BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. CIRIAJASA CIPTA MANDIRI atau disingkat sebagai CIRIAJASA CM, didirikan pada tanggal 15 september 1991, berdasarkan Akte Notaris yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman melalui surat No. C25368.HT.01.01TH.92 tanggal 2 Mei 1992 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. PT. CIRIAJASA CM adalah sebuah perusahaan konsultan yang menawarkan jasa Manajemen Proyek dan Manajemen Konstruksi. Sebelum menjadi perusahaan yang berdiri sendiri, PT. CIRIAJASA adalah sebuah divisi dibawah naungan PT Ciriajasa Konsultan & Perencana. Sejak memisahkan diri PT. CIRIAJASA CM telah tumbuh dalam waktu yang relatif sangat singkat dan menjadi sebuah perusahaan manejemen konstruksi terkemuka di Indonesia. Hasil pendapatan dari kontrak-kontrak telah tumbuh rata-rata 25% setiap tahun. Untuk sekian lama PT. CIRIAJASA CM secara mengesankan dari waktu ke waktu menyelesaikan banyak pekerjaan konstruksi di seluruh tanah air, meliputi bangunan gedung, pekerjaan sipil, telekomunikasi dan proyek-proyek industri. Klien PT. CIRIAJASA CM meliputi institusi pemerintah atau swasta maupun lembaga-lembaga international. Beberapa proyek ada yang dilaksanakan dalam bentuk kerjasama dengan konsultan asing yang memiliki reputasi tinggi. PT. CIRIAJASA CM cukup berbangga diri karena prestasi mereka selama ini dengan berpartisipasi dalam pembangunan di Indonesia dan memiliki kepercayaan diri untuk memberikan konstribusi berikutnya.
64
65
PT CIRIAJASA CM pada periode 5 (lima) tahun pertama lebih memfokuskan pada bidang manajemen konstruksi dan pengawasan konstruksi proyek-proyek pembangunan gedung dan prasarana lingkungan. Seiring dengan pesatnya laju pembangunan di Indonesia, serta makin luasnya ragam pekerjaan pada berbagai proyek yang ditangani oleh CIRIAJASA CM, maka untuk periode 5 (lima) tahun berikutnya ditetapkan suatu “Corporate Strategy” agar perusahaan mampu menangani jasa Konsultasi Teknik yang lebih luas dan menyeluruh terutama dalam kegiatan-kegiatan di sektor pertambangan dan energi. Namun demikian, proyek pengerjaan infrastruktur lain juga ditangani, misalnya bidang-bidang pekerjaan umum, perhubungan dan telekomunikasi. PT. CIRIAJASA CM ditangani oleh beberapa tenaga senior perusahaan yang pada umumnya berkualifikasi sebagai project/construction management specialist, serta memiliki latar belakang pengalaman yang luas baik dalam bidang engineering maupun pelaksanaan fisik konstruksi. Jumlah karyawan saat ini 250 orang terdiri dari 100 orang tenaga ahli berpendidikan minimal S1 dan 150 orang staf pendukung untuk tenaga pengawas lapangan dan administrasi. Beberapa bidang kegiatan yang pernah ditangani oleh PT CIRIAJASA CM ini dapat dikatakan memuaskan, baik dalam bidang jasa pengawasan maupun manajemen konstruksi, antara lain meliputi pembangunan gedung-gedung perkantoran, shopping mall, bank, hotel, rumah sakit, kompleks perumahan, kompleks pendidikan atau universitas, laboratorium, bangunan-bangunan penelitian, jalan raya dan jembatan, dermaga atau pelabuhan laut, landasan pesawat terbang, pembukaan lahan transmigrasi, irigasi dan lain sebagainya. Jenis pekerjaan lain yang pernah ditangani terkait dengan pembangunan gedunggedung berlantai banyak (minimal 10 lantai ), antara lain :
66
A. Gedung Kantor DPR-RI Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta, luas lantai 51.000 m2 lantai dan 1 basement. B. Elektrindo Nusantara Jl. H. Abdul Rohim Jakarta, luas lantai 38.000 m2, 19 lantai dan 1 basement. C. Centris Plaza Jl. HR Rasuna Said Jakarta, luas lantai 17.000 m2, 16 lantai dan 1 basement. D. Plaza Exim (Kantor Pusat Bank Mandiri) Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta, luas lantai 90.000 m2, 32 lantai dan 2 basement. E. Bank Indonesia Gedung C Jl. MH. Thamrin Jakarta, luas lantai 29.400 m2, 10 lantai dan 2 basement. F. Iwari International Hotel Jl. Cikini Raya Jakarta, luas lantau 12.500 m2, 13 lantai dan 1 basement. G.
Sahid Palace Executive Apartment Jl. Jend. Sudirman Jakarta, luas lantai 60.000 m2, 26 x 2 lantai dan 2 basement.
H. Mitra Sunter Apartement Jl. Yos Sudarso, Jakarta, luas lantai 35.000 m2, 17 x 2 lantai dan 1 basement. I.
Gedung Litbang dan Wisma Bidakara Jl. MT. Haryono Jakarta, luas lantai 30.000 m2, 12 lantai dan 1 basement.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaaan Dalam perkembangannya
PT CIRIAJASA
merumuskan visi dan misinya sebagai
berikut : 1. VISI : Sebagai perusahaan yang bertumbuh kembang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi tenaga ahli yang profesional
67
2. MISI : 1. Menjalankan bisinis konsultan dalam bidang manajemen konstruksi yang berorientasi pada kepuasan pelanggan 2. Menjadikan tenaga kerja profesional untuk meningkatkan kualitas pekerjaan 3. Menjalankan kegiatan usahan yang berwawasan lingkungan
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi memiliki peranan penting dalam perusahaan, karena dari struktur organisasi tersebut dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai bentuk kepemimpinan dan gaya manajerial serta pembagian tugas dan tanggung jawab yang ada dalam perusahaan. Organisasi yang baik adalah apabila dalam organisasi terdapat sistem manajemen yang cepat, baik secara horizontal maupun vertikal, karena organisasi merupakan gabungan orang-orang dalam satu kesatuan yang berusaha untuk mencapai tujuan. PT. CIRIAJASA CM memiliki struktur organisasi yang berbentuk garis (line
organization) yaitu kekuasaan mengalir dari atasan secara langsung kepada bawahan pada suatu atau beberapa tingkat manajerial. Dalam struktur organisasi garis (line organization) bila terbentuk secara horizontal maka bagian paling kiri memiliki kekuasaan yang lebih besar dari bagian kanan, atau bila diartikan bagian kiri merupakan pimpinan bagi bagian kanan dan bila berbentuk vertikal maka kekuasaan yang paling besar berada di bagian paling atas terus ke bawah. Bagan struktur organisasi PT CIRIAJA CM dapat dilihat pada lampiran 1. Adapun Job description dari jabatan-jabatan yang ada pada personil konsultan manajemen konstruksi PT. CIRIAJASA dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Manager Konstruksi
68
a. Menjalankan tugas pengawasan secara professional sesuai dengan lingkup yang diberikan pemilik proyek, dan bersama-sama unsur proyek lain, bertanggung jawab atas terpenuhinya sasaran proyek sebagaimana telah ditetapkan b. Rincian tugas : 1. Menyusun program-program proyek secara terperinci sejak masa pembuatan dokumen pelelangan hingga masa akhir proyek, berdasarkan program yang telah ditetapkan. 2. Memimpin fungsi-fungsi pengendalian pelaksanaan fisik di lapangan meliputi : a) Komunikasi langsung dengan pihak memberi tugas atau pimpinan proyek untuk melaporkan kegiatan pelaksanaan b) Penetapan terhadap koreksi-koreksi teknis dan biaya bila terjadi penyimpangan c) Memberikan sertifikat untuk pembayaran termin-termin kontraktor d) Membuat laporan-laporan periodik tentang perkembangan dan kemajuan proyek yang mencakup aspek-aspek biaya, waktu, kualitas, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan analisa serta saran-saran yang perlu ditempuh oleh pimpinan proyek. e) Dalam menjalankan tugasnya yang bersangkutan bertanggung jawab kepada Direksi Perusahaan
2. Team Leader (Resident Engineering/RE) Team Leader mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut :
69
a. Menyiapkan program-program penanganan proyek sejak tahap awal hingga penyelesaian yang antara lain mencakup: program fisik, program biaya, program personil, program peralatan dan lain-lain. b. Menyiapkan sistem informasi manajemen yang antara lain mencakup rencana rancangan organisasi proyek, prosedur-prosedur pengoperasian standar dan sebagainya. c.
Menyiapkan rencana pelaksanaan konstruksi yang meliputi metode teknis pelaksanaan, perencanaan biaya, jadwal konstruksi.
d. Memimpin penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi proyek, mencakup rapatrapat teknis, rapat site (technical and site meeting). e. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli dan staf penunjang yang bertugas dalam team MK pada proyek bersangkutan.
3. Tenaga Ahli Bertugas dan bertanggung jawab atas: a. Membantu Resident Engineering dengan perencanaan dan biaya pelaksanaan. b. Melaksanakan penelitian dan pemeriksaan atas produk-produk desain pada setiap tahapan, ditujukan pada kepentingan implementasi pelaksanaan dengan berpegang pada faktor constructability keteknikan pada umumnya. c.
Membantu project manager memberikan masukan-masukan dalam rangka penyusunan construction planning yang mencakup construction site planning, perencanaan biaya dan jadwal konstruksi.
d. Melaksanakan pengendalian mutu, biaya dan waktu terhadap seluruh atau sebagian produk pelaksanaan proyek yaitu dengan cara-cara antara lain
70
melakukan inspeksi, memasukkan evaluasi, jadwal waktu dan analisa serta updating. e. Menyampaikan saran-saran pemecahan permasalahan atau langkah-langkah koreksi penyempurnaan.
4.2 Analisis Perencanaan 4.2.1
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Efektifitas
Perencanaan
dan
Pengendalian Biaya Dalam prakteknya, PT. CIRIAJASA mempertimbangkan faktor-faktor berikut dalam melakukan perencanaan proyek yang dikerjakannya. 1. Waktu penyelesaian suatu proyek. 2. Tersedianya tenaga kerja dan material konstruksi. 3. Biaya tenaga dan material konstruksi. 4. Koordinasi antar unit kerja suatu proyek. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing faktor diatas: 1. Waktu penyelesaian suatu proyek. Dalam merencanakan waktu penyelesaian proyek, PT. CIRIJASA memanfaatkan software Project Artemis View modul Critical Path Method (CPM). Dengan CPM, PT. CIRIAJASA bisa menentukan (a) mengidentifikasikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu paket pekerjaan, (b) mengidentifikasi saling ketergantungan antara paket-paket pekerjaan, (c) menghitung lintasan kritis. Penentuan waktu penyelesaian suatu proyek ini sedemikian penting, karena merupakan refleksi dari penggunaan bahan baku dan tenaga kerja yang diukur dengan satuan mata uang. Setiap hari keterlambatan penyelesaian proyek, berujung kepada membengkaknya biaya yang harus ditanggung oleh PT. CIRIAJASA.
Untuk itu, penyelesaian proyek yang tepat waktu atau lebih cepat dari
71
waktu yang dijadualkan, tanpa mengabaikan kualitas pekerjaan, menunjukkan bahwa efektifitas perencanaan telah tercapai. 2. Tersedianya tenaga kerja dan material konstruksi. Tenaga kerja langsung untuk pelaksana lapangan (buruh kasar) yang dimiliki oleh perusahaan rata-rata merupakan tenaga kerja musiman yang datang dari daerah diluar Jabotabek. Dengan demikian, jika memasuki bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, proyek bisa terhenti sama sekali. Pengerjaan proyek akan dilanjutkan sesudah Idul Fitri selesai. Adalah
menjadi
tanggung
jawab
masing-masing
pengawas
pekerjaan
yang
mendelegasikan kepada setiap mandor yang ada di bawah wewenangnya untuk mencari buruh harian yang sudah berpengalaman mengerjakan bangunan. Mandor yang sudah berpengalaman biasanya memiliki anak buah yang bisa dihubungi dan direkrut sewaktuwaktu seandainya ada proyek. Jadi disini, mandor adalah lini terbawah dari struktur organisasi proyek. Mandor adalah wakil dari PT. CIRIAJASA dalam berhadapan dengan para buruh musiman/kontrak. Jika suatu pekerjaan kekurangan tenaga kerja, adalah tugas mandor untuk segera mencari penggantinya tanpa perlu menunggu instruksi dari atasannya. Untuk memenuhi deadline yang sudah ditetapkan, pekerjaan dilakukan secara 24 jam yang dibagi menjadi 3 shift. Setiap shift terbagi menjadi 8 jam. Implikasi dari adanya 3 shift ini adalah meniadakan jumlah karyawan yang lembur dan dengan demikian tidak akan ada biaya lembur. Lembur hanya mungkin terjadi jika buruh sakit. Mandor harus memiliki laporan harian yang berisi jumlah tenaga kerja yang hadir dan material yang sudah digunakan dan dalam stock. Dengan demikian, keterlambatan proyek dapat dimonitor dan ditindak lanjuti secara harian pula. Faktor penting yang berkaitan dengan bahan baku adalah kelancaran pengiriman barang. PT. CIRIAJASA membagi suppliernya secara garis besar menjadi 2, yaitu supplier yang
72
menghasilkan barang yang bersifat khusus dan supplier yang produk-produknya bisa ditemukan secara bebas dipasaran. Untuk barang yang bersifat khusus, PT. CIRIAJASA melakukan pemesanan terlebih dahulu sesuai dengan spesifikasi/dimensi dari produk. Misalnya pemesanan terhadap elevator yang spesifikasinya dirancang khusus sesuai dengan gedung yang sedang dibangun. Produk elevator hanya dihasilkan oleh beberapa produsen yang berlokasi di luar negeri.
Untuk itu, PT. CIRIAJASA menghubungi
perwakilan resminya yang ada di Jakarta dan pemesanan dilakukan melalui mereka. Pengiriman elevator disesuaikan dengan jadual konstruksi. Untuk produk yang bisa ditemui di pasaran lokal dengan mudah, PT. CIRIAJASA diuntungkan oleh regulasi pemerintah dimana persaingan bebas sudah diijinkan. Misalnya untuk pengadaan semen. PT. CIRIAJASA bisa memesan semen dari produsen yang berbeda-beda dengan masa pengiriman 1 hari. Dengan demikian PT. CIRIAJASA tidak khawatir jika terjadi kekurangan stock atau kelangkaan semen di pasar. Secara keseluruhan, manajemen proyek menerapkan JIT untuk menghindari pemborosan terhadap keuangan PT. CIRIAJASA. 3. Biaya tenaga kerja dan material konstruksi. Dalam menetapkan tarif upah, PT.CIRIAJASA menggunakan tarif upah yang selama ini berlaku umum di proyek konstruksi. Jadi tarif upah ini tidak mempertimbangkan sama sekali upah minimum propinsi DKI Jakarta dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang besarnya ditentukan oleh pemerintah DKI Jakarta sendiri, sesuai dengan pertimbanganpertimbangan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengannya. Karena upah yang ditetapkan secara internal ini, maka PT. CIRIAJASA tidak khawatir terhadap kenaikan biaya upah yang bisa mengakibatkan membengkaknya biaya proyek. Biaya standar upah ini sudah ditetapkan di awal jauh sebelum proyek dimulai. Untuk mengetahui besarnya
73
biaya upah yang sudah dikeluarkan, mandor memiliki daftar hadir buruh. Dengan daftar hadir buruh itu, pembayaran upah buruh dilakukan secara mingguan. Secara umum harga bahan baku bangunan termasuk peralatan transportasi, elektrikal, telekomunikasi, sanitasi dan sebagainya tidak pernah stabil, cenderung mengalami kenaikan. Unsur utama penentu kenaikan biaya material adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Untuk produk yang harus diimpor, seperti elevator,
telekomunikasi, pendingin ruangan, tata suara dan sebagainya, PT. CIRIAJASA menggunakan jasa perbankan untuk melakukan transaksi impor. Bank guarantee akan diterbitkan oleh bank dimana PT. CIRIAJASA memiliki rekening, dan digunakan sebagai jaminan transaksi. Untuk produk-produk yang bisa ditemui secara lokal, PT. CIRIAJASA melakukan pemesanan secara partai besar langsung ke pabrikan, sehingga bisa mendapatkan harga yang relatif murah. Misalnya untuk semen, dengan melakukan pembelian dalam partai besar PT. CIRIAJASA bisa mendapatkan harga semen per saknya Rp30.000,-, sementara harga ecerannya adalah Rp34.000,- per sak. 4. Koordinasi antar unit kerja suatu proyek. Untuk keefektifan koordinasi, semua unsur yang terlibat di dalam pekerjaan konstruksi harus mematuhi jadual yang sudah ditetapkan oleh PT. CIRIAJASA. Suatu pekerjaan tidak boleh menghalangi pekerjaan lain yang sedang atau akan dijalankan. Selain itu, PT. CIRIAJASA, juga menyewa tenaga kerja yang cukup profesional dibidangnya.
Dengan profesionalisasi ini, seorang buruh betul-betul memahami
pekerjaan yang ditanganinya, sehingga tidak ada waktu yang terbuang untuk melakukan proses mempelajari pekerjaan. Implikasi lainnya, seorang buruh tidak mungkin berada di proyek sepanjang masa proyek sedang dikerjakan.
Misalnya, buruh yang bekerja
sebagai tukang batu dan sudah selesai masa kerjanya tidak akan dipindahkan ke pekerjaan yang mengurusi kelistrikan, dan demikian pula sebaliknya. Dengan selesainya
74
pekerjaan menjadi tukang batu, maka berakhir pula kontrak pekerjaannya dan buruh tersebut harus keluar dari lingkungan proyek. Pengerahan dan pengaturan sumber daya manusia harus dilaksanakan secara tegas, sebagai perwujudan dari koordinasi antar unit kerja suatu proyek.
4.2.2 Penentuan Jalur Kritis dengan CPM dan Slack Dengan melihat penjelasan mengenai event maka dapat diterapkan dalam tabel proyek pembangunan gedung sekretariat jendral Departemen Keuangan Republik Indonesia (DEPKEU RI) kapan kejadian dimulai untuk melaksanakan proyek sampai pada tahapan penyelesaian proyek akan di jelaskan dalam tabel di bawah ini Tabel 4.1. Jadual Pelaksanaan Proyek Kegiatan A B C D E F
G
H I J K L
Kegiatan yang mendahului Proses Surat Perintah Kerja (SPK) A Pekerjaan Persiapan Pekerjaan penggalian tanah & pancang B pondasi Pekerjaan Dewatering C B Pekerjaan Basement Pekerjaan instalasi MEP(Mechanical E Electrical Plumbing) Pekerjaan lantai Dasar F I Pekerjaan lantai Dasar F II G Pekerjaan lt 1-20 H Pekerjaan atap Pekerjaan Arsitektur & I finishing J Pekerjaan landscape Testing commisioning K Keterangan
Total Hari Pengerjaan Proyek
waktu (hari)
ES
EF
0 25
10-Jun-05
9-Jun-05 5-Jul-05
65
6-Jul-05
11-Sep-05
10 19
10-Jul-05 12-Sep-05
20-Jul-05 1-Oct-05
290
13-Sep-05
11-Sep-06
13
2-Oct-05
15-Oct-05
6 140 12
14-Nov-05 21-Nov-05 12-Apr-06
20-Nov-05 11-Apr-06 24-Apr-06
115 26
25-Apr-06 21-Aug-06
20-Aug-06 17-Sep-06
8
18-Sep-06
26-Sep-06
729
Keterangan : Dengan melihat tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan dapat dimulai sesudah menerima SPK pada tanggal 9 Juni 2005, total hari dari 12 paket pekerjaan adalah sebesar
75
729 hari dan direncanakan berakhir tanggal 26 September 2006.
Pekerjaan G terdapat
waktu kosong sekitar 1 bulan dalam rangka bulan puasa dan Idul Fitri. Dari tabel diatas jika menggunakan metode CPM dapat di gambarkan dihalaman berikutnya: Keterangan: Dari gambar dibawah dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan proyek bangunan gedung yang perlu dilakukan adalah pertama proses Surat Perintah Kerja (SPK) (kegiatan A), setelah itu pekerjaan persiapan (kegiatan B), pekerjaan penggalian tanah & pondasi tiang pancang (kegiatan C), pekerjaan dewatering (kegiatan D), melakukan pekerjaan basement (kegiatan E), pekerjaan instalasi MEP (kegiatan F), pekerjaan lantai dasar (kegiatan G), pekerjaan lt mezzanine -20 (kegiatan H), pekerjaan atap (kegiatan I), pekerjaan arsitektur & finishing (kegiatan J), pekerjaan landscape (kegiatan K) dan terakhir adalah pekerjaan testing & commisioning (kegiatan L) dan sesudah itu dianggap selesai.
Secara ringkas, rencana penyelesaian proyek konstruksi ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Waktu Penyelesaian Proyek Simbol Kegiatan A B C D E F G H I J K L
Rencana EF Durasi 9-Jun-05 10-Jun-05 5-Jul-05 25 6-Jul-05 11-Sep-05 65 10-Jul-05 20-Jul-05 10 12-Sep-05 1-Oct-05 19 13-Sep-05 11-Sep-06 290 2-Oct-05 15-Oct-05 13 14-Nov-05 20-Nov-05 6 21-Nov-05 11-Apr-06 140 12-Apr-06 24-Apr-06 12 25-Apr-06 20-Aug-06 115 21-Aug-06 17-Sep-06 26 18-Sep-06 26-Sep-06 8 ES
Total hari kerja Sumber: PT. CIRIAJASA
729
76
Mulai
A. Pemberian SPK
B. Pekerjaan persiapan
C. Pekerjaan penggalian tanah & pondasi tiang pancang
E. Pekerjaan basement
D. Pekerjaan dewatering
G. Pekerjaan lt dasar
H. Pekerjaan lt mezzanine -20
I. Pekerjaan atap
J. Pekerjaan arsitektur & finishing
F. Pekerjaan instalasi MEP
K. Pekerjaan landscape
L. Testing & Commissioning
Selesai
Gambar 4.1 AON dari Proyek Pembangunan Gedung Sekretariat Jendral Depkeu
77
Tabel diatas menunjukkan urut-urutan paket pekerjaan proyek. Pekerjaan dummy diidentifikasi di saat proyek dimulai dan berakhir. Dari tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Total hari kerja antara rencana dengan aktual adalah sama, yaitu 729 hari.
2.
Pekerjaan konstruksi lantai dasar (G) terhenti selama sebulan, karena adanya puasa dan Idul Fitri dari tanggal 16 Oktober hingga 13 November 2006.
3.
Proyek direncanakan sudah diserah terimakan kepada Departemen Keuangan pada tanggal 26 September 2006.
Dengan menggunakan forward pass dan backward pass, dapat ditentukan paket pekerjaan yang mulai terdahulu (ES), selesai terdahulu (EF), mulai terakhir (LS) dan selesai terakhir (LF). Selanjutnya adalah menghitung besarnya slack. Rumus untuk menghitung slack adalah sebagai berikut: Slack = latest start (LS) – earliest start (ES) atau Slack = latest finish (LF) – earliest finsih (EF). Dalam analisa ini, rumus yang diterapkan adalah yang pertama (LS – ES). a. Earliest Start Time (ES) Earliest Start Time adalah waktu tercepat untuk bisa memulai kegiatan dengan waktu normal, tanpa mengganggu kegiatan yang lain. Misalnya dalam Tabel 4.2 ES untuk kegiatan (B) adalah 25. ES untuk kegiatan (C) adalah 65 hari, sebab pekerjaan ini baru dapat dimulai setelah pekerjaan (B) yang memerlukan waktu 25 hari selesai. ES untuk kegiatan (E) adalah 19 hari, sehingga total hari adalah 109 ( = 25+65+19).
Perhitungan ES dan EF dapat dilihat pada contoh berikut yakni kegiatan permulaan A memiliki ES 0 EF masing-masing kegiatan tersebut adalah :
78
Kegiatan A: ES =0
EFa=ESa+ta =0+0
=0
Kegiatan B: ES =25 EFb=ESb+tb =0+25
=25
Kegiatan C: ES =65 EFc=ESc+tc = 25+65
=90
Kegiatan D: ES=10 EFd=ESd+td =90+10
=100
Kegiatan E ES =19 Efe=Ese+te=90+19
=109
Gambar 4.2 Penentuan ES dan EF E F
ES A.
B.
0 25
C.
25
E.
90
109
19
65 D.
10
Keterangan : Dari gambar diatas ES nya adalah 0 dari kegiatan A dan untuk EFnya adalah pada kegiatan akhir yaitu kegiatan E memerlukan waktu 19 hari jadi ES kegiatan E dikerjakan pada hari ke90, jadi EF kegiatan E dapat selesai dikerjakan pada hari ke 109
Earliest Finish Time (EF) Earliest Finish Time adalah waktu paling cepat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan menggunakan waktu normal tanpa mengganggu pekerjaan-pekerjaan yang lain. Misalnya EF untuk kegiatan (A) adalah 0, EF untuk kegiatan (B) adalah 25 hari, EF kegiatan (C) adalah 65 hari, dan EF untuk kegiatan (E) adalah 19 hari, karena untuk dapat mengerjakan kegiatan (A-B-C) yang memerlukan waktu 109 hari harus sudah selesai. b. Latest Start Time (LS)
79
Latest Start Time adalah waktu paling lambat untuk bisa memulai kegiatan dengan waktu normal, tanpa mengganggu kegiatan-kegiatan yang lain. Misalnya pada gambar 4.3, jalur kritis pada network tersebut adalah (E-G-H). Sesuai dengan jalur kritis, waktu untuk mengerjakan pekerjaan itu 109 hari, untuk menyelesaikan kegiatan (H) hanya memerlukan 140 hari, oleh karena itu kegiatan itu masih bisa selesai pada akhir hari ke 128 apabila mengerjakannya paling lambat setelah 19 hari(128-19). Jadi LS untuk kegiatan (E) adalah 109 hari. c.
Latest Finish Time (LF) Latest Finish Time adalah waktu paling lambat untuk menyelesaikan kegiatan dalam waktu normal, tanpa mengganggu kegiatan-kegiatan yang lain. analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan variable X efektivitas perencanaan biaya dengan variable Y besarnya biaya produksi. Dengan analisis regresi liniear, maka dapat diketahui seberapa besar perubahan dalam biaya produksi. Sebagai contoh LF untuk kegiatan (L) adalah akhir hari ke 429. jika pada akhir hari ke 421 tidak selesai, maka kegiatan-kegiatan berikutnya akan tertunda. Lihat gambar 4.3.
E.
109
LS
F.
19
H.
G.
128 140
268
I
12
290
J.
280
395
115
K.
421
26 8 L
429
Gambar 4.3 penentuan LS dan LF
LF
80
Proses “Forward Pass” menghasilkan waktu tercepat yang diharapkan dapat untuk memulai dan selesainya suatu kegiatan. Notasi yang digunakan dalam Forward Pass adalah sebagai berikut: a) D(x) = estimate of duration for activity X b) ES(x) = earliest (expected) start time for activity X c) EF(x) = earliest (expected) finish time for activity X d) S = project start time Aturan-aturan yang mendefinisikan proses perhitungan Forward Pass disebut algorithm. Ada tiga aturan: 1) Waktu mulai tercepat atau ES bagi kegiatan dimana tidak ada kegiatan yang mendahuluinya disebut sebagai waktu mulai proyek. 2) Suatu kegiatan tidak dapat dimulai sebelum kegiatan-kegiatan yang mendahuluinya selesai, sehingga ES bagi kegiatan yang bukan kegiatan permulaan sama dengan EF maksimum. 3) EF suatu kegiatan sama dengan ES ditambah dengan dummynya Rumus-rumus yang dipergunakan dalam perhitungan biaya adalah sebagai berikut : 1) Biaya pelaksanaan sebenarnya (BPS) BPS = Biaya Satuan Persatuan waktu x Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Sebenarnya.
2) Biaya Anggaran Pelaksanaan Pekerjaan (BAPP) BAPP = Biaya satuan menurut anggaran persatuan waktu x Waktu Pelaksanaan yang direncanakan. 3) Biaya Anggaran Pelaksanaan Sebenarnya (BAPS) BAPS = Biaya Satuan Menurut anggaran persatuan x Waktu pelaksanaan pekerjaan sebenarnya.
81
Penghitungan slack ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Perhitungan Slack Simbol Kegiatan A B C D E F G H I J K L
Durasi 25 65 10 19 290 19 140 12 115 26 8
Mulai Selesai Mulai Terdahulu Terdahulu Terakhir ES EF LS 25 25 90 25 90 100 80 90 109 90 109 399 131 109 128 109 128 268 128 268 280 268 280 395 280 395 421 395 421 429 421
Selesai Terakhir LF
Slack (LS - ES)
25 90 90 109 421 128 268 280 395 421 429
(10) 22 -
Pada Jalur Kritis Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Sumber: Data dari PT. CIRIAJASA yang sudah diolah
Tabel perhitungan slack diatas menjelaskan sebagai berikut: 1. Total waktu kritis penyelesain proyek adalah sebanyak 429 hari. 2. Pekerjaan tanpa slack adalah pekerjaan yang dilewati jalur kritis. 3. Terdapat dua paket pekerjaan yang memiliki waktu slack, yaitu paket pekerjaan D dan F. Dengan demikian, secara keseluruhan alur pekerjaannya digambarkan sebagai berikut:
82
Mulai 90 E 109
25 C 90
A 0
0
0
0
19
65 25
25
0 0
B 25
0
90
90
109
25 90 D 100
109 F 399
10 80
109 G 128
128 H 268
19
140
109
128
128
268
290
90
131
268 I 280
280 J 395
12
115
268
280
280
421
395 K 421
26 395
395
421
421 L 429
Selesai
8 421
429
Gambar: Jalur Kritis Proyek dan Aktifitas Dummy
Keterangan: 128 H 268
140 128 … 268
a. Huruf H menunjukkan paket pekerjaan. b. Angka 128 disamping kiri huruf H adalah earliest start (ES). c. Angka 268 disamping kanan huruf H adalah earliest finish (EF) d. Angka 140 adalah lamanya pekerjaan H. e. Angka 128 disamping kiri bawah huruf H adalah latest start (LS) f. Angka 268 disamping kanan bawah huruf H adalah latest finish (LF)
Gambar diatas menunjukkan bahwa 1. Telah diidentifikasi jalur kritis pekerjaan yang ditunjukkan dengan panah yang dicetak tebal. 2. Terdapat 2 pekerjaan yang tidak terletak di jalur kritis, yaitu paket pekerjaan D dan F.
83
4.2.3 Jenis biaya dalam Perencanaan dan Pengendalian Proyek Biaya untuk melaksanakan proyek ini secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu biaya tenaga kerja dan biaya material. Biaya tenaga kerja terdiri dari: 1. Tenaga kerja buruh 2. Tenaga kerja pengawas Princian biaya dari tenaga kerja buruh dan pengawas ditunjukkan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Rencana Biaya tenaga Kerja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Uraian Tukang Gali Pekerja Tukang batu Tukang kayu Tukang besi Tukang cat Tukang plumbing Tukang listrik Tukang AC Tukang las Kepala tukang Mandor Mekanik Operator
Satuan hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari
Harga Sat Rp. 30,000.00 25,000.00 35,000.00 35,000.00 35,000.00 37,500.00 37,500.00 37,500.00 37,500.00 37,500.00 35,000.00 45,000.00 35,000.00 45,000.00
Sumber: Data dari PT. CIRIAJASA yang sudah diolah
Biaya material berupa biaya untuk memperoleh bahan baku seperti semen, besi batang, batu bata, plat beton, dinding cor, baut, dan bahan pembantu lainnya seperti paku, sekrup, mur, kawat dsb. Secara total nilai proyek diperkirakan adalah sebesar Rp 189.903.880.000 tidak termasuk PPN. Perincian nilai proyek bisa dilihat di tabel di bawah ini:
84
Tabel 4.5. Nilai Proyek per paket kegiatan dan totalnya Simbol Nama Kegiatan Nilai Rupiah Pekerjaan Persiapan B 376,000,000 Pekerjaan penggalian tanah & pancang pondasi C 16,762,200,000 Pekerjaan Dewatering D 65,000,000 Pekerjaan Basement E 23,308,100,000 Pekerjaan instalasi MEP (Mechanical Electrical F 50,748,800,000 Plumbing) Pekerjaan lantai Dasar G 7,091,800,000 Pekerjaan lt 2-20 H 28,162,200,000 Pekerjaan atap I 3,841,000,000 Pekerjaan Arsitektur & finishing J 52,500,000,000 Pekerjaan landscape K 1,973,900,000 Testing commisioning (10% dari nilai MEP) L 5,074,880,000 Total Nilai Proyek
189,903,880,000
Sumber: PT. CIRIAJASA
Dengan nilai total proyek sebesar Rp 189.903.880.000 (tidak termasuk PPN), maka marjin yang diraih adalah sebesar Rp 28.485.582.000 = Rp 189.903.880.000 x 15%. Tabel struktur biaya diatas juga menunjukkan bahwa biaya tertinggi terdapat di dalam pekerjaan arsitektur dan finishing (J) diikuti oleh pekerjaan instalasi MEP (F). Tingginya biaya kedua jenis pekerjaan tersebut dikarenakan pekerjaan tersebut meliputi seluruh lantai gedung, mulai dari basement hingga lantai 20. Sebagai contoh, diambil pekerjaan lantai dasar (G), yang perinciannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.6. Perincian Biaya Pekerjaan Lantai Dasar (G) Pekerjaan/Bahan Baku Utama Sat Harga Unit Volume Total G Pekerjaan Lantai Dasar Beton K-350 m3 362,900.00 2,858 1,037,109,123 Besi BJTD kg 4,790.00 1,044,628 5,003,766,458 Baja WF-200 kg 7,800.00 830 6,475,814 Baut M-22 bh 8,200.00 167 1,373,023 Bekisting dan Perancah m2 75,700.00 13,779 1,043,075,581 Total 7,091,800,000 Sumber: PT. CIRIAJASA
Termasuk di dalam nilai pekerjaan sebesar Rp 7.091.800.000 adalah:
85
1. Biaya tenaga kerja untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Nilai tenaga kerja diperkirakan sebesar 14% dari total nilai pekerjaan.
Dalam pekerjaan G tersebut, maka nilai semua
tenaga kerja adalah Rp 992.852.000 (= 14% x Rp 7.091.800.000). 2. Marjin sebesar 15% yang ditetapkan PT. CIRIAJASA.
Margin sebesar itu digunakan
terutama untuk menutupi biaya-biaya yang tidak bisa diukur dengan pasti, misalnya biaya melobi pejabat.
Selain itu, marjin tersebut diharapkan mampu menutupi denda jika
dikenakan oleh pemberi proyek.
4.2.4 Resiko Keterlambatan Penyelesaian Proyek dan Laba yang Diraih Dalam kontrak kerja penyelesaian proyek, PT. CIRIAJASA diwajibkan untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Keterlambatan dari waktu penyelesaian akan dikenai denda sebesar 1 0/00 (satu per mil atau satu per seribu) setiap harinya hingga maksimumnya 5% (lima persen) dari nilai kontrak yang disepakati. Untuk PT. CIRIAJASA, setiap keterlambatan ini mengakibatkan dikenai denda sebesar Rp 189.903.880 = (Rp 189.903.880.000 x 1 hari x 10/00 ) hingga Rp 9.495.194.000 = (Rp189.903.880.000 x 5%) atau denda berlaku selama 50 hari. Dengan demikian marjin keuntungan
sebesar
15%
atau
Rp
28.485.582.000
bisa
berkurang
menjadi
Rp
28.295.678.120 (jika dendanya hanya 1 hari) hingga turun sampai Rp 18.990.388.000 (jika dendanya mencapai 5% atau terlambat 50 hari).
4.3 Analisa Pelaksanaan Proyek 4.3.1 Analisa Efektifitas Perencanaan Secara Umum PT. CIRIAJASA telah melaksanaan pekerjaan proyek dengan memasukkan faktorfaktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi efektifitas perencanaan yaitu : 1.
Waktu Penyelesaian Proyek
86
2.
Tenaga Kerja dan Material Konstruksi
3.
Biaya Tenaga Kerja dan Material
4.
Koordinasi antar Unit Kerja
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing faktor diatas : 1. Waktu Penyelesaian Proyek Manajemen melaksanakan pekerjaan sesuai master plan yang telah dibagi menjadi dua bagian yaitu dalam bulanan dan mingguan. Dengan demikian pengawasan pekerjaan hanya sampai tahap mingguan. Laporan keatasan juga diberikan secara mingguan. Dalam melaksanakan waktu penyelesaian suatu proyek terdapat penundaan selama 47 hari (1 bulan, 17 hari). Keterlambatan yang terjadi dimulai dari aktifitas G tahap ke 2 sesudah Idul Fitri. Akibat keterlambatan yang terjadi maka seluruh aktifitas yang mengikutinya juga ikut terlambat. 2. Tenaga kerja dan material konstruksi Menurut laporan yang ada banyak tenaga kerja langsung untuk pelaksana lapangan (buruh kasar) yang ada pada PT.CIRIAJASA yang tidak melakukan pekerjaannya, karena banyak para tenaga kerja yang tidak masuk pada saat hari dimana mereka bekerja atau dapat juga disebabkan karena para tenaga kerja malas dan tidak ada semangat bekerja karena pekerjaannya tertunda akibat paket pekerjaan sebelumnya belum selesai.
Dalam perencanaan
proyek terkadang para mandor selalu memesan bahan baku secara berlebihan dan tidak penting sehingga akan berakibat banyak timbunan material yang tidak terpakai dan menganggur. 3. Biaya Tenaga Kerja dan Material
87
Dalam
penetapan
tarif
upah
yang
diperoleh
tenaga
kerja
dalam
melaksanakan suatu proyek adalah tetap sesuai rencana artinya biaya yang di peroleh tenaga kerja tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan yang cukup drastis, begitupun juga dengan biaya material per unit jumlahnya tetap tidak lebih ataupun kurang. Karena upah tenaga kerja perhari sudah tetap sesuai rencana namun perlu juga diwaspadai oleh PT. CIRIAJASA apabila sewaktu-waktu biaya akan melonjak tinggi ini disebabkan karena bertambah lamanya waktu penyelesaian suatu proyek. 4. Koordinasi Antar Unit Kerja Didalam keefektifan koordinasi, semua unsur yang terkait didalamnya harus mematuhi aturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh PT. CIRIAJASA. Namun pada akhirnya masing-masing unit kerja hanya mementingkan pekerjaannya, tanpa memperdulikan dampak yang akan terjadi selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa para mandor dan pekerja buruh tidak memahami secara benar pekerjaan yang ditanganinya sehingga pekerjaan menjadi tidak selesai tepat pada waktunya.
Selain itu terdapat beberapa
paket pekerjaan yang telah selesai, namun tidak segera diikuti oleh paket pekerjaan berikutnya.
Kondisi ini dikarenakan pemesanan bahan baku
material terlambat.
Pelaksanaan Pekerjaan di Jalur Kritis Pelaksanaan pekerjaan ditunjukkan pada tabel berikut :
88
Tabel 4.7 Waktu Pelaksanaan Proyek Simbol Kegiatan A B C D E F G H I J K L
Rencana EF Durasi 9-Jun-05 10-Jun-05 5-Jul-05 25 6-Jul-05 11-Sep-05 65 10-Jul-05 20-Jul-05 10 12-Sep-05 1-Oct-05 19 13-Sep-05 3-Nov-06 410 2-Oct-05 15-Oct-05 13 14-Nov-05 24-Nov-05 10 25-Nov-05 6-May-06 161 7-May-06 24-May-06 17 25-May-06 2-Oct-06 127 3-Oct-06 3-Nov-06 30 4-Nov-06 13-Nov-06 9 ES
Total hari kerja Hari kerja tanpa dummy Sumber: PT. CIRIAJASA
896 476
Dengan melihat tabel di atas menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan. Pekerjaan proyek yang mengalami keterlambatan dimulai dari aktifitas G hingga aktifitas L. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Total hari kerja setelah pelaksanaan proyek adalah 896 hari. 2. Pekerjaan lantai dasar (aktifitas G) tahap 2 membutuhkan waktu selama 10 hari, pekerjaan lantai 2 hingga 20 (aktifitas H) membutuhkan waktu selama 161 hari, pekerjaan atap ( aktifitas I) membutuhkan waktu selama 17 hari, pekerjaan arsitektur dan finishing (aktifitas J) membutuhkan waktu selama 127 hari, pekerjaan landscape (aktifitas K) membutuhkan waktu selama 30 hari dan pekerjaan testing dan commisioning (aktifitas L) membutuhkan waktu selama 9 hari. 3. Pelaksanaan proyek telah selesai pada tanggal 13 November 2006. Setelah melihat analisa pelaksanaan proyek diatas maka dapat di terapkan rumus perhitungan slack yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
89
Tabel 4.8 Perhitungan Slack 2 Simbol Kegiatan A B C D E F G H I J K L
Durasi 25 65 10 19 410 23 161 17 127 30 9
Mulai Selesai Mulai Terdahulu Terdahulu Terakhir ES EF LS 25 25 90 25 90 100 80 90 109 90 109 519 57 109 132 109 132 293 132 293 310 293 310 437 310 437 467 437 467 476 467
Selesai Terakhir LF
Slack (LS - ES) (10) (52) -
25 90 90 109 467 132 293 310 437 467 476
Pada Jalur Kritis Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Sumber : Data PT. CIRIAJASA yang sudah di aplikasikan
Tabel perhitungan slack diatas menunjukkan bahwa : 1. Setelah dilihat total waktu kritis penyelesaian proyek adalah sebesar 476 hari. 2. Dari aktifitas G hingga aktifitas L merupakan pekerjaan tanpa slack yaitu pekerjaan yang dilewati oleh jalur kritis. Maka secara keseluruhan jalur pekerjaan dapat digambarkan sebagai berikut: Mulai
25 0
A
0
B
25
0
0
C
90
90
E
109
19
65 25
25
0 0
0
90
90
109
25 90
D 100
109
10 80
109
G
132
132
132
132
23 109
H
293
293
I
90
57
310
310
310
310
17
161 293
293
J
437 437
437
437
467
Selesai
K 467 30
127
Gambar : Jalur Kritis proyek dan Aktifitas Dummy setelah pelaksanaan proyek
F
519
410
467
L
476
9 467
476
467
90
Gambar diatas menunjukkan bahwa 1.
Terdapat jalur kritis pekerjaan yang ditunjukkan dengan panah yang dicetak tebal mulai dari aktifitas A hingga aktifitas L.
2.
Terdapat dua aktifitas dummy yaitu aktifitas awal dan akhir.
Pengendalian Biaya Proyek Dalam mengendalikan suatu proyek diperlukan adanya biaya proyek untuk dapat mengetahui besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dan dapat dihemat atau tidak, sehingga dengan adanya biaya proyek dapat dikendalikan. Biaya untuk mengendalikan suatu proyek secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu biaya tenaga kerja dengan biaya material. Biaya tenaga kerja terdiri atas 2 yaitu : a.
Tenaga kerja buruh
b.
Tenaga kerja pengawas
Biaya tenaga kerja buruh dan tenaga kerja pengawas dibayar secara mingguan berdasarkan upah harian yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.9 Biaya tenaga Kerja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Uraian Tukang Gali Pekerja Tukang batu Tukang kayu Tukang besi Tukang cat Tukang plumbing Tukang listrik Tukang AC Tukang las Kepala tukang Mandor Mekanik Operator
Satuan hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari
Harga Sat Rp. 30,000.00 25,000.00 35,000.00 35,000.00 35,000.00 37,500.00 37,500.00 37,500.00 37,500.00 37,500.00 35,000.00 45,000.00 35,000.00 45,000.00
Sumber: Data dari PT. CIRIAJASA yang sudah diolah
91
Biaya material merupakan biaya untuk memperoleh bahan baku. Yang terdiri atas semen, besi batangan, plat beton, baut, besi dan perancah, batu bata, dan sejumlah alat pembantu lainnya seperti paku, sekrup, mur, kawat dan sebagainya. Secara total nilai proyek yang didapat setelah di analisa dalam pelaksanaan proyeknya sebesar Rp 206.826.216.700 biaya ini tidak termasuk kedalam PPN. Perincian biaya pengendalian proyek dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.10 Biaya proyek per paket kegiatan dan totalnya Simbol B C D E F G H I J K L
Nama Kegiatan Pekerjaan Persiapan Pekerjaan penggalian tanah & pancang pondasi Pekerjaan Dewatering Pekerjaan Basement Pekerjaan instalasi MEP (Mechanical Electrical Plumbing) Pekerjaan lantai Dasar Pekerjaan lt 2-20 Pekerjaan atap Pekerjaan Arsitektur & finishing Pekerjaan landscape Testing commisioning (10% dari nilai MEP) Total Nilai Proyek
Nilai Rupiah 375,862,200 16,761,200,000 65,345,200 23,286,977,300 57,497,540,000 7,721,336,100 32,372,438,500 3,995,477,300 56,888,313,700 2,111,972,400 5,749,754,000 206,826,216,700
Sumber : PT. CIRIAJASA
Pengendalian biaya proyek mengalami peningkatan menjadi Rp 206.826.216.700 hal ini disebabkan karena pada aktifitas-aktifitas tertentu ada biaya yang mengalami kenaikan seperti aktifitas F yaitu pekerjaan instalasi MEP yang memerlukan biaya sebesar Rp 57.497.540.000 diikuti oleh aktifitas J yaitu pekerjaan arsitektur dan finishing yang memerlukan biaya sebesar Rp 56.888.313.700 selanjutnya aktifitas H yaitu pekerjaan lantai 2-20 memerlukan biaya sebesar 32.372.438.500. Semua aktifitas tersebut mengalami peningkatan karena bahan baku material yang dibutuhkan sangat banyak dan mahal. Sebagai contoh, diambil pekerjaan lantai dasar (G), yang perinciannya adalah sebagai berikut:
92
Tabel 4.11 Biaya Pelaksanaan Pekerjaan G Pekerjaan/Jenis Bahan G Pekerjaan Lantai Dasar Beton K-350 Besi BJTD Baja WF-200 Baut M-22 Bekisting dan Perancah
Sat m3 kg kg bh m2
Harga Unit 363,700 5,210 8,700 8,400 81,144
Total
Volume 2,950 1,053,786 980 177 14,150
Total 1,072,915,000 5,490,225,060 8,526,000 1,486,800 1,148,183,241 7,721,336,101
Sumber : PT. CIRIAJASA
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Nilai tenaga kerja diperkirakan sebesar 14% dari total nilai pekerjaan. Untuk pekerjaan G nilai semua tenaga kerja adalah Rp 1.080.987.054 (= 14% x Rp 7.721.336.101). 2. Biaya material untuk aktifitas G adalah sebesar Rp 6.640.349.047 (Rp 7.721.336.101 - Rp 1.080.987.054)
Evaluasi Pelaksanaan Proyek 4.4.1
Evaluasi Secara Umum Antara Rencana dengan Pelaksanaan Manajemen dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan master plan dibagi menjadi
rencana bulanan maupun mingguan. Masterplan dapat dibagi secara terperinci menjadi rencana bulanan sedangkan rencana bulanan dapat diperinci lagi menjadi rencana mingguan. Master plan tidak memiliki rencana harian. Dengan demikian, pengawasan hanya dilakukan pengawasan hanya dapat dilakukan secara bulanan dan mingguan dan pengawasan secara harian tidak dapat dilakukan. Selain itu koordinasi antar paket pekerjaan sangat rendah kondisi ini disebabkan karena kurangnya fasilitas atau perlengkapan yang dibutuhkan, seperti contoh kegiatan pekerjaan lantai dasar (aktifitas G) telah selesai namun pekerjaan yang mengikutinya yaitu pekerjaan lantai 2-20 (aktifitas H) belum siap sepenuhnya diselesaikan ini disebabkan karena bahan
93
baku material tidak lengkap. Begitupun juga dengan kegiatan lain yang mengikutinya sampai aktifitas L. 4.4.2 Evaluasi Pelaksanaan Pekerjaan di Jalur Kritis Tabel yang diberikan dibawah dapat menjelaskan terdapatnya perbedaan antara total hari kerja pada waktu rencana dengan waktu pelaksanaan, yaitu selama 167 hari. Sedangkan untuk total hari kerja pada waktu rencana dan waktu pelaksanaan terdapat perbedaan selama 47 hari. Untuk aktifitas F yaitu pekerjaan instalasi MEP terdapat selisih sebesar 120 hari. Perbedaan selisih hari juga terlihat pada kegiatan yang terdapat pada jalur kritis yaitu pekerjaan lantai 2-20 (aktifitas H) dan pekerjaan arsitektur dan finishing (aktifitas J). Pada aktifitas H terdapat selisih hari sebesar 21 hari sedangkan pada aktifitas J mengalami selisih sebesar 12 hari. Tabel 4.12 Perbedaan Total Waktu Antara Rencana dan Pelaksana Simbol Kegiatan A B C D E F G H I J K L
Rencana EF Durasi 9-Jun-05 10-Jun-05 5-Jul-05 25 6-Jul-05 11-Sep-05 65 10-Jul-05 20-Jul-05 10 12-Sep-05 1-Oct-05 19 13-Sep-05 11-Sep-06 290 2-Oct-05 15-Oct-05 13 14-Nov-05 20-Nov-05 6 21-Nov-05 11-Apr-06 140 12-Apr-06 24-Apr-06 12 25-Apr-06 20-Aug-06 115 21-Aug-06 17-Sep-06 26 18-Sep-06 26-Sep-06 8 ES
Pelaksanaan EF 9-Jun-05 10-Jun-05 5-Jul-05 6-Jul-05 11-Sep-05 10-Jul-05 20-Jul-05 12-Sep-05 1-Oct-05 13-Sep-05 3-Nov-06 2-Oct-05 15-Oct-05 14-Nov-05 24-Nov-05 25-Nov-05 6-May-06 7-May-06 24-May-06 25-May-06 2-Oct-06 3-Oct-06 3-Nov-06 4-Nov-06 13-Nov-06 ES
Durasi 25 65 10 19 410 13 10 161 17 127 30 9
Beda hari (120) (4) (21) (5) (12) (4) (1)
Total hari kerja
729
896
(167)
Hari kerja tanpa dummy Sumber : PT.CIRIAJASA
429
476
(47)
Hal ini disebabkan karena bahan baku terlambat untuk dipesan, sehingga pengiriman juga mengalami keterlambatan.
Selanjutnya Pekerjaan lantai dasar (aktifitas G) mengalami
keterlambatan yang tidak sesuai dengan yang telah direncanakan, hal ini disebabkan karena adanya libur idul fitri dan juga keterlambatan pengiriman bahan baku, yang pada awalnya
94
dapat selesai pada tanggal 20 November 2006 terlambat menjadi tanggal 24 November 2006. Begitupun juga dengan aktifitas yang lainnya sampai L. Karena dalam pelaksanaan suatu proyek mengalami keterlambatan yang tidak diharapkan maka proyek yang sudah direncanakan untuk diserah terimakan kepada Departemen Keuangan pada tanggal 26 September 2006 mengalami perubahan menjadi tanggal 13 November 2006 (keterlambatan selama 9 hari) dari yang telah direncanakan.
4.4.3 Evaluasi Pengendalian Biaya Proyek Biaya tenaga kerja buruh dan pengawas yang dihitung dalam satuan hari adalah tetap tidak mengalami perubahan. Tabel 4.13 Total Biaya Rencana dengan Pelaksanaan Proyek dalam satuan rupiah Simbol
Nama Kegiatan
B C D E
Pekerjaan Persiapan Pekerjaan penggalian tanah & pancang pondasi Pekerjaan Dewatering Pekerjaan Basement Pekerjaan instalasi MEP (Mechanical Electrical Plumbing) Pekerjaan lantai Dasar Pekerjaan lt 2-20 Pekerjaan atap Pekerjaan Arsitektur & finishing Pekerjaan landscape Testing commisioning (10% dari nilai MEP)
F G H I J K L
Total Nilai
Rencana 376,000,000 16,762,200,000 65,000,000 23,308,100,000
Nilai Rupiah Pelaksanaan 375,862,200 16,761,200,000 65,345,200 23,286,977,300
Selisih 137,800 1,000,000 (345,200) 21,122,700
50,748,800,000 7,091,800,000 28,162,200,000 3,841,000,000 52,500,000,000 1,973,900,000 5,074,880,000
57,497,540,000 7,721,336,100 32,372,438,500 3,995,477,300 56,888,313,700 2,111,972,400 5,749,754,000
(6,748,740,000) (629,536,100) (4,210,238,500) (154,477,300) (4,388,313,700) (138,072,400) (674,874,000)
189,903,880,000
206,826,216,700
(16,922,336,700)
Sumber : PT.CIRIAJASA
Dengan melihat tabel diatas maka dapat diketahui bahwa total biaya proyek mengalami kenaikan sebesar 16,8 milyar atau sebesar 8,8% dari Rp 189.903.880.000 (tidak termasuk PPN) menjadi Rp 206.826.216.700. Kenaikan ini disebabkan karena pekerjaan instalasi MEP (aktifitas F) mengalami selisih perbedaan antara biaya rencana dengan pelaksana yang mengalami peningkatan cukup drastis sebesar Rp 6.748.740.000 diikuti oleh pekerjaan arsitektur dan finishing (aktifitas J) sebesar Rp 4.388.313.700 dan pekerjaan lantai 2-20
95
(aktifitas H) sebesar Rp 4.210.238.500. Untuk aktifitas B sampai E yaitu pekerjaan persiapan,pekerjaan penggalian tanah dan pancang pondasi,pekerjaan dewatering dan pekerjaan basemen waktu rencana dan pelaksana relatif dapat dikendalikan sebaliknya untuk aktifitas G sampai L yaitu pekerjaan lantai dasar,lantai 2-20,pekerjaan arsitektur dan finishing,pekerjaan lanscape,dan testing commisioning waktu rencana dan pelaksana sangat sulit untuk dikendalikan. Tabel berikut menggambarkan perbandingan antara biaya per unit dan volume bahan baku untuk pekerjaan lantai dasar. Tabel 4.14 Perbedaan Biaya per unit dan Volume Pekerjaan G Pekerjaan/Jenis Bahan G Pekerjaan Lantai Dasar Beton K-350 Besi BJTD Baja WF-200 Baut M-22 Bekisting dan Perancah
Rencana Sat Harga Unit
Volume
m3 kg kg bh m2
2,858 1,044,628 830 167 13,779
362,900 4,790 7,800 8,200 75,700
Pelaksanaan Harga Unit 363,700 5,210 8,700 8,400 81,144
Volume 2,950 1,053,786 980 177 14,150
Selisih Harga Unit 800 420 900 200 5,444
Volume 92 9,158 150 10 371
Sumber : PT.CIRIAJASA
Dengan melihat tabel di atas maka dapat di simpulkan bahwa pada pekerjaan lantai dasar (aktifitas G) untuk harga unit dan volume pada rencana dan pelaksanaan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Keadaan ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja dan bahan baku material tidak efektif dan efisien. Yang dimaksud dengan penggunaan tenaga kerja dan bahan baku material tidak efektif adalah bahwa tenaga kerja tidak bekerja secara benar yang mengakibatkan banyak bahan baku material yang tidak terpakai sehingga terjadi pemborosan. Pemborosan ini mengakibatkan biaya tenaga kerja dan material menjadi meningkat sehingga tidak efisien. Misalnya untuk jenis bahan beton K-350 harga per unit mengalami kenaikan sebesar 0,22% (800:362.900x100%) dan volume juga mengalami kenaikan sebesar 3,2% (92:2.858x100%). Untuk jenis bahan besi BJTD harga per unit mengalami kenaikan sebesar 8,7% (420:4.790x100%) dan volume mengalami kenaikan sebesar 0,87% (9.158:1.044.028x100%). Untuk jenis bahan baja WF-200 harga per unit
96
mengalami kenaikan sebesar 11,5% (900:7.800x100%) dan volume juga mengalami kenaikan sebesar 18,0% (150:830x100%). Tabel 4.15 Perbedaan Total Biaya Rencana dan Pelaksana Pekerjaan G Total
Pekerjaan/Jenis Bahan
Sat
G Pekerjaan Lantai Dasar Beton K-350 Besi BJTD Baja WF-200 Baut M-22 Bekisting dan Perancah
m3 kg kg bh m2
Total
Rencana
Pelaksanaan
Selisih
1,037,109,123 5,003,766,458 6,475,814 1,373,023 1,043,075,581
1,072,915,000 5,490,225,060 8,526,000 1,486,800 1,148,183,241
35,805,877 486,458,602 2,050,186 113,777 105,107,659
7,091,800,000
7,721,336,101
629,536,101
Sumber : PT.CIRIAJASA
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa total biaya pelaksanaan mengalami peningkatan sebesar Rp 629.536.101 sehingga total biaya pekerjaan lantai dasar (aktifitas G) menjadi sebesar Rp 7.21.336.101.
Pengeluaran biaya terbesar terdapat pada penggunaan jenis
bahan besi BJTD yang menghabiskan dana sebesar Rp 486.458.602.
4.4.4 Evaluasi Keterlambatan Penyelesaian Proyek dan Laba yang Diraih PT. CIRIAJASA mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan proyek selama 47 hari. Setiap waktu keterlambatan dari waktu penyelesaian akan dikenakan denda sebesar 1 0
/00 (satu per mil atau satu per seribu) setiap harinya.
mengakibatkan
PT.
CIRIAJASA
dikenai
denda
sebesar
Setiap keterlambatan ini Rp
8.925.482.360
=
(Rp
189.903.880.000 x 47 hari x 10/00 ). Tabel 4.16 perhitungan laba bersih Keterangan
Nilai Rp
Laba 15% dari nilai proyek
28,485,582,000
Denda terlambat 47 hari
(8,925,482,360)
Pemborosan biaya Laba bersih
(16,922,336,700) 2,637,762,940
Sumber: Data yang diolah dari PT.CIRIAJASA
Tabel di atas menjelaskan mengenai ringkasan perhitungan laba bersih.
PT. CIRIAJASA
menargetkan laba dari proyek sebesar 15% dari nilai proyek sebesar Rp 28.485.582.000.
97
Selanjutnya PT. CIRIAJASA dikenakan denda sebesar Rp 8.925.482.360 karena pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan selama 47 hari dan dikurangi dengan pemborosan biaya sebesar Rp 16.822.336.700. Sehingga total laba bersih secara keseluruhan sebesar Rp 2.637.762.940.
Alternatif Pelaksanaan Proyek Dalam pelaksanaan proyek bangunan bertingkat terdapat dua alternatif yang dapat digunakan yaitu: 1.
Alternatif pertama dengan cara mempercepat waktu pelaksanaan proyek khususnya pada aktivitas B (pekerjaan persiapan), aktivitas C (pekerjaan penggalian tanah dan pancang pondasi), dan aktivitas E (pekerjaan basement).
2.
Alternatif ke dua dengan cara mempercepat waktu pelaksanaan proyek khususnya pada aktivitas H (pekerjaan lantai 2 hingga lantai 20), aktivitas I (pakerjaan atap), aktivitas J (pekerjaan arsitektur dan finishing), dan aktivitas K (pekerjaan landscape).
4.5.1
Alternatif 1 Pada alternatif pertama pelaksanaan proyek bangunan bertingkat, dapat dilakukan
dengan cara mempercepat waktu pelaksanaan proyek untuk aktivitas B,C dan E. Seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
1.
Waktu Pelaksanaan Proyek
Dari tabel dibawahs dapat dijelaskan bahwa total waktu pelaksanaan proyek yang telah ada sebesar 476 hari. Namun dengan membuat alternatif pertama maka total hari kerja tersebut dapat dipersingkat, yang semula berjumlah 476 hari menjadi sebesar 453
98
hari,sehingga terdapat perbedaan total hari kerja antara pelaksanaan dengan alternatif pertama sebesar 23 hari. Tabel 4.17 Alternatif 1 dan WaktuPelaksanaan Proyek Simbol Kegiatan A B C D E F G H
Pelaksanaan EF Durasi 9-Jun-05 10-Jun-05 5-Jul-05 25 6-Jul-05 11-Sep-05 65 10-Jul-05 20-Jul-05 10 12-Sep-05 1-Oct-05 19 13-Sep-05 3-Nov-06 410 2-Oct-05 15-Oct-05 13 14-Nov-05 24-Nov-05 10 25-Nov-05 6-May-06 161
I J K L
7-May-06 25-May-06 3-Oct-06 4-Nov-06
ES
24-May-06 2-Oct-06 3-Nov-06 13-Nov-06
17 127 30 9
10-Jun-05 6-Jul-05 1-Sep-05 1-Sep-05 2-Sep-05 16-Sep-05
Alternatif I EF 9-Jun-05 1-Jul-05 31-Aug-05 11-Sep-05 15-Sep-05 12-Oct-06 5-Oct-05
6-Oct-05 14-Nov-05 16-Apr-06 4-May-06 12-Sep-06 11-Oct-06
15-Oct-05 16-Apr-06 3-May-06 11-Sep-06 12-Oct-06 20-Oct-06
ES
Durasi 21 55 10 14 400 19 9 152 17 127 30 9
Selisih 4 10 5 10 (6) 10 -
Total hari kerja
896
863
33
Hari kerja tanpa dummy Sumber : PT.CIRIAJASA
476
453
23
Oleh karena itu total waktu pelaksanaan yang telah dipercepat ternyata masih mengalami keterlambatan sebesar 32 hari dari rencana semula. Dalam alternatif pertama percepatan waktu pelaksanaan proyek terjadi pada aktivitas B yang dipersingkat menjadi 4 hari meliputi pekerjaan pembersihan lokasi, anti rayap sekeliling bangunan, dan mobilisasi serta demobilisasi alat.
Percepatan waktu pelaksanaan proyek juga terjadi pada aktivitas C
dipersingkat selama 10 hari dan aktivitas E yang dipersingkat selama 5 hari, masing-masing aktivitas tersebut meliputi pekerjaan pengeboran bored pile, potong kepala bor epile, buang galian lumpur dan bor, beton k-225, statis dan dinamis loading test (aktivitas C) sedangkan aktivitas E meliputi pekerjaan galian tanah, beton K-350, waterproofing dinding dan lantai basement dan floorhardner lantai basement. Untuk aktivitas G yaitu pekerjaan lantai dasar dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Secara keseluruhan pada alternatif pertama waktu pelaksanaan proyek dapat digambarkan sebagai berikut :
99
Mulai
21 0
A
0
21
0
0
C
76
86
E
100
14
55 21
21
0 0
B
0
86
76
100
21 76
D 86
100
10 76
100
G
119
H
127
288
288
I
305
86
62
305
J
432
432
127
19 100
127
288
288
305
500
305
462
K 462 30
17
161 119
F
400
432
432
462
Selesai
462
L
453
9 462
453
Gambar : Jalur Kritis proyek dan alternatif 1 waktu pelaksanaan proyek setelah dipercepat
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jalur kritis yang ada masih sama dengan gambar sebelumnya. Dari gambar tersebut juga terlihat perbedaan waktu pelaksanaan proyek untuk aktivitas B,C dan E menjadi lebih pendek dari waktu pelaksanaan semula, dengan dipercepatnya waktu pelaksanaan proyek untuk aktivitas B,C dan E maka total waktu proyek menjadi lebih pendek yaitu sebesar 453 hari.
Pada tabel 4.18 dibawah dapat disimpulkan bahwa total biaya pelaksanaan proyek mengalami perbedaan antara pelaksanaan dengan alternatif pertama yaitu dengan melakukan percepatan waktu pelaksanaan proyek khususnya pada aktivitas B naik menjadi 11% yang meliputi pekerjaan pembersihan lokasi, anti rayap sekeliling bangunan, dan mobilisasi serta demobilisasi alat.
100
Tabel 4.18 selisih total biaya rencana pelaksanaan proyek dengan alternatif 1 Simbol
Nama Kegiatan
B C D E
Pekerjaan Persiapan Pekerjaan penggalian tanah & pancang pondasi Pekerjaan Dewatering Pekerjaan Basement Pekerjaan instalasi MEP (Mechanical Electrical Plumbing) Pekerjaan lantai Dasar Pekerjaan lt 2-20 Pekerjaan atap Pekerjaan Arsitektur & finishing Pekerjaan landscape Testing commisioning (10% dari nilai MEP)
F G H I J K L
Total Nilai
Rencana 376,000,000 16,762,200,000 65,000,000 23,308,100,000
Nilai Rupiah Alternatif 1 417,489,790.6 18,484,815,112 65,345,200 24,527,354,147
Selisih (41,489,791) (1,722,615,112) (345,200) (1,219,254,147)
50,748,800,000 7,091,800,000 28,162,200,000 3,841,000,000 52,500,000,000 1,973,900,000 5,074,880,000
53,567,535,000 7,105,767,440 32,372,438,500 3,995,477,300 56,888,313,700 2,111,972,400 5,356,753,500
(2,818,735,000) (13,967,440) (4,210,238,500) (154,477,300) (4,388,313,700) (138,072,400) (281,873,500)
189,903,880,000
204,893,262,090
(14,989,382,090)
Sumber : PT.CIRIAJASA
Percepatan waktu pelaksanaan proyek juga terjadi pada aktivitas C yang naik sebesar 10% begitu juga dengan aktivitas E yang mengalami kenaikan sebesar 5%, masing-masing aktivitas tersebut meliputi pekerjaan pengeboran bored pile, potong kepala bored pile, buang galian lumpur dan bor, beton k-225, statis dan dinamis loading test (aktivitas C) sedangkan aktivitas E meliputi pekerjaan galian tanah, beton K-350, waterproofing dinding dan lantai basement dan floorhardner lantai basement. Pada seluruh aktivitas yang telah dipercepat hal ini dikarenakan oleh adanya penambahan tenaga kerja dan alat-alat sehingga biaya yang dikeluarkan oleh ketiga aktivitas tersebut yaitu aktivitas B, C dan E mengalami kenaikan yang cukup drastis.
Antara biaya yang direncanakan (Rp 189.903.880.000) dengan biaya pelaksanaannya (Rp 206.826.216.700), terdapat selisih biaya lebih sebesar Rp 16.922.336.700. Tabelnya telah dijelaskan sebelumnya pada halaman 87.
101
Tabel 4.19 selisih total biaya realisasi pelaksanaan proyek dengan alternatif 1 Simbol
Nama Kegiatan
B C D E
Pekerjaan Persiapan Pekerjaan penggalian tanah & pancang pondasi Pekerjaan Dewatering Pekerjaan Basement Pekerjaan instalasi MEP (Mechanical Electrical Plumbing) Pekerjaan lantai Dasar Pekerjaan lt 2-20 Pekerjaan atap Pekerjaan Arsitektur & finishing Pekerjaan landscape Testing commisioning (10% dari nilai MEP)
F G H I J K L
Total Nilai
Pelaksanaan 375,862,200 16,761,200,000 65,345,200 23,286,977,300
Nilai Rupiah Alternatif 1 417,489,790.6 18,484,815,112 65,345,200 24,527,354,147
57,497,540,000 7,721,336,100 32,372,438,500 3,995,477,300 56,888,313,700 2,111,972,400 5,749,754,000
53,567,535,000 7,105,767,440 32,372,438,500 3,995,477,300 56,888,313,700 2,111,972,400 5,356,753,500
3,930,005,000 615,568,660 393,000,500
206,826,216,700
204,893,262,090
1,932,954,610
Selisih (41,627,591) (1,723,615,112) (1,240,376,847)
Sumber : PT.CIRIAJASA
Pada tabel 4.19 dapat disimpulkan bahwa total biaya realisasi pelaksanaan proyek mengalami perbedaan antara pelaksanaan dengan alternatif pertama yaitu dengan melakukan percepatan waktu pelaksanaan proyek khususnya pada aktivitas B yang meliputi pekerjaan pembersihan lokasi, anti rayap sekeliling bangunan, dan mobilisasi serta demobilisasi alat, serta aktivitas C dan aktivitas E masing-masing aktivitas tersebut meliputi pekerjaan pengeboran bored pile, potong kepala bor epile, buang galian lumpur dan bor, beton k-225, statis dan dinamis loading test (aktivitas C) sedangkan aktivitas E meliputi pekerjaan galian tanah, beton K-350, waterproofing dinding dan lantai basement dan floorhardner lantai basement. Pada aktivitas B, C dan E setelah dilakukan alternatif pertama ternyata mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari realisasi pelaksanaan proyek. Sedangkan untuk aktivitas H sampai L tetap tidak mengalami perubahan, sehingga dapat dilihat bahwa selisih total biaya yang didapat antara realisasi pelaksanaan proyek dengan alternatif pertama hanya turun sebanyak Rp 1,9 Milyar.
4.5.1.1 Perhitungan Laba Bersih dari Alternatif 1
102
PT. CIRIAJASA mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan proyek selama 47 hari, namun setelah dilakukan alternatif pertama keterlambatan hari penyelesaian berkurang menjadi sebesar 32 hari.
Setiap waktu keterlambatan dari waktu penyelesaian akan
dikenakan denda sebesar 1 0/00 (satu per mil atau satu per seribu) setiap harinya. Dalam waktu
pelaksanaan
yang
sebenarnya,
PT.
CIRIAJASA
dikenai
denda
sebesar
Rp
6.076.924.160.
Tabel 4.20 Perhitungan Laba Bersih untuk alternatif 1 Nilai Rp
Keterangan Laba 15% dari nilai proyek
Rencana
Alternatif 1
28,485,582,000
28,485,582,000
-
(8,925,482,360)
(6,076,924,160)
-
(16,922,336,700)
(14,989,382,090)
2,637,762,940
7,419,275,750
28,485,582,000
Denda terlambat 47 hari dan 32 hari Pemborosan biaya Laba bersih
Pelaksanaan
28,485,582,000
Sumber : PT.CIRIAJASA
Tabel di atas menjelaskan mengenai ringkasan perhitungan laba bersih. CIRIAJASA
menargetkan
perhitungan
laba
bersih
sebesar
15%
28.485.582.000, tanpa pemborosan biaya dan denda keterlambatan.
berjumlah
PT. Rp
Sedangkan dalam
pelaksanaannya laba sebesar 15% ternyata mengalami penurunan setelah dikurangi dengan denda dan pemborosan biaya. Setelah dilakukan alternatif pertama denda keterlambatan waktu pelaksanaan proyek mengalami penurunan menjadi Rp 6.076.924.160 = (Rp 189.903.880.000 x 32 hari x 10/00 ).
Akibatnya pemborosan biaya juga mengalami
penurunan yang cukup signifikan yakni sebesar Rp 14.989.382.090, setelah dikurangi dengan denda keterlambatan selama 32 hari. Sehingga total laba bersih secara keseluruhan setelah dilakukan alternatif pertama mengalamai kenaikan sebesar Rp 7.419.275.750 dari waktu pelaksanaan semula.
103
. 4.5.2 Alternatif 2 Pada alternatif kedua pelaksanaan proyek bangunan bertingkat, dapat dilakukan dengan cara mempercepat waktu pelaksanaan proyek untuk aktivitas G (pekerjaan lantai dasar), H (pekerjaan lantai 2-20), I (pekerjaan atap), J (pekerjaan arsitektur dan finishing), K (pekerjaan landscape) dan L (pekerjaan testing comisioning). Seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 2.
Waktu Pelaksanaan Proyek
Dari tabel dibawah dapat dijelaskan bahwa total waktu pelaksanaan proyek yang telah ada sebesar 476 hari. Tabel 4.21 Alternatif 2 dan Waktu Pelaksanaan Proyek Simbol Kegiatan A B C D E F G H I J K L
Pelaksanaan EF Durasi 9-Jun-05 10-Jun-05 5-Jul-05 25 6-Jul-05 11-Sep-05 65 10-Jul-05 20-Jul-05 10 12-Sep-05 1-Oct-05 19 13-Sep-05 3-Nov-06 410 2-Oct-05 15-Oct-05 13 14-Nov-05 24-Nov-05 10 25-Nov-05 6-May-06 161 7-May-06 24-May-06 17 25-May-06 2-Oct-06 127 3-Oct-06 3-Nov-06 30 4-Nov-06 13-Nov-06 9 ES
Alternatif II EF 9-Jun-05 10-Jun-05 5-Jul-05 6-Jul-05 11-Sep-05 10-Jul-05 20-Jul-05 12-Sep-05 1-Oct-05 13-Sep-05 12-Oct-06 2-Oct-05 15-Oct-05 14-Nov-05 20-Nov-05 21-Nov-05 18-Apr-06 19-Apr-06 4-May-06 5-May-06 2-Sep-06 3-Sep-06 2-Oct-06 2-Oct-06 10-Oct-06 ES
Durasi 25 65 10 19 389 13 6 147 15 117 29 8
Beda hari 21 4 14 2 10 1 1
Total hari kerja
896
843
53
Hari kerja tanpa dummy
476
444
32
Sumber : PT.CIRIAJASA
Namun dengan membuat alternatif kedua maka total hari kerja tersebut dapat dipersingkat, yang semula berjumlah 476 hari menjadi sebesar 444 hari, sehingga terdapat perbedaan total hari kerja antara pelaksanaan dengan alternatif kedua sebesar 32 hari.
104
Oleh karena itu total waktu pelaksanaan yang telah dipercepat ternyata masih mengalami keterlambatan sebesar 23 hari dari rencana semula.
Secara keseluruhan pada alternatif
kedua waktu pelaksanaan proyek dapat digambarkan sebagai berikut : Mulai
25 0
A
0
25
0
0
C
90
90
E
109
19
65 25
25
0 0
B
0
90
90
109
25 90
D 100
109
10 80
109
G
128
128
128
H
128
19 109
275
275
I
275
275
498
389
90
47
290
290
290
290
15
147
F
J
407 407
436
K 436 29
117 407
407
436
Selesai
436
L
444
8 436
444
Gambar : Jalur Kritis proyek dan alternatif 2 waktu pelaksanaan proyek setelah dipercepat
Dalam alternatif kedua percepatan waktu pelaksanaan proyek terjadi pada aktivitas G yang dipersingkat menjadi 4 hari, aktivitas H dipersingkat selama 14 hari dan aktivitas I yang dipersingkat selama 2 hari. Aktivitas J yang meliputi pemasangan pintu, jendela, kaca, ubin, atap akustik, perlengkapan sanitair, pengecatan, partisi, marmer dan karpet dipersingkat selama 10 hari, aktivitas K meliputi pengolahan tanah, penanaman pohon, penanaman tanaman perdu, penanaman tanaman penutup tanah, jalan dan parkir, trotoar dan saluran pembuangan keliling dipersingkat selama 1 hari dan aktivitas L yaitu aktivitas terakhir yang
105
meliputi pengetesan saluran air, udara & suara, pemadam kebakaran dan transportasi dalam gedung dipersingkat selama 1 hari.
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jalur kritis yang ada masih sama dengan gambar sebelumnya. Dari gambar tersebut juga terlihat perbedaan waktu pelaksanaan proyek untuk aktivitas G, H, I, J, K dan L menjadi lebih pendek dari waktu pelaksanaan semula, dengan dipercepatnya waktu pelaksanaan proyek untuk aktivitas tersebut maka total waktu proyek menjadi lebih pendek yaitu sebesar 444 hari.
Pada tabel 4.22 dibawah dapat disimpulkan bahwa total biaya pelaksanaan proyek mengalami perbedaan antara pelaksanaan dengan alternatif kedua. Tabel 4.22 selisih total biaya rencana pelaksanaan proyek dengan alternatif 2 Simbol
Nama Kegiatan
B C D E
Pekerjaan Persiapan Pekerjaan penggalian tanah & pancang pondasi Pekerjaan Dewatering Pekerjaan Basement Pekerjaan instalasi MEP (Mechanical Electrical Plumbing) Pekerjaan lantai Dasar Pekerjaan lt 2-20 Pekerjaan atap Pekerjaan Arsitektur & finishing Pekerjaan landscape Testing commisioning (10% dari nilai MEP)
F G H I J K L
Total Nilai
Rencana 376,000,000 16,762,200,000 65,000,000 23,308,100,000
Nilai Rupiah Alternatif 2 375,862,200 16,761,200,000 65,345,200 23,286,977,300
Selisih 137,800 1,000,000 (345,200) 21,122,700
50,748,800,000 7,091,800,000 28,162,200,000 3,841,000,000 52,500,000,000 1,973,900,000 5,074,880,000
51,981,350,100 7,366,329,010 30,917,888,372 3,922,680,315 53,909,548,870 2,010,812,240 5,198,135,010
(1,232,550,100) (274,529,010) (2,755,688,372) (81,680,315) (1,409,548,870) (36,912,240) (123,255,010)
189,903,880,000
195,796,128,617
(5,892,248,617)
Sumber : PT.CIRIAJASA
Dengan melakukan percepatan waktu pelaksanaan proyek khususnya pada aktivitas G naik menjadi 3,9%, aktivitas H yang naik sebesar 9,8%, aktivitas I yang mengalami kenaikan sebesar 2,1%, aktivitas J yang mengalami kenaikan sebesar 2,7%, aktivitas K yang mengalami kenaikan sebesar 1,9%, dan aktivitas L naik sebesar 2,4%.
106
Pada seluruh aktivitas yang telah dipercepat hal ini dikarenakan oleh adanya penambahan tenaga kerja dan alat-alat sehingga biaya yang dikeluarkan oleh ketiga aktivitas tersebut juga mengalami kenaikan yang cukup drastis.
Antara biaya yang direncanakan (Rp 189.903.880.000) dengan biaya pelaksanaannya (Rp 206.826.216.700), terdapat selisih biaya lebih sebesar Rp 16.922.336.700. Tabelnya telah dijelaskan sebelumnya pada halaman 87.
Tabel 4.23 selisih total biaya realisasi pelaksanaan proyek dengan alternatif 2 Simbol
Nama Kegiatan
B C D E
Pekerjaan Persiapan Pekerjaan penggalian tanah & pancang pondasi Pekerjaan Dewatering Pekerjaan Basement Pekerjaan instalasi MEP (Mechanical Electrical Plumbing) Pekerjaan lantai Dasar Pekerjaan lt 2-20 Pekerjaan atap Pekerjaan Arsitektur & finishing Pekerjaan landscape Testing commisioning (10% dari nilai MEP)
F G H I J K L
Total Nilai
Pelaksanaan 375,862,200 16,761,200,000 65,345,200 23,286,977,300
Nilai Rupiah Alternatif 2 375,862,200 16,761,200,000 65,345,200 23,286,977,300
57,497,540,000 7,721,336,100 32,372,438,500 3,995,477,300 56,888,313,700 2,111,972,400 5,649,754,000
51,981,350,100 7,366,329,010 30,917,888,372 3,922,680,315 53,909,548,870 2,010,812,240 5,649,754,000
5,516,189,900 355,007,090 1,454,550,128 72,796,985 2,978,764,830 101,160,160 -
206,726,216,700
196,247,747,607
10,478,469,093
Selisih -
Sumber : PT.CIRIAJASA
Pada tabel 4.23 dapat disimpulkan bahwa total biaya realisasi pelaksanaan proyek mengalami penurunan antara pelaksanaan dengan alternatif kedua yaitu dengan melakukan percepatan waktu pelaksanaan proyek khususnya pada aktivitas-aftifitas, F, G, H, I, J, K dan L sehingga secara keseluruhan, dengan alternatif 2 biaya total dapat dihemat sebesar Rp 10 milyar dibandingkan dengan pelaksanaannya.
4.5.2 Perhitungan Laba Bersih dari Alternatif 2 PT. CIRIAJASA mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan proyek selama 47 hari, namun setelah dilakukan alternatif kedua keterlambatan menjadi lebih cepat yaitu
107
sebesar 32 hari. Setiap waktu keterlambatan dari waktu penyelesaian akan dikenakan denda sebesar 1 0/00 (satu per mil atau satu per seribu) setiap harinya. Denda keterlambatan dalam pelaksanaan proyek ini mengakibatkan PT. CIRIAJASA dikenai denda sebesar Rp 8.925.482.360. Tabel 4.24 Perhitungan Laba Bersih untuk alternatif 2 Nilai Rp
Keterangan
Rencana
Laba 15% dari nilai proyek
28,485,582,000
Pelaksanaan
Alternatif 2
28,485,582,000
28,485,582,000
Denda terlambat 47 hari dan 32 hari
-
(8,925,482,360)
(6,076,924,160)
Pemborosan biaya
-
(16,822,336,700)
(5,892,248,617)
2,737,762,940
16,516,409,223
Laba bersih
28,485,582,000
Sumber : PT.CIRIAJASA
Tabel di atas menjelaskan mengenai ringkasan perhitungan laba bersih. CIRIAJASA
menargetkan
perhitungan
laba
bersih
sebesar
15%
28.485.582.000, tanpa pemborosan biaya dan denda keterlambatan.
berjumlah
PT. Rp
Sedangkan dalam
pelaksanaannya laba sebesar 15% ternyata mengalami penurunan setelah dikurangi dengan denda dan pemborosan biaya.
Setelah dilakukan alternatif kedua denda keterlambatan
waktu pelaksanaan proyek mengalami penurunan menjadi Rp 6.076.924.160 = (Rp 189.903.880.000 x 32 hari x 10/00 ).
Akibatnya pemborosan biaya juga mengalami
penurunan yang cukup signifikan yakni sebesar Rp 5.892.248.617, setelah dikurangi dengan denda keterlambatan selama 32 hari. Sehingga total laba bersih secara keseluruhan setelah dilakukan alternatif kedua mengalamai kenaikan sebesar Rp 16.516.409.223 dari waktu pelaksanaan semula.