusi dari tim produksi, diputuskan untuk melakukan shooting ulang. Di hari kedua, tim produksi tetap mengalami beberapa kendala yang tidak terduga seperti, kabel dari clip on yang digunakan rusak dan salah satu camera person tidak bisa hadir. Akibat dari tidak digunakannya clip on menjadi kendala tersendiri untuk editor dalam proses editing. Karena pada akhirnya tim produksi mengantisipasi audio agar tetap terdengar jelas dengan menggunakan alat perekam yaitu gadget ( iphone ) yang membuat editor harus menyesuaikan volume suara antara host, narasumber dan suara drum.
5.4
Saran Penggabungan dan penyelarasan gambar yang dilakukan oleh seorang editor
menjadi suatu element penting untuk membuat sebuah program features agar menjadi menarik dan tidak membosankan. Penambahan backsound , variasi layer dan coloring perlu dilakukan agar menarik penonton untuk menyaksikan program tersebut. Berdasarkan analisa dan pembahasan pembuatan karya yang dilakukan penulis, program features “Musika Talk” telah diproduksi sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan dan dibuat, meskipun ada beberapa kendala yang tidak diduga, penulis tetap mengantisipasi hal tersebut agar tetap sesuai dengan rencana dan tujuan awal. Karya akhir ini yang masih memiliki banyak kekurangan. Mahasiswa/I harus banyak belajar lebih dalam mengenai dunia penyiaran (broadcasting) agar dapat membuat konsep yang kreatif, imajinatif, dan inovatif untuk dijadikan program televisi yang berbobot dan tetap menghibur. Selain itu mahasiswa/I harus pintar
72 dalam memaksimalkan suatu budget agar dalam proses syuting berlangsung tidak terjadi hal-hal diluar dugaan. Begitu juga dengan masyarakat, Editor berharap penonton dapat memilih program yang berunsur informatif, edukatif, dan menghibur. Oleh karena itu Editor sebagai penulis dan pembuat karya akhir memerlukan kritik dan saran dari berbagai pihak lainnya agar di lain kesempatan Editor dapat menghasilkan karya yang lebih baik.