BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Langkah-Langkah Evaluasi Analisis investasi TI dengan menggunakan metode Information Economics
meliputi domain keuangan yang terdiri dari cost benefit analisis, value linking, value acceleration, dan value restructuring, domain bisnis yang terdiri dari strategic match, competitive advantage, management information, competitive response, dan project or organizational risk, dan domain teknologi terdiri dari defenitional uncertainty, technical uncertainty, strategic information system architecture dan IS Infrastructure risk. Hasil akhir tersebut akan disajikan didalam tabel Information Economics Score Card yang akan menunjukan skor akhir dalam investasi KHON-V03 pada PT. KAHA. Yang akan menujukan pada kuadran Corporate Value mana PT.KAHA berada.
4.2
Evaluasi dengan Metode Information Economics
4.2.1
Evaluasi Domain Keuangan
4.2.1.1 Cost Benefit Analysis (CBA) Teknik analisis cost benefit merupakan pengukur yang umum dalam menaksir alternatif dan menentukan hasil. Pada analisis investasi sistem yang telah diterapkan akan dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan untuk investasi sistem tersebut.
80
81 Biaya pengembangan proyek TI terdiri dari biaya pembelian hardware, software, biaya jaringan, pembelian kabel komputer, pemasangan kabel LAN, pembelian toner atau tinta printer, dan alat tulis kantor. Secara keseluruhan biaya investasi dalam persiapan pengembangan proyek TI pada PT. KAHA adalah sebesar Rp.498.825.000,-. Biaya berjalan yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional penerapan TI pada PT. KAHA adalah: pada tahun 2006 sebesar Rp.143.500.000,- pada tahun 2007 sebesar Rp.177.000.000,- dan pada tahun 2008 sebesar Rp.194.000.000,-. Seluruh perhitungan-perhitungan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini :
82
Gambar 4.1
Cost Benefit Analysis (CBA) selama 3 tahun (sumber : PT.KAHA)
83 Net Present Value = (Biaya Awal) + NCI-1 + NCI-2 + NCI-3 ( 1 + i )1 ( 1 + i ) 2 ( 1 + i ) 3 = (498.825.000) + 174.676.500 + 186.716.000 + 264.395.000 ( 1 + 0,1 )1
( 1 + 0,1 )2
( 1 + 0,1 )3
= (498.825.000)+ 158.796.818,2+ 154.310.743,8+ 198.643.876,8 = (498.825.000) + 511.751.438,9 = 12.926.439
* Keterangan : Seluruh angka diatas diperoleh dari perhitungan yang ada di gambar 4.1 NCI : Net cash inflow i : Interest (10%)
Berdasarkan gambar 4.1 diperoleh net cash inflow pada tahun 2006 Rp.174.676.500, pada tahun 2007 Rp.186.716.000 dan pada tahun 2008 Rp.264.395.000. Hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan antara total peningkatan dengan total penghematan tahun terkait, kemudian dikurangi dengan total biaya berjalan tahun tersebut. Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa hasil net present value (NPV) adalah positif, maka proyek investasi sistem informasi pada PT. KAHA dapat diterima dan dapat diterapkan. Karena Net Present Value (NPV) merupakan metode untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek investasi. Bila hasil NPV bernilai positif maka proyek investasi tersebut dapat diterima dan diterapkan, tetapi bila hasil NPV tersebut negatif maka proyek investasi tersebu tidak dapat diterima dan tidak dapat diterapkan.
84 Discounted Payback Period
=n+a-b c–b 2 + 498.825.000 - 190.466.000 x 1tahun 264.645.000 - 190.466.000 2 + 308.359.000 x 1tahun 74.179.000 2 + 4,16 2 Tahun 4 Bulan
* Keterangan : Seluruh angka diatas diperoleh dari perhitungan yang ada di gambar 4.1 n : Tahun terakhir, dimana jumlah arus kas masih belum dapat menutupi investasi awal a : jumlah investasi awal b : jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n c : jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa payback period untuk proyek KHON-V03 pada PT. KAHA dapat menggembalikan biaya awal investasi proyek investasi sistem informasi setelah 2 tahun 4 bulan diimplementasikannya proyek investasi sistem informasi tersebut.
Net Present Value Invesment = Total Discounted Net Cash Inflow - Biaya awal 568.897.727 - 498.825.000 70.072.727
85 4.2.1.1 Value Linking Ketersediaan tiket yang dijual dan pelayanan yang baik tentu dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, sehingga kepuasan terhadap pelanggan pun dapat tercapai. Hal ini akan menambah baik citra perusahaan dimata pelanggannya. Namun hal ini belum dapat terwujud ketika perusahaan masih menggunakan sistem secara manual. Sebelumnya bagian keuangan memperoleh informasi yang kurang up to date dari bagian ticketing atas transaksi yang terjadi dalam setiap harinya, hal ini terjadi karena tidak onlinenya bagian ticketing dengan bagian keuangan. Biasanya bagian ticketing hanya melaporkan keuangannya sekali dalam satu minggu. Menurut laporan yang ada, pembatalan terjadi satu kali dalam satu bulan. Pada tahun 2006 perusahaan memperkirakan kerugian karena pembatalan transaksi dengan total kerugian yang dialami perusahaan dalam setahun sebesar Rp.301.000.000,- dikarenakan perusahaan belum menerapkan sistem informasi dan masih menerapkan sistem manual yang tidak update maka perusahaan mengalami pembatalan penjualan oleh pelanggan yang sebelumnya keuntungan yang seharusnya didapatkan adalah sebesar 15% dari omeset penjualan. Setelah
perusahaan
mengimplementasikan
proyek
KHON-V03,
perusahaan tidak mengalami lagi kerugian akibat pembatalan pembelian. Karena tidak terjadi pembatalan lagi, maka perusahaan tidak perlu mengalami kerugian sebesar 15% dari omset penjualan per tahunnya.
86 Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Total
Rp. 301.000.000 Rp. 391.000.000 Rp. 421.000.000
Rp. 1.113.000.000
Tabel 4.1 Kerugian pembatalan tiket dengan sistem manual (PT.KAHA)
4.2.1.2 Value Acceleration Dengan sistem manual pada waktu sebelum sistem KHON-V03 diterapkan pada PT. KAHA, para pegawai di bidang keuangan harus bekerja lebih lama karena lambatnya proses pembuatan laporan keuangan di saat masih menggunakan sistem manual. Namun setelah pengimplementasian proyek KHON-V03 maka bagian keuangan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyiapkan laporan keuangan,
sehingga
dikeluarkan
untuk
perusahaan upah
dapat
lembur
mereduksi pegawai
biaya-biaya keuangan
pengimplementasian KHON-V03.
No.
Tahun
1.
2006
Rp. 10.000.000
Rp. 10.000.000
2.
2007
Rp. 12.000.000
Rp. 12.000.000
3.
2008
Rp. 14.000.000
Rp. 14.000.000
Total
Biaya Lembur
Jumlah
Rp. 36.000.000
Tabel 4.2 Value Acceleration (Sumber : PT. KAHA)
yang
sebelum
87 4.2.1.3 Value Restructuring Penambahan Biaya Gaji Nilai yang dihitung dalam value restructuring adalah perubahan karyawan di dalam perusahaan selajan dengan pengimplementasian investasi TI. Hal ini dilakukan untuk mendukung implementasi yang dilakukan oleh PT. KAHA.
Jabatan StaffTTI
Jam kerja/ hari 8 Jam
Jam kerja/ bulan 160 Jam
Gaji / bulan Rp. 2.500.000
Tabel 4.3 Gaji/bulan staff TI (Sumber : PT. KAHA)
Berdasarkan informasi pada tabel diatas, maka dapat kita lihat peningkatan biaya yang disebabkan oleh penambahan jumlah pegawai. Maka dari itu, jumlah biaya gaji yang harus dibayarkan akan meningkat sebesar Rp.2.500.000/ bulan atau Rp.30.000.000/tahun.
Lembar Dampak Ekonomis A
Rp.498.825.000
Biaya Investasi Pengembangan Sistem
B
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Value Linking
Rp.301.000.000
Rp.391.000.000
Rp.421.000.000
Value Acceleration
Rp. 10.000.000
Rp. 12.000.000
Rp. 14.000.000
Value Restructuring
Rp. 30.000.000
Rp. 60.000.000
Rp. 66.000.000
Pengurangan Biaya
Rp. 7.800.000
Rp. 9.000.000
Rp. 15.000.000
= Pendapatan
Rp.348.800.000
Rp.472.000.000
Rp.516.000.000
( - ) Biaya Berjalan
Rp.143.500.000
Rp.177.000.000
Rp.194.000.000
= Net Cash Flow
Rp.205.300.000
Rp.295.000.000
Rp.322.000.000
ROI
(Rp.822.300.000/3/ Rp.558.825.000) x 100%
Sebelum Pajak
C
Rp.822.300.000 54,95 %
Tabel 4.4 Lembar Dampak Ekonomis ROI Scoring Economic Impact Score 0 1 2 3 4 5
Simple ROI Zero to Less 1% - 299% 300% - 499% 500% - 699% 700% - 899% Over 88
89 Dari tabel 4.4 dapat diperoleh hasil 54,95% untuk perhitungan dampak ekonimis ROI. Dari hasil tersebut dapat terlihat perubahan yang signifikan setelah penggunaan value linking, value acceleration, dan value restructuring. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan value linking, value acceleration, dan value restructuring memberikan manfaat yang cukup berpengaruh untuk peningkatan return on investment (ROI) pada perusahaan.
4.2.3
Evaluasi Domain Bisnis Pada sub bab ini akan dibahas mengenai nilai dan resiko yang
didasarkan atas keadaan organisasi saat ini dan nilai faktor-faktor yang berhubungan dengan domain bisnis PT. KAHA. Penilaian faktor domain bisnis pada PT. KAHA didasarkan pada hasil kuesioner-kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh pihak manajemen PT. KAHA yang berkaitan dengan domain bisnis. Karena para pimpinan dalam bidang bisnis yang mengetahui apakah TI dirasakan sesuai tidaknya dengan tujuan jangka panjang perusahaan, apakah TI mendukung persaingan, apakah setelah diimplementasikannya sistem informasi berbasis TI para manajer merasa didukung oleh sistem tersebut. Penilaian ini ditujukkan untuk mengevaluasi kesesuaian antara aplikasi KHON-V03 dengan kondisi pada perusahaan. Partisipasi dari kuesioner domain bisnis adalah mereka yang mengerti tentang masalah strategi bisnis perusahaan.
90 Dalam domain bisnis terdapat 4 bagian yang terdiri dari : Strategic Match, Competitive Advantage, Management Information, Competitive Responese, Project Organization Risk.
Gambar 4.2 skor responden dari domain bisnis (sumber : kuesioner)
4.2.2.1 Strategic Match Faktor ini berhubungan dengan sejauh mana TI sangatlah berperan penting dalam membantu perusahaan mencapai tujuan memalui strategi-strategi bisnis yang telah ditetapkan oleh manajemen. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada pimpinan cabang, manajer marketing, manajer keuangan, manajer reservation dan manajer wholesaler (lihat gambar 4.2, baris 1, strategic match). Maka dapat diperoleh hasil pimpinan cabang mengisi kuesioner ini sebesar 5, manajer marketing mengisi kuesioner ini sebesar 4, manajer keuangan mengisi kuesioner ini sebesar 4, manajer reservation mengisi kuesioner ini sebesar 4 dan manajer wholesaler mengisi kuesioner ini sebesar 5, sehingga total skor menjadi 22. Dari
91 total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (22/5), sehingga dapat diperoleh skor ratarata 4,4. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan : a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada strategic match adalah sebesar 4. b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih oleh responden. Nilai maksimal pada strategic match adalah sebesar 5. c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi pada strategic match adalah sebesar 0,547722558. d. Modus yaitu skor yang paling sering dipillih oleh responden. Nilai modus pada strategic match adalah sebesar 4. Seperti yang dijelaskan di atas strategic match memperoleh skor 4, yang menggambarkan investasi teknologi informasi dengan menggunakan komputer mempunyai hubungan langsung terhadap pencapaian tujuan strategis perusahaan.
92 4.2.2.2 Competitive Advantage Faktor ini berhubungan dengan sejauh mana TI merupakan salah satu faktor penting penunjang kinerja perusahaan yang nantinya akan menunjang perusahaan agar mampu bersaing dengan para kompetitornya di masa yang akan datang. Karena PT.KAHA melihat bahwa penerapan TI dalam perusahaan mereka merupakan salah satu penunjang kinerja bisnis perusahaan di samping faktorfaktor lain dalam perusahaan yang dapat menunjang kinerja seperti besarnya biaya yang dapat dikurangi, diferensiasi produk, cost avoidance. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada pimpinan cabang, manajer marketing, manajer keuangan, manajer reservation dan manajer wholesaler (lihat gambar 4.2, baris 2, competitive advantage). Maka dapat diperoleh hasil pimpinan cabang mengisi kuesioner ini sebesar 3, manajer marketing mengisi kuesioner ini sebesar 5, manajer keuangan mengisi kuesioner ini sebesar 5, manajer reservation mengisi kuesioner ini sebesar 4 dan manajer wholesaler mengisi kuesioner ini sebesar 4, sehingga total skor menjadi 21. Dari total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (21/5), sehingga dapat diperoleh skor rata-rata 4,2. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan :
93 a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada competitive advantage adalah sebesar 3. b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih oleh responden. Nilai maksimal pada competitive advantage adalah sebesar 5. c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi
pada
competitive
advantage
adalah
sebesar
0,836660027. d. Modus yaitu nilai/ skor yang paling sering dipillih oleh responden. Nilai modus pada competitive advantage adalah sebesar 5. Seperti yang dijelaskan di atas competitive advantage memperoleh skor 4, yang menggambarkan investasi teknologi informasi dengan menggunakan komputer menyediakan akses keluar atau pertukaran data yang cukup banyak dan secara substansial meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan menyediakan tingkat pelayanan yang lebih baik dari pada para pesaing.
94 4.2.2.3 Management Information Faktor ini berhubungan dengan kemampuan menggunakan TI adalah agar perusahaan mampu memperoleh informasi dengan cepat dan akurat guna membantu manajerial menciptakan suatu keputusan strategis yang dapat menguntungkan perusahaan baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang ke depan. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada pimpinan cabang, manajer marketing, manajer keuangan, manajer reservation dan manajer wholesaler (lihat gambar 4.2, baris 3, management information). Maka dapat diperoleh hasil pimpinan cabang mengisi kuesioner ini sebesar 4, manajer marketing mengisi kuesioner ini sebesar 4, manajer keuangan mengisi kuesioner ini sebesar 5, manajer reservation mengisi kuesioner ini sebesar 4 dan manajer wholesaler mengisi kuesioner ini sebesar 2, sehingga total skor menjadi 19. Dari total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (19/5), sehingga dapat diperoleh skor rata-rata 3,8. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan : a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada management information adalah sebesar 2.
95 b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih oleh responden. Nilai maksimal pada management information adalah sebesar 5. c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi pada management information adalah sebesar 1,095445115. d. Modus yaitu nilai/ skor yang paling sering dipillih oleh responden. Nilai modus pada management information adalah sebesar 4. Seperti yang dijelaskan di atas Management Information memperoleh skor 4, yang menggambarkan investasi teknologi dengan
menggunakan
komputer
penting
untuk
menciptakan
management Information dimasa mendatang.
4.2.2.4 Competitive Responese Faktor ini berhubungan dengan tingkat kegagalan yang dapat diakibatkan terhadap kemampuan bersaing perusahaan. Sebelum menggunakan TI untuk menunjang proses bisnisnya, perusahaan menggunakan sistem manual dalam melaksanakan semua kegiatan
96 operasionalnya. Penggunaan sistem yang manual ini sangatlah menghambat kegiatan operasional perusahaan, dan tidak jarang juga sangat menghambat respon yang diberikan baik pada supplier maupun pada customer mereka. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada pimpinan cabang, manajer marketing, manajer keuangan, manajer reservation dan manajer wholesaler (lihat gambar 4.2, baris 4, competitive responese). Maka dapat diperoleh hasil pimpinan cabang mengisi kuesioner ini sebesar 3, manajer marketing mengisi kuesioner ini sebesar 3, manajer keuangan mengisi kuesioner ini sebesar 2, manajer reservation mengisi kuesioner ini sebesar 3 dan manajer wholesaler mengisi kuesioner ini sebesar 2, sehingga total skor menjadi 13. Dari total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (13/5), sehingga dapat diperoleh skor rata-rata 2,6. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan : a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada competitive responese adalah sebesar 2. b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih oleh responden. Nilai maksimal pada competitive responese adalah sebesar 3.
97 c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi
pada
competitive
responese
adalah
sebesar
0,547722558. d. Modus yaitu nilai/ skor yang paling sering dipillih oleh responden. Nilai modus pada competitive responese adalah sebesar 3. Seperti yang dijelaskan di atas competitive responese memperoleh skor 3, yang menggambarkan jika investasi teknologi dengan menggunakan komputer ditunda, perusahaan tetap mampu memberikan respon terhadap perusahaan yang diperlukan tanpa mempenggaruhi kompetitif perusahaan walaupun kekurangan sistem yang baru, perusahaan secara subtansial tidak kehilangan kecepatan dan keefektifan dalam lingkungan kompetitif.
4.2.2.5 Project Organization Risk Faktor ini berfokus pada keadaan dimana sebuah perusahaan telah memiliki perencanaan yang baik dan cukup strategis dalam pelaksanaan implementasi TI, serta memiliki manajemen yang cukup
98 mamadai untuk menangani apabila terdapat perubahan perencanaan bisnis di suatu waktu. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada pimpinan cabang, manajer marketing, manajer keuangan, manajer reservation dan manajer wholesaler (lihat gambar 4.2, baris 5, Project organizational risk). Maka dapat diperoleh hasil pimpinan cabang mengisi kuesioner ini sebesar -4, manajer marketing mengisi kuesioner ini sebesar -2, manajer keuangan mengisi kuesioner ini sebesar -3, manajer reservation mengisi kuesioner ini sebesar -1 dan manajer wholesaler mengisi kuesioner ini sebesar -3, sehingga total skor menjadi -13. Dari total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (-13/5), sehingga dapat diperoleh skor rata-rata -2,6. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan : a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada project organizational risk adalah sebesar -4. b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih oleh responden. Nilai maksimal pada project organizational risk adalah sebesar -1. c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan
99 responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi pada project organizational risk adalah sebesar 1,140175425. d. Modus yaitu nilai/ skor yang paling sering dipillih oleh responden. Nilai modus pada project organizational risk adalah sebesar -3. Seperti yang dijelaskan di atas project organizational risk memperoleh skor -3, yang menggambarkan bahwa project organizational risk menyebabkan perbedaan dengan pangsa pasar. Meskipun akan mengganggu, tetapi para pemasok dan pelanggan akan merasakan keuntungan jangka panjang. Tidak terdapat faktor eksternal yang menekan kebijakan, hal ini yang menyebabkan keuntungan jangka pendek bagi perusahaan.
4.2.3
Evaluasi Domain Teknologi Untuk faktor-faktor domain teknologi, penilaian faktor domain
teknologi pada PT. KAHA didasarkan pada hasil kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh pimpinan bidang TI, staff senior bidang TI, staff TI dan staff non-TI. Karena mereka yang mengerti dan berkaitan langsung dengan proyek aplikasi KHON-V03 pada PT. KAHA.
100 Dalam domain Uncertainty,
Technical
teknologi,
yang
Uncertainty,
terdiri
Strategic
dari IS
:
Definitional
Architecture,
IS
Infratructure Risk.
Gambar 4.3 skor responden dari domain teknologi (sumber : kuesioner)
4.2.3.1 Definitional Uncertainty Faktor ini berfokus pada resiko yang mungkin timbul dari ketidakpastian yang mungkin timbul dari suatu kebutuhan, pasti akan membuat para personil TI kesulitan untuk menyediakan jawabannya dan solusi yang tepat bagi para user. Kondisi ini dapat mengakibatkan
terganggunya
bahkan
terhambatnya
kegiatan
operasional dan fungsi bisnis dari perusahaan. Karena kebutuhan user akan suatu informasi sudah dapat diidentifikasikan dengan tepat. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada Pimpinan bidang TI, staff senior bidang TI, staff TI, staff reservasi dan staff keuangan (lihat gambar 4.3, baris 1, definitional uncertainty). Maka dapat diperoleh hasil pimpinan bidang TI mengisi kuesioner ini sebesar -2, staff senior bidang TI mengisi
101 kuesioner ini sebesar -3, staff TI mengisi kuesioner ini sebesar -2, staff reservasi mengisi kuesioner ini sebesar -1 dan staff keuangan mengisi kuesioner ini sebesar -2, sehingga total skor menjadi -10. Dari total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (-10/5), sehingga dapat diperoleh skor rata-rata -2. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan : a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada definitional uncertainty adalah sebesar -3. b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih oleh responden. Nilai maksimal pada definitional uncertainty adalah sebesar -1. c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi
pada
definitional
uncertainty
adalah
sebesar
0,707106781. d. Modus yaitu nilai/ skor yang paling sering dipillih oleh responden. Nilai modus pada definitional uncertainty adalah sebesar -2.
102 Seperti yang dijelaskan di atas definitional uncertainty memperoleh skor -2, yang menggambarkan bahwa definitional uncertainty mempunyai persyaratan yang cukup jelas, spesifikasinya cukup jelas, area yang telah ditelaah jelas dan memiliki probabilitas perubahan non rutin yang masuk akal.
4.2.3.2 Technical Uncertainty Technical uncertainty yaitu faktor yang menilai kesiapan dari domain teknologi untuk menjalankan proyek. Empat penilaian yang terpisah meliputi: pengetahuan yang diinginkan, ketergantungan hardware, ketergantungan software, dan aplikasi software. Tujuan dari penilaian ini tidak dapat menegaskan resiko penolakan perencanaan. Maksudnya, mengakui resiko dan menegaskan persiapan dan kesiapan yang dibutuhkan untuk kesuksesan proyek. Kepastian adalah sesuatu yang negatif. Technical uncertainty yang tertinggi adalah nilai yang paling negatif dari hasil evaluasi. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada Pimpinan bidang TI, staff senior bidang TI, staff TI, staff reservasi dan staff keuangan (lihat gambar 4.3, baris 2, technical uncertainty). Maka dapat diperoleh Pimpinan bidang TI mengisi kuesioner ini sebesar -2, staff senior bidang TI mengisi kuesioner ini sebesar -2, staff TI mengisi kuesioner ini sebesar -2, staff reservasi mengisi kuesioner ini sebesar -3 dan staff keuangan mengisi kuesioner ini sebesar -2, sehingga
103 total skor menjadi -11. Dari total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (-11/5), sehingga dapat diperoleh skor rata-rata -2,2. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan : a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada technical uncertainty adalah sebesar -3. b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih oleh responden. Nilai maksimal pada technical uncertainty adalah sebesar -2. c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi
pada
technical
uncertainty
adalah
sebesar
0,447213595. d. Modus yaitu nilai/ skor yang paling sering dipillih oleh responden. Nilai modus pada technical uncertainty adalah sebesar -2. Seperti yang dijelaskan di atas technical uncertainty memperoleh skor -2, yang menggambarkan bahwa technical uncertainty memerlukan beberapa ketrampilan baru yang dibutuhkan
104 bagi staf dan manajemen. Technical uncertainty bergantung kepada perangkat keras yang sudah ada dan sudah diuji, tetapi tidak beroperasi. Technical uncertainty juga bergantung kepada perangkat lunak yang dibutuhkan dalam beberapa antar muka, antar piranti lunak dan mungkin membutuhkan pemrograman yang kompleks. Technical uncertainty mempunyai program tersedia secara komersial namun membutuhkan modifikasi yang cukup banyak atau program sudah tersedia dalam organisasi, namun membutuhkan modifikasi yang banyak atau piranti lunak akan dibangun sendiri dengan kompleksitas yang minimal tetapi pemrograman yang agak kompleks. Technical uncertainty membutuhkan teknik pemrograman khusus,
sehingga
dibutuhkan
suatu
keahlian
khusus.
Jika
dibandingkan dengan aplikasi yang ada di organisasi, sistem ini memiliki tingkat kesulitan menengah. Sistem ini merupakan aplikasi dengan ukuran medium sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangunnya.
4.2.3.3 Strategy IT Architecture Faktor ini berfokus pada penerapan TI harus mampu menunjang sistem informasi secara keseluruhan untuk merefleksikan rencana TI yang akan dan ingin dicapai oleh perusahaan. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada Pimpinan bidang TI, staff senior bidang TI, staff TI, staff reservasi dan staff keuangan
105 (lihat gambar 4.3, baris 3, Strategic Information Technology Architecture). Maka dapat diperoleh hasil Pimpinan bidang TI mengisi kuesioner ini sebesar 3, staff senior bidang TI mengisi kuesioner ini sebesar 4, staff TI mengisi kuesioner ini sebesar 2, staff reservasi mengisi kuesioner ini sebesar 3 dan staff keuangan mengisi kuesioner ini sebesar 3, sehingga total skor menjadi 15. Dari total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (15/5), sehingga dapat diperoleh skor ratarata 3. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan : a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada strategic information technology architecture adalah sebesar 2. b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih oleh responden. Nilai maksimal pada strategic information technology architecture adalah sebesar 4. c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi pada strategic information technology architecture adalah sebesar 0,707106781.
106 d. Modus yaitu nilai/ skor yang paling sering dipillih oleh responden.
Nilai
modus
pada
strategic
information
technology architecture adalah sebesar 3. Seperti yang dijelaskan di atas strategic information technology architecture memperoleh skor 3, yang menggambarkan bahwa strategic information technology
architecture memiliki
investasi teknologi informasi dengan menggunakan komputer yang dibangun, yang merupakan bagian integral dari perencanaan strategi sistem informasi perusahaan, dan memiliki payoff hasil yang cukup, bahkan merupakan hasil prasyarat bagi investasi lain yang terdapat dalam perencanaan strategis sistem informasi perusahaan, tetapi agak terkait dengan prasyarat investasi lainnya.
4.2.3.4 IT Infrastructure Risk IS infrastructure risk menilai tingkatan dari yang bukan proyek kebutuhan investasi untuk membiayai proyek ini. Lingkupan yang dinilai termasuk faktor-faktor seperti data administrasi (seperti permintaan kamus data baru), komunikasi (contohnya bentuk dari kemampuan komunikasi yang diinginkan), dan sistem distribusi (seperti metode baru dari penilaian data yang diinginkan). Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada Pimpinan bidang TI, staff senior bidang TI, staff TI, staff reservasi dan staff keuangan (lihat gambar 4.3, baris 4, IT infrastructure risk). Maka dapat
107 diperoleh hasil Pimpinan bidang TI mengisi kuesioner ini sebesar -2, staff senior bidang TI mengisi kuesioner ini sebesar -2, staff TI mengisi kuesioner ini sebesar -3, staff reservasi mengisi kuesioner ini sebesar -1 dan staff keuangan mengisi kuesioner ini sebesar 0, sehingga total skor menjadi -8. Dari total skor dapat diperoleh skor rata-rata dengan cara total skor dibagi dengan jumlah responden (8/5), sehingga dapat diperoleh skor rata-rata -1,6. Dari data di atas dapat diperoleh kesimpulan : a. Nilai minimal yaitu nilai/ skor yang paling kecil yang dipillih oleh responden. Nilai minimal pada IT infrastructure risk adalah sebesar -3. b. Nilai maksimal yaitu nilai/ skor yang paling besar yang dipillih
oleh
responden.
Nilai
maksimal
pada
IT
infrastructure risk adalah sebesar 0. c. Strandar deviasi yaitu nilai/ skor yang menunjukkan keseragaman skor yang dipilih oleh responden, semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan ketidak seragaman pilihan responden. Sedangkan semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan keseragaman pilihan responden. Nilai standar deviasi
pada
1,140175425.
IT
infrastructure
risk
adalah
sebesar
108 d. Modus yaitu nilai/ skor yang paling sering dipillih oleh responden. Nilai modus pada IT infrastructure risk adalah sebesar -2. Seperti yang dijelaskan di atas IT Infrastructure risk memperoleh skor -2, yang menggambarkan bahwa IT infrastructure risk membutuhkan sedikit perubahan pada beberapa investasi berikutnya untuk integrasi lebih lanjut atas investasi teknologi informasi dengan menggunakan komputer kedalam mainstream dari lingkungan sistem informasi.
4.3
Corporate Value Dalam corporate value dilakukan pembobotan terhadap nilai dan resiko dari
investasi teknologi yang diterapkan oleh PT. KAHA. Pembobotan penilain tersebut disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba/keuntungan, kemampuan bersaing serta tingkat dukungan teknologi terhadap perusahaan tersebut. Dengan melihat kondisi perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa PT.KAHA berada pada kuadran B, yaitu kuadran strategis, dimana hal ini tidak hanya menunjukan bahwa sisi bisnis perusahaan saja yang kuat namun menunjukan bahwa sisi teknologi perusahaan juga kuat karena semua kegiatan bisnis perusahaan dilakukan dengan menggunakan TI yang sangat memadai.
109 Kuadran A
Kuadran B
INVESTASI
STRATEGIS
Kuat
Kuadran B
Garis Bisnis Tingkat dimana bisnis menguntungkan, kompetitif, sehat dan kuat
Kuadran C BREAKTHROUGH
Lemah
INFRASTRUKTUR MANAGEMENT Kuat
Lemah
Dukungan Komputer Tingkat dimana dukungan komputer saat ini kuat dan efektif
Gambar 4.4 Matriks Keterkaitan Bisnis dan Teknologi PT. KAHA
Sistem pembobotan nilai yang terdapat dalam kuadran B ”Strategis” dalam teori information economics mempunyai standart sebagai berikut :
4.3.1
Return On Investment (ROI) Return on investment adalah pengkuran atas tingkat pengembalian
suatu investasi kapada perusahaan. Managemen organisasi mamandang faktor ini penting dalam mengtahui layaknya suatu investasi TI yang diimplementasikan oleh perusahaan. Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan ROI yaitu +2.
110 4.3.2
Domain Bisnis Corporate Value 4.3.2.1 Strategic Match Penggunaan
teknologi
informasi
pada
PT.
KAHA
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan mencapai tujuan melalui strategi-strategi bisnis yang telah ditetapkan oleh managemen. Selain itu teknologi informasi pada PT. KAHA juga membantu perusahaan memperkirakan rencana-rencana ke depan berdasarkan laporan yang dihasilkan dalam jangka waktu yang cepat. Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan strategic match adalah 4.
4.3.2.2 Competitive Advantage Bagi PT. KAHA Penggunaan teknologi informasi dapat menunjang kinerja perusahaan. Sehingga, membuat perusahaan mampu bersaing dengan para kompetitornya, selain itu Penerapan teknologi informasi dalam perusahaan juga menunjang kinerja bisnis perusahaan. Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan competitive advantage adalah 6.
4.3.2.3 Management Information Dengan
adanya
penerapan
teknologi
informasi
pada
PT.KAHA, perusahaan mampu memperoleh informasi dengan cepat dan akurat guna membantu pihak managemen dalam memciptakan
111 suatu keputusan strategis yang dapat menguntungkan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka waktu panjang ke depan. Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan Management Information adalah 2.
4.3.2.4 Competitive Response Sebelum PT. KAHA menggunakan TI untuk menunjang proses bisnisnya, perusahaan menggunakan sistem manual dalam melaksanakan semua kegiatan operasionalnya. Penggunaan sistem yang manual ini sangatlah menghambat kegiatan operasional perusahaan, dan tidak jarang juga sangat menghambat respon yang diberikan baik pada supplier maupun pada customer mereka. Managemen merespon hal tersebut dengan mengimplementasikan sistem komputerisasi yang dapat mendukung kegiata perusahaan. Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan competitive response adalah 4.
4.3.2.5 Project Organization Risk Penerapan teknologi informasi pada PT. KAHA membantu pihak manajemen untuk menangani apabila terdapat perubahan perencanaan bisnis di suatu waktu. Dengan adanya penerapan TI perusahaan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat
112 terhadap perubahan yang mungkin terjadi. Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan project organization risk adalah -1.
4.3.3
Domain Teknologi Corporate Value 4.3.3.1 Definitional Uncertainty Bagi PT. KAHA resiko yang timbuk karena adanya kertidakpastian akan kebutuhan pasti dapat membuat menejemen menjadi kesulitan menyediakan jawaban yang tepat untuk direktur. Kondisi ini dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan oprasional parusahaan. Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan definitional uncertainty adalah -2.
4.3.3.2 Technical Uncertainty PT. KAHA telah mempersiapkan dengan baik perencanaan dan pengimplentasian teknologi informasi secara teknis, untuk menilai kesiapan dari domain teknologi untuk menjalankan proyek. Empat penilaian yang terpisah meliputi: pengetahuan yang diinginkan, ketergantungan hardware, ketergantungan software, dan aplikasi software. Tujuan dari penilaian ini tidak dapat menegaskan resiko penolakan perencanaan. Maksudnya, mengakui resiko dan menegaskan persiapan dan kesiapan yang dibutuhkan untuk kesuksesan proyek. Kepastian adalah sesuatu yang negatif. Technical uncertainty yang tertinggi, yang paling negatif dari hasil evaluasi.
113 Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan technical uncertainty adalah -1. Yang menggambarkan bahwa teknologi yang telah diinvestasikan dan digunakan dalam perusahaan sangat sedikit hubungannya dengan technical uncertainty.
4.3.3.3 Strategic IT Architecture Penerapan teknologi informasi pada PT. KAHA harus dapat mendukung strategi system informasi secara keseluruhan untuk mencerminkan
rencana
informasi
yang
ingin
dicapai
oleh
perusahaan. Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan Strategic IT Architecture adalah 1.
4.3.3.2 IT Infrastructure Risk Pada faktor IT strategic risk ini PT. KAHA menilai tingkatan dari yang bukan proyek kebutuhan investasi untuk membiayai proyek ini. Lingkupan yang dinilai termasuk faktor-faktor seperti data administrasi (seperti permintaan kamus data baru), komunikasi (contohnya bentuk dari kemampuan komunikasi yang diinginkan), dan sistem distribusi (seperti metode baru dari penilaian data yang diinginkan). Pada posisi kuadran B ”Strategis” nilai pembobotan IT Infrastructure risk adalah 1.
114 4.4
Ringkasan Hasil Pembobotan Ringkasan hasil pembobotan dan pemberian skor kuesioner dan pemberian
skor resiko untuk masing-masing domain, baik domain bisnis maupun domain teknologi dapat terlihat dari tabel 4.9 berikut ini : Skor
Corporate
Kuesioner
Value
Domain Bisnis a. Return on Investment (ROI)
2
b. Strategic Match
4
4
c. Competitive Advantage
4
6
d. Management Information
4
2
e. Compatitive Response
3
4
f. Project Organization Risk
-3
-1
g. Definitional Uncertainty
-2
-1
h. Technical Uncertainty
-1
-1
i. Strategic IT Architecture
3
3
j. IT Infrastructure Risk
-2
2
Total Values
18
20
Total Risk and Uncertainty
-8
-4
Domain Teknologi
Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Pembobotan
4.5
Nilai Proyek Maksimum Nilai proyek maksimum diperoleh dari pembobotan oleh perusahaan dikali
dengan skor maksimum dari kuesioner yaitu 5 (lima), dimana nilai positif dari domain teknologi dan domain bisnis itu dijumlahkan sehingga menjadi nilai
115 maksimum dalam skala pengukuran. Sedangkan nilai negatif dari domain bisnis dan domain teknologi dijumlahkan sehingga menjadi nilai minimum dalam skala pengukuran. Hasil dari penjumlahan nilai proyek maksimum akan digunakan dalam penentuan interval dalam skala pengukuran likert. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini : Domain
Weight
Maximum Score
Return on Investment (ROI)
2
10
Strategic Match
4
20
Competitive Advantage
6
30
Management Information
2
10
Compatitive Response
4
20
Strategic IT Architecture
3
15
IT Infrastructure Risk
2
10
Domain Bisnis (Maksimum)
Domain Teknologi (Maksimum)
Evaluasi •
Domain Bisnis : nilai positif maksimum
•
Domain Teknologi : nilai positif
90
25 maksimum
116 115
TOTAL NILAI MAKSIMUM Domain Bisnis (Minimum) -1
-5
Definitional Uncertainty
-1
-5
Technical Uncertainty
-1
-5
Project Organization Risk Domain Teknologi (Minimum)
Evaluasi •
Domain Bisnis : nilai minimum
-5
•
Domain Teknologi : nilai minimum
-10
TOTAL NILAI MINIMUM Tabel 4.6 Nilai proyek maksimum
-15
117 4.6
Information Economics Scorecard Setelah perhitungan ROI dilakukan langkah selanjutnya adalah memasukkan
skor pembobotan kelima faktor domain bisnis dan keempat faktor domain teknologi yang telah diperoleh dari hasil kuesioner, lalu masing-masing skor tersebut dimasukkan ke dalam scorecard (lembar penilain). Skor ini kemudian dikalikan dengan nilai relatif korporat untuk memperoleh bobot skor. Masing-masing bobot skor ini lebih lanjut dijumlahkan (nilai positif maupun nilai negatif) untuk mendapatkan total skor proyek.
Evaluasi
ROI
DB
DT
WS
ROI
SM
CA
MI
CR
OR
DU
TU
SA
IR
Factor
2
4
6
2
4
-1
-1
-1
3
2
DB
-
4
4
4
3
-3 -2
-1
3
-2
2
1
9
-4
DT WV
2
16
24
8
12
3
73
Tabel 4.7 Information Economics Scorecard
Keterangan : ROI
: Return On Investment
MI
: Management Information
DB
: Domain Bisnis
CR
: Competitive Response
DT
: Domain Teknologi
OR
: Project Organizational Risk
WV
: Weight Value
DU
: Definitional Uncertainty
WS
: Weighted Score
TU
: Technical Uncertainty
SM
: Strategic Match
SA
: Strategic IT Architecture
CA
: Competitive Advantage
IR
: IT Infrastructure Risk
118 Dari proses perhitungan dengan menggunakan information economics score card, dapat diketahui skor akhir proyek KHON-V03 adalah 73. Dimana skor yang didapat adalah untuk menilai seberapa besar pengaruh pengimplementasian aplikasi KHON-V03 bagi PT.KAHA. Nilai tersebut dimasukkan ke dalam skala likert dengan nilai maksimum dan nilai minimum dari tabel 4.7. Dari tabel 4.8 di atas diperoleh nilai maksimum adalah 115 dan skor minimum adalah -15. Besarnya pengaruh dari aplikasi KHONV03 bagi PT. KAHA dapat dilihat pada skala likert berikut ini :
Sangat Buruk
Buruk
Kurang
Cukup
-15
11
37
63
73
Baik
Sangat Baik
89
115
Gambar 4.5 Skala Likert Predikat Proyek KHON-V03
Nilai 73 yang didapat dari tabel 4.8 dimasukkan ke dalam skala likert dan diukur dengan menggunakan skala tersebut, dimana letak nilai 73 tersebut berada diantara ”cukup” dan ”baik”, sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi aplikasi KHON-V03 pada PT.KAHA sudah cukup baik dalam menunjang proses bisnis utama perusahaan.
119 4.7
Analisis Lima Kekuatan Bersaiang Porter pada PT. KAHA Dalam melakukan model bisnis terhadap proses bisnis yang digunakan
adalah dengan menggunakan analisis lima kekuatan bersaing Porter. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi persaingan yang terjadi pada perusahaan. Untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan di lingkungan eksternal PT.KAHA, maka digunakan analisis lima kekuatan persaingan yang ditemukan Porter yang dapat dilihat pada gambar berikut :
• • • Bergaining Power of Supplier : 1. Penerbangan Domestik • Garuda Indonesia • Mandala • Lion Air • Air Asia • Wings Air • Batavia Air • Sriwijaya Air 2. Penerbangan International • Seluruh maskapai penerbangan internatioanl
Potential Entrants : Sapta tours Mentari tour & travel Avia-tour.com
Competitor Revalry : • Bayu Buana Tour • Panorama Tour • Golden Rama Tour
Bergaining Power of Buyer : Mereka yang sering melakukan perjalan baik ke luar maupun di dalam negeri
Threat of Substitution : Tiket kereta api, bus dan kapal laut
Gambar 4.6 Lima Kekuatan Bersaing Porter (Sumber : PT. KAHA)
120 Berdasarkan lima kekuatan persaiangan porter diatas, maka dilakukan evaluasi investasi TI terhadap persaingan eksternal PT. KAHA dari sisi masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pelanggan, serta persaiangan antara para pesaing.
4.7.1
Potential Entrants Pendatang baru yang ingin masuk ke dalam bisnis ini cukup sulit.
Karena modal yang dibutuhkan untuk bisnis ini cukup besar. Pada saat ini terdapat pendatang baru seperti Sapta tours, Mentari tour & travel, Aviatour.com. Investasi TI yang dilakukan oleh PT. KAHA memudahkan perusahaan untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang sudah menjadi langganan perusahaan. Pendatang baru yang baru mencoba usahanya akan merasakan kesulitan karena biasanya para yang baru mencoba usahanya akan merasakan kesulitan, karena biasanya para pelanggan tidak mudah untuk memberikan kepercayaannya begitu saja terhadap perusahaan airlines yang baru, sehingga akan menjadi kekuatan bagi perusahaan ini untuk kedepannya.
4.7.2
Threat of Subtitution Service or Product Ancaman produk pengganti dalam bisnis airlines
ini adalah
penggunaan tiket transportasi darat dan laut, seperti kapal laut, kereta api ataupun bus sebagai produk penggantinya.
121 4.7.3
Bargaining Power of Buyer Pelanggan biasanya membeli tiket dengan harga yang kompetitif
dengan layanan yang memuaskan dan lengkap. Dalam hal ini PT. KAHA mengatasinya dengan membuat pelayanan yang jauh lebih baik dan menawarkan harga yang kompetitif terhadap para pelanggannya. Dengan adanya pelayanan yang memuaskan dan persediaan pelayanan lain jika diinginkan, seperti penginapan, perjalanan tour maka akan membuat para pelanggan merasa bahwa harga yang ditawarkan oleh PT. KAHA tidaklah tinggi, melainkan sebanding dengan perusahaan yang lain namun mempunyai kelebihan dalam pelayanan dan harga yang kompetitif. Dengan dilakukannya investasi TI, diharapkan dapat mencapai target pelanggan yang sering menggunakan jasa airlines. Karena biasanya mereka yang sering melakukan perjalanan baik dalam negeri maupun luar negeri, sangatlah membutuhkan kerjasama yang baik dengan perusahaan airlines. Sehingga pelanggan akan memilih PT. KAHA dibanding perusahaan yang lainnya.
4.7.4
Bargaining Power of Supplier
Adapun supplier tiket pada PT. KAHA yaitu meliputi : 1. Penerbangan Domestik Garuda Indonesia, Mandala, Lion Air, Air Asia, Wings Air, Batavia Air, Sriwijaya Air.
122 2. Penerbangan Internasional Seluruh maskapai penerbangan internatioanl
Persaiangan dengan supplier adalah tawar-menawar harga, dengan tujuan untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan dengan harga yang kompetitif. Dengan adanya investasi TI pada PT. KAHA, sehingga perusahaan dapat memperkirakan harga tiket yang akan dibeli. Karena data yang dibutuhkan untuk melakukan perkiraan pembelian tiket dan harga tiket terdahulu tersimpan dengan baik di dalam database.
4.7.5
Competitor Rivalry PT. KAHA mempunyai pesaing utama yang berusaha untuk merebut
pangsa pasar dalam bisnis airlines ini. Tiga pesaing utama PT.KAHA adalah Bayu Buana Tour, Panorama Tour dan Golden Rama Tour. Investasi TI menambah daya saing perusahaan terhadap para pesaing utama, karena penggunaan TI dapat mempercepat kegiatan perusahaan dalam melakukan keputusan dan penjualan. Sehingga perusahaan dapat memberikan pelayanan yang jauh lebih baik kepada para pelanggan.