BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Lanjut Usia Pengertian Lanjut Usia Menurut Undang- Undang No.4 tahun 1965, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari (Nugroho, 2000). Menurut Undang- Undang No.13 tahun 1998, lanjut usia adalah mereka yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2000). Sedangkan menurut Hurlock 1980, lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat.
Karakteristik Proses Penuaan Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang kompleks yaitu; adanya perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis, terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi spontan, radikal bebas dan adanya kesalahan di molekul DNA, perubahan yang terjadi di dalam sel dapat primer akibat gangguan sistem pengaturan pertumbuhan atau secara sekunder akibat pengaruh dari luar sel (Hahn, 1975; Strehler, 1962 dalam Hardiwinoto, 2005). Beberapa karakteristik tentang proses penuaan yang terjadi yaitu; peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia, terjadinya perubahan kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh dan
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan massa tubuh berkurang, peningkatan lemak serta perubahan serat kolagen, terjadinya perubahan progresif dan merusak, menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungannya, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit tertentu (Cristofalo, 1990 dalam Hardiwinoto, 2005).
Teori- teori Penuaan Teori- teori penuaan ada dua aspek yaitu teori dari aspek biologis dan teori dari aspek psikologis. Teori Biologis Penuaan merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif (Christ, 1993 dalam Hardiwinoto, 2005). Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, keracunan oksigen dan sistem imun (Watson, 2003). Teori Seluler. Teori seluler menyebutkan bahwa kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel- sel tubuh ”diprogram” untuk membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas
Universitas Sumatera Utara
dari tubuh dan dibiakan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit (Spence & Mason, 1992 dalam Watson, 2003). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menujukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan ukuran umur (Watson, 2003). Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali utuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem di tubuh kita cenderung mengalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti (Watson, 2003). Teori Sintesis Protein. Teori sintesis protein menyatakan bahwa jaringan seperti kulit dan kartilago pada lansia akan kehilangan elastisitasnya. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dan jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa protein (kolagen pada kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia (Tortora & Anagnostakos, 1990 dalam Watson, 2003). Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya
Universitas Sumatera Utara
dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal (Watson, 2003). Teori Keracunan Oksigen. Teori keracunan oksigen menyatakan bahwa adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan untuk mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan (Tortora & Anagnostakas, 1990 dalam Watson, 2003). Membran sel tersebut merupakan alat
untuk memfasilitasi sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel sangat penting bagi kelangsungan proses di atas, dipengaruhi oleh regiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang.halini dapat menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Watson, 2003). Teori Sistem Imun. Teori sisitem imun menyatakan bahwa kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkonstribusi dalam proses penuaan. Hal ini dapat dimanifestasikan dengan meningkatnya infeksi penyakit autoimun (sistem imun benar- benar menyerang tubuh) dan kanker (Watson, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Teori Psikologis Teori psikologis terdiri dariteori aktivitas, teori kepribadian berlanjut dan teori pembebasan. Teori Aktivitas. Penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktivitas yang dilakukan. Dari satu segi aktivitas lanjut usia dapat menurun, akan tetapi di lain segi dapat dikembangkan, misalnya sebagai relawan, kakek dan nenek, ketua rukun warga, dan duda atau janda (Palmore, 1965; Lemon; 1972 dalam Hardiwinoto, 2005). Teori Kepribadian Berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa dasar kepribadian atau tingkah laku pada lansia tidak mengalami perubahan. Artinya bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya (Nugroho, 2000). Teori Pembebasan. Teori pembebasan menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur- angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas (Nugroho, 2000).
Perubahan pada Lanjut Usia Menua adalah suatu proses alami yang akan dialami semua makhluk di alam semesta ini, yang sampai saat ini belum diketahui penangkalnya. Menua
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu proses irreversible yang terjadi dan terus berkembang sejak seorang mature dan akan menghasilkan sejumlah perubahan dan penyimpangan dari kondisi yang ideal, atau penurunan kemampuan untuk kembali ke kondisi ideal atau keduanya (Rudman,1990). Terdapat penurunan fungsi tubuh pada lanjut usia dibandingkan dengan usia muda. Sistem saraf pusat mengalami penurunan daya ingat, sedangkan saraf perifer mengalami penurunan fungsi persepsi, sensori dan motorik. Jantung mengalami penurunan curah jantung, sklerosis katup, penurunan frekuensi jantung, dan mudah menjadi aritmia. Fungsi hormon tiroid dan testosteron bebas menurun, tetapi hormon insulin dan paratiroid meningkat. Kemampuan respirasi, kapasitas pernafasan dan ambialn oksigen menurun, serta sistem gastrointestinal , absorbsi dan sekreasi menurun. Fungsi ginjal menurun sesuai dengan meningkatnya usia yang sisertai dengan berkurangnya kemampuan ekskresi H+ DNA pengaturan keseimbangan cairan. Berbagai sistem dan jaringan tubuh menurun, seperti otot mengalami atrofi
sarkopenia), tulang menipis
(osteopenia), kulit mengeriput dan sistem imun menurun. Proses penurunan tersebut berbeda- beda, usia kronogis hanya merupakan salah satu kontribusi yang memegang peran, selain itu ada faktor bawaan, faktor didapat dan faktor lingkungan (Rudman, 1990). Menurut Nugroho (2000), perubahan- perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia yaitu; Sel ; sel akan mengalami penurunan ukuran dan jumlahnya, berkurang jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi
Universitas Sumatera Utara
protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel dan otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%. Sistem persarafan ; berat otak menurun 10-20%, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca
indra
yang
menyebabkan
berkurangnya
penglihatan,
hilangmya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan. Sistem pendengaran ; presbiakusis (gangguan pada pendengaran), hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada- nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan olosklerosis, terjadinya pengumpulan serumen dan dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/ stres. Sistem penglihatan ; spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensalebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapangan pandang. Sitem kardiovaskular ; elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, sehingga kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke dududk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak), tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. Sistem pengaturan temperatur tubuh ; temperatur tubuh menurun secara fisiologik sekitar 350C ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot. Sistem respirasi ; otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, paru- paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun, alvioli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 pada arteri tidak terganti, kemampuan untuk batuk berkurang, kekuatan otot pernafasan menurun seiring dengan penambahan usia. Sistem gastrointestinal ; kehilangan gigi akibat periodental deases yang biasanya terjadi setelah umur 30 tahun, bisa juga disebabkan oleh kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun karena adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecapan, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, dan pahit, esofagus melebar, sensiifitas lapar menurun, peristaltik lemah dan biasanya
Universitas Sumatera Utara
timbul konstipasi, fungsi absorbsi melemah, hati mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. Sistem reproduksi ; menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara, pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spematozoa meskipun mengalami penurunan berangsur- angsur, dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, selaput vagina menurun permukaan menjadi halus, dan sekresi menjadi berkurang. Sistem genitourinaria ; ginjal mengecil dan nefron menjadi arofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang sehingga krangnya kemampuan konsentrasi urin, berat jenis urin menurun, otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin, pembesaran prostat sekitar 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun. Sistem endokrin ; produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR dan menurunnya daya pertukran zat, menurunnya fungsi aldosteron dan menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya progesteron, estrogen dan testosteron. Sistem integumen ; kulit mengerut atau keriput akiba kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran serta bentuk- bentuk sel epideris, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan
Universitas Sumatera Utara
rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya
elastisitas
akibat
menurunnya
cairan
dan
vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang becahaya. Sistem muskuloskeletal ; tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, pinggang, lutut dan jari- jari pergerakan terbatas, discus invertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, serabutserabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot- otot menjadi kram dan tremor.
Masalah Fisik pada Lanjut Usia Jika kita mengamati lanjut usia, kita akan menemukan beberapa perubahan yang menarik yang pasti berbeda dari kebanyakan orang dewasa lainnya (Nugroho, 2000). Memang tidak dapat dibantah, bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Akibatnya aktivitasnya akan ikut terpengaruh, yang pada akhinya akan mengurangi kesigapan seseorang (Nugroho, 2000). Adapun masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia menurut Nugroho (2000) yaitu;
Universitas Sumatera Utara
Mudah jatuh ; jatuh seringkali dialami oleh lanjut usia dan penyebabnya bisa multifaktor. Banyak faktor yang berperan di dalamnya, faktor intrinsik (dari dalam lanjut usia), misalnya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, dan kekakuan sendi. Faktor lainnya yaitu faktor ekstrinsik, misalnya lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh bendabenda, penlihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya. Mudah lelah ; biasanya disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi). Faktor lain gangguan organis, misalnya kekurangan vitamin, anemia, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan pencernaan, kelainan metabolisme, gangguan ginjal, dan gangguan peredaran darah. Dan juga disebabkan oleh karena pengaruh obat- obat, seperti obat penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya kerja otot. Kekacauan mental akut ; biasanya disebabkan oleh keracunan, penyakit infeksi dengan demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, gangguan fungsi otak, gangguan fungsi hati, dan radang selaput otak (meningitis). Nyeri dada ; biasanya disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung (berkurangnya aliran darah ke jantung), radang selaput jantung, dan gangguan pada sistem alat pernafasan dan gangguan alat pencernaan bagian atas. Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik ; biasanya disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebihan, dan anenia.
Universitas Sumatera Utara
Berdebar-debar (palpitasi) ; biasanya disebabkan oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor- faktor psikologis. Pembengkakkan kaki bagian bawah ; biasanya disebabkan oleh kaki yang lama digantung (edema gravitasi), gagal jantung, bendungan pada vena bagian bawah, gangguan penyakit hati, dan penyakit ginjal. Nyeri pinggang atau punggung ; biasanya disebabkan oleh sendisendi atau susunan sendi pada tulang belakang, kelainan ginjal, dan gangguan pada otot- otot badan. Nyeri pada sendi pinggul ; biasanya disebabkan oleh gangguan sendi pinggul, kelainan tulang- tulang sendi, dan akibat kelainan pada saraf dari punggung bagian bawah yang terjepit. Berat badan menurun ; biasanya disebabkan oleh nafsu makan menurun akibat kurang adanya gairah hidup atau kelesuan, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu, dan adanya faktor- faktor sosioekonomi (pensiun). Susah menahan buang air kecil (sering ngompol) ; biasanya disebabkan oleh obat-oabat yang mengakibatkan sering berkemih, radang kandung kemih, radang saluran kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih, kelainan persarafan pada kandung kemih, dan faktor psikologis. Sukar menahan buang air besar ; biasanya disebabkan oleh obat pencahar perut, keadaan diare, kelainan pada usus besar, dan kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus).
Universitas Sumatera Utara
Gangguan pendengaran ; biasanya disebabka oleh kelainan degeneratif dan ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental. Gangguan tidur ; biasanya disebabkan oleh faktor ekstrinsik yaitu lingkungan yang kurang tenang, dan faktor intrinsik yang bisa bersifat organik misalnya nyeri, gatal-gatal, dan penyakit tertentu yang membuat gelisah, dan yang bersifat psikologis misalnya depresi kecemasan dan iritabilitas. Keluhan Pusing-pusing ; biasanya disebabkan oleh gangguan lokal misalnya vaskuler, migren, mata, glaukoma, sinusitis dan sakit gigi, penyakit sistemik yang menimbulkan hipodlikemia, dan faktor psikologis misalnya perasaan cemas, depresi, kuramg tidur dan kekacauan pikiran. Keluhan perasaan dingin dan kesemuatan pada anggota tubuh ; biasanya disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan persarafan umum (gangguan pada kontrol) dan gtangguan pada persarafan lokal pada bagian anggota tubuh. Mudah gatal-gatal ; biasanya disebabkan oleh kelainan kulit misalnya kulit kering, degenatif (eksema kulit), dan penyakit sistemik misalnya DM, gagal ginjal, penyakit hati (hepatitis kronis) dan keadaan alergi.
2. Perawatan Lanjut Usia di Rumah oleh Keluarga Keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai keterikatan emosional antara satu sama lain dan tinggal dalam satu wilayah
Universitas Sumatera Utara
demografi (Friedman, 1986). Keluarga merupakan situasi lingkungan yang makrosistem yaitu meliputi pendidikan, sistem kerja, sistem pelayanan sosial dan sebagainya (Friedman, 1998). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy, 1998).
2.2. Penggolongan Lanjut Usia dalam Keperawatan Perawatan secara umum bagi mereka yang berusia lanjut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu lanjut usia yang masih aktif dan lanjut usia yang pasif. Lanjut usia yang masih aktif adalah mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sedangkan kebutuhan sehari-harinya dapat dilaksanakan sendiri. Dan lanjut usia yang pasif adalah mereka yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain, misalnya karena sakit atau lumpuh. Disamping itu, kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar (Hardiwinoto, 2005).
2.3. Perawatan Lanjut Usia oleh Keluarga Hidup bertempat tinggal dengan keluarga merupakan kebiasaan umum bila seorang lanjut usia ditinggal oleh suami /istrinya, atau sebelum ini terjadi. Umumnya memanglah keluarga yang merumat para lanjut usia di rumahnya (juga
Universitas Sumatera Utara
di negara-negara Asia lain), terutama hal ini dilakukan oleh anak perempuan (Darmojo, 1999). Dengan meningkatnya usia, terjadi pula penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada umumnya usia lanjut memerlukan bantuan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjalani hari tua yang menyenangkan (Nugroho, 2000). Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan, walaupun dalam beberapa aktivitas tentu perlu dibantu (Nugroho, 2000). Dalam merawat lanjut usia di rumah, adapun perawatan yang dapat diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia menurut Setiti (2007) yaitu ; Perawatan Fisik. Secara umum keluarga melayani makan tiga kali sehari. Namun ada juga yang hanya dua kali sehari, yaitu siang dan sore saja. Makanan yang disajikan sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang menyajikan nasi, sayur dan lauk. Ada juga yang ditambah dengan buah. Tetapi ada yang hanya nasi dan lauk atau sayur. Keterbatasan ekonomi membuat mereka makan seadanya. Pelayanan sandang, bagi lanjut usia yang masih potensial biasanya membeli sendiri, semantara keluarga menambahkan pakaian kesukaan mereka. Secara umum keluarga membelikan satu kali setahun. Bagi yang tidak mampu biasanya diberi oleh keluarga jauh atau masyarakat. Pelayanan di bidang papan, keluarga menyediakan sesuai dengan kemampuan mereka. Kondisi ekonomi yang terbatas, berakibat kondisi rumah seadanya. Pelayanan di bidang
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, keluarga tidak selamanya mampu malayani untuk berobat secara medis. Kadang mereka hanya memberikan obat dari warung atau obat ramuan tradisional setempat/ ke dukun. Bagi yang memiliki kartu miskin, masih harus menghadapi kendala yaitu biaya transportasi yang mahal, prosedur yang berbelit dan pelayan yang tidak nyaman. Perawatan psikis. Biasanya lanjut usia ditemani anggota keluarga yang mengerti dan memahami mereka yang keadaan perilakunya berubah seperti kekanak-kanakan, rewel, mudah tersinggung dan lain-lain. lanjut usia ditemani untuk ngobrol, didengar nasehatnya dan keluhannya. Perawatan
sosial.
Keluarga
berusaha
menemani
berbicara,
mendengarkan nasehatnya, memberikan kabar orang di lingkungannya dan berita secara umum. Pada sisi lain, lanjut usia diantar cucu atau anggota keluarga lain untuk bertemu dengan teman sebaya, juga dengan teman sekelompok. Lanjut usia juga diberikan kegiatan bersama kelompoknya yaitu kelompok keagamaan, olah raga, pengajian, yasinan, arisan, kelompok silaturahmi, kelompok adat dan lainlain. Perawatan Ekonomi. Perawatan ekonomi dilakukan keluarga dengan memenuhi kebutuhan dasar hidup lanjut usia. Bagi yang masih potensial, diberikan kesempatan untuk bekerja bersama keluarga. Melakukan kegiatan keterampilan untuk memperoleh penghasilan. Bagi lanjut usia yang sudah tidak potensial, keluarga memberikan uang, bahan mentah atau memberikan makanan siap saji.
Universitas Sumatera Utara
Perawatan Spiritual. Pelayanan spiritual dilakukan oleh keluarga dengan menyediakan sarana dan peralatan ibadah. Menjauhkan anak-anak dan melarang agar tidak ribut. Keluarga menemani saat beribadah di rumah, di mesjid atau di majelis taklim. Menurut Nugroho (2000) pendekatan perawatan lansia yaitu meliputi; Pendekatan fisik. Kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan. Pendekatan psikis. Pada dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya. Untuk itu kelurga harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Keluarga harus dapat membangun semangat dan kreasi lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan
Universitas Sumatera Utara
kelainan yang dideritanya. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejalagejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur denagn suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido. Keluarga harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi lansia bila lupa atau melkukan kesalahan. Pendekatan sosial. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Keluarga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar atau majalah. Pendekatan spiritual. Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya.
Keluarga
bisa
memberikan
kesempatan
pada
lansia
untuk
melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lansia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Karakteristik Orang yang Merawat Lanjut Usia Lanjut usia adalah golongan penduduk yang rawan terhadap penyakit, kecelakaan dan cacat, maka seseorang yang akan merawat lansia, baik perawat maupun bukan perawat hendaknya perlu memahami beberapa hal. Menurut Siburian (2006), beberapa hal yang perlu dimiliki oleh orang yang akan merawat lansia adalah sebagai berikut; 2.4.1.Memiliki kepribadian yang matang Dalam hal ini diperlukan orang-orang yang mempunyai ciri-ciri tidak mudah marah dan menjadi kesal, sabar, penuh pengertian dan tidak mudah tersinggung. Hal ini perlu dimiliki oleh setiap orang yang merawat lanjut usia, karena banyak lanjut usia yang memiliki sifat pendiam, kasar, bahkan dapat menunjukkan sifat bermusuhan dan kekanak-kanakan, khususnya pada penderita dimensia. 2.4.2.Berkepribadian simpatik Di sini dimaksudkan bahwa setiap orang yang merawat lansia hendaknya dapat menempatkan atau menyesuaikan diri dengan sifat orang yang dirawat, sehingga dapat menghargai keadaan yang sedang dihadapi oleh orang yang dirawat. 2.4.3.Memiliki kasih sayang yang tulus dan ikhlas Orang yang merawat hendaknya memperlakukan orang yang dirawat sebagaimana ia merawat orangtuanya sendiri, karena banyak lanjut usia yang mempunyai sifat cerewet dan tidak mau mengubah sifat atau kebiasaan yang telah dibawanya sejak usia muda dahulu.
Universitas Sumatera Utara
2.4.5.Mengerti mengenai penyakit lanjut usia serta cara merawatnya Dalam hal ini, telah tercakup pula mengenai psikologi lanjut usia, karena banyak lanjut usia yang sudah tidak mampu mandiri lagi merasa dirinya sebagai manusia yang tidak berguna lagi, hilang kepercayaan diri, dan yang paling parah merasa rendah diri serta kehilangan gairah untuk hidup. Oleh karena itu, orang yang merawat hendaknya mampu untuk mengembalikan kepercayaan diri dari para lansia agar kembali merasa tetap berguna. Selain daripada itu, perlu pula memiliki pengetahuan mengenai pemberian makanan pada lansia, terutama mengenai nilai gizi yang diperlukan oleh lanjut usia itu sesuai dengan usia dan penyakit yang sedang dideritanya.
2.5.Cara Hidup Sehat pada Lanjut Usia Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Cara hidup sehat pada lanjut usia menurut Depkes (1991) adalah sebagai berikut; Makan makanan yang bergizi dan seimbang ; Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut; Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplek (sayur –sayuran, kacang- kacangan, biji – bijian). Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang-kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan-bahan yang segar dan mudah dicerna. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan. Minum air putih 1,5-2 liter ; Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air.
Universitas Sumatera Utara
Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit. Olah raga teratur dan sesuai ; Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30-50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan lanjut usia yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif. Istirahat, tidur yang cukup ; Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan. Menjaga kebersihan ; Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau
Universitas Sumatera Utara
keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih. Minum suplemen gizi yang diperlukan ; Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan. Memeriksa kesehatan secara teratur ; Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudahmudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat. Mental dan batin tenang dan seimbang ; Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah: Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa
Universitas Sumatera Utara
dan pikiran menjadi tenang. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Rekresi ; Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari. Hubungan antar sesama yang sehat ; Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.
Universitas Sumatera Utara
Back to nature (kembali ke alam) ; Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.
Universitas Sumatera Utara